Lompat ke isi

Pertempuran Uhud: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bkusmono (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(149 revisi perantara oleh 88 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{lindungidarianon2}}
{{Infobox Military Conflict|
{{Infobox Military Conflict|
conflict=Pertempuran Uhud
conflict=Pertempuran Uhud
|partof=Perang [[Muslim]]-[[Quraisy]]|
|partof=Perang [[Muslim]]-[[Quraisy]]||image=[[Berkas:Uhud.jpg|325px]]|
|image=[[Berkas:Uhud.jpg|325px]]|
|caption=[[Gunung Uhud]], lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
|caption=[[Gunung Uhud]], lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
|date=[[23 Maret]] [[625]]
|date=23 Maret 625
|place=Di lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari [[Madinah]]
|place=Di lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari [[Madinah]]
|result=kemenangan Quraisy
|result=kemenangan Quraisy
|combatant1=Muslim
|combatant1=Pasukan Muslim
|combatant2=Persekutuan pimpinan Quraisy Mekkah
|combatant2=Pasukan Quraisy
|commander1=[[Muhammad]]<br>[[Ali bin Abi Thalib]]<br>[[Hamzah bin Abdul-Muththalib]]{{KIA}}<br>[[Mush'ab bin Umair]]{{KIA}}<br>Abdullah bin Jubair{{KIA}} <ref name="Najeebabadi 171">{{Citation |last= Najeebabadi |first= Akbar Shah |title= History of Islam, Vol.1 |page= 171}}</ref><br>Mundzir bin Amr <ref name="Najeebabadi 171">{{Citation |last= Najeebabadi |first= Akbar Shah |title= History of Islam, Vol.1 |page= 171}}</ref><br>[[Zubair bin Awwam]] <ref name="Najeebabadi 171">{{Citation |last= Najeebabadi |first= Akbar Shah |title= History of Islam, Vol.1 |page= 171}}</ref><br>[[Ubadah bin ash-Shamit]]<ref>{{cite book |last1=Gil |first1=Moshe |title=Ibn Sa'd, 1(1), 147 VII(2), 113f, Baladhuri, Tarikh Tabari, 1 2960, Muqaddasi, Muthir, 25f; Ibn Hisham, 311 |publisher=Cambridge University press |isbn=0521599849 |page=119 |url=https://books.google.com/books?id=M0wUKoMJeccC&q=ubada+samit+&pg=PA40 |accessdate=26 January 2020|date=1997-02-27 }}</ref>
|commander1=[[Muhammad]]
|commander2=[[Abu Sufyan]]
|commander2=[[Abu Sufyan]]<br>[[Hindun binti Utbah]]<br>[[Ikrimah bin Abu Jahal]]<br>[[Khalid bin Walid]]
|strength1=700 infanteri,<br />2 kavaleri
|strength1=650 infanteri,<br />50 kavaleri (pemanah)
|strength2=3,000 infanteri,<br />200 kavaleri<ref name="W136">Watt (1964) p. 136</ref>
|strength2=2,800 infanteri,<br />200 kavaleri (pemanah)<ref name="W136">Watt (1964) p. 136</ref>
|casualties1=75
|casualties1=75
|casualties2=27
|casualties2=127
|}}
||day=Sabtu}}
{{Pertempuran Muhammad}}
{{Pertempuran Muhammad}}
'''Pertempuran Uhud''' adalah pertempuran yang pecah antara kaum [[muslim]]in dan kaum [[kafir]] [[Quraisy]] pada tanggal [[22 Maret]] [[625]] M ([[7 Syawal]] 3 H). [[Perang|Pertempuran]] ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah [[Pertempuran Badr]]. Tentara [[Islam]] berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara [[Islam]] dipimpin langsung oleh [[Rasulullah]] sedangkan tentara kafir dipimpin oleh [[Abu Sufyan]]. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari [[Masjid Nabawi]] dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.
'''Pertempuran Uhud''' adalah pertempuran yang pecah antara kaum [[muslim]]in dan kaum [[kafir]] [[Quraisy]] pada hari sabtu, tanggal 23 Maret 625 M (7 [[Syawal]] 3 H). [[Perang|Pertempuran]] ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah [[Pertempuran Badar]]. Tentara [[Islam]] saat itu berjumlah 1000 orang namun dihasut oleh Abdullah pimpinan kaum munafikin dari madinah sehingga kaum munafik saat itu mundur dari medan perang yang berjumlah 300 orang sehingga jumlah tentara kaum muslimin yang mengikuti Perang Uhud Fisabilillah yakni berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara [[Islam]] dipimpin langsung oleh [[Muhammad|Muhammad]] '''ﷺ''' sedangkan tentara kafir dipimpin oleh [[Abu Sufyan|Abu Sufyan]]. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari [[Masjid Nabawi]] dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.


== Kondisi sebelum peperangan ==
== Pendahuluan ==
Sebelum peperangan, pasukan muslimin telah menguasai seluruh jalur perdagangan yang menghubungkan Makkah dengan Syam dan Irak. Mereka melakukan pencegahan atas suku Quraisy sehingga tidak dapat melewati kedua jalur tersebut. Jalur perdagangan yang tersisa bagi suku Quraisy adalah jalur perdagangan dari Makkah ke Habasyah. Pada saat ini, pasukan muslimin juga menjadikan yatsrib/madinah sebagai [[basis aman]] untuk kegiatan dakwah dan [[pangkalan militer]].{{Sfn|Khaththab|2019|p=227}}
Rasulullah menempatkan pasukan [[Islam]] di kaki bukit Uhud di bagian barat. [[Tentara]] Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). [[Sayap kanan]] Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan [[sayap kiri]] berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50 [[panah|pemanah]] di Ainain dibawah [[pemimpin|pimpinan]] Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan [[kavaleri]] dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami [[menang]], jangan bergabung; jika kalian melihat kami [[kalah]], jangan datang untuk menolong kami."


Di sisi lain, pasukan musyrikin dari suku Quraisy mengumpulkan [[laba]] hasil perdagangan untuk dipakai membeli perbekalan dan [[senjata]] serta menyewa pasukan. Pengelolaanya diserahkan kepada Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kaum musyrikin di Madinah dan sekelilingnya sebagian besar mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin di Madinah. Mereka tidak ikut dalam peperangan dan memilih untuk menetap di pemukiman mereka.{{Sfn|Khaththab|2019|p=228}}
Di belakang pasukan Islam terdapat 14 [[perempuan|wanita]] yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], putri Rasulullah yang juga istri Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri.


Di Madinah juga tidak ada lagi penduduk yang berasal dari kaum Yahudi. Ini terjadi setelah pengusiran [[Bani Qaynuqa|Bani Qaynuqa']] akibat melanggar perjanjian damai. Kaum Yahudi di sekeliling kota Madinah memilih mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin.{{Sfn|Khaththab|2019|p=228-229}}
Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan [[pasukan]] Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah satunya milik Rasulullah). [[Abu Sufyan]] tentu lebih memilih pertempuran terbuka dimana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi Rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa [[Abu Sufyan]] bertempur di front yang terbatas dimana [[infantri]] dan [[kavaleri]]nya tidak terlalu berguna. Juga patut dicatat bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap [[Madinah]] dan bagian belakangnya menghadap bukit Uhud, jalan ke [[Madinah]] terbuka bagi tentara kafir.


Setelah genap setahun, persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tidak kurang dari tiga ribu prajurit Quraisy bersatu dengan sekutu-sekutu mereka dan kabilah-kabilah kecil. Para pemimpin Quraisy berpikir untuk membawa serta para wanita. Karena hal ini dianggap bisa memompa semangat mereka. Adapun jumlah wanita yang diikutsertakan ada lima belas orang.<ref name=":0">{{Cite book|last=Al-Mubarakfuri|first=Syaikh Shafiyyurrahman|date=2021|title=Sirah Rasulullah (Sejarah Hidup Nabi Muhammad)|location=Jakarta|publisher=Ummul Qura|isbn=978-602-6579-57-7|url-status=live}}</ref>
Tentara [[Quraish]] berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. [[Abu Sufyan ]]mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap kavaleri di samping. Sayap kanan dipimpin oleh [[Khalid bin Walid]] dan sayap kiri dipimpin oleh [[Ikrimah bin Abu Jahl]], masing-masing berkekuatan 100 orang. [[Amr bin Al Aas]] ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tapi tugasnya terutama untuk koordinasi. [[Abu Sufyan]] juga menempatkan 100 pemanah di barisan terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh [[Talha bin Abu Talha]].


Hewan pengangkut dalam pasukan [[Makkah]] ini sejumlah tiga ribu unta. Penuggang kudanya sebanyak dua ratus, yang disebar di sepanjang jalan yang dilaluinya. Pasukan yang dilengkapi dengan baju besi adalah tujuh ratus orang. Komando tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb, kornandan pasukan penunggang kuda dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid, dengan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai asistennya. Bendera perang sendiri diserahkan kepada Bani Abdud Dar. Setelah persiapan dirasa cukup pasukan Mekkah bergerak menuju Madinah. Hati mereka bergolak karena dendam kesumat dan kebencian yang ditahan sekian lama, siap diledakkan.<ref name=":0" />
== Sebab kekalahan dalam Perang Uhud ==


Al-Abbas bin Abdul Muththalib yang masih menetap di Mekkah terus memata-mataisetiap gerak-gerik orang [[Quraisy]] dan persiapan militer mereka. Setelah pasukan berangkat, Al-Abbas mengirim surat kilat kepada Nabi yang berisi kabar secara rinci tentang pasukan Quraisy. Utusan Al-Abbas segera pergi untuk menyampaikan surat tersebut dan mampu menempuh perjaıanan [[Makkah|Mekkah]] dan Madinah hanya dalam waktu tiga hari. Dia menyerahkan surat itu ketika [[Muhammad|Rasulullah ﷺ]], saat beliau sedang berada di [[Masjid Quba|Masjid Quba']]. Beliau menyuruh [[Ubay bin Ka'ab]] untuk membacakan surat itu dan memerintahkan agar dirahasiakan. Sejurus kemudian, beliau kembali ke Madinah, lalu memusyawarahkan permasalahannya dengan para pemuka [[Kaum Muhajirin|Muhajirin]] dan Anshar.<ref name=":0" />
Kisah ini ditulis di Sura Ali ‘Imran ayat 140-179. Dalam ayat2 di Sura Ali ‘Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) – ujian bagi Muslim mu’min dan munafik (ayat 166-167).


[[Madinah]] dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya. Sekalipun sedang shalat, mereka tetap dalam keadaan siaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi. Sejumlah orang [[Kaum Anshar|Anshar]], seperti [[Sa'ad bin Mu'adz]], [[Usaid bin Hudhair]], dan [[Sa'ad bin Ubadah]] radhiyallahu ‘anhum senantiasa menjaga Rasullullah ﷺ. Mereka selalu berada di dekat Pintu rumah beliau. Setiap Pintu gerbang Madinah pasti dijaga oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan musuh akan menyerang secara mendadak. Sejumlah orang muslim Iainnya bertugas memata-matai setiap gerakan musuh. Mereka berkeliling di setiap jalur yang bisa dilalui orang-orang musyrik untuk menyerang kaum Muslimin.<ref name=":0" />
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)."


Pasukan Mekkah meneruskan perjalanan dengan mengambil jalur utama ke arah barat menuju Madinah. Ketika mereka tiba di Abwa', Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan mengusulkan untuk menggali kuburan bagi Rasulullah. Namun, para komandan pasukan Quraisy menolak usulan tersebut. Kali ini, mereka sangat hati-hati terhadap akibat yang harus dihadapi bila mereka berbuat seperti itu. Pasukan melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah. Mereka melewati Wadi Al-Aqiq, lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat bukit Uhud, tepatnya di lokasi yang disebut Ainainy di sebelah utara Madinah. Pasukan Quraisy mengambil tempat di sana pada Jum'at, 6 Syawal 3 H.<ref name=":0" />
Ayat2 di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 276


== Jumlah pasukan ==
Memang benar bahwa para Muslim hampir saja mampu menghabisi musuh2nya kaum pagan Quraish ketika kemudian perhatian mereka teralihkan. Ketika tentara Muslim melihat para wanita Quraish mengangkat bajunya sehingga menampakkan gelang pergelangan kaki dan kaki2 mereka, mereka mulai berteriak-teriak dan menzalimi mereka. Tanpa peduli akan perintah2 Muhammad, mereka meninggalkan tempat2 jaga mereka dan lalu mengejar wanita2 ini – karena itulah Allah mengijinkan kaum pagan membunuhi para Muslim yang meninggalkan kedudukannya sebagai suatu ujian (ayat 152-153). Tentara Muslim kalah karena salah mereka sendiri (ayat 165).
Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi pasukan [[infanteri]] dan [[pasukan]] kavaleri (pemanah). Jumlah pasukan infanteri sebanyak 650 orang. Jumlah pasukan kavaleri (pemanah) sebanyak 50 orang. Sedangkan pasukan musyrikin berjumlah 3.000 orang. Sebanyak 2.800 orang berasal dari suku [[Suku Quraisy|Quraisy]] dan para sekutunya. Sedangkan 200 orang tentara pasukan berkuda dipimpin langsung oleh [[Khalid bin Walid]] yang berasal dari suku [[Suku Quraisy|Quraisy]]. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Pasukan musyrikin dilengkapi dengan 200 ekor kuda dan 3.000 ekor [[unta]]. Pemimpinnya adalah [[Abu Sufyan|Abu Sufyan bin Harb]]. Para istri dari pemuka suku Quraisy turut serta dalam pasukan ini. {{Sfn|Khaththab|2019|p=229}}


== Pertempuran ==
== Strategi perang ==

{{Sect-stub}}
=== Pasukan musyrikin ===
Pasukan musyrikin berkumpul di perkampungan Ash-Shamghah yang berada dekat dengan kota Madinah. Pasukan ini melepaskan unta dan kuda untuk memakan [[rumput]] di [[ladang]] yanng dimiliki kaum Anshar. Setelahnya, perjalanan mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq. Mereka kemudian singgah di bagian bawah dari [[gunung Uhud]]. Jaraknya hanya 5 [[mil]] dari kota Madinah.{{Sfn|Khaththab|2019|p=230}}

Pasukan musyrikin dibagi menjadi pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Pasukan sayap kanan dipimpin oleh [[Khalid bin Walid]], sedangkan pasukan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara panji perang dibawa oleh Thalhan bin Abi Thalhah dari Bani Abdul Dar. Susunan pasukan dari pasukan musyrikin adalah barisan. Keamanan barisan dilakukan oleh kavaleri dari pasukan sayap kiri dan sayap kanan.{{Sfn|Khaththab|2019|p=230}}

==Kekalahan pasukan muslimin ==
{{Noref section}}
<!--[[Berkas:Battle of Auhad.gif|jmpl|ka|Peta pertempuran uhud|pra=Special:FilePath/Battle_of_Auhad.gif]]-->
Kisah ini ditulis di surah [[Surah Ali Imran|Ali Imran]] ayat 140-179. Dalam ayat-ayat di surah Ali Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) – ujian bagi muslim mukmin dan munafik (ayat 166-167).

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)."—Ayat-ayat di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan M
muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 52, Nomor 276

Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu juga pasukan yang berjaga di atas bukit uhud. Mereka terlupa dan tersisa 8 orang di bukit uhud dan akhirnya sebanyak 62 muslimin
turun ke lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak Islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan Islam. Pos di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan Islam yang tersisa di sana dibunuh, termasuk [[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Hamzah – radhiyallahu‘anhu]] – yang juga seorang paman Rasulullah ﷺ.


== Referensi ==
== Referensi ==

=== Catatan kaki ===
{{Reflist}}
{{Reflist}}


=== Daftar pustaka ===
{{sejarah-stub}}

* {{Cite book|last=Khaththab|first=Mahmud Syait|date=2019|title=Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang|location=Sukoharjo|publisher=Pustaka Arafah|isbn=978-602-6337-06-1|ref={{sfnref|Khaththab|2019}}|url-status=live}}


[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Pertempuran Muhammad|Uhud]]
[[Kategori:Pertempuran Muhammad|Uhud]]

{{Link FA|ar}}

[[ar:غزوة أحد]]
[[av:УхIудалъул гъазават]]
[[bn:উহুদের যুদ্ধ]]
[[bs:Bitka kod Uhuda]]
[[de:Schlacht von Uhud]]
[[en:Battle of Uhud]]
[[es:Batalla de Uhud]]
[[fa:غزوه احد]]
[[fr:Bataille de Uhud]]
[[it:Battaglia di Uhud]]
[[ja:ウフドの戦い]]
[[ml:ഉഹ്‌ദ് യുദ്ധം]]
[[ms:Perang Uhud]]
[[nl:Slag bij Uhud]]
[[no:Slaget ved Uhud]]
[[pl:Bitwa pod Uhud]]
[[pnb:احد دی لڑائی]]
[[pt:Batalha de Uhud]]
[[ru:Битва при Ухуде]]
[[simple:Battle of Uhud]]
[[tr:Uhud Muharebesi]]
[[tt:Өхед сугышы]]
[[uk:Битва при Ухуді]]
[[ur:غزوہ احد]]
<ref>microcoft word</ref>

Revisi terkini sejak 13 November 2023 05.04

Pertempuran Uhud
Bagian dari Perang Muslim-Quraisy

Gunung Uhud, lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
Tanggal23 Maret 625
LokasiDi lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari Madinah
Hasil kemenangan Quraisy
Pihak terlibat
Pasukan Muslim Pasukan Quraisy
Tokoh dan pemimpin
Muhammad
Ali bin Abi Thalib
Hamzah bin Abdul-Muththalib 
Mush'ab bin Umair 
Abdullah bin Jubair  [1]
Mundzir bin Amr [1]
Zubair bin Awwam [1]
Ubadah bin ash-Shamit[2]
Abu Sufyan
Hindun binti Utbah
Ikrimah bin Abu Jahal
Khalid bin Walid
Kekuatan
650 infanteri,
50 kavaleri (pemanah)
2,800 infanteri,
200 kavaleri (pemanah)[3]
Korban
75 127

Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada hari sabtu, tanggal 23 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badar. Tentara Islam saat itu berjumlah 1000 orang namun dihasut oleh Abdullah pimpinan kaum munafikin dari madinah sehingga kaum munafik saat itu mundur dari medan perang yang berjumlah 300 orang sehingga jumlah tentara kaum muslimin yang mengikuti Perang Uhud Fisabilillah yakni berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Muhammad sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Kondisi sebelum peperangan

[sunting | sunting sumber]

Sebelum peperangan, pasukan muslimin telah menguasai seluruh jalur perdagangan yang menghubungkan Makkah dengan Syam dan Irak. Mereka melakukan pencegahan atas suku Quraisy sehingga tidak dapat melewati kedua jalur tersebut. Jalur perdagangan yang tersisa bagi suku Quraisy adalah jalur perdagangan dari Makkah ke Habasyah. Pada saat ini, pasukan muslimin juga menjadikan yatsrib/madinah sebagai basis aman untuk kegiatan dakwah dan pangkalan militer.[4]

Di sisi lain, pasukan musyrikin dari suku Quraisy mengumpulkan laba hasil perdagangan untuk dipakai membeli perbekalan dan senjata serta menyewa pasukan. Pengelolaanya diserahkan kepada Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kaum musyrikin di Madinah dan sekelilingnya sebagian besar mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin di Madinah. Mereka tidak ikut dalam peperangan dan memilih untuk menetap di pemukiman mereka.[5]

Di Madinah juga tidak ada lagi penduduk yang berasal dari kaum Yahudi. Ini terjadi setelah pengusiran Bani Qaynuqa' akibat melanggar perjanjian damai. Kaum Yahudi di sekeliling kota Madinah memilih mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslimin.[6]

Setelah genap setahun, persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tidak kurang dari tiga ribu prajurit Quraisy bersatu dengan sekutu-sekutu mereka dan kabilah-kabilah kecil. Para pemimpin Quraisy berpikir untuk membawa serta para wanita. Karena hal ini dianggap bisa memompa semangat mereka. Adapun jumlah wanita yang diikutsertakan ada lima belas orang.[7]

Hewan pengangkut dalam pasukan Makkah ini sejumlah tiga ribu unta. Penuggang kudanya sebanyak dua ratus, yang disebar di sepanjang jalan yang dilaluinya. Pasukan yang dilengkapi dengan baju besi adalah tujuh ratus orang. Komando tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb, kornandan pasukan penunggang kuda dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid, dengan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai asistennya. Bendera perang sendiri diserahkan kepada Bani Abdud Dar. Setelah persiapan dirasa cukup pasukan Mekkah bergerak menuju Madinah. Hati mereka bergolak karena dendam kesumat dan kebencian yang ditahan sekian lama, siap diledakkan.[7]

Al-Abbas bin Abdul Muththalib yang masih menetap di Mekkah terus memata-mataisetiap gerak-gerik orang Quraisy dan persiapan militer mereka. Setelah pasukan berangkat, Al-Abbas mengirim surat kilat kepada Nabi yang berisi kabar secara rinci tentang pasukan Quraisy. Utusan Al-Abbas segera pergi untuk menyampaikan surat tersebut dan mampu menempuh perjaıanan Mekkah dan Madinah hanya dalam waktu tiga hari. Dia menyerahkan surat itu ketika Rasulullah ﷺ, saat beliau sedang berada di Masjid Quba'. Beliau menyuruh Ubay bin Ka'ab untuk membacakan surat itu dan memerintahkan agar dirahasiakan. Sejurus kemudian, beliau kembali ke Madinah, lalu memusyawarahkan permasalahannya dengan para pemuka Muhajirin dan Anshar.[7]

Madinah dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya. Sekalipun sedang shalat, mereka tetap dalam keadaan siaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi. Sejumlah orang Anshar, seperti Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Hudhair, dan Sa'ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhum senantiasa menjaga Rasullullah ﷺ. Mereka selalu berada di dekat Pintu rumah beliau. Setiap Pintu gerbang Madinah pasti dijaga oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan musuh akan menyerang secara mendadak. Sejumlah orang muslim Iainnya bertugas memata-matai setiap gerakan musuh. Mereka berkeliling di setiap jalur yang bisa dilalui orang-orang musyrik untuk menyerang kaum Muslimin.[7]

Pasukan Mekkah meneruskan perjalanan dengan mengambil jalur utama ke arah barat menuju Madinah. Ketika mereka tiba di Abwa', Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan mengusulkan untuk menggali kuburan bagi Rasulullah. Namun, para komandan pasukan Quraisy menolak usulan tersebut. Kali ini, mereka sangat hati-hati terhadap akibat yang harus dihadapi bila mereka berbuat seperti itu. Pasukan melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah. Mereka melewati Wadi Al-Aqiq, lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat bukit Uhud, tepatnya di lokasi yang disebut Ainainy di sebelah utara Madinah. Pasukan Quraisy mengambil tempat di sana pada Jum'at, 6 Syawal 3 H.[7]

Jumlah pasukan

[sunting | sunting sumber]

Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi pasukan infanteri dan pasukan kavaleri (pemanah). Jumlah pasukan infanteri sebanyak 650 orang. Jumlah pasukan kavaleri (pemanah) sebanyak 50 orang. Sedangkan pasukan musyrikin berjumlah 3.000 orang. Sebanyak 2.800 orang berasal dari suku Quraisy dan para sekutunya. Sedangkan 200 orang tentara pasukan berkuda dipimpin langsung oleh Khalid bin Walid yang berasal dari suku Quraisy. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Pasukan musyrikin dilengkapi dengan 200 ekor kuda dan 3.000 ekor unta. Pemimpinnya adalah Abu Sufyan bin Harb. Para istri dari pemuka suku Quraisy turut serta dalam pasukan ini. [8]

Strategi perang

[sunting | sunting sumber]

Pasukan musyrikin

[sunting | sunting sumber]

Pasukan musyrikin berkumpul di perkampungan Ash-Shamghah yang berada dekat dengan kota Madinah. Pasukan ini melepaskan unta dan kuda untuk memakan rumput di ladang yanng dimiliki kaum Anshar. Setelahnya, perjalanan mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq. Mereka kemudian singgah di bagian bawah dari gunung Uhud. Jaraknya hanya 5 mil dari kota Madinah.[9]

Pasukan musyrikin dibagi menjadi pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Pasukan sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan pasukan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara panji perang dibawa oleh Thalhan bin Abi Thalhah dari Bani Abdul Dar. Susunan pasukan dari pasukan musyrikin adalah barisan. Keamanan barisan dilakukan oleh kavaleri dari pasukan sayap kiri dan sayap kanan.[9]

Kekalahan pasukan muslimin

[sunting | sunting sumber]

Kisah ini ditulis di surah Ali Imran ayat 140-179. Dalam ayat-ayat di surah Ali Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) – ujian bagi muslim mukmin dan munafik (ayat 166-167).

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)."—Ayat-ayat di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan M muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 52, Nomor 276

Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu juga pasukan yang berjaga di atas bukit uhud. Mereka terlupa dan tersisa 8 orang di bukit uhud dan akhirnya sebanyak 62 muslimin turun ke lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak Islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan Islam. Pos di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan Islam yang tersisa di sana dibunuh, termasuk Hamzah – radhiyallahu‘anhu – yang juga seorang paman Rasulullah ﷺ.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Najeebabadi, Akbar Shah, History of Islam, Vol.1, hlm. 171 
  2. ^ Gil, Moshe (1997-02-27). Ibn Sa'd, 1(1), 147 VII(2), 113f, Baladhuri, Tarikh Tabari, 1 2960, Muqaddasi, Muthir, 25f; Ibn Hisham, 311. Cambridge University press. hlm. 119. ISBN 0521599849. Diakses tanggal 26 January 2020. 
  3. ^ Watt (1964) p. 136
  4. ^ Khaththab 2019, hlm. 227.
  5. ^ Khaththab 2019, hlm. 228.
  6. ^ Khaththab 2019, hlm. 228-229.
  7. ^ a b c d e Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman (2021). Sirah Rasulullah (Sejarah Hidup Nabi Muhammad). Jakarta: Ummul Qura. ISBN 978-602-6579-57-7. 
  8. ^ Khaththab 2019, hlm. 229.
  9. ^ a b Khaththab 2019, hlm. 230.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Khaththab, Mahmud Syait (2019). Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang. Sukoharjo: Pustaka Arafah. ISBN 978-602-6337-06-1.