Lompat ke isi

Lendir laut: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah isi dan referensi
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Reformat 1 URL (Wayback Medic 2.5)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}

{{Yatim|Oktober 2022}}
[[File:Sea Snot.jpg|thumb|right|Lendir laut]]
[[File:Sea Snot.jpg|thumb|right|Lendir laut]]
[[File:Marmara Fish.jpg|thumb|Pada musim panas 2021, Laut Marmara di Turki mengalami krisis lingkungan yang merusak karena lendir laut. Populasi ikan asli turun drastis. Foto ini diambil di lepas pantai Pulau Avsa di Turki, menampilkan jaring-jaring ganggang yang membunuh sebagian besar ekosistem laut dan ikan.]]
'''Lendir laut''' atau '''ingus laut''' ([[bahasa Inggris]]: ''sea snot'') adalah sekumpulan organisme mirip [[mukus]] yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung [[virus]] dan [[bakteria]], termasuk ''[[Escherichia coli|E. coli]]''.<ref name=guardian>{{cite news |last1=Uğurtaş |first1=Selin |title=Turkey struck by ‘sea snot’ because of global heating |url=https://www.theguardian.com/environment/2021/may/25/turkey-struck-by-sea-snot-because-of-global-heating |access-date=2021-05-26 |work=The Guardian |date=2021-05-25}}</ref> Lendir laut sering muncul di [[Laut Tengah]]<ref>{{cite web|author=David Gilson|url=https://www.motherjones.com/blue-marble/2009/10/sea-snot-climate-change|title=Sea Snot: Climate Change Gets Gross|date=October 13, 2009|accessdate=2013-05-20}}</ref> dan baru-baru ini menyebar ke [[Laut Marmara]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Lokadata.ID|title=Wabah “ingus laut” muncul kembali di Turki, akibat polusi dan perubahan iklim|url=https://lokadata.id/video/wabah-ingus-laut-muncul-kembali-di-turki-akibat-polusi-dan-perubahan-iklim-1|website=Lokadata|language=id|access-date=2021-06-17}}</ref>
'''Lendir laut''' atau '''ingus laut''' ([[bahasa Inggris]]: ''sea snot'') adalah sekumpulan organisme mirip [[mukus]] yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip [[gelatin]] dan krim umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung [[virus]] dan [[bakteria]], termasuk ''[[Escherichia coli|E. coli]]''.<ref name=guardian>{{cite news |last1=Uğurtaş |first1=Selin |title=Turkey struck by ‘sea snot’ because of global heating |url=https://www.theguardian.com/environment/2021/may/25/turkey-struck-by-sea-snot-because-of-global-heating |access-date=2021-05-26 |work=The Guardian |date=2021-05-25}}</ref> Lendir laut sering muncul di [[Laut Tengah]]<ref>{{cite web|author=David Gilson|url=https://www.motherjones.com/blue-marble/2009/10/sea-snot-climate-change|title=Sea Snot: Climate Change Gets Gross|date=October 13, 2009|accessdate=2013-05-20}}</ref> dan baru-baru ini menyebar ke [[Laut Marmara]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Lokadata.ID|title=Wabah “ingus laut” muncul kembali di Turki, akibat polusi dan perubahan iklim|url=https://lokadata.id/video/wabah-ingus-laut-muncul-kembali-di-turki-akibat-polusi-dan-perubahan-iklim-1|website=Lokadata|language=id|access-date=2021-06-17|archive-date=2021-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210613043928/https://lokadata.id/video/wabah-ingus-laut-muncul-kembali-di-turki-akibat-polusi-dan-perubahan-iklim-1|dead-url=yes}}</ref>


== Penyebab ==
== Penyebab ==
Lendir laut terbentuk secara alami ketika [[alga]] atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Peristiwa serupa terjadi di [[Turki]] pada 2007, tapi juga pernah ditemukan di [[Laut Aegea]] dekat [[Yunani]].<ref name=":1">{{Cite web|date=2021-06-06|title=Turki berjanji selesaikan wabah 'ingus laut'|url=https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57373391|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2021-06-17}}</ref> Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan [[fitoplankton]] membludak.<ref name=":0" /><ref name=":2">{{Cite web|last=SABAH|first=DAILY|date=2021-05-30|title=Sea snot continues to expand in Marmara Sea|url=https://www.dailysabah.com/turkey/istanbul/sea-snot-continues-to-expand-in-marmara-sea|website=Daily Sabah|language=en-US|access-date=2021-06-17}}</ref> Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.
Lendir laut terbentuk secara alami ketika [[alga]] atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Peristiwa serupa terjadi di [[Turki]] pada 2007, tapi juga pernah ditemukan di [[Laut Aegea]] dekat [[Yunani]].<ref name=":1">{{Cite web|date=2021-06-06|title=Turki berjanji selesaikan wabah 'ingus laut'|url=https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57373391|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2021-06-17}}</ref> Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan [[fitoplankton]] membludak.<ref name=":0" /><ref name=":2">{{Cite web|last=SABAH|first=DAILY|date=2021-05-30|title=Sea snot continues to expand in Marmara Sea|url=https://www.dailysabah.com/turkey/istanbul/sea-snot-continues-to-expand-in-marmara-sea|website=Daily Sabah|language=en-US|access-date=2021-06-17}}</ref> Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.


Hal ini didukung oleh pernyataan Professor Hüseyin Erduğan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart bahwa lendir laut pada dasarnya adalah massa [[mikroorganisme]] yang diperkaya oleh komponen [[limbah]] yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut. Lendir sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme) dan meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri.<ref>{{Cite web|last=SABAH|first=DAILY|date=2021-06-10|title=Sea snot plaguing Turkey’s Marmara Sea may be converted into gas|url=https://www.dailysabah.com/turkey/sea-snot-plaguing-turkeys-marmara-sea-may-be-converted-into-gas/news|website=Daily Sabah|language=en-US|access-date=2021-06-17}}</ref> Lendir memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.<ref>{{Cite journal|last=Danovaro|first=Roberto|last2=Fonda Umani|first2=Serena|last3=Pusceddu|first3=Antonio|date=2009-09-16|title=Climate Change and the Potential Spreading of Marine Mucilage and Microbial Pathogens in the Mediterranean Sea|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2739426/|journal=PLoS ONE|volume=4|issue=9|doi=10.1371/journal.pone.0007006|issn=1932-6203|pmc=2739426|pmid=19759910}}</ref>
Hal ini didukung oleh pernyataan Professor Hüseyin Erduğan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart bahwa lendir laut pada dasarnya adalah massa [[mikroorganisme]] yang diperkaya oleh komponen [[limbah]] yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut. Lendir sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme) dan meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri.<ref>{{Cite web|last=SABAH|first=DAILY|date=2021-06-10|title=Sea snot plaguing Turkey’s Marmara Sea may be converted into gas|url=https://www.dailysabah.com/turkey/sea-snot-plaguing-turkeys-marmara-sea-may-be-converted-into-gas/news|website=Daily Sabah|language=en-US|access-date=2021-06-17}}</ref> Lendir memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.<ref>{{Cite journal|last=Danovaro|first=Roberto|last2=Fonda Umani|first2=Serena|last3=Pusceddu|first3=Antonio|date=2009-09-16|title=Climate Change and the Potential Spreading of Marine Mucilage and Microbial Pathogens in the Mediterranean Sea|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2739426/|journal=PLoS ONE|volume=4|issue=9|doi=10.1371/journal.pone.0007006|issn=1932-6203|pmc=2739426|pmid=19759910}}</ref>


== Dampak ==
== Dampak ==
Peningkatan jumlah lendir laut di [[Laut Mediterania|Laut Tengah]] dan wilayah laut lainnya sejak awal 2009 merupakan salah satu dampak dari [[perubahan iklim]].<ref>{{Cite web|last=Istanbul|first=Selin Uğurtaş in|date=2021-05-25|title=Turkey struck by ‘sea snot’ because of global heating|url=http://www.theguardian.com/environment/2021/may/25/turkey-struck-by-sea-snot-because-of-global-heating|website=the Guardian|language=en|access-date=2021-06-17}}</ref> Perairan yang menghangat dan bergerak lebih lambat meningkatkan produksi lendir laut dan memungkinkan terjadinya penumpukkan dalam gumpalan-gumpalan besar.<ref name=":3">{{Cite web|date=2012-07-12|title=Giant, Mucus-Like Sea Blobs on the Rise, Pose Danger|url=http://archive.ph/iITR|website=archive.ph|access-date=2021-06-17}}</ref> Lendir laut pertama kali dilaporkan pada tahun 1729 dan sejak lama dipandang sebagai gangguan bagi [[industri perikanan]] dan populasi pesisir.<ref name=":3" /> Baru-baru ini, lendir laut muncul tidak hanya sebagai gangguan, tetapi juga sebagai bahaya besar. Gumpalan lendir laut dapat menampung bakteri seperti ''E. coli'' yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia yang terpapar air yang terkontaminasi. Lendir laut juga dapat melapisi insang makhluk laut yang ada di dalamnya, memotong oksigen, dan membunuh mereka.<ref name=":3" /> Karena sifatnya yang berlendir kental, berbusa, dan menutupi permukaan, lendir laut mengancam kehidupan laut, seperti [[ikan]], [[mamalia laut]], dan [[terumbu karang]].<ref name=":0" />
Peningkatan jumlah lendir laut di [[Laut Mediterania|Laut Tengah]] dan wilayah laut lainnya sejak awal 2009 merupakan salah satu dampak dari [[perubahan iklim]].<ref>{{Cite web|last=Istanbul|first=Selin Uğurtaş in|date=2021-05-25|title=Turkey struck by ‘sea snot’ because of global heating|url=http://www.theguardian.com/environment/2021/may/25/turkey-struck-by-sea-snot-because-of-global-heating|website=the Guardian|language=en|access-date=2021-06-17}}</ref> Perairan yang menghangat dan bergerak lebih lambat meningkatkan produksi lendir laut dan memungkinkan terjadinya penumpukkan dalam gumpalan-gumpalan besar.<ref name=":3">{{Cite web|date=2012-07-12|title=Giant, Mucus-Like Sea Blobs on the Rise, Pose Danger|url=https://archive.today/20120712165829/http://news.nationalgeographic.com/news/2009/10/091008-giant-sea-mucus-blobs.html|website=archive.ph|access-date=2021-06-17}}</ref> Lendir laut pertama kali dilaporkan pada tahun 1729 dan sejak lama dipandang sebagai gangguan bagi [[industri perikanan]] dan populasi pesisir.<ref name=":3" /> Baru-baru ini, lendir laut muncul tidak hanya sebagai gangguan, tetapi juga sebagai bahaya besar. Gumpalan lendir laut dapat menampung bakteri seperti ''E. coli'' yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia yang terpapar air yang terkontaminasi. Lendir laut juga dapat melapisi insang makhluk laut yang ada di dalamnya, memotong oksigen, dan membunuh mereka.<ref name=":3" /> Karena sifatnya yang berlendir kental, berbusa, dan menutupi permukaan, lendir laut mengancam kehidupan laut, seperti [[ikan]], [[mamalia laut]], dan [[terumbu karang]].<ref name=":0" />


Pada bulan Juni 2021, lendir laut terlihat di sepanjang wilayah Laut Marmara, yang menghubungkan [[Laut Hitam]] ke Laut Aegea.<ref name=":2" /> Lendir laut telah menyebar melalui laut selatan Istanbul yang meliputi pelabuhan, garis pantai, dan petak permukaan.<ref>{{Cite web|title=Foto: Pembersihan 'Ingus Laut' Untuk Selamatkan Laut Marmara, Turki|url=https://kumparan.com/kumparannews/foto-pembersihan-ingus-laut-untuk-selamatkan-laut-marmara-turki-1vuPqiSUnWV|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2021-06-17}}</ref> Kapal-kapal yang melintasi Laut Marmara kini terpaksa mengarungi limpahan lumpur abu-abu, dan sejumlah nelayan tak bisa berlayar karena lendir merusak motor kapal dan jaring mereka. Para penyelam melaporkan, sejumlah besar ikan dan spesies laut lain mati karena kekurangan oksigen. Selain itu, menurut Profesor Bayram Ozturk dari Pusat Penelitian Kelautan Turki, beberapa spesies menjadi terancam, termasuk tiram, remis, bintang laut.<ref name=":1" />
Pada bulan Juni 2021, lendir laut terlihat di sepanjang wilayah Laut Marmara, yang menghubungkan [[Laut Hitam]] ke Laut Aegea.<ref name=":2" /> Lendir laut telah menyebar melalui laut selatan Istanbul yang meliputi pelabuhan, garis pantai, dan petak permukaan.<ref>{{Cite web|title=Foto: Pembersihan 'Ingus Laut' Untuk Selamatkan Laut Marmara, Turki|url=https://kumparan.com/kumparannews/foto-pembersihan-ingus-laut-untuk-selamatkan-laut-marmara-turki-1vuPqiSUnWV|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2021-06-17}}</ref> Kapal-kapal yang melintasi Laut Marmara kini terpaksa mengarungi limpahan lumpur abu-abu, dan sejumlah nelayan tak bisa berlayar karena lendir merusak motor kapal dan jaring mereka. Para penyelam melaporkan, sejumlah besar ikan dan spesies laut lain mati karena kekurangan oksigen. Selain itu, menurut Profesor Bayram Ozturk dari Pusat Penelitian Kelautan Turki, beberapa spesies menjadi terancam, termasuk tiram, remis, bintang laut.<ref name=":1" />
Baris 19: Baris 23:


{{DEFAULTSORT:Lendir Laut}}
{{DEFAULTSORT:Lendir Laut}}

[[Kategori:Ekologi perairan]]
[[Kategori:Ekologi perairan]]
[[Kategori:Oseanografi biologi]]
[[Kategori:Perubahan iklim]]

Revisi terkini sejak 13 September 2023 08.44


Lendir laut
Pada musim panas 2021, Laut Marmara di Turki mengalami krisis lingkungan yang merusak karena lendir laut. Populasi ikan asli turun drastis. Foto ini diambil di lepas pantai Pulau Avsa di Turki, menampilkan jaring-jaring ganggang yang membunuh sebagian besar ekosistem laut dan ikan.

Lendir laut atau ingus laut (bahasa Inggris: sea snot) adalah sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E. coli.[1] Lendir laut sering muncul di Laut Tengah[2] dan baru-baru ini menyebar ke Laut Marmara.[3]

Lendir laut terbentuk secara alami ketika alga atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Peristiwa serupa terjadi di Turki pada 2007, tapi juga pernah ditemukan di Laut Aegea dekat Yunani.[4] Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan fitoplankton membludak.[3][5] Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.

Hal ini didukung oleh pernyataan Professor Hüseyin Erduğan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart bahwa lendir laut pada dasarnya adalah massa mikroorganisme yang diperkaya oleh komponen limbah yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut. Lendir sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme) dan meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri.[6] Lendir memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.[7]

Peningkatan jumlah lendir laut di Laut Tengah dan wilayah laut lainnya sejak awal 2009 merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim.[8] Perairan yang menghangat dan bergerak lebih lambat meningkatkan produksi lendir laut dan memungkinkan terjadinya penumpukkan dalam gumpalan-gumpalan besar.[9] Lendir laut pertama kali dilaporkan pada tahun 1729 dan sejak lama dipandang sebagai gangguan bagi industri perikanan dan populasi pesisir.[9] Baru-baru ini, lendir laut muncul tidak hanya sebagai gangguan, tetapi juga sebagai bahaya besar. Gumpalan lendir laut dapat menampung bakteri seperti E. coli yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia yang terpapar air yang terkontaminasi. Lendir laut juga dapat melapisi insang makhluk laut yang ada di dalamnya, memotong oksigen, dan membunuh mereka.[9] Karena sifatnya yang berlendir kental, berbusa, dan menutupi permukaan, lendir laut mengancam kehidupan laut, seperti ikan, mamalia laut, dan terumbu karang.[3]

Pada bulan Juni 2021, lendir laut terlihat di sepanjang wilayah Laut Marmara, yang menghubungkan Laut Hitam ke Laut Aegea.[5] Lendir laut telah menyebar melalui laut selatan Istanbul yang meliputi pelabuhan, garis pantai, dan petak permukaan.[10] Kapal-kapal yang melintasi Laut Marmara kini terpaksa mengarungi limpahan lumpur abu-abu, dan sejumlah nelayan tak bisa berlayar karena lendir merusak motor kapal dan jaring mereka. Para penyelam melaporkan, sejumlah besar ikan dan spesies laut lain mati karena kekurangan oksigen. Selain itu, menurut Profesor Bayram Ozturk dari Pusat Penelitian Kelautan Turki, beberapa spesies menjadi terancam, termasuk tiram, remis, bintang laut.[4]

Penanggulangan

[sunting | sunting sumber]

Penanggulangan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan lendir laut dari permukaan laut dan meletakkan penghalang di permukaan laut untuk menghambat penyebarannya.[11] Penanggulangan jangka panjang yang perlu dilakukan adalah meningkatkan dan memastikan pengolahan air limbah,[4] menciptakan kawasan perlindungan laut,[11] dan memperlambat perubahan iklim.[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Uğurtaş, Selin (2021-05-25). "Turkey struck by 'sea snot' because of global heating". The Guardian. Diakses tanggal 2021-05-26. 
  2. ^ David Gilson (October 13, 2009). "Sea Snot: Climate Change Gets Gross". Diakses tanggal 2013-05-20. 
  3. ^ a b c Lokadata.ID. "Wabah "ingus laut" muncul kembali di Turki, akibat polusi dan perubahan iklim". Lokadata. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-13. Diakses tanggal 2021-06-17. 
  4. ^ a b c "Turki berjanji selesaikan wabah 'ingus laut'". BBC News Indonesia. 2021-06-06. Diakses tanggal 2021-06-17. 
  5. ^ a b SABAH, DAILY (2021-05-30). "Sea snot continues to expand in Marmara Sea". Daily Sabah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-17. 
  6. ^ SABAH, DAILY (2021-06-10). "Sea snot plaguing Turkey's Marmara Sea may be converted into gas". Daily Sabah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-17. 
  7. ^ Danovaro, Roberto; Fonda Umani, Serena; Pusceddu, Antonio (2009-09-16). "Climate Change and the Potential Spreading of Marine Mucilage and Microbial Pathogens in the Mediterranean Sea". PLoS ONE. 4 (9). doi:10.1371/journal.pone.0007006. ISSN 1932-6203. PMC 2739426alt=Dapat diakses gratis. PMID 19759910. 
  8. ^ Istanbul, Selin Uğurtaş in (2021-05-25). "Turkey struck by 'sea snot' because of global heating". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-17. 
  9. ^ a b c "Giant, Mucus-Like Sea Blobs on the Rise, Pose Danger". archive.ph. 2012-07-12. Diakses tanggal 2021-06-17. 
  10. ^ "Foto: Pembersihan 'Ingus Laut' Untuk Selamatkan Laut Marmara, Turki". kumparan. Diakses tanggal 2021-06-17. 
  11. ^ a b c "Turkey launches 'sea snot' clean-up to save Sea of Marmara". Reuters. 2021-06-08. Diakses tanggal 2021-06-17.