Lompat ke isi

Lorraine Aragon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
k Membatalkan 2 suntingan oleh Toposopamona (bicara) ke revisi terakhir oleh Donovanpalu(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 25: Baris 25:
== Bidang penelitian ==
== Bidang penelitian ==
Bidang profesional yang digelutinya termasuk persimpangan praktik keagamaan, kesenian daerah, dan lembaga-lembaga negara yang mengatur perbedaan etnis dan hukum properti. Dia telah bekerja di museum serta di bidang akademis dan LSM. Dia adalah penulis atau co-penulis dari berbagai macam artikel dan buku termasuk ''[[ISBN|Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia]]'' (2000) dan ''[[ISBN|Beyond the Java Sea: Art of Indonesia’s Outer Islands]]'' (1991).<ref name=LVA>{{cite web|url=http://anthropology.unc.edu/person/lorraine-v-aragon/|title=Lorraine V. Aragon on University of North Carolina|website=[[University of North Carolina at Chapel Hill]]|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
Bidang profesional yang digelutinya termasuk persimpangan praktik keagamaan, kesenian daerah, dan lembaga-lembaga negara yang mengatur perbedaan etnis dan hukum properti. Dia telah bekerja di museum serta di bidang akademis dan LSM. Dia adalah penulis atau co-penulis dari berbagai macam artikel dan buku termasuk ''[[ISBN|Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia]]'' (2000) dan ''[[ISBN|Beyond the Java Sea: Art of Indonesia’s Outer Islands]]'' (1991).<ref name=LVA>{{cite web|url=http://anthropology.unc.edu/person/lorraine-v-aragon/|title=Lorraine V. Aragon on University of North Carolina|website=[[University of North Carolina at Chapel Hill]]|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>

===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi===

Aragon juga melakukan penelitian atas istilah Toraja (Toradja) di wilayah [[Sulawesi]], dan menemukan bahwa To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].

Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat [[Kerajaan Luwu|Sulawesi Selatan]] yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan [[Watu Mpogaa|Budaya Luwu Monangu Buaya]] yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat [[Sulawesi Selatan]] dengan pihak misionaris Belanda, sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>

Di zaman moderen para peneliti dan akademisi [[Sulawesi]] seperti [[Priyanti Pakan]], [[Mashudin Masyhuda]], [[Andi Mattulada]], dan [[Lorraine Aragon]] juga pada awalnya menolak penerapan istilah [[Toraja]] bagi penduduk Sulawesi Tengah.{{sfn|Aragon|2000|p=2}}


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Dia telah menerima [[penghargaan]] penelitian dan [[beasiswa]] dari National Endowment for Humanities, National Humanities Center, Yayasan John D. dan Catherine T. MacArthur, US Fulbright, National Science Foundation, ACLS, dan Yayasan Wenner-Gren untuk Penelitian Antropologi.<ref name=ACLS>{{cite web|url=http://www.acls.org/research/fellow.aspx?cid=b548dd4e-e1df-e511-9434-000c29879dd6|title=Lorraine V. Aragon F'16|website=ACLS|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
Dia telah menerima [[penghargaan]] penelitian dan [[beasiswa]] dari National Endowment for Humanities, National Humanities Center, Yayasan John D. dan Catherine T. MacArthur, US Fulbright, National Science Foundation, ACLS, dan Yayasan Wenner-Gren untuk Penelitian Antropologi.<ref name=ACLS>{{cite web|url=http://www.acls.org/research/fellow.aspx?cid=b548dd4e-e1df-e511-9434-000c29879dd6|title=Lorraine V. Aragon F'16|website=ACLS|access-date=19 Oktober 2016|archive-date=2016-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20161019151520/http://www.acls.org/research/fellow.aspx?cid=b548dd4e-e1df-e511-9434-000c29879dd6|dead-url=yes}}</ref>


== Sumber ==
== Sumber ==
Baris 36: Baris 46:
* 2013, “[[wikisource:id:Development Strategies, Religious Relations, and Communal Violence in Central Sulawesi: A Cautionary Tale|Development Strategies, Religious Relations, and Communal Violence in Central Sulawesi: A Cautionary Tale]],” In Development Strategies, Identities, and Conflict in Asia, William Ascher and Natalia Mirovitskaya, ed., Pp. 153-182. New York: Palgrave Macmillan.
* 2013, “[[wikisource:id:Development Strategies, Religious Relations, and Communal Violence in Central Sulawesi: A Cautionary Tale|Development Strategies, Religious Relations, and Communal Violence in Central Sulawesi: A Cautionary Tale]],” In Development Strategies, Identities, and Conflict in Asia, William Ascher and Natalia Mirovitskaya, ed., Pp. 153-182. New York: Palgrave Macmillan.
* 2012, “[[wikisource:id:Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia|Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia]].”International Journal of Cultural Property 19(3): 269-312.<ref name=LV1>{{cite web|url=https://anthropology.unc.edu/files/2015/01/IJCP-193-Aragon-article.pdf|title=Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia|website=International Journal of Cultural Property|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
* 2012, “[[wikisource:id:Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia|Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia]].”International Journal of Cultural Property 19(3): 269-312.<ref name=LV1>{{cite web|url=https://anthropology.unc.edu/files/2015/01/IJCP-193-Aragon-article.pdf|title=Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia|website=International Journal of Cultural Property|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect|Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect]],” In Everyday Life in Southeast Asia, Kathleen Adams and Kate Gillogly, ed., Pp.14-26. Bloomington: Indiana University Press.<ref name=LV2>{{cite web|url=http://www.iupress.indiana.edu/product_info.php?products_id=672625|title=Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect|website=[[University of Indiana|Indiana University Press]]|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect|Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect]],” In Everyday Life in Southeast Asia, Kathleen Adams and Kate Gillogly, ed., Pp.14-26. Bloomington: Indiana University Press.<ref name=LV2>{{cite web|url=http://www.iupress.indiana.edu/product_info.php?products_id=672625|title=Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect|website=[[University of Indiana|Indiana University Press]]|access-date=19 Oktober 2016|archive-date=2016-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20161019144334/http://www.iupress.indiana.edu/product_info.php?products_id=672625|dead-url=yes}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies|Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies]]” Anthropology of Work Review 32(2): 63-76.<ref name=LV3>{{cite web|url=http://anthropology.unc.edu/misc-documents/aragon-AoWRarticle2011|title=Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies|website=Anthropology of Work Review|access-date=19 Oktober 2016|archive-date=2013-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20130524055932/http://anthropology.unc.edu/misc-documents/aragon-AoWRarticle2011|dead-url=yes}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies|Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies]]” Anthropology of Work Review 32(2): 63-76.<ref name=LV3>{{cite web|url=http://anthropology.unc.edu/misc-documents/aragon-AoWRarticle2011|title=Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies|website=Anthropology of Work Review|access-date=19 Oktober 2016|archive-date=2013-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20130524055932/http://anthropology.unc.edu/misc-documents/aragon-AoWRarticle2011|dead-url=yes}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia|Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia]],” In Life and Death Matters: Human Rights, Environment, and Social Justice, Barbara Rose Johnston, ed. Revised 2nd Ed. Pp.29-54. Walnut Creek, CA: Left Coast Press.<ref name=LV4>{{cite web|url=http://www.lcoastpress.com/book.php?id=217|title=Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia|website=Left Coast Press|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
* 2011 “[[wikisource:id:Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia|Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia]],” In Life and Death Matters: Human Rights, Environment, and Social Justice, Barbara Rose Johnston, ed. Revised 2nd Ed. Pp.29-54. Walnut Creek, CA: Left Coast Press.<ref name=LV4>{{cite web|url=http://www.lcoastpress.com/book.php?id=217|title=Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia|website=Left Coast Press|access-date=19 Oktober 2016}}</ref>
* 2011 Essays on Sulawesi artifacts, in [[wikisource:id:Paths of Origins: The Austronesian Heritage|Paths of Origins: The Austronesian Heritage]] in the Collections of the National Museum of the Philippines, The Museum Nasional Indonesia, and The Netherlands Rijksmuseum voor Volkenkunde, Purissima Benitez-Johannot, ed. Pp. 226-235. Singapore: ArtPostAsia.
* 2011 Essays on Sulawesi artifacts, in [[wikisource:id:Paths of Origins: The Austronesian Heritage|Paths of Origins: The Austronesian Heritage]] in the Collections of the National Museum of the Philippines, The Museum Nasional Indonesia, and The Netherlands Rijksmuseum voor Volkenkunde, Purissima Benitez-Johannot, ed. Pp. 226-235. Singapore: ArtPostAsia.
* 2011 “[[wikisource:id:Masalah Kepemilikan Budaya: Hak Kekayaan Intelektual Global dan Kesenian Masyarakat Adat di Indonesia|Masalah Kepemilikan Budaya: Hak Kekayaan Intelektual Global dan Kesenian Masyarakat Adat di Indonesia]]” (Problems of Cultural Ownership: Global Intellectual Property Law and Traditional Community Arts in Indonesia). InKegalauan Identitas: Agama, Etnisitas, dan Kewarganegaraan pada Masa Pasca-Order Baru, (Contested Identities: Religion, Politics of Rights, and Citizenship in Post-New Order Indonesia), Fadjar Thufail and Martin Ramstedt, ed., Pp.195-217. Jakarta, Indonesia: Grasindo.
* 2011 “[[wikisource:id:Masalah Kepemilikan Budaya: Hak Kekayaan Intelektual Global dan Kesenian Masyarakat Adat di Indonesia|Masalah Kepemilikan Budaya: Hak Kekayaan Intelektual Global dan Kesenian Masyarakat Adat di Indonesia]]” (Problems of Cultural Ownership: Global Intellectual Property Law and Traditional Community Arts in Indonesia). InKegalauan Identitas: Agama, Etnisitas, dan Kewarganegaraan pada Masa Pasca-Order Baru, (Contested Identities: Religion, Politics of Rights, and Citizenship in Post-New Order Indonesia), Fadjar Thufail and Martin Ramstedt, ed., Pp.195-217. Jakarta, Indonesia: Grasindo.
* 2010 “[[wikisource:id:O commons local como o meio-termo ausente nos debates sobre conhecimentos nativos e leis de propriedade intellectual|O commons local como o meio-termo ausente nos debates sobre conhecimentos nativos e leis de propriedade intellectual]]” (The Local Commons as a Missing Middle in Debates over Indigenous Knowledge and Intellectual Property Law,)” in Do Regime de Propriede Intelectual: Estudos Antropológicos (Anthropological Studies of Intellectual Property Regimes), Ondina Fachel Leal and Rebeca Hennemann Vergara de Souza, ed. Pp. 243-261. Porto Alegre, Brazil: Tomo Editorial (ISBN 978-85-86225-65-9).
* 2010 “[[wikisource:id:O commons local como o meio-termo ausente nos debates sobre conhecimentos nativos e leis de propriedade intellectual|O commons local como o meio-termo ausente nos debates sobre conhecimentos nativos e leis de propriedade intellectual]]” (The Local Commons as a Missing Middle in Debates over Indigenous Knowledge and Intellectual Property Law,)” in Do Regime de Propriede Intelectual: Estudos Antropológicos (Anthropological Studies of Intellectual Property Regimes), Ondina Fachel Leal and Rebeca Hennemann Vergara de Souza, ed. pp.&nbsp;243–261. Porto Alegre, Brazil: Tomo Editorial (ISBN 978-85-86225-65-9).
* 2008 Lorraine V. Aragon and James Leach, “[[wikisource:id:Arts and Owners: Intellectual Property Law and the Politics of Scale in Indonesian Arts|Arts and Owners: Intellectual Property Law and the Politics of Scale in Indonesian Arts]]” American Ethnologist 35(4): 607-631, (Nov issue.)
* 2008 Lorraine V. Aragon and James Leach, “[[wikisource:id:Arts and Owners: Intellectual Property Law and the Politics of Scale in Indonesian Arts|Arts and Owners: Intellectual Property Law and the Politics of Scale in Indonesian Arts]]” American Ethnologist 35(4): 607-631, (Nov issue.)
* 2008 “[[wikisource:id:Reconsidering Displacement and Internally Displaced Persons (IDPs) from Poso|Reconsidering Displacement and Internally Displaced Persons (IDPs) from Poso]],” in Conflict, Violence, and Displacement in Indonesia: Dynamics, Patterns, and Experiences, Eva-Lotta Hedman, ed. Pp.173-205. Ithaca: Cornell University SEAP Publications.
* 2008 “[[wikisource:id:Reconsidering Displacement and Internally Displaced Persons (IDPs) from Poso|Reconsidering Displacement and Internally Displaced Persons (IDPs) from Poso]],” in Conflict, Violence, and Displacement in Indonesia: Dynamics, Patterns, and Experiences, Eva-Lotta Hedman, ed. pp.&nbsp;173–205. Ithaca: Cornell University SEAP Publications.
* 2007 “[[wikisource:id:Elite Competition in Central Sulawesi|Elite Competition in Central Sulawesi]],” in Renegotiating Boundaries: Local Politics in Post-Soeharto Indonesia, Henk Schulte Nordholt and Gerry Van Klinken, ed. Pp.39-66. Leiden: KITLV.
* 2007 “[[wikisource:id:Elite Competition in Central Sulawesi|Elite Competition in Central Sulawesi]],” in Renegotiating Boundaries: Local Politics in Post-Soeharto Indonesia, Henk Schulte Nordholt and Gerry Van Klinken, ed. pp.&nbsp;39–66. Leiden: KITLV.
* 2006 “[[wikisource:id:Bird Omens and Metaphors in Central Sulawesi Ritual Songs|Bird Omens and Metaphors in Central Sulawesi Ritual Songs]],” in Les Messagers Divins: Aspects Esthétiques et Symboliques des Oiseaux en Asie du Sud-Est / Divine Messengers: Bird Symbolism and Aesthetics in Southeast Asia, Pierre LeRoux and Bernard Sellato, ed. Pp. 613-635. Paris and Marseilles: Connaissances et Savoirs / SevenOrients / IRASEC.
* 2006 “[[wikisource:id:Bird Omens and Metaphors in Central Sulawesi Ritual Songs|Bird Omens and Metaphors in Central Sulawesi Ritual Songs]],” in Les Messagers Divins: Aspects Esthétiques et Symboliques des Oiseaux en Asie du Sud-Est / Divine Messengers: Bird Symbolism and Aesthetics in Southeast Asia, Pierre LeRoux and Bernard Sellato, ed. pp.&nbsp;613–635. Paris and Marseilles: Connaissances et Savoirs / SevenOrients / IRASEC.
* 2005 “[[wikisource:id:Mass Media Fragmentation and Narratives of Violent Action in Sulawesi’s Poso Conflict|Mass Media Fragmentation and Narratives of Violent Action in Sulawesi’s Poso Conflict]],” Indonesia 79 (April 2005): 1-55.
* 2005 “[[wikisource:id:Mass Media Fragmentation and Narratives of Violent Action in Sulawesi’s Poso Conflict|Mass Media Fragmentation and Narratives of Violent Action in Sulawesi’s Poso Conflict]],” Indonesia 79 (April 2005): 1-55.
* 2003 “[[wikisource:id:Missions and Omissions of the Supernatural: Indigenous Cosmologies and the Legitimisation of ‘Religion’ in Indonesia|Missions and Omissions of the Supernatural: Indigenous Cosmologies and the Legitimisation of ‘Religion’ in Indonesia]],” Anthropological Forum 13(2): 131-140.
* 2003 “[[wikisource:id:Missions and Omissions of the Supernatural: Indigenous Cosmologies and the Legitimisation of ‘Religion’ in Indonesia|Missions and Omissions of the Supernatural: Indigenous Cosmologies and the Legitimisation of ‘Religion’ in Indonesia]],” Anthropological Forum 13(2): 131-140.
* 2003 “[[wikisource:id:Expanding Spiritual Territories: Owners of the Land, Missionization, and Migration in Central Sulawesi|Expanding Spiritual Territories: Owners of the Land, Missionization, and Migration in Central Sulawesi]].” InFounder’s Cults in Southeast Asia: Ancestors, Polity, Identity, Nicola Tannenbaum and C.A. Kammerer, ed. Pp.113-133. New Haven: Yale SEAP Monograph Series.
* 2003 “[[wikisource:id:Expanding Spiritual Territories: Owners of the Land, Missionization, and Migration in Central Sulawesi|Expanding Spiritual Territories: Owners of the Land, Missionization, and Migration in Central Sulawesi]].” InFounder’s Cults in Southeast Asia: Ancestors, Polity, Identity, Nicola Tannenbaum and C.A. Kammerer, ed. pp.&nbsp;113–133. New Haven: Yale SEAP Monograph Series.
* 2002 “[[wikisource:id:In Pursuit of Mica: The Japanese and Highland Minorities in Sulawesi|In Pursuit of Mica: The Japanese and Highland Minorities in Sulawesi]].” In Southeast Asian Minorities in the Wartime Japanese Empire, Paul H. Kratoska, ed. Pp.81-96. London: RoutledgeCurzon.
* 2002 “[[wikisource:id:In Pursuit of Mica: The Japanese and Highland Minorities in Sulawesi|In Pursuit of Mica: The Japanese and Highland Minorities in Sulawesi]].” In Southeast Asian Minorities in the Wartime Japanese Empire, Paul H. Kratoska, ed. pp.&nbsp;81–96. London: RoutledgeCurzon.
* 2001 “[[wikisource:id:Communal Violence in Central Sulawesi: Where People Eat Fish and Fish Eat People|Communal Violence in Central Sulawesi: Where People Eat Fish and Fish Eat People]].” Indonesia 72 (October 2001): 45-79.
* 2001 “[[wikisource:id:Communal Violence in Central Sulawesi: Where People Eat Fish and Fish Eat People|Communal Violence in Central Sulawesi: Where People Eat Fish and Fish Eat People]].” Indonesia 72 (October 2001): 45-79.
* 2000 [[wikisource:id:Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia|Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia]] (Honolulu: University of Hawaii Press).
* 2000 [[wikisource:id:Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia|Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia]] (Honolulu: University of Hawaii Press).
Baris 63: Baris 73:
=== Referensi ===
=== Referensi ===
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}

{{Authority control}}


[[Kategori:Kelahiran 1954]]
[[Kategori:Kelahiran 1954]]

Revisi terkini sejak 1 Oktober 2023 13.07

Lorraine Aragon
LahirLorraine V. Aragon
7 Januari 1954 (umur 70)
KebangsaanAmerika Serikat Amerika Serikat
PekerjaanPeneliti, Antropolog budaya
Tahun aktif1990-sekarang
Karya terkenalFields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia (2000)

Lorraine V. Aragon (lahir, (1954-01-07)7 Januari 1954), adalah seorang antropolog budaya dan peneliti Amerika Serikat. Aragon telah melakukan penelitian jangka panjang di Indonesia, dan kerja lapangan komparatif di negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Saat ini, dia menjabat sebagai profesor antropologi di University of North Carolina at Chapel Hill.[1]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Aragon lahir pada tanggal 7 Januari 1954. Pada tahun 1992, dia mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Illinois.[2]

Aragon memulai kerja lapangannya di Sulawesi, Indonesia, untuk meneliti konsekuensi dari misi penginjilan Protestan dan konversi petani padi dari dataran tinggi. Pada awal tahun 1998, Aragon menyelidiki dan menganalisis ketegangan regional dan konflik agama di Indonesia, yang berbasis di ketidakadilan pemerintahan yang lama serta kebijakan ekonomi dan politik yang lebih baru.[2]

Bidang penelitian

[sunting | sunting sumber]

Bidang profesional yang digelutinya termasuk persimpangan praktik keagamaan, kesenian daerah, dan lembaga-lembaga negara yang mengatur perbedaan etnis dan hukum properti. Dia telah bekerja di museum serta di bidang akademis dan LSM. Dia adalah penulis atau co-penulis dari berbagai macam artikel dan buku termasuk Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities, and State Development in Indonesia (2000) dan Beyond the Java Sea: Art of Indonesia’s Outer Islands (1991).[2]

Penolakan istilah Toraja di Sulawesi

[sunting | sunting sumber]

Aragon juga melakukan penelitian atas istilah Toraja (Toradja) di wilayah Sulawesi, dan menemukan bahwa To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk Umat Kristen di Sulawesi Selatan, dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni Suku Toraja adalah wilayah Kerajaan Luwu yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara Morowali[3], dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah Tana Toraja, oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan Umat Kristen di Sulawesi Selatan.

Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat Sulawesi pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua Suku Toraja (Toradja-Stammen) dan Umat Kristen di Tana Poso harus mendukung semua Budaya Luwu termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat Sulawesi Selatan yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan Budaya Luwu Monangu Buaya yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat Sulawesi Selatan dengan pihak misionaris Belanda, sehingga semua masyarakat Sulawesi berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)[4] adalah bukan dari Kerajaan Luwu tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris Hindia Belanda. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab Injil yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab Injil yaitu "sejarah kematian Lazarus" yang menceritakan bahwa Baju Adat Inodo bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh Lazarus".[5]

Di zaman moderen para peneliti dan akademisi Sulawesi seperti Priyanti Pakan, Mashudin Masyhuda, Andi Mattulada, dan Lorraine Aragon juga pada awalnya menolak penerapan istilah Toraja bagi penduduk Sulawesi Tengah.[6]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Dia telah menerima penghargaan penelitian dan beasiswa dari National Endowment for Humanities, National Humanities Center, Yayasan John D. dan Catherine T. MacArthur, US Fulbright, National Science Foundation, ACLS, dan Yayasan Wenner-Gren untuk Penelitian Antropologi.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Lorraine Aragon". Learn NC. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  2. ^ a b c "Lorraine V. Aragon on University of North Carolina". University of North Carolina at Chapel Hill. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  3. ^ KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [1].
  4. ^ Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu , [2], Diakses 30 Juni 2023.
  5. ^ "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju Inodo yang milik dari Suku Bare'e (Bare'e-Stammen), [3].
  6. ^ Aragon 2000, hlm. 2.
  7. ^ "Lorraine V. Aragon F'16". ACLS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-19. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  8. ^ "Copyrighting Culture for the Nation? Intangible Property Nationalism and the Regional Arts of Indonesia" (PDF). International Journal of Cultural Property. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  9. ^ "Living without Please or Thanks in Indonesia: Cultural Translations of Reciprocity and Respect". Indiana University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-19. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  10. ^ "Where Commons Meet Commerce: Circulation and Sequestration Strategies in Indonesian Arts Economies". Anthropology of Work Review. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-24. Diakses tanggal 19 Oktober 2016. 
  11. ^ "Distant Processes: The Global Economy and Outer Island Development in Indonesia". Left Coast Press. Diakses tanggal 19 Oktober 2016.