Perhimpunan Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(72 revisi perantara oleh 35 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
⚫ | '''Perhimpunan Hindia''' ([[Bahasa Belanda]]: ''Indische Vereeniging''), dikenal juga sebagai '''Perhimpunan Indonesia''' atau '''PI''' ([[Bahasa Belanda]]: ''Indonesische Vereeniging''), adalah organisasi pelajar dan mahasiswa [[Hindia Belanda|Hindia]] di [[Belanda]] yang berdiri pada tahun [[1908]]. |
||
[[Berkas:Indon_vereniging_01.jpg|right|200px|Indonesische Vereeniging]] |
|||
⚫ | |||
Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa [[Soetan Kasajangan Soripada]] dan [[R.M. Noto Soeroto]] |
[[Berkas:Bendera Perhimpoenan Indonesia.png|thumb|Bendera Perhimpoenan Indonesia]]''Indische Vereeniging'' berdiri atas prakarsa [[Soetan Kasajangan Soripada|Soetan Kasajangan Soripada Harahap]] dan [[R.M. Noto Soeroto]] . |
||
Sejak [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] dan |
Sejak [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Cipto Mangoenkoesoemo]] dan [[Ki Hajar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]] masuk, pada [[1913]], mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan [[Indonesia]]. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi [[bangsa Indonesia]]. Semenjak itulah ''Indische Vereeniging'' memasuki kancah politik. Waktu itu pula ''Indische Vereeniging'' menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama ''Hindia Poetera'', tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik. |
||
== Perhimpunan Indonesia == |
== Perhimpunan Indonesia == |
||
[[File:KITLV A627 - Bijeenkomst van de Perhimpoenan Indonesia, vermoedelijk in Leiden, KITLV 53604.tiff|jmpl|Pertemuan Perhimpunan Indonesia, diperkirakan di Leiden, {{circa|1924–1927}}]] |
|||
Semula, gagasan nama ''Indonesisch'' (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti '' |
Semula, gagasan nama ''Indonesisch'' ([[Indonesia]]) diperkenalkan sebagai pengganti ''Indisch'' ([[Hindia]]) oleh Prof. [[Cornelis van Vollenhoven]] ([[1917]]). Sejalan dengan itu, ''inlander'' (pribumi) diganti dengan ''Indonesiër'' ([[orang Indonesia]])<ref>[http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, Kompas 28 Oktober 2005</ref>(Lihat: [[Sejarah nama Indonesia]]). |
||
Pada September [[1922]], saat pergantian ketua antara Dr. [[Soetomo]] dan [[Herman Kartawisastra]] organisasi ini berubah nama menjadi |
Pada September [[1922]], saat pergantian ketua antara Dr. [[Soetomo]] dan [[Herman Kartawisastra]] organisasi ini berubah nama menjadi ''Indonesische Vereeniging''. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa [[Politik Etis]]. Para anggota PI juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah ''Hindia Poetra'' dengan [[Mohammad Hatta]] sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali ''Hindia Poetra'' ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula [[Hindia Belanda]] yang merugikan petani.<ref>Majalah Tempo, Edisi Khusus 80 Tahun Sumpah Pemuda, 27 Oktober 2008</ref> |
||
Saat [[Iwa Koesoemasoemantri]] menjadi ketua pada [[1923]], |
Saat [[Iwa Koesoemasoemantri]] menjadi ketua pada [[1923]], PI mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi [[Revolusi Nasional Indonesia|kemerdekaan]] tanpa bekerjasama dengan [[Belanda]]. Tahun ][1924]], saat [[Nazir Datuk Pamoentjak|M. Nazir Datuk Pamoentjak]] menjadi ketua, nama majalah ''Hindia Poetra'' berubah menjadi ''Indonesia Merdeka''. Tahun [[1925]] saat [[Soekiman Wirjosandjojo]] nama organisasi ini resmi berubah menjadi '''Perhimpunan Indonesia''' (PI). |
||
Hatta menjadi '' |
[[Mohammad Hatta|Hatta]] menjadi ''Voorzitter'' (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun [[1926]] hingga [[1930]], sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana [[propaganda]] tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri [[Belanda]]. |
||
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: [[Achmad Soebardjo]], [[Soekiman Wirjosandjojo]], [[Arnold Mononutu]], Prof Mr [[Sunario Sastrowardoyo]], [[Sastromoeljono]], [[ |
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: [[Achmad Soebardjo]], [[Soekiman Wirjosandjojo]], [[Arnold Mononutu]], [[Mohamad Nazief|Mr. Dr. Mohamad Nazif]], Prof Mr [[Sunario Sastrowardoyo]], [[Sastromoeljono]], [[Abdulmadjid Djojoadiningrat]], [[Sutan Sjahrir]], [[Sutomo]], [[Ali Sastroamidjojo]], [[Wreksodiningrat]], [[Soedibjo Wirjowerdojo]] dll. |
||
== Akhir organisasi dan dikuasai komunis == |
|||
== Indonesia Merdeka == |
|||
=== Dipimpin Mohammad Hatta === |
|||
Dalam nomor pertama majalah ''[[Indonesia Merdeka]]'' tahun [[1924]] yang diterbitkan Perhimpunan Indonesia dikatakan: Kita memasuki tahun baru dengan pakaian baru dan nama baru. Pergantian nama itu bukanlah merupakan hasil khayalan secara tiba-tiba, tetapi hanya merupakan penarikan garis yang dimulai dengan perubahan Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. |
|||
[[File:Reproductie van een foto uit een publicatie Titel De oprichters der Perhimpoen, Bestanddeelnr 8821.jpg|jmpl|250px|Pengurus Perhimpoenan Indonesia. Kiri ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, [[Mohammad Hatta]], [[Iwa Kusumasumantri]], Sastro Mulyono, dan [[Sartono (politikus)|R.M. Sartono]]]] |
|||
Pada [[1926]], [[Mohammad Hatta]] diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia/Indische Vereeniging.{{sfn|Noer|2012|p=21}} Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perubahan. PI lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di [[Indonesia]] dengan memberikan banyak komentar di [[media massa]] di [[Indonesia]].{{sfn|Noer|2012|p=19}} [[Semaun]] dari [[PKI]] datang kepada [[Mohammad Hatta|Hatta]] sebagai pimpinan PI untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI.{{sfn|Noer|2012|p=19}} [[Stalin]] membatalkan keinginan [[Semaun]] dan sebelumnya [[Mohammad Hatta|Hatta]] memang belum bisa percaya pada [[PKI]].{{sfn|Noer|2012|pp=19-20}} |
|||
Dikatakan juga bahwa ''Indonesia Merdeka'' adalah suara Indonesia muda yang sedang belajar, suara yang pada waktu ini mungkin tidak terdengar oleh penguasa, tetapi pada waktunya nanti pasti akan didengar. Salah besar jika menganggap remeh suara itu sebab di belakang suara itu terdapat kemauan besar untuk merebut kembali hak-hak, cepat atau lambat, untuk menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu Indonesia Merdeka. |
|||
Pada masa kepemimpinannya, majalah PI, yakni ''Indonesia Merdeka'' banyak disita pihak kepolisian, maka masuknya majalah ini dengan cara penyelundupan.{{sfn|Noer|2012|p=23-24}} |
|||
Dalam pengantar edisi pertama majalah ''Indonesia Merdeka'', dikemukakan kesamaan antara penjajahan Indonesia oleh Belanda dan pendudukan Belanda oleh bangsa Spanyol. Diberi pula argumentasi bahwa orang Indonesia sekarang juga tidak lagi bersedia menyebut negaranya Hindia Belanda seperti halnya orang Belanda yang tidak mau menyebut Nederland-Spanyol. Pelajaran yang telah diterima dari guru-guru orang Belanda tentang sejarah Belanda dan cerita keberanian orang Belanda melawan Spanyol telah menyalakan semangat melawan pemerintahan asing. |
|||
⚫ | |||
Semua karangan yang diterbitkan ''Indonesia Merdeka'', kemudian sampai ke tanah air dan secara sembunyi-sembunyi dijadikan bahan bacaan populer oleh kalangan muda Indonesia. |
|||
⚫ | |||
'''Bacaan''' |
|||
== Manifesto 1925 == |
|||
{{Refbegin}} |
|||
Dalam salah satu edisi ''Indonesia Merdeka'', muncul sebuah tulisan yang dikenal dengan "Manifesto 1925" <ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128562.id.html Manifesto 1925: Prolog dari Belanda]</ref>. Isinya menyangkut ketegasan sikap: |
|||
* {{cite book |
|||
# Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri; |
|||
|last = Noer |
|||
# Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan; |
|||
|first = Deliar |
|||
# Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai. |
|||
|authorlink = Deliar Noer |
|||
|editor = Jaap Erkelens |
|||
== Pemberontakan PKI == |
|||
|title = Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa |
|||
Pemberontakan komunis di [[Jawa]] bulan [[November]] [[1926]] sangat mengejutkan Pemerintah Belanda dan semenjak itu pula gerak-gerik Perhimpunan Indonesia diawasi secara ketat dan dituding sebagai motor penggerak pemberontakan tersebut. |
|||
|year = 2012 |
|||
|publisher = Gramedia Pustaka Utama |
|||
Melalui residen di Indonesia, para orang tua mahasiswa PI yang berkerja sebagai ''ambtenaar'', diancam akan dipecat dengan kehilangan hak pensiun, jika ia masih saja mengirim uang untuk anaknya yang dituding telah menjadi [[komunis]] tersebut. Sedangkan orang tua para mahasiswa yang tidak ''ambtenaar'', juga diperingatkan perihal anaknya yang dikatakan sudah menjadi komunis. Hatta termasuk salah seorang yang tidak menerima kiriman uang lagi dari orang tuanya, walaupun orang tuanya bukan ''ambtenaar'' Belanda. Waktu itu ada sembilan belas mahasiswa yang mendapat subsidi dari pemerintah. Dua di antaranya dicabut dengan dalih telah lima tahun dapat bantuan pemerintah. |
|||
|location = [[Jakarta]] |
|||
|isbn = ISBN 978-979-709-633-5 |
|||
Pada September [[1927]] Hatta, Abdul Madjid, Nazir Pamuntjak ditangkap di [[Den Haag]] dan dibawa ke penjara Casiusstraat. Mereka dituduh menjadi anggota perkumpulan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menentang kerajaan Belanda. Salah satu yang dijadikan barang bukti adalah hubungan dengan [[Samaoen]], tokoh yang dianggap bertanggungjawab dalam pemberontakan komunis tahun [[1926]]. Bantuan uang dari Samaoen kemudian dijadikan persoalan dalam pengadilan, Perhimpunan Indonesia dituding menerima bantuan uang dari [[Moskwa]]. Demikian pula konvensi yang dibuat Hatta dengan Samaoen pada akhir Desember [[1926]], dikatakan bahwa PI mengadakan kerjasama dengan komunis untuk melawan pemerintah kolonial. |
|||
|ref = {{sfnRef|Noer|2012}} |
|||
}} |
|||
Dalam sidang pengadilan [[Den Haag]], [[1928]], Hatta mengatakan, PI menjalankan daya upaya dalam menguatkan ''eenheidgedachte'' bagi seluruh Bangsa Indonesia. Dengan kata lain, semangat persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia itu sudah dimulai oleh para mahasiswa di negeri seberang laut tersebut. Hatta menegaskan kembali konflik kepentingan antara negara penjajah dan daerah jajahan. |
|||
{{Refend}} |
|||
== Hubungan dengan organisasi di Indonesia == |
|||
Perhimpuan Indonesia tidak mempunyai cabang di Indonesia, akan tetapi mempunyai hubungan erat dengan dengan orang-orang sehaluan dengan PI seperti Soenario, Sartono, Ishak, Budhiarto, Suyadi dll. |
|||
Pada beberapa tempat di Indonesia didirikan komite, tugasnya menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk Kongres Nasional Indonesia yang akan diadakan di [[Bandung]] pada akhir tahun [[1927]]. Tujuannya ialah mendirikan ''Indonesisch Nationalistische Volkspartij'' (Partai Nasional Rakyat Indonesia). Komite-komite didirikan sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Perhimpunan Indonesia. Namun sebelum Kongres dimaksud terlaksana, Hatta dan teman-temannya sudah dijebloskan ke dalam penjara di Den Haag. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
<!--*{{id}} [http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan], Kompas 28 Oktober 2005 |
<!--*{{id}} [http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0510/28/opini/2156298.htm Revitalisasi Keindonesiaan], Kompas 28 Oktober 2005 |
||
*{{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm Asal Usul Nama Indonesia]--> |
*{{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm Asal Usul Nama Indonesia]--> |
||
* {{id}} [http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_2.htm Kemandirian, Dasar Martabat Bangsa] |
* {{id}} [http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_2.htm Kemandirian, Dasar Martabat Bangsa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070817144610/http://www.ekonomirakyat.org/edisi_18/artikel_2.htm |date=2007-08-17 }} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Organisasi di Belanda]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Organisasi di Hindia Belanda]] |
||
[[Kategori:Organisasi mahasiswa]] |
|||
[[Kategori:Organisasi pelajar]] |
|||
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Kebangkitan Nasional Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Belanda dalam tahun 1908]] |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1908 di Belanda]] |
|||
[[Kategori:Pendirian tahun 1908 di Hindia Belanda]] |
Revisi terkini sejak 31 Oktober 2023 09.39
Perhimpunan Hindia (Bahasa Belanda: Indische Vereeniging), dikenal juga sebagai Perhimpunan Indonesia atau PI (Bahasa Belanda: Indonesische Vereeniging), adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda yang berdiri pada tahun 1908.
Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada Harahap dan R.M. Noto Soeroto .
Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah Indische Vereeniging memasuki kancah politik. Waktu itu pula Indische Vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.
Perhimpunan Indonesia
[sunting | sunting sumber]Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia)[1](Lihat: Sejarah nama Indonesia).
Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik Etis. Para anggota PI juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra ini menjadi sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan petani.[2]
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, PI mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun ][1924]], saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad Soebardjo, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Mr. Dr. Mohamad Nazif, Prof Mr Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdulmadjid Djojoadiningrat, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Sastroamidjojo, Wreksodiningrat, Soedibjo Wirjowerdojo dll.
Akhir organisasi dan dikuasai komunis
[sunting | sunting sumber]Dipimpin Mohammad Hatta
[sunting | sunting sumber]Pada 1926, Mohammad Hatta diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia/Indische Vereeniging.[3] Di bawah kepemimpinannya, PI memperlihatkan perubahan. PI lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar di media massa di Indonesia.[4] Semaun dari PKI datang kepada Hatta sebagai pimpinan PI untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI.[4] Stalin membatalkan keinginan Semaun dan sebelumnya Hatta memang belum bisa percaya pada PKI.[5]
Pada masa kepemimpinannya, majalah PI, yakni Indonesia Merdeka banyak disita pihak kepolisian, maka masuknya majalah ini dengan cara penyelundupan.[6]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]Bacaan
- Noer, Deliar (2012). Jaap Erkelens, ed. Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN ISBN 978-979-709-633-5 Periksa nilai: invalid character
|isbn=
(bantuan).
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Kemandirian, Dasar Martabat Bangsa Diarsipkan 2007-08-17 di Wayback Machine.