Lompat ke isi

Deroduwur, Mojotengah, Wonosobo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Clairesijabat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Sejarah: Bot: Merapikan artikel
 
(20 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15: Baris 15:
}}
}}


'''Deroduwur''' adalah sebuah [[desa]] terluar sebelah barat dari Kecamatan [[Mojotengah, Wonosobo|Mojotengah]], kabupaten [[Wonosobo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
'''Deroduwur''' adalah sebuah [[desa]] terluar di sebelah barat dari Kecamatan [[Mojotengah, Wonosobo|Mojotengah]], kabupaten [[Wonosobo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Berasal dari kata "''Ndoro Duwur''" dari [[bahasa Jawa]] yang dikisahkan di Desa Deroduwur dan didirikan oleh seorang ''Ndoro'' (Tuan) yang bernama Tumenggung Kerta Wangsa dan saat ini beliau dimakamkan di Makam Umum, Desa Deroduwur. Dusun Melikan Berasal dari kata "''Melik-melik tekan"'' (bhs, Jawa) di mana sejarahnya adalah sebuah tempat yang hanya kelihatan sinar lampunya tetapi setelah di tuju oleh seorang kyai ternyata sampai juga. Kayi tersebut dikenal dengan Nam Kyai Abdul Jabar, Dia wafat dan dimakamkam di Makam Umum dusun Melikan dan petilasanya sekarang di kenal dengan nama Makam Kayi Jubar. Dusun Bululawang (mbah lembulewang) dikisahkan pendiri Dusun ini adalah Mbah Bulewang yang sekarang dimakamkan Dimakam umum Dusun Bululawang, selain itu dusun ini sebagai pintu masuk dan keluar Desa Deroduwur menuju Kecamatan Watumalang. kemudian Dusun Buntu yang secara bahasa adalah jalan terakhir atau tidak bisa lagi dilewati, dusun ini berada di bawah bukit Basma yang menyatu dengan dataran tinggi Dieng (sembungan). Hampir tiap desa di sekitar desa ini dikelilingi sungai kecil.
Deroduwur berasal dari kata [[bahasa Jawa]] yakni "''Ndoro Duwur''" yang dikisahkan di Desa Deroduwur dan didirikan oleh seorang ''Ndoro'' (Tuan) yang bernama Tumenggung Kerta Wangsa. Saat ini beliau dimakamkan di Makam Umum, Desa Deroduwur. Dusun Melikan berasal dari kata [[bahasa Jawa]] yakni "''Melik-melik tekan''", yang dimana sejarahnya adalah sebuah tempat yang hanya kelihatan sinar lampunya tetapi setelah dituju oleh seorang kyai ternyata sampai juga. Kyai tersebut dikenal dengan nama Kyai Abdul Jabar, beliau wafat dan dimakamkan di Makam Umum dusun Melikan dan petilasanya sekarang dikenal dengan nama Makam Kyai Jubar. Dusun Bululawang (Mbah Lembulewang) dikisahkan sebagai pendiri Dusun ini adalah Mbah Bulewang yang sekarang dimakamkan di makam umum Dusun Bululawang. Selain itu, dusun ini sebagai pintu masuk dan keluar dari Desa Deroduwur menuju Kecamatan Watumalang. Kemudian, Dusun Buntu yang secara bahasa adalah "jalan terakhir atau tidak bisa lagi dilewati", dusun ini berada di bawah bukit Basma yang menyatu dengan dataran tinggi [[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]] (sembungan). Hampir tiap desa di sekitar desa ini dikelilingi [[sungai]] kecil.


Desa Deroduwur sendiri sebelah utara berada di lereng Gunung Bisma dan dataran tinggi Dieng pemukiman lainnya adalah Igirbuntu yaitu lereng bukit yang tidak memiliki akses jalan lain, disini terdapat Makam KH.asy'ari, KH. Muntaha dan KH. Mustahal. dipemakaman ini juga terdapat seorang Keturunan Kerajaan yang bernana RA. Soestiyah(sampai saat ini belum ada konfirmasi sejarah Keturunan dan keluarganya) dia dikisahkan memohon kepada K.Asy'ari untuk di izinkan dimakamkan disekitar Kyai Asy'ari. tanah ini merupakan Hasil Wakaf Keluarga besar Mbah Bachri, Mbah Chudlori. sisanya hasil Pembelian Keluarga Besar Bani Asy'ari.
Desa Deroduwur sendiri berada di sebelah utara berada di lereng Gunung Bisma dan dataran tinggi Dieng pemukiman lainnya adalah Igirbuntu yaitu lereng bukit yang tidak memiliki akses jalan lain, disini terdapat Makam Kyai Haji Asy'ari, Kyai Haji Muntaha dan Kyai Haji Mustahal. Di pemakaman ini juga terdapat seorang keturunan kerajaan yang bernama Raden Ajeng Soestiyah (sampai saat ini belum ada konfirmasi sejarah Keturunan dan keluarganya), beliau dikisahkan memohon kepada Kyai Asy'ari untuk diizinkan dimakamkan di sekitar Kyai Asy'ari. Tanah ini merupakan hasil wakaf dari keluarga besar Mbah Bachri, Mbah Chudlori, dan sisanya hasil pembelian keluarga besar Bani Asy'ari.


Dulunya, desa ini terkenal dengan hutan-hutan yang rimba.
Dulunya, desa ini terkenal dengan hutan-hutan yang rimba.
Bahkan karena terletak jauh dari pusat kota wonosobo dan terpelosokkannya desa ini, kendaraanpun tidak dapat melaluinya. sekitar tahun 1930an desa ini sempat menjadi tempat singgah beberapa Kiai Besar Wonosobo, di antaranya mbah Hasbullah, Kiai Asy'ari, Kiai Abu Na'im(mbah Bunangim), syaikh Suhaimi dan beberapa lainnya. Akan tetapi, sekarang berkat adanya ulama-ulama yg memasuki desa ini pun mengalami perkembangan yg cukup pesat hingga tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan dsb.
Bahkan karena terletak jauh dari pusat Kota [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]] dan terpelosokkannya desa ini, kendaraan pun tidak dapat melaluinya. Sekitar tahun 1930an desa ini sempat menjadi tempat singgah beberapa kyai besar Wonosobo, di antaranya Mbah Hasbullah, Kyai Asy'ari, Kyai Abu Na'im (Mbah Bunangim), Syaikh Suhaimi dan beberapa kyai lainnya. Akan tetapi, sekarang berkat adanya ulama-ulama yg memasuki desa ini pun mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan dan sebagainya.


Menurut data sejarah geografis saat kecamatan mojotengah berada di sebelah barat sungai Serayu sekitar tahun 1900-1889 an akses menuju desa ini hanya bisa dilalui dengan jalan setapak. setelah perkembangan tahun 1970 pertama kali membuka jalan oleh pemkab wonosobo bersama ABRI masuk desa dan swadaya masyarakat desa Deroduwur, Derongisor, Mojotengah dan Kalibeber. Dengan gotongroyong terbuktilah pengembangan desa terluar menjadi lebih maju dan produktif.
Menurut data sejarah [[geografi]]s saat Kecamatan Mojotengah berada di sebelah barat sungai Serayu sekitar tahun 1900-1889an. Akses menuju desa ini hanya bisa dilalui dengan jalan setapak. setelah perkembangan tahun 1970 pertama kali membuka jalan oleh pemkab wonosobo bersama ABRI masuk desa dan swadaya masyarakat desa Deroduwur, Derongisor, Mojotengah dan Kalibeber. Dengan [[gotong royong]] terbuktilah pengembangan desa terluar menjadi lebih maju dan produktif.


Desa Deroduwur memiliki keunikan secara budaya dan geografis, secara budaya desa ini termasuk pecahan dari para sesepuh dan orang-orang pertama disini kebnyakan keturunan pembesar dari daerah Mataram. seperti Mbah Tumenggung Kertawangsa, Maestro Al-Qur'an. KH.Muntaha.Alh, beserta adiknya KH. Mustahal dimakamkan di desa ini, dia lah yang memprakarsai pembangunan Lembaga pendidikan didesa ini untuk tingkat SMP dan SMA pada tahun 2002. lembaga tersebut terletak satu komplek dengan makam, Lembaga tesebut Di bawah naungan yayasan Al-Asy'ariah. Terdapat juga Pondok Pesantren Al-Asy'ariah 2 Deroduwur. Awal pembangunnya dengan bantuan tenaga dan material dari masyarakat desa deroduwur, bantuan pribadi H. Kholiq Arief (Wakil bupati Wonosobo pada saat itu) dan bantuan pemkab Wonosobo.
Desa Deroduwur memiliki keunikan secara budaya dan geografis, secara budaya desa ini termasuk pecahan dari para sesepuh dan orang-orang pertama disini kebnyakan keturunan pembesar dari daerah [[Mataram, Mataram|Mataram]]. seperti Mbah Tumenggung Kertawangsa, [[Maestro]] [[Al-Qur'an]]. Kyai Haji Muntaha. Alh, beserta adiknya Kyai Haji Mustahal dimakamkan di desa ini, beliau lah yang memprakarsai pembangunan [[Lembaga pendidikan|Lembaga Pendidikan]] di desa ini untuk tingkat SMP dan SMA pada tahun 2002. Lembaga tersebut terletak satu komplek dengan makam. Lembaga tesebut dibawah naungan yayasan Al-Asy'ariah. Terdapat juga Pondok Pesantren Al-Asy'ariah 2 Deroduwur. Awal pembangunnya dengan bantuan tenaga dan material dari masyarakat desa deroduwur, bantuan pribadi H. Kholiq Arief (Wakil bupati Wonosobo pada saat itu) dan bantuan Pemerintah Kabupaten Wonosobo.


== Batas wilayah ==
== Batas wilayah ==
Baris 34: Baris 34:
|utara= [[Gunung Bismo|Kecamatan Kejajar]]
|utara= [[Gunung Bismo|Kecamatan Kejajar]]
|selatan= [[Desa Mojosari, Mojotengah, Wonosobo]] dan [[Desa Krinjing, Watumalang Wonosobo]]
|selatan= [[Desa Mojosari, Mojotengah, Wonosobo]] dan [[Desa Krinjing, Watumalang Wonosobo]]
|barat= [[Kirnjing, Kecamatan Watumalang]]
|barat= [[Krinjing, Kecamatan Watumalang]]
|timur= [[Derongisor, Mojotengah, Wonosobo]] dan [[Slukatan, Mojotengah, Wonosobo]]
|timur= [[Derongisor, Mojotengah, Wonosobo]] dan [[Slukatan, Mojotengah, Wonosobo]]
}}
}}

Revisi terkini sejak 26 September 2023 17.54

Deroduwur
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenWonosobo
KecamatanMojotengah
Kode pos
56351
Kode Kemendagri33.07.11.2017 Edit nilai pada Wikidata
Luas324 km2
Jumlah penduduk>3000 jiwa
Kepadatan-


Deroduwur adalah sebuah desa terluar di sebelah barat dari Kecamatan Mojotengah, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.

Deroduwur berasal dari kata bahasa Jawa yakni "Ndoro Duwur" yang dikisahkan di Desa Deroduwur dan didirikan oleh seorang Ndoro (Tuan) yang bernama Tumenggung Kerta Wangsa. Saat ini beliau dimakamkan di Makam Umum, Desa Deroduwur. Dusun Melikan berasal dari kata bahasa Jawa yakni "Melik-melik tekan", yang dimana sejarahnya adalah sebuah tempat yang hanya kelihatan sinar lampunya tetapi setelah dituju oleh seorang kyai ternyata sampai juga. Kyai tersebut dikenal dengan nama Kyai Abdul Jabar, beliau wafat dan dimakamkan di Makam Umum dusun Melikan dan petilasanya sekarang dikenal dengan nama Makam Kyai Jubar. Dusun Bululawang (Mbah Lembulewang) dikisahkan sebagai pendiri Dusun ini adalah Mbah Bulewang yang sekarang dimakamkan di makam umum Dusun Bululawang. Selain itu, dusun ini sebagai pintu masuk dan keluar dari Desa Deroduwur menuju Kecamatan Watumalang. Kemudian, Dusun Buntu yang secara bahasa adalah "jalan terakhir atau tidak bisa lagi dilewati", dusun ini berada di bawah bukit Basma yang menyatu dengan dataran tinggi Dieng (sembungan). Hampir tiap desa di sekitar desa ini dikelilingi sungai kecil.

Desa Deroduwur sendiri berada di sebelah utara berada di lereng Gunung Bisma dan dataran tinggi Dieng pemukiman lainnya adalah Igirbuntu yaitu lereng bukit yang tidak memiliki akses jalan lain, disini terdapat Makam Kyai Haji Asy'ari, Kyai Haji Muntaha dan Kyai Haji Mustahal. Di pemakaman ini juga terdapat seorang keturunan kerajaan yang bernama Raden Ajeng Soestiyah (sampai saat ini belum ada konfirmasi sejarah Keturunan dan keluarganya), beliau dikisahkan memohon kepada Kyai Asy'ari untuk diizinkan dimakamkan di sekitar Kyai Asy'ari. Tanah ini merupakan hasil wakaf dari keluarga besar Mbah Bachri, Mbah Chudlori, dan sisanya hasil pembelian keluarga besar Bani Asy'ari.

Dulunya, desa ini terkenal dengan hutan-hutan yang rimba. Bahkan karena terletak jauh dari pusat Kota Wonosobo dan terpelosokkannya desa ini, kendaraan pun tidak dapat melaluinya. Sekitar tahun 1930an desa ini sempat menjadi tempat singgah beberapa kyai besar Wonosobo, di antaranya Mbah Hasbullah, Kyai Asy'ari, Kyai Abu Na'im (Mbah Bunangim), Syaikh Suhaimi dan beberapa kyai lainnya. Akan tetapi, sekarang berkat adanya ulama-ulama yg memasuki desa ini pun mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan dan sebagainya.

Menurut data sejarah geografis saat Kecamatan Mojotengah berada di sebelah barat sungai Serayu sekitar tahun 1900-1889an. Akses menuju desa ini hanya bisa dilalui dengan jalan setapak. setelah perkembangan tahun 1970 pertama kali membuka jalan oleh pemkab wonosobo bersama ABRI masuk desa dan swadaya masyarakat desa Deroduwur, Derongisor, Mojotengah dan Kalibeber. Dengan gotong royong terbuktilah pengembangan desa terluar menjadi lebih maju dan produktif.

Desa Deroduwur memiliki keunikan secara budaya dan geografis, secara budaya desa ini termasuk pecahan dari para sesepuh dan orang-orang pertama disini kebnyakan keturunan pembesar dari daerah Mataram. seperti Mbah Tumenggung Kertawangsa, Maestro Al-Qur'an. Kyai Haji Muntaha. Alh, beserta adiknya Kyai Haji Mustahal dimakamkan di desa ini, beliau lah yang memprakarsai pembangunan Lembaga Pendidikan di desa ini untuk tingkat SMP dan SMA pada tahun 2002. Lembaga tersebut terletak satu komplek dengan makam. Lembaga tesebut dibawah naungan yayasan Al-Asy'ariah. Terdapat juga Pondok Pesantren Al-Asy'ariah 2 Deroduwur. Awal pembangunnya dengan bantuan tenaga dan material dari masyarakat desa deroduwur, bantuan pribadi H. Kholiq Arief (Wakil bupati Wonosobo pada saat itu) dan bantuan Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Kejajar
Timur Derongisor, Mojotengah, Wonosobo dan Slukatan, Mojotengah, Wonosobo
Selatan Desa Mojosari, Mojotengah, Wonosobo dan Desa Krinjing, Watumalang Wonosobo
Barat Krinjing, Kecamatan Watumalang

Pembagian wilayah

[sunting | sunting sumber]
  1. Dusun Bululawang
  2. Dusun Buntu
  3. Dusun Deroduwur
  4. Dusun Melikan