Lompat ke isi

Tissue plasminogen activator: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
k Mengembalikan suntingan oleh Wartadesakebumen (bicara) ke revisi terakhir oleh Gesamtszenario
Tag: Pengembalian
k Mengembalikan suntingan oleh Wartadesakebumen (bicara) ke revisi terakhir oleh Symphonium264
Tag: Pengembalian
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
(Tidak ada perbedaan)

Revisi terkini sejak 4 September 2023 12.50

Tissue Plasminogen Aktivator (disingkat tPA atau PLAT) merupakan protein yang bertanggung jawab pada pemecahan bekuan darah. Protein ini merupakan serine protease (EC 3.4.21.68) yang terdapat dalam sel endotel, sel yang mengelilingi pembuluh darah. Sebagai sebuah enzim, tPA mengkatalisis perubahan plasminogen menjadi plasmin, enzim yang memecah bekuan darah. Karena enzim ini bekerja pada sistem pembekuan darah, sehingga sering digunakan dalam pengobatan stroke trombogenik atau embolik, tetapi dikontraindikasikan pada stroke hemoragik.

A simplified illustration demonstrates clot breakdown (fibrinolysis), with blue arrows denoting stimulation, and red arrows inhibition.

Dalam sistem pembekuan darah, tPA berfungsi untuk mengkatalis perubahan plasminogen menjadi plasmin. Mekanismenya dengan cara memecah satu rantai plasminogen menjadi dua rantai yang dihubungkan oleh ikatan disulfida dan menghasilkan senyawa yang disebut plasmin.
Peningkatan aktivitas enzim ini berakibat hiperfibrinolisis yang manifestasinya adalah perdarahan hebat. Tissue plasminogen aktivator juga berperan pada migrasi sel dan perubahan jaringan

Tissue plasminogn aktivator dikode oleh gen PLAT yang berlokasi di kromosom 8.

Aplikasi klinis

[sunting | sunting sumber]

tPA digunakan pada pengobatan penyakit-penyakit yang terdapat penggumpalan darah, seperti emboli paru, infark myocard, dan stroke. Agar penggunaannya efektif dalam pengobatan stroke iskemia, tPA harus digunakan sesegera mungkin setelah muncul gejala. Menurut pedoman, tPA digunakan secara intravena pada 3 jam pertama setelah muncul gejala, karena lebih dari itu mungkin efek sampingnya lebih besar daripada manfaatnya.