Lompat ke isi

Afdeling Midden Celebes: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Toposopamona (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
k Dikembalikan ke revisi 22865960 oleh Arya-Bot (bicara): Butuh rujukan valid(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(15 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:


Pada tanggal 1 Januari 1926, Afdeling Midden Celebes dimasukkan ke dalam wilayah administrasi [[Karesidenan Manado]], bersama dengan [[Afdeling Manado]] dan [[Afdeling Gorontalo]]. Afdeling Midden Celebes terdiri dari lima [[onderafdeling]], yaitu [[Donggala|Onderafdeling Donggala]], [[Kota Palu|Palu]], [[Poso]], [[Tolitoli]], dan [[Parigi Moutong|Parigi]].<ref name=WP56>{{cite web|url=http://www3.qeh.ox.ac.uk/pdf/crisewps/workingpaper56.pdf|title=State formation, decentralisation and East Sulawesi province: Conflict and the politics of transcending boundaries in Eastern Indonesia|website=CRISE|author=Tirtosudarmo, Riwanto|date=Oktober 2008|access-date=3 Desember 2016|archive-date=2016-12-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220170720/http://www3.qeh.ox.ac.uk/pdf/crisewps/workingpaper56.pdf|dead-url=yes}}</ref><ref name=BGK1>{{cite book|title=Sejarah Kerajaan Bungku|last1=Mahid|first1=Syakir|authorlink1=Syakir Mahid|last2=Sadi|first2=Haliadi|authorlink2=Haliadi-Sadi|last3=Darsono|first3=Wilman|authorlink3=Wilman Darsono|publisher=Penerbit Ombak|location=Yogyakarta|pages=297-298|ISBN=978-602-7544-09-3|date=2012|accessdate=3 Desember 2016}}</ref>
Pada tanggal 1 Januari 1926, Afdeling Midden Celebes dimasukkan ke dalam wilayah administrasi [[Karesidenan Manado]], bersama dengan [[Afdeling Manado]] dan [[Afdeling Gorontalo]]. Afdeling Midden Celebes terdiri dari lima [[onderafdeling]], yaitu [[Donggala|Onderafdeling Donggala]], [[Kota Palu|Palu]], [[Poso]], [[Tolitoli]], dan [[Parigi Moutong|Parigi]].<ref name=WP56>{{cite web|url=http://www3.qeh.ox.ac.uk/pdf/crisewps/workingpaper56.pdf|title=State formation, decentralisation and East Sulawesi province: Conflict and the politics of transcending boundaries in Eastern Indonesia|website=CRISE|author=Tirtosudarmo, Riwanto|date=Oktober 2008|access-date=3 Desember 2016|archive-date=2016-12-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220170720/http://www3.qeh.ox.ac.uk/pdf/crisewps/workingpaper56.pdf|dead-url=yes}}</ref><ref name=BGK1>{{cite book|title=Sejarah Kerajaan Bungku|last1=Mahid|first1=Syakir|authorlink1=Syakir Mahid|last2=Sadi|first2=Haliadi|authorlink2=Haliadi-Sadi|last3=Darsono|first3=Wilman|authorlink3=Wilman Darsono|publisher=Penerbit Ombak|location=Yogyakarta|pages=297-298|ISBN=978-602-7544-09-3|date=2012|accessdate=3 Desember 2016}}</ref>

==Sejarah==
Wilayah sepanjang pesisir barat Sulawesi Tengah, dari Kaili hingga [[Tolitoli]], ditaklukkan oleh [[Kerajaan Gowa]] sekitar pertengahan abad ke-16 di bawah kepemimpinan Raja [[Tunipalangga]].{{sfnm|1a1=Druce|1y=2009|1pp=232–235|2a1=Druce|2y=2009|2p=244}} Wilayah di sekitar [[Teluk Palu]] merupakan pusat dan rute perdagangan yang penting, produsen [[minyak kelapa]], dan "pintu masuk" ke pedalaman Sulawesi Tengah.{{sfn|Henley|2005|p=72}} Di sisi lain, daerah Teluk Tomini sebagian besar berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Parigi]]. Pada tahun 1824, perwakilan [[Kerajaan Banawa]] dan [[Kerajaan Palu]] menandatangani ''Korte Verklaring'' (Perjanjian Pendek) dengan pemerintah kolonial.{{sfn|Henley|2005|p=232}} Kapal-kapal Belanda mulai sering berlayar di bagian selatan Teluk Tomini setelah tahun 1830.{{sfn|Henley|2005|p=222}}

Pada tahun 1800an, tokoh [[Hindia Belanda]], Adriani dan Kruyt dalam buku mereka yang berjudul ''De Bare'e-sprekende Toradja's van Midden-Celebes'' mengistilahkan istilah ''Toradja''(Toraja) untuk sebagian kecil orang yang hidup seperti yang sekarang ini disebut "[[Tunawisma|gelandangan]]".<ref>De bare'e-sprekende toradja's van midden-celebes, SERIES ''[https://www.opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?keywords=Suku%20bare%27e&search=search]", Diakses 5 Maret 2023.</ref>

Di wilayah Sulawesi bagian [[Kabupaten Poso|Poso]] dan [[Kabupaten Tojo Una-Una|Tojo]], dahulunya ada istilah Toraja diciptakan [[Hindia Belanda|Belanda]] untuk menamakan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen ; Alfouren) yang masih beragama Lamoa (Tuhan PueMpalaburu), tetapi masih sangat banyak juga [[Kerajaan Tojo|Suku Bare'e]] yang beragama Lamoa yang ikut [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] yang ber[[agama Islam]] (Mohammadisme) karena Suku Bare'e tersebut tidak cocok dengan gaya hidup orang [[Hindia Belanda|Belanda]] yang berkulit putih dan berambut kuning, dan Alfouren yang mau ikut [[Hindia Belanda|Belanda]] inilah yang disebut dengan istilah Toraja (Toradja).

Alfouren yang bergaya hidup seperti [[Gelandangan]] yang diistilahkan [[Hindia Belanda|Belanda]] dengan istilah ''Toradja'' tersebut harus meninggalkan kebiasaan dari suku lama mereka yaitu [[Suku Bare'e]] (''Bare'e-Stammen''), karena [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] telah banyak yang ber[[agama Islam]] sehingga bagi pihak [[Hindia Belanda|Belanda]] kemudian mengistilahkan "[[Van Heiden Tot Christen]]"<ref>Van Heiden tot Christen, dari agama suku masuk agama kristen ''[https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show_detail&id=12735&keywords=]", Diakses 31 Mei 2023.</ref>
untuk penduduk asli suatu wilayah yang wilayahnya dinamakan Belanda dengan nama [[Grup Poso-Tojo]] yang memiliki nama lain Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare'e) dengan [[Orang Tojo|Suku Bare'e]] sebagai suku asli pemilik wilayah tersebut, dan istilah "[[Van Heiden Tot Christen]]" sudah sangat dikenal di wilayah [[Grup Poso-Tojo]], dan orang Toradja (istilah bagi orang Bare'e yang bukan ber[[agama Islam]]) ini kemudian diberi makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan pengajaran [[Agama Kristen]].

Pada periode tersebut, Sulawesi Tengah berada di bawah yurisdiksi [[Afdeling Gorontalo]], yang berpusat di Gorontalo. [[G. W. W. C. Baron van Höevell]], [[Afdeling Gorontalo|Asisten Residen Gorontalo]], khawatir pengaruh Islam yang begitu kuat di Gorontalo akan meluas ke wilayah Sulawesi Tengah—yang saat itu masih belum dimasuki [[agama samawi]], dan penduduknya sebagian besar masih pagan, penganut [[animisme]], dan memeluk agama suku{{sfn|Noort|2006|p=28}}.

===Penolakan istilah Toraja di Sulawesi===

[[Bugis]] dan To Luwu adalah masyarakat yang pertama kali menolak penyebutan Toraja untuk [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]], dan hal tersebut diakui oleh Makkole dan Maddika Luwu saat itu, dan juga karena wilayah yang dihuni [[Suku Toraja]] adalah wilayah [[Kerajaan Luwu]] yang mana wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara [[Kerajaan Mori|Morowali]]<ref>KEDATUAN LUWU WILAYAHNYA HANYA SAMPAI MOROWALI, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH. [https://portal.luwukab.go.id/blog/page/sejarah].</ref>, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) sampai ke seluruh wilayah [[Suku Toraja|Tana Toraja]], oleh karena itu To Luwu menolak terhadap istilah Toraja (Toradja) untuk penyebutan [[Umat Kristen]] di [[Sulawesi Selatan]].

Penolakan atas istilah Toraja inilah yang membuat ragu masyarakat [[Sulawesi]] pada saat terjadi gerakkan Monangu Buaya oleh Kerajaan Luwu, karena bunyi dari Monangu Buaya adalah sangat bertentangan dengan penolakan istilah Toraja (Toradja) yang terjadi di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Sulawesi Tengah]], karena bunyi dari Monangu Buaya (Monangu Buaja) adalah "Semua [[Suku Toraja]] (Toradja-Stammen) dan [[Umat Kristen]] di [[Grup Poso-Tojo|Tana Poso]] harus mendukung semua Budaya [[Kerajaan Luwu|Luwu]] termasuk Monangu Buaya", dan itu sangat tidak mungkin terjadi dimana sedang terjadi salah paham dan "pengusiran" antara pihak masyarakat [[Kerajaan Luwu|Sulawesi Selatan]] yang menentang istilah Toraja ciptaan misionaris Belanda dan [[Watu Mpogaa|Budaya Luwu Monangu Buaya]] yang didukung misionaris Belanda dengan kata lain sedang terjadi permusuhan antara masyarakat [[Sulawesi Selatan]] dengan pihak misionaris Belanda, sehingga semua masyarakat [[Sulawesi]] berkesimpulan bahwa gerakan menarik upeti Monangu Buaya (Monangu Buaja; krokodilzwemmen)<ref>Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>

Di zaman moderen para peneliti dan akademisi [[Sulawesi]] seperti [[Priyanti Pakan]], [[Mashudin Masyhuda]], [[Andi Mattulada]], dan [[Lorraine Aragon]] juga pada awalnya menolak penerapan istilah [[Toraja]] bagi penduduk Sulawesi Tengah.{{sfn|Aragon|2000|p=2}}


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 1 Oktober 2023 13.42

Afdeling Midden Celebes (bahasa Indonesia: Afdeling Sulawesi Tengah), adalah salah satu wilayah administrasi afdeling di bawah Gubernemen Groote Oost. Afdeling ini dibentuk pada tanggal 28 Agustus 1903 dan ibu kotanya terletak di Donggala, sehingga Donggala menjadi tempat kedudukan Asisten Residen. Asisten Residen pertama adalah A.J.N. Engelenburg, dan pada tahun 1922 digantikan oleh Hiersman.[1]

Pada tanggal 1 Januari 1926, Afdeling Midden Celebes dimasukkan ke dalam wilayah administrasi Karesidenan Manado, bersama dengan Afdeling Manado dan Afdeling Gorontalo. Afdeling Midden Celebes terdiri dari lima onderafdeling, yaitu Onderafdeling Donggala, Palu, Poso, Tolitoli, dan Parigi.[2][3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sejarah Donggala". Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-20. Diakses tanggal 3 Desember 2016. 
  2. ^ Tirtosudarmo, Riwanto (Oktober 2008). "State formation, decentralisation and East Sulawesi province: Conflict and the politics of transcending boundaries in Eastern Indonesia" (PDF). CRISE. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-12-20. Diakses tanggal 3 Desember 2016. 
  3. ^ Mahid, Syakir; Sadi, Haliadi; Darsono, Wilman (2012). Sejarah Kerajaan Bungku. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 297–298. ISBN 978-602-7544-09-3.