Lompat ke isi

Rofiqoh Darto Wahab: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jack Zakriri (bicara | kontrib)
k Penambahan pranala
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Rofiqoh Darto Wahab''' (lahir 8 April [[1945]] di Keranji, Kedungwuni, [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]) adalah putri dari KH.Ahmad Munawwir [[ulama]] [[Islam|agama Islam]] di [[Kota Pekalongan|Pekalongan]], seorang qariah (seni membaca [[Al-Qur'an]]), [[ulama]], dan [[penyanyi]] populer.<ref name=":0">{{Cite book|last=Magdalene.co|first=|date=2020|title=Her Story|location=Jakarta|publisher=PT Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-2063-6|url-status=live}}</ref> Nama Darto Wahab diambil dari nama suaminya. Ia telah menempuh pendidikan di Mu'allimat Wonopringga ([[Kota Pekalongan|Pekalongan]]), [[Pesantren|Pesantren Lasem]] ([[Kabupaten Rembang|Rembang]]), dan [[Pesantren]] Buntet ([[Kota Cirebon|Cirebon]]).
'''Rofiqoh Darto Wahab''' (lahir 8 April [[1945]] di Keranji, Kedungwuni, [[Kota Pekalongan|Pekalongan]]) dan (wafat 12 Juli [[2023]] di RS. Haji Pondok Gede, [[Jakarta]]) adalah putri dari [[KH.Ahmad Munawwir Batang]] [[ulama]] [[Islam|agama Islam]] di [[Kota Pekalongan|Pekalongan]], seorang qariah (seni membaca [[Al-Qur'an]]), [[ulama]], dan [[penyanyi]] populer.<ref name=":0">{{Cite book|last=Magdalene.co|first=|date=2020|title=Her Story|location=Jakarta|publisher=PT Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-2063-6|url-status=live}}</ref> Nama Darto Wahab diambil dari nama suaminya. Ia telah menempuh pendidikan di Mu'allimat Wonopringga ([[Kota Pekalongan|Pekalongan]]), [[Pesantren|Pesantren Lasem]] ([[Kabupaten Rembang|Rembang]]), dan [[Pesantren]] Buntet ([[Kota Cirebon|Cirebon]]).


Sejak muda telah menekuni dan mengikuti lomba tilawatil [[Al-Qur'an|Qur'an]] dari tingkat [[kecamatan]] hingga [[provinsi]]. Pada tahun [[1960]]-an, saat organisasi [[Islam]] ditekan oleh pemerintahan [[Orde Baru]], Rofiqoh memperkenalkan [[genre]] [[musik]] gambus atau kasidah berbahasa [[Arab Saudi|Arab]] kepada masyarakat. Liriknya berisi pujian-pujian kepada [[Tuhan]] yang diiringi oleh [[alat musik]]. Tampilannya menggunakan [[kebaya]], [[kerudung]], dan [[batik]] ciri khas perempuan [[Jawa]] pada masanya. Ia muncul pertama kali di depan publik pada tahun 1964 dan pergi ke Jakarta pada tahun 1965. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Dharto Wahab (seorang wartawan yang beralih profesi menjadi pengacara).
Sejak muda telah menekuni dan mengikuti lomba tilawatil [[Al-Qur'an|Qur'an]] dari tingkat [[kecamatan]] hingga [[provinsi]]. Pada tahun [[1960]]-an, saat organisasi [[Islam]] ditekan oleh pemerintahan [[Orde Baru]], Rofiqoh memperkenalkan [[genre]] [[musik]] gambus atau kasidah berbahasa [[Arab Saudi|Arab]] kepada masyarakat. Liriknya berisi pujian-pujian kepada [[Tuhan]] yang diiringi oleh [[alat musik]]. Tampilannya menggunakan [[kebaya]], [[kerudung]], dan [[batik]] ciri khas perempuan [[Jawa]] pada masanya. Ia muncul pertama kali di depan publik pada tahun 1964 dan pergi ke Jakarta pada tahun 1965. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Dharto Wahab (seorang wartawan yang beralih profesi menjadi pengacara).

Revisi terkini sejak 23 Juli 2023 12.52

Rofiqoh Darto Wahab (lahir 8 April 1945 di Keranji, Kedungwuni, Pekalongan) dan (wafat 12 Juli 2023 di RS. Haji Pondok Gede, Jakarta) adalah putri dari KH.Ahmad Munawwir Batang ulama agama Islam di Pekalongan, seorang qariah (seni membaca Al-Qur'an), ulama, dan penyanyi populer.[1] Nama Darto Wahab diambil dari nama suaminya. Ia telah menempuh pendidikan di Mu'allimat Wonopringga (Pekalongan), Pesantren Lasem (Rembang), dan Pesantren Buntet (Cirebon).

Sejak muda telah menekuni dan mengikuti lomba tilawatil Qur'an dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Pada tahun 1960-an, saat organisasi Islam ditekan oleh pemerintahan Orde Baru, Rofiqoh memperkenalkan genre musik gambus atau kasidah berbahasa Arab kepada masyarakat. Liriknya berisi pujian-pujian kepada Tuhan yang diiringi oleh alat musik. Tampilannya menggunakan kebaya, kerudung, dan batik ciri khas perempuan Jawa pada masanya. Ia muncul pertama kali di depan publik pada tahun 1964 dan pergi ke Jakarta pada tahun 1965. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Dharto Wahab (seorang wartawan yang beralih profesi menjadi pengacara).

Ia pernah tampil di Istana Negar membawakan kasidah "Habibi Ya Rasulullah" dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad, sebelum meletusnya pergerakan G30SPKI. Perjalanan kariernya beberapa kali mengalami ketidakstabilan. Karyanya pernah diklaim oleh kelompok Manikebu (seniman dan sastrawan sayap kanan) dalam sengketa melawan Lekra (seniman dan sastrawan sayap kiri) karena pada masa ini Islam dianggap sesuatu yang bertentangan dengan PKI.

Ia sering melantunkan syair Arab dengan musik gambus dan lebih dari 100 keping album rekaman telah diproduksi. "Menurut Moeflich Hasbullah dalam Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara, bersama Al-Fatah, Rofiqoh banyak menelurkan labum, seperti Libarokallah, Hamawi Ya Mismis, Baladi, Habib Qalbi, Semoga di Surga, dan Lagu-lagu Gambus."[2] Enam album itu terdiri dari 30 lagu kasidah gambus berbahasa Arab dan Indonesia. Namanya tetap melambung hingga tahun 90-an. Ia pernah menjadi pemimpin pengajian yang diselenggarakan oleh Ittihatul Ummahat (Persatuan Ibu-Ibu) di Kota Legenda, Bekasi Timur dan menjadi salah satu pengelola kelompok pengajian Rofiqoh, Munawwir, dan Munadzorah (Romuna), serta Yayasan Gadi Fi Muna sebagai naungan bagi majelis taklim, taman kanak-kanak, dan kegiatan Islami lainnya.[1]

Daftar Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Magdalene.co (2020). Her Story. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. ISBN 978-623-00-2063-6. 
  2. ^ "Rofiqoh, Generasi Pertama Kasidah Modern". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2018-06-14. Diakses tanggal 2021-03-17.