Lompat ke isi

Yudanegara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Soemirat (bicara | kontrib)
←Mengalihkan ke Pangeran Yudonegoro
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(12 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox royalty
#alih [[Pangeran Yudonegoro]]
| name = Yudanegara<br/>ꦪꦸꦣꦟꦒꦫ
| title = Kanjeng Pangeran Haryo
| full name = Kangjeng Pangeran Harya Yudhanegara
| birth_name = Achmad Ubaidillah
| image = KPH Yudhonegoro.jpg
| caption = Pangeran Yudhonegoro pada pernikahan [[Hayu|Ratu Hayu]] & [[Notonegoro|Pangeran Notonegoro]]
| spouse = [[Gusti Kanjeng Ratu Bendoro]]
| issue = {{plainlist|
* Raden Ajeng Nisaka Irdina Yudonegoro
* Raden Mas Radityo Mandhala Yudo}}
| house = [[Hamengkubuwono]]
| father = H. Jusami Ali Akbar <ref>[http://m.tabloidnova.com/Nova/News/Peristiwa/KPH.-Yudanegara-Dua-Anak-Cukup Tabloid Nova]{{Pranala mati|date=Agustus 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
| mother = Hj. Nurbaiti Helmi
| birth_date = {{Birth date and age|1981|10|26|df=y}}
| birth_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
}}
{{Keluarga Kerajaan Yogyakarta}}
'''Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara''' ({{Lang-jv|ꦪꦸꦣꦟꦒꦫ|Yudhanagara}}, {{lahirmati|[[Jakarta]]|26|10|1981}} dengan nama '''Achmad Ubaidillah''') adalah [[suami]] dari [[Gusti Kanjeng Ratu Bendara]], putri kelima dari [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]] dengan [[Gusti Kanjeng Ratu Hemas]] dari [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Ia merupakan menantu pertama [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]] dan [[Gusti Kanjeng Ratu Hemas]] yang bukan keturunan [[bangsawan]], melainkan orang biasa saja.

== Masa kecil dan pendidikan ==
Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta. Dia kemudian melanjutkan kuliah di [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] di [[Bandung]], dan meraih gelar M.Si. Ia melanjutkan pendidikannya [[S-3]] di [[Universitas Yamaguchi]], Jepang. Di sana ia mengambil bidang ''public policy''.<ref>[http://lifestyle.okezone.com/read/2014/01/29/196/933451/kph-yudanegara-tak-permasalahkan-jenis-kelamin-anak Okezone.com]</ref>

== Pernikahan ==
[[Kanjeng Pangeran Haryo Yudonegoro]] menikah dengan GKR Bendoro pada tanggal 18 Oktober 2011. Pernikahan ini berlangsung pada tahun yang sama dengan pernikahan [[Pangeran William, Adipati Cambridge]]. Pernikahan tersebut dikunjungi sekitar 2.500 tamu undangan.<ref>{{Cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/10/17/2500-guests-expected-kraton-wedding.html |title=2.500 tamu undangan menghadiri pernikahan keraton |access-date=2021-09-15 |archive-date=2016-03-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160310143018/http://www.thejakartapost.com/news/2011/10/17/2500-guests-expected-kraton-wedding.html |dead-url=yes }}</ref>

Sesuai dengan adat keraton, sebelum menikah GKR Bendoro harus menjalani upacara langkahan. Dikarenakan ia mendahului kakaknya [[GKR Hayu]] untuk menikah.<ref>[http://www.solopos.com/2011/10/16/mendahului-kakak-menikah-gkr-Bendoro-laksanakan-tradisi-plangkahan-119841 Mendahului kakak menikah, GKR Bendoro laksanakan tradisi plangkahan]</ref> Dalam upacara ini, calon penganti wanita memohon izin dari kakaknya untuk mendahului menikah serta menyerahkan ''plangkah'' berupa setandan ''pisang sanggan'' disertai seperangkat baju dan perhiasan wanita untuk kakaknya. Upacara langkahan adalah bagian dari tradisi yang biasa dilakukan di beberapa kebudayaan di Indonesia bila seorang adik mendahului kakaknya dalam pernikahan.<ref>[http://kidemangsodron78.wordpress.com/acara-khusus/langkahan/ Acara khusu langkahan]</ref> Sebelum menikah, calon pengantin pria yang berasal dari luar keraton terlebih dahulu diwisuda menjadi ''abdi dalem'' (pegawai keraton). Calon pengantin pria Achmad Ubaidillah dianugrahi gelar ''Kanjeng Pangeran Haryo'' dengan nama Yudonegoro. Penganugerahan gelar ini dilangsungkan dalam upacara wisuda yang dilakukan tiga bulan sebelum [[upacara pernikahan]].<ref>[http://www.tribunnews.com/nasional/2011/07/05/kisah-kesuksesan-si-ganteng-yudanegara-meminang-anak-sultan-yogya Kisah kesuksesan Achmad Ubaidillah meminang anak Sultan Yogyakarta]</ref> Sementara itu, calon istrinya juga telah menerima gelar dan nama baru yang sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni menjadi Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.

Kemudian calon pengantin pria mengawali rentetan acara pernikahan dengan upacara ''nyantri''. Dalam upacara ini, pengantin pria dijemput dengan [[kereta kencana]] untuk memasuki tembok keraton, dan diperkenalkan dengan tata cara keraton. Selanjutnya kedua pengantin melalui [[upacara siraman]] di tempat yang berbeda ([[kesatrian]] dan [[keputren]]). Upacara ini bermakna membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin sebelum memasuki jenjang pernikahan.<ref>{{Cite news|url=http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/17/163033 |title=KPH Yudonegoro Nyantri, GKR Bendoro Dipingit |access-date=2016-01-05 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425003140/http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/17/163033 |dead-url=yes |work=[[Suara Merdeka|Suara Merdeka Online]] }}</ref> Pada malam harinya, calon pengantin wanita menjalani upacara ''tantingan'', yakni GKR Bendoro ditanya (''ditanting'') langsung oleh ayahnya akan kesiapannya menikah. Upacara ini dilakukan karena pada keesokan harinya, ayahnya sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan pengantin pria tanpa kehadiran pengantin wanita.<ref>{{Cite web |url=http://www.tempo.co/read/news/2011/10/17/177361886/Sebelum-Dinikahkan-GKR-Bendoro-Ditanting-Sultan-HB-X |title=Sebelum dinikahkan, GKR Bendoro ditanting oleh Sultan Hamengkubuwono X |access-date=2021-09-15 |archive-date=2014-04-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140427010109/http://www.tempo.co/read/news/2011/10/17/177361886/Sebelum-Dinikahkan-GKR-Bendoro-Ditanting-Sultan-HB-X |dead-url=yes }}</ref>
Pada keesokan harinya, sesuai dengan adat yang berlaku di keraton, Sri Sultan sendiri yang menikahkan putrinya dengan KPH Yudonegoro dalam upacara [[ijab kabul]] yang dilakukan di [[masjid]] dalam lingkungan keraton. [[Akad nikah]] menggunakan [[bahasa Jawa]] yang dilakukan antara ayah pengantin wanita dengan pengantin pria.<ref>[http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/18/lt8ul7-yudanegara-gunakan-bahasa-jawa-saat-ijab-kabul Yudonegoro menggunakan bahasa Jawa saat ijab kabul]</ref> Setelah resmi menikah, barulah kedua pengantin dipertemukan dalam upacara ''panggih'' yang dilakukan di bangsal kencana.<ref>[http://www.solopos.com/2011/10/18/pengantin-keraton-bersua-di-prosesi-panggih-120090 Pengantin keraton bersua di panggih]</ref> Upacara ini dihadiri oleh tamu-tamu undangan penting termasuk Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] dan Wakil Presiden [[Budiono]].<ref>http://news.detik.com/read/2011/10/18/105500/1746446/10/sby-boediono-hadiri-panggih-pengantin-putri-sultan-hb-x</ref> Acara ini juga dihadiri oleh para pejabat tinggi negara serta [[duta besar]] perwakilan negara-negara sahabat.<ref>{{Cite web |url=http://jogjanews.com/istimewa-prosesi-panggih-pernikahan-agung-kraton-yogyakarta |title=Pernikahan agung keraton Yogyakarta |access-date=2016-01-05 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425003121/http://jogjanews.com/istimewa-prosesi-panggih-pernikahan-agung-kraton-yogyakarta |dead-url=yes }}</ref> Dalam upacara panggih, dilaksanakan tradisi ''pondongan'' yang hanya dilakukan di dalam lingkungan keraton. Tradisi pondongan ini hanya dilakukan jika pengantin wanita adalah putri raja. Dalam tradisi ini, pengantin pria ''memondong'' (mengangkat) istrinya yang dibantu salah seorang [[paman]] dari mempelai wanita ([[GBPH Suryodiningrat]]). Ini merupakan tradisi sebagai simbol meninggikan posisi seorang [[istri]].

Setelah upacara panggih panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi ''kirab''. Sebagai putri bungsu, GKR Bendoro tidak boleh menjalani ''kirab'' keliling benteng keraton. Sebagai gantinya ''kirab'' dilaksanakan dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan yang merupakan tempat acara resepsi pernikahan digelar.<ref>{{Cite news|url=http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/16/162882 |title=Pernikahan Putri Sultan Tanpa Kirab Mubeng Beteng |access-date=2016-01-05 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425004609/http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2011/10/16/162882 |dead-url=yes |work=[[Suara Merdeka|Suara Merdeka Online]] }}</ref>

Pernikahan KPH Yudonegoro dengan GKR Bendoro dikaruniai seorang putri yang diberi nama Raden Ajeng Nisaka Irdina Yudonegoro. Putri pertama mereka ini lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 2014.<ref>{{Cite web |url=http://www.harianjogja.com/baca/2014/03/04/cucu-sultan-jeng-reni-melahirkan-bayi-perempuan-493661 |title=Jeng Reni melahirkan bayi perempuan |access-date=2016-01-05 |archive-date=2014-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140425003047/http://www.harianjogja.com/baca/2014/03/04/cucu-sultan-jeng-reni-melahirkan-bayi-perempuan-493661 |dead-url=yes }}</ref>

== Pekerjaan ==
{{Like resume|date=Juli 2023}}
KPH Yudhonegoro adalah seorang [[pegawai negeri sipil]] yang saat ini dilantik sebagai Kepala Biro Tata Pemerintahan (Tapem) Sekretariat Provinsi (Setprov) DIY.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2023-01-03|title=Sultan HB X Lantik Menantu Menjadi Kepala Biro Tapem DIY Halaman all|url=https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/01/03/153358678/sultan-hb-x-lantik-menantu-menjadi-kepala-biro-tapem-diy|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-03}}</ref>

=== Jabatan dalam pemerintahan ===
* 2003-2003: Staf Biro Umum Departemen Dalam Negeri
* 2003-2004: Ajudan Gubernur Lampung
* 2004-2006: Protokol Menteri Dalam Negeri
* 2006-2007: Staff Direktorat Pejabat Negara Depdagri
* 2007–2009: Ajudan Sekretaris Wakil Presiden
* 2009–2011: Sekretaris Pimpinan pada Sub Bagian TUP Kediaman Resmi Wapres
* 2011-2019: Kasubbid Komunikasi Politik Bidang Media Cetak Sekretariat Wakil Presiden
*2019-2022: Kepala Bagian Bina Pemerintahan Kelurahan/Kalurahan dan Kapanewon/Kemantren Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Provinsi DIY
*2022-Sekarang: Kepala Biro Tata Pemerintahan (Tapem) Sekretariat Provinsi (Setprov) DIY.

=== Pendidikan dan latihan ===

* 2004: Diklat Bimbingan Teknis Keprotokolan Departemen Dalam Negeri
* 2005: Diklat Bimbingan Teknis Pengurusan Peraturan Perundang-undangan Terhadap Aparatur di Lingkungan Departemen Dalam Negeri
* 2006: Diklat Bimbingan Teknis Pelatihan Tenaga Pelatih Pembauran Daerah (TPPD) Direktorat Kesatuan Bangsa Departement Dalam Negeri
* 2009: Singapore Corporate Programme Protocol Advance Training

=== Aktivitas ===
* Duta Sepeda Yogyakarta ''Sego Segawe''<ref>{{Cite web |url=http://jogjanews.com/calon-pengantin-kraton-yogyakarta-jadi-duta-sego-segawe |title=Jogja News |access-date=2016-01-05 |archive-date=2014-04-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140426220049/http://jogjanews.com/calon-pengantin-kraton-yogyakarta-jadi-duta-sego-segawe |dead-url=yes }}</ref>

== Referensi ==
{{Reflist}}

[[Kategori:Pangeran Yogyakarta]]

Revisi terkini sejak 20 Juli 2023 15.03

Yudanegara
ꦪꦸꦣꦟꦒꦫ
Kanjeng Pangeran Haryo
Pangeran Yudhonegoro pada pernikahan Ratu Hayu & Pangeran Notonegoro
KelahiranAchmad Ubaidillah
26 Oktober 1981 (umur 42)
Jakarta, Indonesia
PasanganGusti Kanjeng Ratu Bendoro
Keturunan
  • Raden Ajeng Nisaka Irdina Yudonegoro
  • Raden Mas Radityo Mandhala Yudo
Nama lengkap
Kangjeng Pangeran Harya Yudhanegara
WangsaHamengkubuwono
AyahH. Jusami Ali Akbar [1]
IbuHj. Nurbaiti Helmi

Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara (bahasa Jawa: ꦪꦸꦣꦟꦒꦫ, translit. Yudhanagara, lahir 26 Oktober 1981 dengan nama Achmad Ubaidillah) adalah suami dari Gusti Kanjeng Ratu Bendara, putri kelima dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ia merupakan menantu pertama Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang bukan keturunan bangsawan, melainkan orang biasa saja.

Masa kecil dan pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Ia lahir dan dibesarkan di Jakarta. Dia kemudian melanjutkan kuliah di Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Bandung, dan meraih gelar M.Si. Ia melanjutkan pendidikannya S-3 di Universitas Yamaguchi, Jepang. Di sana ia mengambil bidang public policy.[2]

Pernikahan

[sunting | sunting sumber]

Kanjeng Pangeran Haryo Yudonegoro menikah dengan GKR Bendoro pada tanggal 18 Oktober 2011. Pernikahan ini berlangsung pada tahun yang sama dengan pernikahan Pangeran William, Adipati Cambridge. Pernikahan tersebut dikunjungi sekitar 2.500 tamu undangan.[3]

Sesuai dengan adat keraton, sebelum menikah GKR Bendoro harus menjalani upacara langkahan. Dikarenakan ia mendahului kakaknya GKR Hayu untuk menikah.[4] Dalam upacara ini, calon penganti wanita memohon izin dari kakaknya untuk mendahului menikah serta menyerahkan plangkah berupa setandan pisang sanggan disertai seperangkat baju dan perhiasan wanita untuk kakaknya. Upacara langkahan adalah bagian dari tradisi yang biasa dilakukan di beberapa kebudayaan di Indonesia bila seorang adik mendahului kakaknya dalam pernikahan.[5] Sebelum menikah, calon pengantin pria yang berasal dari luar keraton terlebih dahulu diwisuda menjadi abdi dalem (pegawai keraton). Calon pengantin pria Achmad Ubaidillah dianugrahi gelar Kanjeng Pangeran Haryo dengan nama Yudonegoro. Penganugerahan gelar ini dilangsungkan dalam upacara wisuda yang dilakukan tiga bulan sebelum upacara pernikahan.[6] Sementara itu, calon istrinya juga telah menerima gelar dan nama baru yang sebelumnya Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni menjadi Gusti Kanjeng Ratu Bendoro.

Kemudian calon pengantin pria mengawali rentetan acara pernikahan dengan upacara nyantri. Dalam upacara ini, pengantin pria dijemput dengan kereta kencana untuk memasuki tembok keraton, dan diperkenalkan dengan tata cara keraton. Selanjutnya kedua pengantin melalui upacara siraman di tempat yang berbeda (kesatrian dan keputren). Upacara ini bermakna membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin sebelum memasuki jenjang pernikahan.[7] Pada malam harinya, calon pengantin wanita menjalani upacara tantingan, yakni GKR Bendoro ditanya (ditanting) langsung oleh ayahnya akan kesiapannya menikah. Upacara ini dilakukan karena pada keesokan harinya, ayahnya sendiri yang akan menikahkan putrinya dengan pengantin pria tanpa kehadiran pengantin wanita.[8]

Pada keesokan harinya, sesuai dengan adat yang berlaku di keraton, Sri Sultan sendiri yang menikahkan putrinya dengan KPH Yudonegoro dalam upacara ijab kabul yang dilakukan di masjid dalam lingkungan keraton. Akad nikah menggunakan bahasa Jawa yang dilakukan antara ayah pengantin wanita dengan pengantin pria.[9] Setelah resmi menikah, barulah kedua pengantin dipertemukan dalam upacara panggih yang dilakukan di bangsal kencana.[10] Upacara ini dihadiri oleh tamu-tamu undangan penting termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Budiono.[11] Acara ini juga dihadiri oleh para pejabat tinggi negara serta duta besar perwakilan negara-negara sahabat.[12] Dalam upacara panggih, dilaksanakan tradisi pondongan yang hanya dilakukan di dalam lingkungan keraton. Tradisi pondongan ini hanya dilakukan jika pengantin wanita adalah putri raja. Dalam tradisi ini, pengantin pria memondong (mengangkat) istrinya yang dibantu salah seorang paman dari mempelai wanita (GBPH Suryodiningrat). Ini merupakan tradisi sebagai simbol meninggikan posisi seorang istri.

Setelah upacara panggih panggih, kedua mempelai kemudian dikenalkan kepada masyarakat melalui prosesi kirab. Sebagai putri bungsu, GKR Bendoro tidak boleh menjalani kirab keliling benteng keraton. Sebagai gantinya kirab dilaksanakan dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan yang merupakan tempat acara resepsi pernikahan digelar.[13]

Pernikahan KPH Yudonegoro dengan GKR Bendoro dikaruniai seorang putri yang diberi nama Raden Ajeng Nisaka Irdina Yudonegoro. Putri pertama mereka ini lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 2014.[14]

Pekerjaan

[sunting | sunting sumber]

KPH Yudhonegoro adalah seorang pegawai negeri sipil yang saat ini dilantik sebagai Kepala Biro Tata Pemerintahan (Tapem) Sekretariat Provinsi (Setprov) DIY.[15]

Jabatan dalam pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
  • 2003-2003: Staf Biro Umum Departemen Dalam Negeri
  • 2003-2004: Ajudan Gubernur Lampung
  • 2004-2006: Protokol Menteri Dalam Negeri
  • 2006-2007: Staff Direktorat Pejabat Negara Depdagri
  • 2007–2009: Ajudan Sekretaris Wakil Presiden
  • 2009–2011: Sekretaris Pimpinan pada Sub Bagian TUP Kediaman Resmi Wapres
  • 2011-2019: Kasubbid Komunikasi Politik Bidang Media Cetak Sekretariat Wakil Presiden
  • 2019-2022: Kepala Bagian Bina Pemerintahan Kelurahan/Kalurahan dan Kapanewon/Kemantren Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Provinsi DIY
  • 2022-Sekarang: Kepala Biro Tata Pemerintahan (Tapem) Sekretariat Provinsi (Setprov) DIY.

Pendidikan dan latihan

[sunting | sunting sumber]
  • 2004: Diklat Bimbingan Teknis Keprotokolan Departemen Dalam Negeri
  • 2005: Diklat Bimbingan Teknis Pengurusan Peraturan Perundang-undangan Terhadap Aparatur di Lingkungan Departemen Dalam Negeri
  • 2006: Diklat Bimbingan Teknis Pelatihan Tenaga Pelatih Pembauran Daerah (TPPD) Direktorat Kesatuan Bangsa Departement Dalam Negeri
  • 2009: Singapore Corporate Programme Protocol Advance Training

Aktivitas

[sunting | sunting sumber]
  • Duta Sepeda Yogyakarta Sego Segawe[16]

Referensi

[sunting | sunting sumber]