Lompat ke isi

Suku Bima: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sasambo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(28 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox ethnic group
{{paragraf_pembuka|date=Oktober 2012}}
| group = Bima
Mbojo ialah suku awal yang mendiami pulau Sumbawa bagian Timur, sekarang terbagi menjadi tiga bagian secara administratif, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Istilah Mbojo dipergunakan bila menyebut kata "Bima" dalam bahasa daerah Bima (''nggahi'' Mbojo/bahasa Mbojo). Pun begitu, sebaliknya, istilah Bima digunakan untuk menyebut kata "Mbojo" dalam bahasa Indonesia. Istilah Mbojo juga biasa digunakan sebagai istilah suku asli Bima (Suku Mbojo) atau ''dou'' Mbojo (orang Bima).
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Bimanese jagers met jachtbuit te Tinté Soebawa TMnr 10013409.jpg
| caption = Orang Bima (awal abad ke-20)
Secara historis orang Bima atau ''dou'' Mbojo dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penduduk asli (''dou'' Donggo) dan kelompok orang Bima (''dou'' Mbojo). Berikut adalah penjabaran dari dua kelompok tersebut.
| population = {{sekitar}} 510.000 (2000){{sfnp|Suryadinata|Arifin|Ananta|2003|p=23}}
| popplace = {{flag|Indonesia}} ([[Pulau Sumbawa]])
| langs = [[Bahasa Bima|Bima]] ([[Bahasa Donggo|Donggo]], [[Bahasa Tarlawi|Tarlawi]], dan [[Bahasa Kolo|Kolo]]), [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| rels = [[Islam]] (mayoritas){{sfnp|Hitchcock|1995|p=245}}
| related = [[orang Sumbawa|Sumbawa]], [[orang Sasak|Sasak]]
| native_name = ''Dou Mbojo''{{sfnp|Hitchcock|1995|p=239}}
| native_name_lang =
}}


'''Suku Bima''' atau '''Mbojo''' adalah [[kelompok etnis]] yang mendiami [[Pulau Sumbawa]] bagian timur, sekarang tempat bermukimnya orang Bima terbagi menjadi tiga bagian secara administratif, yaitu [[Kota Bima]], [[Kabupaten Bima]], dan [[Kabupaten Dompu]]. Istilah "Mbojo" dipergunakan untuk menyebut kata 'Bima' dalam [[bahasa Bima]] (''nggahi Mbojo''). Begitupun sebaliknya, istilah Bima digunakan untuk menyebut kata "Mbojo" dalam bahasa Indonesia. Istilah Mbojo juga biasa digunakan sebagai istilah orang Mbojo atau ''dou Mbojo''.<ref name="Tajib">Tajib, Abdullah. 1995. ''Sejarah Bima Dana Mbojo.'' Jakarta: PT Harapan Masa PGRI.</ref>
1. Kelompok penduduk asli yang disebut ''dou'' Donggo.


== Sejarah ==
Kelompok ini menghuni kawasan bagian barat teluk, tersebar di gunung dan lembah. Dari penelitian Zollinger (1847) diketahui bahwa dou Donggo (Donggo Di) dan penduduk Bima di sebelah timur laut teluk Bima (''dou'' Donggo Ele) menunjukkan karakteristik yang jelas sebagai ras bangsa yang lebih rendah, kecuali beberapa corak yang menunjukkan kesamaan dengan orang-orang Bima di sebelah timur Teluk Bima. Sedangkan penelitian Elber Johannes (1909-1910) menyimpulkan pada dasarnya orang Bima yang tinggal di sekitar ibukota ada ras bangsa yang lebih tinggi, hidup pula ras bangsa campuran yang bertalian dengan orang Bugis dan Makasar yaitu ras bangsa Melayu Muda. Penelitian terhadap anggota masyarakat Bima yang lebih tua menunjukkan suatu kecenderungan persamaan dengan orang sasak Bayan di Lombok. Orang Donggo dan Sasak Bayan memiliki kesamaan ciri yaitu berambut pendek bergelombang, keriting, dan warna kulit agak gelap.
Secara historis orang Bima dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penduduk asli (''dou Donggo'') dan kelompok orang Bima (''dou Mbojo'').


=== Dou Donggo ===
2. Kelompok yang lazim disebut orang Bima atau ''dou'' Mbojo.
{{Utama|Suku Donggo}}
Kelompok ini menghuni kawasan bagian barat teluk, tersebar di gunung dan lembah. Dari penelitian Zollinger (1847) diketahui bahwa suku Donggo (''Donggo Di'') dan penduduk Bima di sebelah timur laut [[Teluk Bima]] (''Donggo Ele'') menunjukkan karakteristik yang jelas sebagai etnis dengan budaya masih sederhana, kecuali beberapa corak yang menunjukkan kesamaan dengan orang-orang Bima di sebelah timur Teluk Bima. Sedangkan penelitian Elber Johannes (1909-1910) menyimpulkan pada dasarnya orang Bima yang tinggal di sekitar ibu kota sudah memiliki budaya lebih maju, selain itu ada pula kelompok campuran yang terbentuk dari interaksi dengan [[orang Bugis]] dan [[suku Makassar|Makassar]]. Penelitian terhadap anggota masyarakat Bima yang lebih tua menunjukkan suatu kecenderungan persamaan dengan orang sasak Bayan di Lombok. Orang Donggo dan Sasak Bayan memiliki kesamaan ciri yaitu berambut pendek bergelombang, keriting, dan warna kulit agak gelap.<ref name="Nurjannah">[https://media.neliti.com/media/publications/287929-analisis-ciri-khas-pola-kehidupan-sosial-80a7cd55.pdf] Nurjannah et al. 2017. ''Analisis Ciri Khas Pola Kehidupan Sosial Masyarakat Suku Donggo: Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Budaya''</ref>


=== Dou Mbojo ===
Kelompok ini menghuni kawasan pesisir pantai. Orang Bima merupakan suatu ras bangsa campuran dengan orang Bugis-Makasar dengan ciri rambut lurus sebagai orang Melayu di pesisir pantai. Dalam pencatatan Kitab BO, bahwa para ncuhi berasal dari Hindia Belakang (Indo Cina) sebagai asal usul dari penduduk di pesisir pantai. Banyak kata benda dalam bahasa Bima yang memiliki persamaan dengan bahasa Jawa Kuno, utamanya yang masih dipergunakan oleh sisa penduduk asli yang tersimpan dalam bahasa Donggo, bahasa Tarlawi dan Bahasa Kolo. Hanya kadang-kadang pengucapannya sudah berubah atau pengucapannya tetap tapi artinya berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena hubungan yang sulit atau terputus sehingga komunikasi antar penduduk induk sumber bahasa terputus pula. Akibatnya pengucapan atau arti bahasa asli tesebut berkembang dalam corak yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Kelompok ini menghuni kawasan pesisir pantai. Orang Bima merupakan suatu ras bangsa campuran dengan orang Bugis-Makassar dengan ciri rambut lurus sebagai orang Melayu di pesisir pantai. Dalam pencatatan ''Kitab BO'', bahwa para "ncuhi" berasal dari Hindia Belakang ([[Indocina]]) sebagai asal usul dari penduduk di pesisir pantai. Banyak kata benda dalam bahasa Bima yang memiliki persamaan dengan [[bahasa Jawa Kuno]], utamanya yang masih dipergunakan oleh sisa penduduk asli yang tersimpan dalam [[bahasa Donggo]], [[bahasa Tarlawi]], dan [[Bahasa Kolo]]. Hanya kadang-kadang pengucapannya sudah berubah atau pengucapannya tetap tapi artinya berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena hubungan yang sulit atau terputus sehingga komunikasi antar penduduk induk sumber bahasa terputus pula. Akibatnya pengucapan atau arti bahasa asli tesebut berkembang dalam corak yang berbeda antara satu dengan lainnya.


Contoh persamaan bahasa Bima dengan bahasa Jawa Kuno antara lain:
Contoh persamaan bahasa Bima dengan bahasa Jawa Kuno antara lain:
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|-
|-
! Bahasa Bima !! Bahasa Jawa Kuno !! Bahsa Indonesia
! Bahasa Bima !! Bahasa Jawa Kuno !! Bahasa Indonesia
|-
|-
| Ama || Ama || Ayah
| Ama || Ama || Ayah
Baris 38: Baris 50:
|}
|}


== Bahasa ==
Ras Bangsa dan Bahasa
Menurut sejarah perkembangannya, bahasa bima dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
Menurut sejarah perkembangannya, bahasa Bima dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1. Kelompok bahasa Bima lama, meliputi:
Bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat teluk meliputi desa Kala, Mbawa, Padende, Kananta, Doridungga
Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim di pergunungan Wawo Tengah, meliputi desa Tarlawi, Kuta, Sambori, Teta, Kalodu.
Bahasa Kolo dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota.
2. Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo. Bahasa Bima baru atau nggahi Mbojo dipergunakan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai bahasa ibu. Bagi masyarakat Bima lama, bahasa Bima berfungsi sebagai bahasa pengantar guna berkomunikasi dengan orang lain di luar kalangan mereka.


* Kelompok bahasa Bima lama, yaitu [[bahasa Donggo]], dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat teluk meliputi desa Kala, Mbawa, Padende, Kananta, dan Doridungga. [[Bahasa Tarlawi]] dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim di pegunungan Wawo Tengah, meliputi desa Tarlawi, Kuta, Sambori, Teta, dan Kalodu. [[Bahasa Kolo]] dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota.
Aksara bahasa Bima banyak persamaan dengan aksara Makasar kuno dan apabila kedua aksara tersebut dibandingkan dengan aksara sansekerta, maka dapat dipastikan asal usul keduanya berasal dari aksara sansekerta (Zollinger)
Menurut tingkatannya bahasa Bima dibagi dalam 3 tingkat, yaitu tingkat halus/bahasa istana, tingkat menengah yaitu bahasa sehari-hari dan tingkat rendah/kasar.


* Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut ''nggahi Mbojo''. Bahasa Bima baru dipergunakan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai [[bahasa ibu]]. Bagi masyarakat Bima lama, bahasa Bima berfungsi sebagai bahasa pengantar guna berkomunikasi dengan orang lain di luar kalangan mereka.
# Sejarah Bima Dana Mbojo

Aksara bahasa Bima banyak persamaan dengan aksara Makassar Kuno dan apabila kedua aksara tersebut dibandingkan dengan [[aksara Sanskerta]], maka dapat dipastikan asal usul keduanya berasal dari aksara Sanskerta (Zollinger).

Menurut tingkatannya bahasa Bima dibagi dalam 3 tingkat, yaitu tingkat halus/bahasa istana, tingkat menengah yaitu bahasa sehari-hari dan tingkat rendah/kasar.
== Lihat juga ==
* [[Compo sampari]]


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}
* Tajib, Abdullah. 1995. ''Sejarah Bima Dana Mbojo.'' Jakarta: PT Harapan Masa PGRI.

== Pranala luar ==
* {{id icon}} [http://mbojonet.blogspot.com/ Mbojo Network]


[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia]]
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Barat]]

Revisi terkini sejak 14 September 2023 02.51

Bima
Dou Mbojo[1]
Orang Bima (awal abad ke-20)
Jumlah populasi
ca 510.000 (2000)[2]
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Pulau Sumbawa)
Bahasa
Bima (Donggo, Tarlawi, dan Kolo), Indonesia
Agama
Islam (mayoritas)[3]
Kelompok etnik terkait
Sumbawa, Sasak

Suku Bima atau Mbojo adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Sumbawa bagian timur, sekarang tempat bermukimnya orang Bima terbagi menjadi tiga bagian secara administratif, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Istilah "Mbojo" dipergunakan untuk menyebut kata 'Bima' dalam bahasa Bima (nggahi Mbojo). Begitupun sebaliknya, istilah Bima digunakan untuk menyebut kata "Mbojo" dalam bahasa Indonesia. Istilah Mbojo juga biasa digunakan sebagai istilah orang Mbojo atau dou Mbojo.[4]

Sejarah

Secara historis orang Bima dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok penduduk asli (dou Donggo) dan kelompok orang Bima (dou Mbojo).

Dou Donggo

Kelompok ini menghuni kawasan bagian barat teluk, tersebar di gunung dan lembah. Dari penelitian Zollinger (1847) diketahui bahwa suku Donggo (Donggo Di) dan penduduk Bima di sebelah timur laut Teluk Bima (Donggo Ele) menunjukkan karakteristik yang jelas sebagai etnis dengan budaya masih sederhana, kecuali beberapa corak yang menunjukkan kesamaan dengan orang-orang Bima di sebelah timur Teluk Bima. Sedangkan penelitian Elber Johannes (1909-1910) menyimpulkan pada dasarnya orang Bima yang tinggal di sekitar ibu kota sudah memiliki budaya lebih maju, selain itu ada pula kelompok campuran yang terbentuk dari interaksi dengan orang Bugis dan Makassar. Penelitian terhadap anggota masyarakat Bima yang lebih tua menunjukkan suatu kecenderungan persamaan dengan orang sasak Bayan di Lombok. Orang Donggo dan Sasak Bayan memiliki kesamaan ciri yaitu berambut pendek bergelombang, keriting, dan warna kulit agak gelap.[5]

Dou Mbojo

Kelompok ini menghuni kawasan pesisir pantai. Orang Bima merupakan suatu ras bangsa campuran dengan orang Bugis-Makassar dengan ciri rambut lurus sebagai orang Melayu di pesisir pantai. Dalam pencatatan Kitab BO, bahwa para "ncuhi" berasal dari Hindia Belakang (Indocina) sebagai asal usul dari penduduk di pesisir pantai. Banyak kata benda dalam bahasa Bima yang memiliki persamaan dengan bahasa Jawa Kuno, utamanya yang masih dipergunakan oleh sisa penduduk asli yang tersimpan dalam bahasa Donggo, bahasa Tarlawi, dan Bahasa Kolo. Hanya kadang-kadang pengucapannya sudah berubah atau pengucapannya tetap tapi artinya berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena hubungan yang sulit atau terputus sehingga komunikasi antar penduduk induk sumber bahasa terputus pula. Akibatnya pengucapan atau arti bahasa asli tesebut berkembang dalam corak yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Contoh persamaan bahasa Bima dengan bahasa Jawa Kuno antara lain:

Bahasa Bima Bahasa Jawa Kuno Bahasa Indonesia
Ama Ama Ayah
Imba Imba Meniru
Uma Umah Rumah
Kica Kica Kera
Kuta Kuta Pagar
Jaga Jaga Jaga
Joli Joli Usungan
Ringa Renga Dengar
Teta Teta Ayah
Do’o Dooh Jauh

Bahasa

Menurut sejarah perkembangannya, bahasa Bima dibagi dalam 2 kelompok yaitu:

  • Kelompok bahasa Bima lama, yaitu bahasa Donggo, dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ipa yang bermukim di pegunungan sebelah barat teluk meliputi desa Kala, Mbawa, Padende, Kananta, dan Doridungga. Bahasa Tarlawi dipergunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim di pegunungan Wawo Tengah, meliputi desa Tarlawi, Kuta, Sambori, Teta, dan Kalodu. Bahasa Kolo dipergunakan oleh masyarakat yang bermukim di desa Kolo di sebelah timur Asakota.
  • Kelompok bahasa Bima baru, lazim disebut nggahi Mbojo. Bahasa Bima baru dipergunakan oleh masyarakat umum di Bima dan berfungsi sebagai bahasa ibu. Bagi masyarakat Bima lama, bahasa Bima berfungsi sebagai bahasa pengantar guna berkomunikasi dengan orang lain di luar kalangan mereka.

Aksara bahasa Bima banyak persamaan dengan aksara Makassar Kuno dan apabila kedua aksara tersebut dibandingkan dengan aksara Sanskerta, maka dapat dipastikan asal usul keduanya berasal dari aksara Sanskerta (Zollinger).

Menurut tingkatannya bahasa Bima dibagi dalam 3 tingkat, yaitu tingkat halus/bahasa istana, tingkat menengah yaitu bahasa sehari-hari dan tingkat rendah/kasar.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Hitchcock (1995), hlm. 239.
  2. ^ Suryadinata, Arifin & Ananta (2003), hlm. 23.
  3. ^ Hitchcock (1995), hlm. 245.
  4. ^ Tajib, Abdullah. 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta: PT Harapan Masa PGRI.
  5. ^ [1] Nurjannah et al. 2017. Analisis Ciri Khas Pola Kehidupan Sosial Masyarakat Suku Donggo: Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Budaya