Lompat ke isi

Ali bin Abdurrahman Alhabsyi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k membetulkan ejaan
(26 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Person
{{Infobox Ulama Muslim
|name = Al-Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi
|image = habib ali kwitang.jpg
|image = habib ali kwitang.jpg
|imagesize = 250px
|imagesize = 250px
|caption = Habib ali
|caption = Habib ali
<!-- -------------- -->
|birth_date = {{birth date|1870|4|20}}
|birth_place = {{negara|indonesia}} [[Jakarta]]
|pseudonym = habib ali
|death_date = {{death date and age|1968|10|13|1870|4|20}}
|death_place = [[Jakarta]]
|other_names = Habib Ali Kwitang
|spouse =
|spouse =
|children = Abdurrahman<br />Muhammad
|children = Abdurrahman<br />Muhammad
<!-- -------------- -->
|known_for = penyiar agama
|Parents = Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi, Nyai Salmah
|occupation = Da'i
|occupation = Da'i
|nationality = [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
|notability = Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi
|website =
<!-- -------------- -->
|tgl_lahir_h = 20
|tgl_lahir_m = 20
|bln_lahir_h = Jumadilawal
|bln_lahir_m = April
|thn_lahir_h = 1286
|thn_lahir_m = 1870
|tempat_lahir = Batavia
|negara_dilahirkan =
|nama_ayah = Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi
|nama_ibu = Salmah
|nama_lahir =
|hari_lahir =
<!-- -------------- -->
|glr_islam_dpn = Al-Habib
|gelar_aka_dpn =
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan =
|gelar_adat =
|gelar_lainnya1 =
|gelar_lainnya2 =
|gelar_lainnya3 =
<!-- -------------- -->
|kunya =
|name = Ali bin Abdurrahman
|nama_arabic =
|nisbah = al-Habsyi Kwitang
|nama_lainnya = Habib Ali Kwitang
<!-- -------------- -->
|etnis = [[Betawi]], [[Alawiyyin]]
|bangsa = Indonesia
|marga =
|negara1 = Indonesia {{negara|Indonesia}}
|negara2 =
|negara3 =
<!-- -------------- -->
|guru1 = Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi
|guru2 = Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus
|guru3 = Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud
|guru4 = Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas
|guru5 = Syekh Hasan bin ‘Awadh
|guru6 = Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi
|guru7 = Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati
|guru8 = Syaikh Muhammad Said Babsail
|guru9 = Syaikh ‘Umar Hamdan
<!-- -------------- -->
|judul1 = Pendiri & Pimpinan
|sub1 = Majelis Taklim Kwitang Jakarta
|mulai1 =
|selesai1 =
|pendahulu1 =
|pengganti =
|judul2 = Pendiri
|sub2 = Masjid ar-Riyadh Kwitang Jakarta
|mulai2 =
|selesai2 =
|pendahulu2 =
|penggant2 =

<!-- -------------- -->
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = Jakarta
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h = 20
|tgl_wafat_m = 13
|bln_wafat_h = Rajab
|bln_wafat_m = Oktober
|thn_wafat_h = 1388
|thn_wafat_m = 1968
|hari_dimakamkan =
|tempat_makam =
|negara_makam = Indonesia {{negara|Indonesia}}

}}
}}


'''Habib Ali Kwitang''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|20|4|1870|[[Jakarta]]|13|10|1968}}) adalah salah seorang tokoh penyiar agama Islam terdepan di [[Jakarta]] pada abad 20. Ia juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian ''Majelis Taklim Kwitang'' yang merupakan satu cikal-bakal organisasi-organisasi keagaaman lainnya di [[Jakarta]].
'''Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi''', atau dikenal dengan nama '''Habib Ali Kwitang''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|20|4|1870|[[Jakarta]]|13|10|1968}}) adalah salah seorang tokoh penyiar agama Islam terdepan di [[Jakarta]] pada abad 20. Ia juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian ''Majelis Taklim Kwitang'' yang merupakan satu cikal-bakal organisasi-organisasi keagamaan lainnya di [[Jakarta]].


== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
=== Masa Kecil ===
=== Masa Kecil ===
Ia dilahirkan di daerah [[Kwitang]], [[Jakarta]] ({{lahirmati|[[Kota Jakarta|Jakarta]]|20|4|1870|[[Jakarta]]|13|10|1968}}) bertepatan dengan tanggal hijriah 20 Jumadil Awwal 1286 H dari pasangan Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah. Ayahnya adalah seorang ulama dan da'i keturunan arab [[sayyid]] yang hidup [[zuhud]], sementara ibunya adalah seorang wanita sholehah puteri seorang ulama [[Betawi]] dari [[Kampung Melayu]], [[Jatinegara]], [[Jakarta Timur]].{{fact |date=18 Juli 2010}}. Ayahnya meninggal dunia saat Ali dalam usia kecil.
Ia dilahirkan di daerah [[Kwitang, Senen, Jakarta Pusat|Kwitang]], [[Batavia]] ({{lahirmati|[[Kota Jakarta|Jakarta]]|20|4|1870|[[Jakarta]]|13|10|1968}}) bertepatan dengan tanggal hijriah 20 Jumadil Awwal 1286 H dari pasangan Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah. Ayahnya adalah seorang ulama dan da'i keturunan arab [[sayyid]] yang hidup [[zuhud]], sementara ibunya adalah seorang wanita sholehah puteri seorang ulama [[Betawi]] dari [[Kampung Melayu]], [[Jatinegara]], [[Jakarta Timur]].{{fact |date=18 Juli 2010}}. Ayahnya meninggal dunia saat Ali dalam usia kecil.


Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke [[Hadramaut]] untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke rubath Habib ‘Abdur Rahman bin ‘Alwi al-’Aydrus. Di sana ia menekuni belajar dengan para ulamanya, antara yang menjadi gurunya ialah Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus, Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh. {{pagename}} juga berkesempatan ke al-Haramain dan meneguk ilmu daripada ulama di sana, antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti Makkah), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I’aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syaikh Muhammad Said Babsail, Syaikh ‘Umar Hamda.
Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke [[Hadramaut]] untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke rubath Habib ‘Abdur Rahman bin ‘Alwi al-’Aydrus. Di sana ia menekuni belajar dengan para ulamanya, antara yang menjadi gurunya ialah Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus, Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh. Ali bin Abdurrahman Alhabsyi
juga berkesempatan ke al-Haramain dan meneguk ilmu daripada ulama di sana, antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti [[Makkah]]), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I’aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syaikh [[Muhammad Said]] Babsail, Syaikh ‘Umar Hamdan.


=== Masa Muda dan Tua ===
=== Masa Muda dan Tua ===
Baris 33: Baris 102:
Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah [[Jamiat Kheir]].
Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah [[Jamiat Kheir]].


Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun Masjid ar-Riyadh tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah ''Unwanul Falah''. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang<ref>{{cite web|url=http://books.google.com/books?id=HeIoTLPRNbcC&printsec=frontcover&dq=maria+van+engels&source=gbs_similarbooks_s&cad=1#v=onepage&q&f=false | title="Saudagar Baghdad dari Betawi"}}Shahab, A: ''Saudagar Baghdad dari Betawi'', hal 43. Penerbit Republika, 2004. ISBN 979-3210-30-3</ref>. Banyak ulama [[betawi]] atau [[Jakarta]] yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah K.H. ‘Abdullah Syafi’i (pendiri majlis taklim '''Assyafi'iyah''', K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim '''Atthohiriyah''' dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).
Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun [[Masjid Al-Riyadh Kwitang|Masjid Al-Riyadh]] tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah ''Unwanul Falah''. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang.<ref>{{cite web|title="Saudagar Baghdad dari Betawi"|url=http://books.google.com/books?id=HeIoTLPRNbcC&printsec=frontcover&dq=maria+van+engels&source=gbs_similarbooks_s&cad=1#v=onepage&q&f=false}}Shahab, A: ''Saudagar Baghdad dari Betawi'', hal 43. Penerbit Republika, 2004. ISBN 979-3210-30-3</ref> Banyak ulama [[betawi]] atau [[Jakarta]] yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah [[Abdullah Syafi'i|K.H. ‘Abdullah Syafi’i]] (pendiri majlis taklim '''Assyafi'iyah''', K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim '''Atthohiriyah''' dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).


Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.<ref name="habibalikwitang1">{{cite web|url=http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ | title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang)"}}</ref>
Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.<ref name="habibalikwitang1">{{cite web|url=http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ |title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang)"}}</ref>
Habib Salim bin Jindan membaiat putera Habib Ali yang bernama Muhammad untuk meneruskan perjuangan keagamaan yang dilakukan ayahnya.
[[Salim bin Djindan|Habib Salim bin Jindan]] membaiat putera Habib Ali yang bernama Muhammad untuk meneruskan perjuangan keagamaan yang dilakukan ayahnya.


Putera sulungnya yang bernama Abdurrahman mengawini seorang wanita keturunan belanda bernama [[Maria Van Engels]]<ref>[http://books.google.com/books?id=Syey0xb2--8C&pg=PP2&lpg=PP2&dq=maria+van+engels&source=bl&ots=YfkzzDyKT3&sig=N0Qyn_8qKYnRUKd-AOFEWQ1wLao&hl=en&ei=0kvSSpvIPIqMswP4o-HvCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false Maria Van Engels: Menantu Habib Kwitang<!-- Bot generated title -->]</ref> yang lalu masuk [[islam]] dan mengubah namanya menjadi mariam. Artis Indonesia, [[Zee Zee Shahab]] adalah merupakan salah satu cucu buyut dari hasil pernikahan Abdurrahman dengan Maria Van Engels ini.
Putera sulungnya yang bernama Abdurrahman mengawini seorang wanita keturunan belanda bernama [[Maria Van Engels]]<ref>[http://books.google.com/books?id=Syey0xb2--8C&pg=PP2&lpg=PP2&dq=maria+van+engels&source=bl&ots=YfkzzDyKT3&sig=N0Qyn_8qKYnRUKd-AOFEWQ1wLao&hl=en&ei=0kvSSpvIPIqMswP4o-HvCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false Maria Van Engels: Menantu Habib Kwitang<!-- Bot generated title -->]</ref> yang lalu masuk [[islam]] dan mengubah namanya menjadi mariam. Artis Indonesia, [[Zee Zee Shahab]] adalah merupakan salah satu cucu buyut dari hasil pernikahan Abdurrahman dengan Maria Van Engels ini.


== Karier dan Dakwah ==
== Karier dan Dakwah ==
Selain menuntut ilmu, Ia juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam dengan dasar cinta kepada [[Allah]] dan [[Muhammad]] [[SAW]]. {{Bio muslim butuh rujukan}} Selain di pengajian tetap di [[Majlis Taklim Kwitang]] yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, ia juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung.{{Bio muslim butuh rujukan}}
[[Berkas:majelis-taklim-kwitang-jepang.jpg|left|thumb|192px|Pengajian Habib Ali Kwitang pada zaman Jepang.]]
Selain menuntut ilmu, Ia juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam dengan dasar cinta kepada [[Allah]] dan [[Muhammad]] [[SAW]]. Selain di pengajian tetap di [[Majlis Taklim Kwitang]] yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, ia juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung.


Selain itu Habib Ali juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Selain itu ia juga sempat menulis beberapa kitab, di antaranya ''Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah'' <ref>
Selain itu Habib Ali juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Selain itu ia juga sempat menulis beberapa kitab, di antaranya ''Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah''<ref>
{{cite web|url=http://ipalz-betawi.blogspot.com/2009_10_01_archive.html |title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi", |publisher=blogger.com |date= |accessdate=2010-07-20}}</ref>
{{cite web|url=http://ipalz-betawi.blogspot.com/2009_10_01_archive.html |title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi", |publisher=blogger.com |date= |accessdate=2010-07-20}}</ref>


Menurut penilaian Muhammad Asad, seorang penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur Tengah yang puluhan tahun mengenal Habib Ali, majelis taklim Habib Ali dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Alwi berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasawuf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk.{{Bio muslim butuh rujukan}} Habib Ali tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, iri, dengki, [[ghibah]], [[fitnah]] dan [[namimah]]. {{Bio muslim butuh rujukan}} Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga [[ahlul bait]] yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.<ref>{{cite web |url=http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/biografi/habib-ali-kwitang-yang-mempersaudarakan-para-kyai |title="Habib Ali Kwitang yang Mempersaudarakan Para Kyai" |publisher=muslimdelft.nl |accessdate=2010-07-20 |archive-date=2009-08-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090821123104/http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/biografi/habib-ali-kwitang-yang-mempersaudarakan-para-kyai |dead-url=yes }}</ref>
Menurut Muhammad Asad, penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur
Tengah yang puluhan tahun mengenal Habib Ali, menilai, bahwa majelis taklimnya dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah. Ia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Alwi berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasauf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk. Habib Ali tidak pernah menglajarkan ideologi kebencian, iri, dengki, [[ghibah]], [[fitnah]] dan [[namimah]]. Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga [[ahlul bait]] yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusian, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.<ref>{{cite web|url=http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/biografi/habib-ali-kwitang-yang-mempersaudarakan-para-kyai | title="Habib Ali Kwitang yang Mempersaudarakan Para Kyai" | publisher=muslimdelft.nl | accessdate=2010-07-20}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

* [[Arab-Indonesia]]
* [[Arab-Indonesia]]
* [[habib]]
* [[habib]]
Baris 58: Baris 126:


== Referensi ==
== Referensi ==

* {{id}} [http://pondokhabib.wordpress.com/2009/08/14/habib-ali-kwitang/ Habib ‘Ali Kwitang]
* {{id}} [http://pondokhabib.wordpress.com/2009/08/14/habib-ali-kwitang/ Habib ‘Ali Kwitang]
* {{id}} [http://web.archive.org/20071120035316/ajisetiawan1.blogspot.com/2007/06/habib-ali-bin-abdurahman-bin-abdullah.html Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi]
* {{id}} [https://web.archive.org/web/20071120035316/http://ajisetiawan1.blogspot.com/2007/06/habib-ali-bin-abdurahman-bin-abdullah.html Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi]
* {{id}} Shihab, Alwi. [http://books.google.com/books?id=Syey0xb2--8C&pg=PP2&lpg=PP2&dq=maria+van+engels&source=bl&ots=YfkzzDyKT3&sig=N0Qyn_8qKYnRUKd-AOFEWQ1wLao&hl=en&ei=0kvSSpvIPIqMswP4o-HvCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false Maria Van Angels: Menantu Habib Kwitang], Jakarta: Penerbit Republika, 2006. ISBN 979-3210-72-9.
* {{id}} Shihab, Alwi. [http://books.google.com/books?id=Syey0xb2--8C&pg=PP2&lpg=PP2&dq=maria+van+engels&source=bl&ots=YfkzzDyKT3&sig=N0Qyn_8qKYnRUKd-AOFEWQ1wLao&hl=en&ei=0kvSSpvIPIqMswP4o-HvCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false Maria Van Angels: Menantu Habib Kwitang], Jakarta: Penerbit Republika, 2006. ISBN 979-3210-72-9.
* {{id}} [http://alwishahab.wordpress.com/2008/11/03/majelis-taklim-kwitang-di-masa-jepang/ Majelis Taklim Kwitang di Masa Jepang ]
* {{id}} [http://alwishahab.wordpress.com/2008/11/03/majelis-taklim-kwitang-di-masa-jepang/ Majelis Taklim Kwitang pada Masa Jepang ]
* {{id}} [http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ Habib Ali Al-habsyi Kwitang]
* {{id}} [http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ Habib Ali Al-habsyi Kwitang]


Baris 75: Baris 144:
[[Kategori:Sayyid|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Sayyid|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Alawiyyin|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Alawiyyin|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Ahli Hadits Indonesia|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Ahli hadis Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]
[[Kategori:Ulama Betawi|Ali bin Abdurrahman Alhabsyi]]

Revisi per 7 September 2023 10.13

Ali bin Abdurrahman
Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi
Habib ali
NamaAli bin Abdurrahman
Nisbahal-Habsyi Kwitang
KebangsaanIndonesia
JabatanDa'i
KeturunanAbdurrahman
Muhammad

Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, atau dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang (20 April 1870 – 13 Oktober 1968) adalah salah seorang tokoh penyiar agama Islam terdepan di Jakarta pada abad 20. Ia juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian Majelis Taklim Kwitang yang merupakan satu cikal-bakal organisasi-organisasi keagamaan lainnya di Jakarta.

Riwayat Hidup

Masa Kecil

Ia dilahirkan di daerah Kwitang, Batavia (20 April 1870 – 13 Oktober 1968) bertepatan dengan tanggal hijriah 20 Jumadil Awwal 1286 H dari pasangan Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah. Ayahnya adalah seorang ulama dan da'i keturunan arab sayyid yang hidup zuhud, sementara ibunya adalah seorang wanita sholehah puteri seorang ulama Betawi dari Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.[butuh rujukan]. Ayahnya meninggal dunia saat Ali dalam usia kecil.

Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke Hadramaut untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke rubath Habib ‘Abdur Rahman bin ‘Alwi al-’Aydrus. Di sana ia menekuni belajar dengan para ulamanya, antara yang menjadi gurunya ialah Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-’Aydrus, Habib Zain bin ‘Alwi Ba’Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-’Aththas dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh. Ali bin Abdurrahman Alhabsyi juga berkesempatan ke al-Haramain dan meneguk ilmu daripada ulama di sana, antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti Makkah), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I’aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syaikh Muhammad Said Babsail, Syaikh ‘Umar Hamdan.

Masa Muda dan Tua

Habib Ali menunaikan haji 3 kali. Pertama tahun 1311 H/1894 M pada masa Syarif Aun, kedua tahun 1343 H/1925 M pada masa Syarif Husein, dan ketiga tahun 1354 H/1936 M pada masa Ibnu Saud dan pergi ke Madinah 2 kali.

Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah Jamiat Kheir.

Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun Masjid Al-Riyadh tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Unwanul Falah. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang.[1] Banyak ulama betawi atau Jakarta yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah K.H. ‘Abdullah Syafi’i (pendiri majlis taklim Assyafi'iyah, K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim Atthohiriyah dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).

Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.[2] Habib Salim bin Jindan membaiat putera Habib Ali yang bernama Muhammad untuk meneruskan perjuangan keagamaan yang dilakukan ayahnya.

Putera sulungnya yang bernama Abdurrahman mengawini seorang wanita keturunan belanda bernama Maria Van Engels[3] yang lalu masuk islam dan mengubah namanya menjadi mariam. Artis Indonesia, Zee Zee Shahab adalah merupakan salah satu cucu buyut dari hasil pernikahan Abdurrahman dengan Maria Van Engels ini.

Karier dan Dakwah

Selain menuntut ilmu, Ia juga aktif dalam mengembangkan dakwah Islamiyyah, mengajak umat Islam untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam dengan dasar cinta kepada Allah dan Muhammad SAW. [butuh rujukan] Selain di pengajian tetap di Majlis Taklim Kwitang yang diadakan setiap hari Minggu pagi sejak kurang lebih 70 tahun yang lalu hingga sekarang dengan kunjungan umat Islam yang berpuluh-puluh ribu, ia juga aktif menjalankan dakwah di lain-lain tempat di seluruh Indonesia. Bahkan hingga ke desa-desa yang terpencil di lereng-lereng gunung.[butuh rujukan]

Selain itu Habib Ali juga berdakwah ke Singapura, Malaysia, India, Pakistan, Srilangka dan Mesir. Selain itu ia juga sempat menulis beberapa kitab, di antaranya Al-Azhar Al-Wardiyyah fi As-Shuurah An-Nabawiyyah dan Ad-Durar fi As-Shalawat ala Khair Al-Bariyyah[4]

Menurut penilaian Muhammad Asad, seorang penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur Tengah yang puluhan tahun mengenal Habib Ali, majelis taklim Habib Ali dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah.[butuh rujukan] Ia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Alwi berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasawuf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk.[butuh rujukan] Habib Ali tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian, iri, dengki, ghibah, fitnah dan namimah. [butuh rujukan] Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga ahlul bait yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.[5]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ ""Saudagar Baghdad dari Betawi"". Shahab, A: Saudagar Baghdad dari Betawi, hal 43. Penerbit Republika, 2004. ISBN 979-3210-30-3
  2. ^ ""Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang)"". 
  3. ^ Maria Van Engels: Menantu Habib Kwitang
  4. ^ ""Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi",". blogger.com. Diakses tanggal 2010-07-20. 
  5. ^ ""Habib Ali Kwitang yang Mempersaudarakan Para Kyai"". muslimdelft.nl. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-21. Diakses tanggal 2010-07-20. 

Referensi

Pranala luar