Lompat ke isi

Bhuana Jaya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k William Surya Permana memindahkan halaman Buana Jaya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara ke Bhuana Jaya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara: diminta Arief Ezagren :)
Bhuanajaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(17 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Tugu pertama datang.jpg|al=Tugu pertama datang|jmpl|Situs sejarah desa Bhuana Jaya|pus|426x426px]]
{{desa
{{desa
|foto =[[Berkas:Kantor Desa Bhuana Jaya, Kutai Kartanegara.JPG|300px|Kantor kepala desa Bhuana Jaya]]
|nama =Bhuana Jaya
|keterangan =Kantor desa Bhuana Jaya
|provinsi =Kalimantan Timur
|dati2 =Kabupaten
|nama =Bhuana Jaya
|provinsi =Kalimantan Timur
|nama dati2 =Kutai Kartanegara
|dati2 =Kabupaten
|kecamatan =Tenggarong Seberang
|nama dati2 =Kutai Kartanegara
|kode pos =75262
|luas =49,57 km²
|kecamatan =Tenggarong Seberang
|penduduk =3.474 jiwa
|kode pos =75572
|luas =4.531 Ha
|kepadatan =... jiwa/km²
|penduduk =4.158 jiwa
}}
|kepadatan =1,25 jiwa/km²
'''Bhuana Jaya''' (atau '''Separi III''') adalah salah satu [[desa]] di Kecamatan [[Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara|Tenggarong Seberang]], [[Kabupaten Kutai Kartanegara]], Provinsi [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]. Desa ini terdiri atas 4 dusun, antara lain Pulau Mas, Binamulya, Sidomakmur, dan Mekarsari serta 23 rukun tetangga (RT).
|kepala desa=H.FREND EFFENDY|agama=Islam 92 persen, Kristen dll 8 persen|situs web=https://bhuanajaya.desa.id|RT=23|website=https://bhuanajaya.desa.id|[email protected]|BPS_code=}}
'''''Sejarah Desa Bhuana Jaya'''''

Desa Bhuana Jaya, masih sering disebut sebagai Separi III hingga kini, merupakan desa eks-transmigrasi. Desa Bhuana Jaya awalnya, merupakan lokasi transmigrasi yang dibuka tahun 1981 dan pada saat itu masih berupa hutan. Transmigrasi merupakan gagasan atau program pemerintah untuk melakukan pemerataan penduduk pada masa orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah untuk pemerataan dan penyebaran penduduk dari wilayah yang padat ke wilayah yang masih kurang penduduk dan Tenggarong Seberang menjadi salah satu daerah transmigrasi untuk membuka lahan baru karena masih minimnya penduduk. Karena itu, mayoritas penduduk yang menempati Desa Bhuana Jaya berlatar belakang sosial budaya dari beragam etnis atau suku seperti etnis Jawa (70%); Sunda (20%); warga lokal seperti Dayak, Kutai dan Banjar(9%); dan lain-lain seperti etnis Bugis (1%).

Kepala Desa Pertama Almarhum. Bonasim Eko Suparno

Berdasarkan SK Gubernur (Eri Suparjan) tahun 1981, luas keseluruhan Desa Bhuana Jaya yaitu 4957 Hektare yang berbatasan langsung dengan: Desa Mulawarman dan Sukamaju di sebelah utara, Desa Bukit Pariaman di sebelah timur dan selatan, dan Desa Separi di sebelah barat dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani sawah. Desa Bhuana Jaya memiliki tiga dusun yaitu Pulau Mas (berasal dari tempat pacuan kuda yang pada saat itu diusulkan oleh Bapak Taqim, warga Sunda yang pernah berkunjung ke Jakarta), Binamulya (karena merupakan daerah baru, maka diusulkan nama tersebut yang bermakna “dibina agar mulia”) dan Sidomakmur (bermakna “agar makmur”). Setelah dilakukan pemekaran, akhirnya terbentuk Dusun Mekarsari pada tahun 1991 yang merupakan pecahan dari Dusun Binamulya. Untuk pemilihan nama setiap dusun dilakukan oleh masing-masing kelompok warga yang menempati dusun-dusun tersebut yang kemudian diberikan wewenang untuk memilih nama dusun yang dirasa cocok dan tepat. Tidak diketahui secara pasti makna dari setiap pemberian nama yang telah dipilih tersebut. Intinya, tujuan dari masing-masing nama tersebut merupakan doa dan harapan yang baik bagi masing-masing dusun. Hingga saat ini, Desa Bhuana Jaya memiliki 4 dusun dan 23 RT.
[[Berkas:Tugu Pertama datang 24 April 1981.jpg|pus|jmpl|532x532px|<ref>{{Cite web|date=2015-02-27|title=Sejarah Desa|url=https://www.bhuanajaya.desa.id/profil/|website=Bhuana Jaya|language=id-ID|access-date=2021-09-22}}</ref>]]

Nama Bhuana Jaya sendiri merupakan hasil kesepakatan atau musyawarah dari masyarakat yang pertama kali menempati desa pada tahun 1981. Pemerintah memberikan kewenangan pada masyarakat untuk menentukan nama yang di rasa cocok untuk desa. Dari situ, maka dilakukanlah pertemuan untuk menentukan nama desa oleh perkumpulan warga transmigrasi (Jabar, Jatim dan Jateng) dan beberapa warga lokal (etnis Dayak dan Kutai) yang berlokasi di balai desa lama pada saat itu melalui musyawarah hingga disepakati nama Bhuana Jaya sampai saat ini. Berdasarkan tetua-tetua dari generasi pertama yang menempati desa, tidak diketahui secara pasti arti dari Bhuana Jaya itu sendiri. Kebanyakan dari mereka mengartikannya secara leksikal atau berdasarkan kata demi kata sehingga apabila disimpulkan maknanya dibagi menjadi dua. Secara harfiah, Bhuana yang berarti “hutan” dan Jaya yang berarti “makmur”. Secara etimologis, Bhuana jaya berarti bumi atau dunia tempat pemukiman yang aman dan jaya dalam segala hal aktivitas masyarakatnya maupun pemerintahannya.

Selanjutnya, dibukanya pendaftaran bagi warga yang berminat untuk berpartisipasi dalam pemerataan penduduk dan mencari peruntungan di daerah yang baru di bidang pertanian. Warga luar daerah yang berminat dan ingin bertransmigrasi kemudian mendaftarkan diri dan di data didaerah asalnya masing-masing untuk selanjutnya menunggu hingga waktu keberangkatan ke daerah yang telah ditentukan. Sebelumnya, warga yang berminat transmigrasi khususnya Kalimantan Timur hanya diberitahu nama daerah yang akan menjadi lokasi yang akan mereka tempati nantinya tanpa penjelasan lebih mengenai lokasi tersebut. Selanjutnya, melalui Departemen Transmigrasi, maka dibukalah transmigrasi umum tersebut yang mendatangkan masyarakat dari luar daerah dan beberapa masyarakat lokal untuk kemudian menempati UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) yang dikepalai oleh KUPT (Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi). Kala itu, Departemen Transmigrasi berkontribusi dalam penyiapan lahan dan pembuatan rumah trans. Sementara KUPT bertugas menjadi koordinator yang menjembatani desa transmigrasi selama menjadi desa persiapan atau percobaan hingga menjadi desa definitif. Pembentukan desa definitif ditentukan oleh pemerintah provinsi Kaltim dimana serah-terima dilakukan oleh Departemen Transmigrasi kepada pemerintah daerah. Sebelum serah-terima tersebut, laporan pertanggungjawaban masih dilaporkan ke KUPT untuk kemudian diteruskan ke Departemen Transmigrasi. Setelah menjadi definitif, bertanggung jawab pada camat.

Rombongan yang bertransmigrasi dari pulau Jawa tepatnya Jawa Barat ke Kalimantan Timur diantar menggunakan pesawat tempur Hercules yang disediakan oleh pemerintah pada orde baru. Sedangkan untuk barang-barang yang dibawa oleh warga transmigran diangkut menggunakan kapal laut. Perjalanan pada saat itu memakan waktu lumayan lama karena warga transmigran harus beberapa kali transit dan menginap terlebih dahulu di penampungan yang berupa asrama transmigrasi sebelum akhirnya tiba dilokasi tujuan. Perjalanan darat dilanjutkan menggunakan kendaraan sejenis bus atau mobil truk menuju kota Samarinda dimana kondisi jalan darat pada saat itu belum beraspal seperti sekarang dan masih berupa jalan tanah biasa. Sehingga, apabila turun hujan maka jalan akan sulit dilalui. Setibanya di lokasi tujuan, warga dibagikan nomor rumah dengan sistem acak atau undian untuk kemudian warga mencari sendiri rumah masing-masing (yang telah ditulisi nomor menggunakan kapur) yang sesuai dengan nomor yang telah diberikan.

Rombongan yang pertama kali datang berasal dari Jawa Barat pada tanggal 24 April 1981 dengan jumlah 93 kepala keluarga. Kemudian, rombongan ke dua tiba sebulan kemudian pada tanggal 24 Mei 1981 dari Jawa Timur dengan jumlah 25 kepala keluarga. Dua hari kemudian atau lebih tepatnya pada tanggal 26 Mei 1981 kembali tiba rombongan ke tiga dari daerah yang sama seperti rombongan ke dua yaitu Jawa Timur dengan jumlah 28 kepala keluarga. Akan tetapi, pada awalnya 28 kepala keluarga tersebut akan ditempatkan seluruhnya di Kelurahan Separi I tetapi dikarenakan perumahan yang tidak memadai yang hanya dapat menampung 11 kepala keluarga maka 17 kepala keluarga lainnya dipindahkan ke Separi III yang sekarang menjadi Desa Bhuana Jaya. Sedangkan, rombongan yang tiba di bulan Juni setelah rombongan ketiga dan seterusnya lebih banyak menyebar ke daerah arah barat di sekitar Bhuana Jaya.

Rumah transmigrasi yang ditempati pada saat ituberupa rumah papan panggung rendah berukuran 5×7 M beratapkan seng yang terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar dan satu dapur. Saat ini, rumah transmigrasi sudah jarang ditemui karena sudah lapuk dan termakan usia dan di tambah lagi mayoritas warga telah merenovasi rumah mereka. Setelah lima tahun sejak kedatangan, setiap kepala keluarga dibagikan tanah seluas 2 Hektare ( Lahan Perumahan 0,25 Ha, Lahan Usaha pertama 0,75 Ha dan Lahan Usaha Kedua 1 Ha ) dengan anggaran 5 juta saat itu dan dibimbing selama 5 tahun yang kemudian diberikan sertifikat tanah yang masih bersifat hak pakai dan belum hak milik. Setelah lima tahun berlalu, sertifikat tanah yang dibagikan tersebut di tarik kembali oleh Badan Pertanahan untuk dipastikan apakah ada perubahan nama dikarenakan ada beberapa warga transmigran yang telah mendapat jatah tanah yang kemudian memutuskan untuk kembali ke daerah asal mereka karena tidak betah. Tak dapat dipungkiri, kehidupan awal masyarakat transmigran di desa Bhuana Jaya tergolong memprihatinkan dikarenakan daerah yang tergolong masih hutan. Sehingga, diperlukan pendataan ulang yang berkaitan dengan sertifikat tanah tersebut.

Di sisi lain, Desa Bhuana Jaya menjadi desa persiapan yang dipimpin sekaligus dibimbing oleh KUPT selama sekitar 9-10 tahun atau hingga tahun 1989-1990. Setelah diyakini mampu menjadi desa mandiri, barulah kemudian dilepas oleh Departemen Transmigrasi dan menjadi definitif dimana masih termasuk dalam kecamatan Tenggarong dikarenakan pada saat itu kecamatan Tenggarong Seberang belum terbentuk. Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 1996 pasal 1 barulah terbentuk Kecamatan Tenggarong Seberang yang mana termasuk didalamnya Desa Bhuana Jaya.

Di tahun-tahun awal yang sulit, warga yang ditransmigrasikan ke Tenggarong tidak semua membawa atau dibekali bibit-bibit tanaman sehingga warga harus membeli bahan pangan dari Desa Bukit Pariaman atau L4 ( sekarang Kertabuana ). Bahkan, beberapa warga tidak betah memilih untuk meninggalkan desa dikarenakan jatah pemberian pemerintah sudah habis dan sulitnya mendirikan sebuah usaha karena akses yang kurang memadai dan pembangunan yang masih sangat minim. Beberapa dari mereka memutuskan untuk menjual rumah beserta isinya dimana diharapkan dari hasil penjualan tersebut mereka dapat kembali ke daerah asal mereka. Walaupun, ada beberapa warga yang memutuskan untuk kembali lagi tinggal di desa. Dengan jarak tempuh sekitar 45 km dari pusat pemerintahan ( Samarida … waktu tempuh saat itu rata rata 12 Jam lebih , bahkan harus nginap di Samarinda esuk harinya baru pulang ke Bhuana Jaya akibat insfrastuktur jalan masih berupa jalan tanah ) dan 20 km dari kota kecamatan sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan ekonomi, sosial dan budaya. Kehidupan di desa Bhuana Jaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi setelah memasuki tahun 2000-an. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh masuknya perusahaan tambang yang membeli tanah warga desa.<blockquote>Salah satu tanda yang masih bertahan hingga saat ini yaitu patok kayu ulin yang terletak di simpang empat RT 03 Dusun Pulau Mas yang ditancap pada April 1981. Patok tersebut sebagai tanda ucapan selamat datang kepada para warga transmigran pertama dari Jawa Barat yang tiba di desa Bhuana Jaya. Awalnya, Patok kayu ulin tersebut memiliki pondasi dan hiasan berupa senjata khas Jawa Barat yang berbentuk Kujang (senjata khas suku Sunda) . Seiring dengan berjalannya waktu, bagian yang tersisa hanya bagian patok kayu ulin yang masih berdiri hingga saat ini. Begitu juga dengan tiga pohon beringin yang ditanam oleh para warga yang pertama kali datang. Salah satu pohon beringin terletak di simpang empat yang dianggap tempat strategis. Pohon beringin tersebut masih dipertahankan hingga saat ini walaupun letaknya tepat berada ditengah simpang empat Mekarsari meskipun telah dipangkas dan hanya menyisahkan bagian pangkal batang pohon beringin dipilih karena merupakan pohon yang sering dikunjungi orang pada zaman dulu dan merupakan pohon yang rindang.</blockquote>Kembali, oleh bapak Siswo Sutardi dari KUPT dari Departemen Transmigrasi sempat melestarikan cerita sejarah desa dalam bentuk lagu dan pantun yang biasa disebut ''gending'' untuk menceritakan desa dengan uraian-uraian didalam lagu tersebut. Hanya saja, baik lagu maupun pantun tersebut tidak dilestarikan. Tidak adanya generasi yang melestarikan lagu-lagu dan pantun tersebut menyebabkan hilangnya salah satu sumber sejarah desa yang penting. Untuk dapat mengumpulkan informasi mengenai sejarah Desa Bhuana Jaya mengandalkan tetua-tetua atau masyarakat generasi pertama yang masih hidup.

Pohon Beringin yang masih ada di simpang empat yang diyakini sebagai titik tengah desa

Di sisi lain, tentu saja masih belum terbentuk susunan pemeritahan seperti dusun ataupun rukun tetangga seperti saat ini. Warga masih dalam bentuk kelompok-kelompok. Setiap kelompok membawahi masing-masing sekitar sepuluh kepala keluarga. Hal tersebut mempermudah apabila ada pembagian jaminan hidup berupa sembako dan lain sebagainya kepada masing-masing KK. Di lain sisi, kepala desa persiapan dilakukan pada tahun 1985 melalui musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan para warga. Dari pemilihan kepala desa tersebut, diikuti pula dengan berkembangnya penataan serta pembangunan desa.

Bangunan kantor Desa tempo dulu

Menurut data dari sumber website yang dihimpun dan diketahui bahwa Desa Bhuana Jaya sudah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan ''(Kepala Desa)'' sebanyak 10 kali, adapun urutannya adalah sebagai berikut:

* Bonasim Eko Suparno (Alm.) merupakan kepala desa pertama yang diangkat berdasarkan musyawarah bersama KUPT dan menjabat selama sekitar satu tahun periode 1985-1986. Beliau pada saat itu berkontribusi dalam hal penataan desa.
* Suparno merupakan penanggung jawab kepala desa yang menjabat selama hampir dua periode atau sembilan tahun pada tahun 1986-1995. Pada masa jabatnya, beliau memberikan sumbangsih yang besar dibidang persawahan dan perkebunan serta pembangunan desa.
* Subandi (Alm.) merupakan kepala desa hasil pemilihan secara demokrasi periode tahun 1995-1999 namun dalam proses perjalananya untuk membangun Desa Bhuana Jaya kandas di tengah jalan karena tidak lagi mendapat kepercayaan masyarakat. Pada masanya telah dikembangkan Trans Swakarsa Mandiri (TSM) dan berbagai pembangngunan pertanian antara lain pembuatan Jalan Usaha tani pola padat karya dan lain-lain.
* Abduk Razak Chaery (Alm) di angkat menjadi penanggung jawab kepala desa atas usulan masyarakat periode tahun 1999-2001. Kurun waktu 2 tahun beliau bersama LMD dan LKMD memegang kendali pemerintah Desa hingga terbentuk Kepala Desa Definitif melalui pemilihan Kepala Desa tahun 2001.
* Hadi Suharto S.Pd menjabat bertepatan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang otonomi Daerah di sahkan, yang memberi ruang gerak pemerintah daerah untuk mengembangkan dan menggali potensi daerah yang ada. Pencapaian beliau selama menjabat yaitu di bidang pembangunan infrastruktur jalan desa selama periode 2001-2006.
* Suwondo dangkat menjadi Pejabat Kepala Desa melalui Surat Keputusan /SK Bupati Kutai Kartanegara NOMOR :141/355/PD-II/SK-PJ.KADES/VII/2006 menggantikan Bapak Hadi Suharto yang habis masa jabatanyan. Selama masa jabatannya pada tahun 2006, pencapaian yang telah beliau berikan seperti perombakan, bangunan perkantoran desa, mempelopori desa-desa melek internet dan informasi, menjadi pejuang domain desa.id.
* Riyadi A.Md. menjabat pada tahun 2007-2012. Sosok muda yang berbakat yang berasal dari keluarga peserta transmigrasi tahun 1981, sehingga dalam pemilihan kepala Desa tahun 2007 memperoleh kemenangan sebagai simbol kepercayaan masyarakat terhadap beliau. Beliau membangun desa yang tertib administrasi.
* Bambang Maryono menjabat sebagai kepala desa pada tahun 2012 hingga 2013 menggantikan Riyadi.
* Maulana (Alm.) menjadi kepala desa periode 2013-2017. Beliau membawa Desa Bhuana Jaya menjadi juara III pada lomba desa tingkat kabupaten.
* Suwondo kembali diangkat menjadi PJ. Kepala Desa Berdasar SK. Bupati Tahun 2017 setelah kepala desa sebelumnya wafat selama masa jabatan yang masih berlangsung. masa jabatan yang beliau emban sampai terpilihnya Kepala Desa Definitif nanti
* Frend Effendy diangkat dari hasil pemilihan Kepala desa serentak Tanggal 16 Oktober Tahun 2019 memperoleh suara terbanyak sehingga Panitia Pemilihan menetapkan da BPD memutuskan tentang penetapan Kepala desa terpilih yang tertuang dalam SK BPD Nomor 027/BPD-BJ/X/2019 tanggal 18 Oktober 2019ndan ditetapkan berdasarkan SK.Bupati Kutai Kartanegara Nomor 598/SK-BUP/HK/2019 tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala desa Bhuana jaya masa Jabatan 2019 - 2015

Narasumber:

# Bapak Suparno (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Blitar, 12 maret 1950, Tani/mantan Kepala desa 2 periode 1986-1995, 68 tahun, Suku Jawa, kediaman Bapak Suparno. 25/07/2018 at 4 p.m.
# Bapak Suwondo (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Sumsel, PJ kepala desa periode hingga oktober 2017, Suku Jawa, kediaman Bapak Suwondo at 9 a.m. on 28/07/2018
# Bapak Agus Nasar (RT. 01 Dusun Pulau Mas) asal Karawang, 1944, Tani, Suku Sunda, 74 Tahun, pekarangan rumah bapak Agus Nasar 28/07/2018
# Ibu Waginah (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Blitar/Karang Anyar Jawa Tengah, 7 Juli 1949, 69 tahun, pengurus posyandu, Suku Jawa, Kediaman ibu Waginah, 25/07/2018 at 11 a.m.
# Bapak Rigan (RT. 15 Dusun Binamulya) Tani, Suku Jawa, kebun Bapak Rigan at 10 a.m.
# Bapak Sutoyo (RT. 22 Dusun Sidomakmur) asal Blitar, 1938, 78 tahun, Tani, Suku Jawa, pondok di sawah bapak Sutoyo, 25/07/2018


== Batas wilayah ==
== Batas wilayah ==
Baris 21: Baris 74:
}}<!--
}}<!--
A.1.1. Asal usul Desa /Legenda Desa
A.1.1. Asal usul Desa /Legenda Desa
Desa Bhuana Jaya yang sering disebut Separi III merupakan desa bentukan dari Departemen Trasmigrasi era tahun delapan puluhan yang kala itu merupakan UPT.SP2 Separi . Kata Separi sendiri merupakan desa adat yang sudah ada sebelum Bhuana Jaya terbentuk , boleh dikatakan bahwa Desa Bhuana Jaya asal muasalnya adalah perkembangan wilayah Separi yang sekitar tahun 1981dengan diserah terimakannya UPT tersebut oleh Departemen Transmigrasi Kepada Pemerintah daerah sehingga menjadi desa Definitif dengan nama Bhuana Jaya.
Desa Bhuana Jaya yang sering disebut Separi III merupakan desa bentukan dari Departemen Trasmigrasi era tahun delapan puluhan yang kala itu merupakan UPT.SP2 Separi . Kata Separi sendiri merupakan desa adat yang sudah ada sebelum Bhuana Jaya terbentuk, boleh dikatakan bahwa Desa Bhuana Jaya asal muasalnya adalah perkembangan wilayah Separi yang sekitar tahun 1981dengan diserah terimakannya UPT tersebut oleh Departemen Transmigrasi Kepada Pemerintah daerah sehingga menjadi desa Definitif dengan nama Bhuana Jaya.


Desa Bhuana Jaya, yang merupakan Desa bentukan tentunya latar belakang sosial budayanya beragam yang mayoritas merupakan etnis jawa (70 % ), Sunda ( 20 % ) dan 10 % merupakan penduduk local (Kutai, Dayak dan Banjar). Dengan keanekaragaman etnis tersebut menjadikan Desa yang kaya akan budaya yang selalu menjunjung tinggi nilai- nilai kebinekaan yang bersatu untuk mencapai tujuan dan kejayaan bersama.
Desa Bhuana Jaya, yang merupakan Desa bentukan tentunya latar belakang sosial budayanya beragam yang mayoritas merupakan etnis jawa (70 % ), Sunda ( 20 % ) dan 10 % merupakan penduduk local (Kutai, Dayak dan Banjar). Dengan keanekaragaman etnis tersebut menjadikan Desa yang kaya akan budaya yang selalu menjunjung tinggi nilai- nilai kebinekaan yang bersatu untuk mencapai tujuan dan kejayaan bersama.


Desa dengan luas wilayah kurang lebih 4.957 Ha. Terdiri empat (4) Dusun dan 23 RT Yang berbatasan dengan : . yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah.
Desa dengan luas wilayah kurang lebih 4.957 Ha. Terdiri empat (4) Dusun dan 23 RT Yang berbatasan dengan: . yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah.


Dengan jarak tempuh sekitar 45 Km dari Pusat pemerintahan Kabupaten dan 20 Km dari Kota Kecamatan berpengaruh terhadap proses perkembangan ekonomi,social dan budaya. Namun dengan pesatnya teknologi informasi global boleh dikata desa dengan tipologi C sesuai apa yang tertulis dalam lampiran V. Peraturan Bupati No. 73 Tahun 2008 tanggal 24 Desember 2008 dalam perkembangan ekonomi, sosial dan lain-lain tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain di Kabupaten Kutai kartanegara ini.
Dengan jarak tempuh sekitar 45 Km dari Pusat pemerintahan Kabupaten dan 20 Km dari Kota Kecamatan berpengaruh terhadap proses perkembangan ekonomi,social dan budaya. Namun dengan pesatnya teknologi informasi global boleh dikata desa dengan tipologi C sesuai apa yang tertulis dalam lampiran V. Peraturan Bupati No. 73 Tahun 2008 tanggal 24 Desember 2008 dalam perkembangan ekonomi, sosial dan lain-lain tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain di Kabupaten Kutai kartanegara ini.
Baris 43: Baris 96:
1. Bapak Suparno ( 1986 – 1995 )
1. Bapak Suparno ( 1986 – 1995 )


Merupakan Pejabat Kepala Desa /PJ. Kepala Desa setelah Almarhum Bonasim Eko suparno mengundurkan diri. Lahir di Blitar Jatim tanggal 12 Maret 1952 Pada masanya yang menjabat hingga kurang 9 Tahun cukup dapat membuat perubahan dinamika masyarakat yang dulunya cenderung kurang semangat menempati UPT ini perlahan menyatu dan merasakan bahwa ini adalah pemukiman /Desa kita yang harus kita bangun. Pada masanya percetakan sawah dengan irigasi sederhana , pembukaan lahan perkebunan Coklat melalui Proyek P2WK dan pengembangan pecahan KK.
Merupakan Pejabat Kepala Desa /PJ. Kepala Desa setelah Almarhum Bonasim Eko suparno mengundurkan diri. Lahir di Blitar Jatim tanggal 12 Maret 1952 Pada masanya yang menjabat hingga kurang 9 Tahun cukup dapat membuat perubahan dinamika masyarakat yang dulunya cenderung kurang semangat menempati UPT ini perlahan menyatu dan merasakan bahwa ini adalah pemukiman /Desa kita yang harus kita bangun. Pada masanya percetakan sawah dengan irigasi sederhana, pembukaan lahan perkebunan Coklat melalui Proyek P2WK dan pengembangan pecahan KK.
Saat proses pembangunan sudah mulai berjalan dengan baik masyarakat menuntut pembangunan Kepemimpinan melalui proses Demokrasi yang selanjutnya dilaksanakan pemelihan kepala Desa . ( Merupakan pemilihan kepala Desa Pertama Tahun 1995)
Saat proses pembangunan sudah mulai berjalan dengan baik masyarakat menuntut pembangunan Kepemimpinan melalui proses Demokrasi yang selanjutnya dilaksanakan pemelihan kepala Desa . ( Merupakan pemilihan kepala Desa Pertama Tahun 1995)


Baris 68: Baris 121:
5. Bapak Hadi Suharto S.Pd
5. Bapak Hadi Suharto S.Pd


Lahir di Blitar Jawa timur, 15 Februari 1962 Merupakan seorang Guru SLTPN 2 Tenggarong Seberang , dengan dukungan masyarakat dan izin dari atasannya sehingga terpilih menjadi Kepala Desa . saat beliau menjabat bertepatan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang otonomi Daerah di sahkan , yang memberi ruang gerak pemerintah daerah untuk mengembangkan dan menggali potensi Daerah yang ada .
Lahir di Blitar Jawa timur, 15 Februari 1962 Merupakan seorang Guru SLTPN 2 Tenggarong Seberang, dengan dukungan masyarakat dan izin dari atasannya sehingga terpilih menjadi Kepala Desa . saat beliau menjabat bertepatan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang otonomi Daerah di sahkan, yang memberi ruang gerak pemerintah daerah untuk mengembangkan dan menggali potensi Daerah yang ada .
Hingga akhirnya bentuk susunan pemerintahan Desa harus dirubah mengikuti Undang-undang tersebut . saat itu Badan Perwakilan Desa ( BPD ) sebagai lembaga legislative di Desa di bentuk melalui pemilihan langsung dengan Anggota 13 Orang yang di ketuai oleh Bapak Suwiono (Ket. Umum ) , Bapak M.Damsiki S.Pd.MM (Ket.I ) dan Bapak Suwondo ( Ket.II )
Hingga akhirnya bentuk susunan pemerintahan Desa harus dirubah mengikuti Undang-undang tersebut . saat itu Badan Perwakilan Desa ( BPD ) sebagai lembaga legislative di Desa di bentuk melalui pemilihan langsung dengan Anggota 13 Orang yang di ketuai oleh Bapak Suwiono (Ket. Umum ), Bapak M.Damsiki S.Pd.MM (Ket.I ) dan Bapak Suwondo ( Ket.II )
Dengan Program perdesaan dalam rangka gerakan pemberdayaan Kutai ( Gerbang Dayaku ) seluruh Desa mendapat alokasi anggaran sebesar 1 Milyar/tahun walaupun dalam realisasinya jauh dari harapan, namun Infra struktur jalan desa melalui Program P2D dan gerbang Dayaku pada saat beliau memimpin 75 % terealisasi Pengerasan ( Makadam ) , 5 % semenisasi , 5 % LPB kelas C. dan 10 % belum tersentuh pengerasan. Pada masa beliau Administrasi kantor, pengarsipan surat menyurat , dan komputerisasi surat menyurat dilaksanakan dengan baik.
Dengan Program perdesaan dalam rangka gerakan pemberdayaan Kutai ( Gerbang Dayaku ) seluruh Desa mendapat alokasi anggaran sebesar 1 Milyar/tahun walaupun dalam realisasinya jauh dari harapan, namun Infra struktur jalan desa melalui Program P2D dan gerbang Dayaku pada saat beliau memimpin 75 % terealisasi Pengerasan ( Makadam ), 5 % semenisasi, 5 % LPB kelas C. dan 10 % belum tersentuh pengerasan. Pada masa beliau Administrasi kantor, pengarsipan surat menyurat, dan komputerisasi surat menyurat dilaksanakan dengan baik.


HADI SUHARTO
HADI SUHARTO
Baris 77: Baris 130:
6. Bapak Suwondo
6. Bapak Suwondo


Lahir di Palembang, 3 Desember 1966 dangkat menjadi Pejabat Kepala Desa melalui Surat Keputusan /SK Bupati Kutai Kartanegara NOMOR :141/355/PD-II/SK-PJ.KADES/VII/2006 menggantikan Bapak Hadi Suharto yang habis masa jabatanyan , dalam kepemimpinannya yang relative singkat difokuskan untuk proses Pilkades dan melanjutkan program bapak Hadi Suharto yang habis Masa jabatannya . pada masanya gagasan perombakan dan Pembangunan kantor Desa di laksanakan dalam draf revisi Buku putih Tahun 2006.
Lahir di Palembang, 3 Desember 1966 dangkat menjadi Pejabat Kepala Desa melalui Surat Keputusan /SK Bupati Kutai Kartanegara NOMOR:141/355/PD-II/SK-PJ.KADES/VII/2006 menggantikan Bapak Hadi Suharto yang habis masa jabatanyan, dalam kepemimpinannya yang relative singkat difokuskan untuk proses Pilkades dan melanjutkan program bapak Hadi Suharto yang habis Masa jabatannya . pada masanya gagasan perombakan dan Pembangunan kantor Desa di laksanakan dalam draf revisi Buku putih Tahun 2006.
SUWONDO
SUWONDO
( PJ. Kepala Desa Tahun 2006-2007 )
( PJ. Kepala Desa Tahun 2006-2007 )
Baris 83: Baris 136:
7. Bapak Riyadi A.Md.
7. Bapak Riyadi A.Md.


Pria kelahiran Banyuwangi Jawa Timur tanggal 13 Mei 1978 merupakan sosok muda yang berbakat , sehingga dalam pemilihan kepala Desa tahun 2007 memperoleh kemenangan sebagai simbol kepercayaan masyarakat terhadap beliau.
Pria kelahiran Banyuwangi Jawa Timur tanggal 13 Mei 1978 merupakan sosok muda yang berbakat, sehingga dalam pemilihan kepala Desa tahun 2007 memperoleh kemenangan sebagai simbol kepercayaan masyarakat terhadap beliau.


A.1.3. Letak Geografis, Tipologi dan Iklim
A.1.3. Letak Geografis, Tipologi dan Iklim


Desa Bhuana Jaya berpenduduk 3474 Jiwa atau sekitar 1246 KK dengan luas wilayah kurang lebih 4957 Ha yang terletak pada kisaran 117° 05́ 05 ˝BT – 117° 11́ 06˝ BT dan 00°16́ 50 ˝ LS – 00 ° 11́ 10 ˝ LS Berdasarkan hasil Pemetaan Proyek Peta batas Desa tahun 1999 yang berbatasan dengan :
Desa Bhuana Jaya berpenduduk 3474 Jiwa atau sekitar 1246 KK dengan luas wilayah kurang lebih 4957 Ha yang terletak pada kisaran 117° 05́ 05 ˝BT – 117° 11́ 06˝ BT dan 00°16́ 50 ˝ LS – 00 ° 11́ 10 ˝ LS Berdasarkan hasil Pemetaan Proyek Peta batas Desa tahun 1999 yang berbatasan dengan:
 Sebelah utara : Desa Mulawarman dan Desa Sukamaju
 Sebelah utara : Desa Mulawarman dan Desa Sukamaju
 Sebelah timur : Desa Bukit Pariaman
 Sebelah timur : Desa Bukit Pariaman
Baris 93: Baris 146:
 Sebelah Barat : Desa Separi
 Sebelah Barat : Desa Separi


Tipologi tanah berbukit sedang , ketinggian rata rata 30 m sampai 52 m dari permukaan laut sehingga dengan letak geografis tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Desa Bhuana Jaya beriklim Tropis basah , sebab berada di sekitar garis katulistiwa yang kondisi iklimnya selalu berubah-ubah.
Tipologi tanah berbukit sedang, ketinggian rata rata 30 m sampai 52 m dari permukaan laut sehingga dengan letak geografis tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Desa Bhuana Jaya beriklim Tropis basah, sebab berada di sekitar garis katulistiwa yang kondisi iklimnya selalu berubah-ubah.


Curah hujan rata-rata 1930,10 mm/tahun terjadi merata sepanjang tahun sehingga kelembaban rata-rata tertinggi 93,0 % terjadi pada bulan Januari dan rata-rata kelembaban terrendah 86,9% terjadi pada bulan Juni, suhu maximum rata rata 32,2 ° C dan rata-rata minimum 21,0° C. Jenis dan tekstur tanah di wilayah Desa Bhuana Jaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tanah yang berada relative rendah ( Exs rawa-rawa ) dan tepi sungai bertekstur lempung yang merupakan jenis Alluvial organosal sedangkan yang berada pada lahan kering (tegalan ) merupakan tanah Potsolit merah kuning dengan tekstur lempung berpasir.
Curah hujan rata-rata 1930,10 mm/tahun terjadi merata sepanjang tahun sehingga kelembaban rata-rata tertinggi 93,0 % terjadi pada bulan Januari dan rata-rata kelembaban terrendah 86,9% terjadi pada bulan Juni, suhu maximum rata rata 32,2 ° C dan rata-rata minimum 21,0° C. Jenis dan tekstur tanah di wilayah Desa Bhuana Jaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tanah yang berada relative rendah ( Exs rawa-rawa ) dan tepi sungai bertekstur lempung yang merupakan jenis Alluvial organosal sedangkan yang berada pada lahan kering (tegalan ) merupakan tanah Potsolit merah kuning dengan tekstur lempung berpasir.


Orbitrasi dan lama tempuh ( Jarak dan waktu tempuh dari pusat Pemerintahan Desa ) sebagai berikut :
Orbitrasi dan lama tempuh ( Jarak dan waktu tempuh dari pusat Pemerintahan Desa ) sebagai berikut:


 Jarak dari kantor Kecamatan : 20 Km. waktu tempuh 0.5 Jam
 Jarak dari kantor Kecamatan : 20 Km. waktu tempuh 0.5 Jam
Baris 103: Baris 156:
 Jarak dari Ibukota Provinsi : 43 Km waktu tempuh 1.0 Jam
 Jarak dari Ibukota Provinsi : 43 Km waktu tempuh 1.0 Jam


A.1.4. Keadaan sosial ekonomi penduduk


Berikut daftar perangkat Desa Bhuana Jaya:
Seperti tersebut diatas bahwa jumlah penduduk Desa Bhuana Jaya saat ini mencapai 3537 Jiwa yang terbagi dalam 941 KK yang mendiami wilayah seluas 3949 Ha.berdasar hasil survey yang dilakukan FD. (Fasilitator Desa ) dan kader Desa di peroleh data sbb:


 Kepala Desa : MAULANA
A. Tingkat kesejahteraan Keluarga

Penduduk Pra sejahtera Penduduk sejahtera I Penduduk sejahtera II Penduduk Sejahtera III
Penduduk Sejahtera plus

104
61 335 324 174
Jumlah total rumah rumah tangga/ KK : 998

B. Pasangan usia subur dan aseptor KB

PASANGAN USIA SUBUR
JUMLAH PESERTA KB. NON PESERTA KB
Pasanagan usia subur PUS menurut usia Pemerintah swasta Imlant dicabut tahun depan Hamil Ingin anak sergera Ingin anak ditunda Tidak ingin anak lagi
< 20 20-29 30-49
816 237 314 265 235 401 6 26 91 57


C. Penduduk menurut pendidikan

NO Jenjang Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Belum sekolah
Usia 7 -45 tidak pernah sekolah
Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Lulusan DI –DIII
Lulusan SI
Lulusan S2 676
-
127
710
973
928
128
36
3


D.Penduduk menurut usia

NO Umur
(Tahun ) Laki-laki Perempuan Jumlah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 0 - 1
1 - 5
5 - 6
7 - 15
16 - 21
22 – 59
60 – ke atas
87
120
124
322
338
932
158 96
136
97
201
297
888
153

183
256
221
523
635
1820
311

E.Penduduk menurut mata pencaharian

NO Pekerjaan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Petani
Buruh tani
Buruh swasta/karyawan perusahaan
PNS
Pengrajin
Pedagang
Peternak
TNI/POLRI
Jasa
Pensiunan 2261
7
108
31
-
12
13
1
6
4

F.Penduduk menurut Agama

NO Agama Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Kristen Protestan
Katholik
Hindu
Bhuda 3298
241
-
-
-
A.1.5 . Kelembagaan Desa
Desa merupakan lembaga Pemerintah atau sebutan lain yang selanjutnya disebut Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui oleh Negara Kesatuan RI.
Ketentuan diatas dapat dijabarkan dalam pengelolaan Pemerintahan desa yang melibatkan segala aspek dan kelembagaan Desa seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri dalam negeri NO. 5 Tahun 2007 tentang Penataan Lembaga Kemasyarakatan yang bersumber dari masyarakat , untuk Masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan tata perundangan yang berlaku. Adapun organisasi masyarakat setempat ( OMS ) dan Lembaga Pemerintahan di Desa Bhuana Jaya terdiri dari :

1. Pemerintah Desa
2. Badan Permusyawaratan Desa
3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
4. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
5. Lembaga Perkriditan Desa
6. Karang Taruna
7. Forum kemitraan perpolisian Masyarakat
8. Forum komunikasi masyarat dll

A.1.5.1. Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan perangkat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan jalannya roda pemerintahan Desa.

Berikut daftar perangkat Desa Bhuana Jaya :

 Kepala Desa : Riyadi. A.Md
 Sekretaris Desa : Suwondo
 Sekretaris Desa : Suwondo
Ka. Pemerintahan : Achmad Aripin S.Pd
Kasi.Pemerintahan : Achmad Aripin S.Pd
Ka.Pembangunan : Suwarno. JP.
Kasi.Pelayanan : Sugiarti.A.Md
Ka. Umum : Herni Yulaika
Kasi.Kesra : Suhardi
Bendahara Desa : Binti Yuliatin
Kaur.Umum/TU : Herni Yulaikaha
Kadus. Pulau Mas : Suharno
Kaur.Perencanaan: Heriansyah
 Kaur.Keuangan: Susilowati.A.Md
 Kadus Binamulya : Rigan
 Bendahara Desa : Eka Yulianita
 Kadus Sidomakmur : Partolo
 Staf Desa : M.Sidiq, Nita Tri mutami, Irpan aditaya Sanjaya, Mario, Nia rosalina
 Kadus Mekarsari : Sutomo


Disamping Perangkat desa diatas dalam menjalankan tugas-tugas kepemerintahan di bantu oleh organisasi masyarakat setempat (RT) yang mana di desa Bhuana Jaya terdiri dari 26 RT yang tersebar di empat wilayah Dusun.
Disamping Perangkat desa di atas dalam menjalankan tugas-tugas kepemerintahan di bantu oleh organisasi masyarakat setempat (RT) yang mana di desa Bhuana Jaya terdiri dari 26 RT yang tersebar di empat wilayah Dusun.


o Dusun pulau Mas : 7 RT
o Dusun pulau Mas : 7 RT
Baris 283: Baris 177:
o Dusun Mekarsari : 3 RT
o Dusun Mekarsari : 3 RT
-->
-->

== Pranala luar ==
* [http://www.bhuanajaya.desa.id Situs web resmi desa Bhuana Jaya]


{{Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara}}
{{Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara}}

{{Authority control}}

{{desa-stub}}
{{desa-stub}}
<references />
__PAKSADAFTARISI__

Revisi terkini sejak 20 Agustus 2023 22.37

Tugu pertama datang
Situs sejarah desa Bhuana Jaya
Bhuana Jaya
Kantor kepala desa Bhuana Jaya
Kantor desa Bhuana Jaya
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Timur
KabupatenKutai Kartanegara
KecamatanTenggarong Seberang
Kode pos
75572
Kode Kemendagri64.02.16.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas4.531 Ha
Jumlah penduduk4.158 jiwa
Kepadatan1,25 jiwa/km²
Jumlah RT23
Situs webhttps://bhuanajaya.desa.id

Sejarah Desa Bhuana Jaya

Desa Bhuana Jaya, masih sering disebut sebagai Separi III hingga kini, merupakan desa eks-transmigrasi. Desa Bhuana Jaya awalnya, merupakan lokasi transmigrasi yang dibuka tahun 1981 dan pada saat itu masih berupa hutan. Transmigrasi merupakan gagasan atau program pemerintah untuk melakukan pemerataan penduduk pada masa orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah untuk pemerataan dan penyebaran penduduk dari wilayah yang padat ke wilayah yang masih kurang penduduk dan Tenggarong Seberang menjadi salah satu daerah transmigrasi untuk membuka lahan baru karena masih minimnya penduduk. Karena itu, mayoritas penduduk yang menempati Desa Bhuana Jaya berlatar belakang sosial budaya dari beragam etnis atau suku seperti etnis Jawa (70%); Sunda (20%); warga lokal seperti Dayak, Kutai dan Banjar(9%); dan lain-lain seperti etnis Bugis (1%).

Kepala Desa Pertama Almarhum. Bonasim Eko Suparno

Berdasarkan SK Gubernur (Eri Suparjan) tahun 1981, luas keseluruhan Desa Bhuana Jaya yaitu 4957 Hektare yang berbatasan langsung dengan: Desa Mulawarman dan Sukamaju di sebelah utara, Desa Bukit Pariaman di sebelah timur dan selatan, dan Desa Separi di sebelah barat dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani sawah. Desa Bhuana Jaya memiliki tiga dusun yaitu Pulau Mas (berasal dari tempat pacuan kuda yang pada saat itu diusulkan oleh Bapak Taqim, warga Sunda yang pernah berkunjung ke Jakarta), Binamulya (karena merupakan daerah baru, maka diusulkan nama tersebut yang bermakna “dibina agar mulia”) dan Sidomakmur (bermakna “agar makmur”). Setelah dilakukan pemekaran, akhirnya terbentuk Dusun Mekarsari pada tahun 1991 yang merupakan pecahan dari Dusun Binamulya. Untuk pemilihan nama setiap dusun dilakukan oleh masing-masing kelompok warga yang menempati dusun-dusun tersebut yang kemudian diberikan wewenang untuk memilih nama dusun yang dirasa cocok dan tepat. Tidak diketahui secara pasti makna dari setiap pemberian nama yang telah dipilih tersebut. Intinya, tujuan dari masing-masing nama tersebut merupakan doa dan harapan yang baik bagi masing-masing dusun. Hingga saat ini, Desa Bhuana Jaya memiliki 4 dusun dan 23 RT.

[1]

Nama Bhuana Jaya sendiri merupakan hasil kesepakatan atau musyawarah dari masyarakat yang pertama kali menempati desa pada tahun 1981. Pemerintah memberikan kewenangan pada masyarakat untuk menentukan nama yang di rasa cocok untuk desa. Dari situ, maka dilakukanlah pertemuan untuk menentukan nama desa oleh perkumpulan warga transmigrasi (Jabar, Jatim dan Jateng) dan beberapa warga lokal (etnis Dayak dan Kutai) yang berlokasi di balai desa lama pada saat itu melalui musyawarah hingga disepakati nama Bhuana Jaya sampai saat ini. Berdasarkan tetua-tetua dari generasi pertama yang menempati desa, tidak diketahui secara pasti arti dari Bhuana Jaya itu sendiri. Kebanyakan dari mereka mengartikannya secara leksikal atau berdasarkan kata demi kata sehingga apabila disimpulkan maknanya dibagi menjadi dua. Secara harfiah, Bhuana yang berarti “hutan” dan Jaya yang berarti “makmur”. Secara etimologis, Bhuana jaya berarti bumi atau dunia tempat pemukiman yang aman dan jaya dalam segala hal aktivitas masyarakatnya maupun pemerintahannya.

Selanjutnya, dibukanya pendaftaran bagi warga yang berminat untuk berpartisipasi dalam pemerataan penduduk dan mencari peruntungan di daerah yang baru di bidang pertanian. Warga luar daerah yang berminat dan ingin bertransmigrasi kemudian mendaftarkan diri dan di data didaerah asalnya masing-masing untuk selanjutnya menunggu hingga waktu keberangkatan ke daerah yang telah ditentukan. Sebelumnya, warga yang berminat transmigrasi khususnya Kalimantan Timur hanya diberitahu nama daerah yang akan menjadi lokasi yang akan mereka tempati nantinya tanpa penjelasan lebih mengenai lokasi tersebut. Selanjutnya, melalui Departemen Transmigrasi, maka dibukalah transmigrasi umum tersebut yang mendatangkan masyarakat dari luar daerah dan beberapa masyarakat lokal untuk kemudian menempati UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) yang dikepalai oleh KUPT (Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi). Kala itu, Departemen Transmigrasi berkontribusi dalam penyiapan lahan dan pembuatan rumah trans. Sementara KUPT bertugas menjadi koordinator yang menjembatani desa transmigrasi selama menjadi desa persiapan atau percobaan hingga menjadi desa definitif. Pembentukan desa definitif ditentukan oleh pemerintah provinsi Kaltim dimana serah-terima dilakukan oleh Departemen Transmigrasi kepada pemerintah daerah. Sebelum serah-terima tersebut, laporan pertanggungjawaban masih dilaporkan ke KUPT untuk kemudian diteruskan ke Departemen Transmigrasi. Setelah menjadi definitif, bertanggung jawab pada camat.

Rombongan yang bertransmigrasi dari pulau Jawa tepatnya Jawa Barat ke Kalimantan Timur diantar menggunakan pesawat tempur Hercules yang disediakan oleh pemerintah pada orde baru. Sedangkan untuk barang-barang yang dibawa oleh warga transmigran diangkut menggunakan kapal laut. Perjalanan pada saat itu memakan waktu lumayan lama karena warga transmigran harus beberapa kali transit dan menginap terlebih dahulu di penampungan yang berupa asrama transmigrasi sebelum akhirnya tiba dilokasi tujuan. Perjalanan darat dilanjutkan menggunakan kendaraan sejenis bus atau mobil truk menuju kota Samarinda dimana kondisi jalan darat pada saat itu belum beraspal seperti sekarang dan masih berupa jalan tanah biasa. Sehingga, apabila turun hujan maka jalan akan sulit dilalui. Setibanya di lokasi tujuan, warga dibagikan nomor rumah dengan sistem acak atau undian untuk kemudian warga mencari sendiri rumah masing-masing (yang telah ditulisi nomor menggunakan kapur) yang sesuai dengan nomor yang telah diberikan.

Rombongan yang pertama kali datang berasal dari Jawa Barat pada tanggal 24 April 1981 dengan jumlah 93 kepala keluarga. Kemudian, rombongan ke dua tiba sebulan kemudian pada tanggal 24 Mei 1981 dari Jawa Timur dengan jumlah 25 kepala keluarga. Dua hari kemudian atau lebih tepatnya pada tanggal 26 Mei 1981 kembali tiba rombongan ke tiga dari daerah yang sama seperti rombongan ke dua yaitu Jawa Timur dengan jumlah 28 kepala keluarga. Akan tetapi, pada awalnya 28 kepala keluarga tersebut akan ditempatkan seluruhnya di Kelurahan Separi I tetapi dikarenakan perumahan yang tidak memadai yang hanya dapat menampung 11 kepala keluarga maka 17 kepala keluarga lainnya dipindahkan ke Separi III yang sekarang menjadi Desa Bhuana Jaya. Sedangkan, rombongan yang tiba di bulan Juni setelah rombongan ketiga dan seterusnya lebih banyak menyebar ke daerah arah barat di sekitar Bhuana Jaya.

Rumah transmigrasi yang ditempati pada saat ituberupa rumah papan panggung rendah berukuran 5×7 M beratapkan seng yang terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar dan satu dapur. Saat ini, rumah transmigrasi sudah jarang ditemui karena sudah lapuk dan termakan usia dan di tambah lagi mayoritas warga telah merenovasi rumah mereka. Setelah lima tahun sejak kedatangan, setiap kepala keluarga dibagikan tanah seluas 2 Hektare ( Lahan Perumahan 0,25 Ha, Lahan Usaha pertama 0,75 Ha dan Lahan Usaha Kedua 1 Ha ) dengan anggaran 5 juta saat itu dan dibimbing selama 5 tahun yang kemudian diberikan sertifikat tanah yang masih bersifat hak pakai dan belum hak milik. Setelah lima tahun berlalu, sertifikat tanah yang dibagikan tersebut di tarik kembali oleh Badan Pertanahan untuk dipastikan apakah ada perubahan nama dikarenakan ada beberapa warga transmigran yang telah mendapat jatah tanah yang kemudian memutuskan untuk kembali ke daerah asal mereka karena tidak betah. Tak dapat dipungkiri, kehidupan awal masyarakat transmigran di desa Bhuana Jaya tergolong memprihatinkan dikarenakan daerah yang tergolong masih hutan. Sehingga, diperlukan pendataan ulang yang berkaitan dengan sertifikat tanah tersebut.

Di sisi lain, Desa Bhuana Jaya menjadi desa persiapan yang dipimpin sekaligus dibimbing oleh KUPT selama sekitar 9-10 tahun atau hingga tahun 1989-1990. Setelah diyakini mampu menjadi desa mandiri, barulah kemudian dilepas oleh Departemen Transmigrasi dan menjadi definitif dimana masih termasuk dalam kecamatan Tenggarong dikarenakan pada saat itu kecamatan Tenggarong Seberang belum terbentuk. Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 1996 pasal 1 barulah terbentuk Kecamatan Tenggarong Seberang yang mana termasuk didalamnya Desa Bhuana Jaya.

Di tahun-tahun awal yang sulit, warga yang ditransmigrasikan ke Tenggarong tidak semua membawa atau dibekali bibit-bibit tanaman sehingga warga harus membeli bahan pangan dari Desa Bukit Pariaman atau L4 ( sekarang Kertabuana ). Bahkan, beberapa warga tidak betah memilih untuk meninggalkan desa dikarenakan jatah pemberian pemerintah sudah habis dan sulitnya mendirikan sebuah usaha karena akses yang kurang memadai dan pembangunan yang masih sangat minim. Beberapa dari mereka memutuskan untuk menjual rumah beserta isinya dimana diharapkan dari hasil penjualan tersebut mereka dapat kembali ke daerah asal mereka. Walaupun, ada beberapa warga yang memutuskan untuk kembali lagi tinggal di desa. Dengan jarak tempuh sekitar 45 km dari pusat pemerintahan ( Samarida … waktu tempuh saat itu rata rata 12 Jam lebih , bahkan harus nginap di Samarinda esuk harinya baru pulang ke Bhuana Jaya akibat insfrastuktur jalan masih berupa jalan tanah ) dan 20 km dari kota kecamatan sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan ekonomi, sosial dan budaya. Kehidupan di desa Bhuana Jaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi setelah memasuki tahun 2000-an. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh masuknya perusahaan tambang yang membeli tanah warga desa.

Salah satu tanda yang masih bertahan hingga saat ini yaitu patok kayu ulin yang terletak di simpang empat RT 03 Dusun Pulau Mas yang ditancap pada April 1981. Patok tersebut sebagai tanda ucapan selamat datang kepada para warga transmigran pertama dari Jawa Barat yang tiba di desa Bhuana Jaya. Awalnya, Patok kayu ulin tersebut memiliki pondasi dan hiasan berupa senjata khas Jawa Barat yang berbentuk Kujang (senjata khas suku Sunda) . Seiring dengan berjalannya waktu, bagian yang tersisa hanya bagian patok kayu ulin yang masih berdiri hingga saat ini. Begitu juga dengan tiga pohon beringin yang ditanam oleh para warga yang pertama kali datang. Salah satu pohon beringin terletak di simpang empat yang dianggap tempat strategis. Pohon beringin tersebut masih dipertahankan hingga saat ini walaupun letaknya tepat berada ditengah simpang empat Mekarsari meskipun telah dipangkas dan hanya menyisahkan bagian pangkal batang pohon beringin dipilih karena merupakan pohon yang sering dikunjungi orang pada zaman dulu dan merupakan pohon yang rindang.

Kembali, oleh bapak Siswo Sutardi dari KUPT dari Departemen Transmigrasi sempat melestarikan cerita sejarah desa dalam bentuk lagu dan pantun yang biasa disebut gending untuk menceritakan desa dengan uraian-uraian didalam lagu tersebut. Hanya saja, baik lagu maupun pantun tersebut tidak dilestarikan. Tidak adanya generasi yang melestarikan lagu-lagu dan pantun tersebut menyebabkan hilangnya salah satu sumber sejarah desa yang penting. Untuk dapat mengumpulkan informasi mengenai sejarah Desa Bhuana Jaya mengandalkan tetua-tetua atau masyarakat generasi pertama yang masih hidup.

Pohon Beringin yang masih ada di simpang empat yang diyakini sebagai titik tengah desa

Di sisi lain, tentu saja masih belum terbentuk susunan pemeritahan seperti dusun ataupun rukun tetangga seperti saat ini. Warga masih dalam bentuk kelompok-kelompok. Setiap kelompok membawahi masing-masing sekitar sepuluh kepala keluarga. Hal tersebut mempermudah apabila ada pembagian jaminan hidup berupa sembako dan lain sebagainya kepada masing-masing KK. Di lain sisi, kepala desa persiapan dilakukan pada tahun 1985 melalui musyawarah yang dihadiri oleh tokoh masyarakat dan para warga. Dari pemilihan kepala desa tersebut, diikuti pula dengan berkembangnya penataan serta pembangunan desa.

Bangunan kantor Desa tempo dulu

Menurut data dari sumber website yang dihimpun dan diketahui bahwa Desa Bhuana Jaya sudah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan (Kepala Desa) sebanyak 10 kali, adapun urutannya adalah sebagai berikut:

  • Bonasim Eko Suparno (Alm.) merupakan kepala desa pertama yang diangkat berdasarkan musyawarah bersama KUPT dan menjabat selama sekitar satu tahun periode 1985-1986. Beliau pada saat itu berkontribusi dalam hal penataan desa.
  • Suparno merupakan penanggung jawab kepala desa yang menjabat selama hampir dua periode atau sembilan tahun pada tahun 1986-1995. Pada masa jabatnya, beliau memberikan sumbangsih yang besar dibidang persawahan dan perkebunan serta pembangunan desa.
  • Subandi (Alm.) merupakan kepala desa hasil pemilihan secara demokrasi periode tahun 1995-1999 namun dalam proses perjalananya untuk membangun Desa Bhuana Jaya kandas di tengah jalan karena tidak lagi mendapat kepercayaan masyarakat. Pada masanya telah dikembangkan Trans Swakarsa Mandiri (TSM) dan berbagai pembangngunan pertanian antara lain pembuatan Jalan Usaha tani pola padat karya dan lain-lain.
  • Abduk Razak Chaery (Alm) di angkat menjadi penanggung jawab kepala desa atas usulan masyarakat periode tahun 1999-2001. Kurun waktu 2 tahun beliau bersama LMD dan LKMD memegang kendali pemerintah Desa hingga terbentuk Kepala Desa Definitif melalui pemilihan Kepala Desa tahun 2001.
  • Hadi Suharto S.Pd menjabat bertepatan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang otonomi Daerah di sahkan, yang memberi ruang gerak pemerintah daerah untuk mengembangkan dan menggali potensi daerah yang ada. Pencapaian beliau selama menjabat yaitu di bidang pembangunan infrastruktur jalan desa selama periode 2001-2006.
  • Suwondo dangkat menjadi Pejabat Kepala Desa melalui Surat Keputusan /SK Bupati Kutai Kartanegara NOMOR :141/355/PD-II/SK-PJ.KADES/VII/2006 menggantikan Bapak Hadi Suharto yang habis masa jabatanyan. Selama masa jabatannya pada tahun 2006, pencapaian yang telah beliau berikan seperti perombakan, bangunan perkantoran desa, mempelopori desa-desa melek internet dan informasi, menjadi pejuang domain desa.id.
  • Riyadi A.Md. menjabat pada tahun 2007-2012. Sosok muda yang berbakat yang berasal dari keluarga peserta transmigrasi tahun 1981, sehingga dalam pemilihan kepala Desa tahun 2007 memperoleh kemenangan sebagai simbol kepercayaan masyarakat terhadap beliau. Beliau membangun desa yang tertib administrasi.
  • Bambang Maryono menjabat sebagai kepala desa pada tahun 2012 hingga 2013 menggantikan Riyadi.
  • Maulana (Alm.) menjadi kepala desa periode 2013-2017. Beliau membawa Desa Bhuana Jaya menjadi juara III pada lomba desa tingkat kabupaten.
  • Suwondo kembali diangkat menjadi PJ. Kepala Desa Berdasar SK. Bupati Tahun 2017 setelah kepala desa sebelumnya wafat selama masa jabatan yang masih berlangsung. masa jabatan yang beliau emban sampai terpilihnya Kepala Desa Definitif nanti
  • Frend Effendy diangkat dari hasil pemilihan Kepala desa serentak Tanggal 16 Oktober Tahun 2019 memperoleh suara terbanyak sehingga Panitia Pemilihan menetapkan da BPD memutuskan tentang penetapan Kepala desa terpilih yang tertuang dalam SK BPD Nomor 027/BPD-BJ/X/2019 tanggal 18 Oktober 2019ndan ditetapkan berdasarkan SK.Bupati Kutai Kartanegara Nomor 598/SK-BUP/HK/2019 tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala desa Bhuana jaya masa Jabatan 2019 - 2015

Narasumber:

  1. Bapak Suparno (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Blitar, 12 maret 1950, Tani/mantan Kepala desa 2 periode 1986-1995, 68 tahun, Suku Jawa, kediaman Bapak Suparno. 25/07/2018 at 4 p.m.
  2. Bapak Suwondo (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Sumsel, PJ kepala desa periode hingga oktober 2017, Suku Jawa, kediaman Bapak Suwondo at 9 a.m. on 28/07/2018
  3. Bapak Agus Nasar (RT. 01 Dusun Pulau Mas) asal Karawang, 1944, Tani, Suku Sunda, 74 Tahun, pekarangan rumah bapak Agus Nasar 28/07/2018
  4. Ibu Waginah (RT. 05 Dusun Pulau Mas) asal Blitar/Karang Anyar Jawa Tengah, 7 Juli 1949, 69 tahun, pengurus posyandu, Suku Jawa, Kediaman ibu Waginah, 25/07/2018 at 11 a.m.
  5. Bapak Rigan (RT. 15 Dusun Binamulya) Tani, Suku Jawa, kebun Bapak Rigan at 10 a.m.
  6. Bapak Sutoyo (RT. 22 Dusun Sidomakmur) asal Blitar, 1938, 78 tahun, Tani, Suku Jawa, pondok di sawah bapak Sutoyo, 25/07/2018

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah desa Bhuana Jaya adalah sebagai berikut:

Utara Desa Mulawarman dan Sukamaju
Timur Desa Bukit Pariaman
Selatan Desa Bukit Pariaman
Barat Desa Separi

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Sejarah Desa". Bhuana Jaya. 2015-02-27. Diakses tanggal 2021-09-22.