Lompat ke isi

Tari Jawa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
rev
Raksasabonga (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bedoyo dansvoorstelling tijdens het huwelijk van Hoesein Djajadiningrat en Partini in de kraton van Prang Wedono (Mangkoe Negoro VII) de vader van de bruid Solo TMnr 60020674.jpg|jmpl|Tari Bedhaya dalam rangka pernikahan Bendara Raden Ayu Partini, putri KGPAA. Mangkunegara VII dengan Husein Jayadiningrat di Ndalem Prangwedana Pura Mangkunegaran Surakarta.]]
[[Berkas:Javanese Dance Ramayana Shinta 2.jpg|thumb|right|360px|[[Sita|Shinta]] in Javanese [[Ramayana]] Wayang Wong dance performance, [[Prambanan]].]]
[[Berkas:Javanese Dance Ramayana Shinta 2.jpg|jmpl|ka|280px|[[Sita|Shinta]] dalam pertunjukan tari Wayang Orang [[Ramayana]] Jawa, [[Prambanan]].]]
'''Tari Jawa''' adalah bentuk tari dan seni yang tercipta dan dipengaruhi oleh [[budaya Jawa]]. Gerakan dalam tari Jawa teratur, tenang, dan halus. Seni Jawa sering menampilkan kemahiran, dan pada saat bersamaan ketenangan yang hening yang jauh di atas segala hal yang biasa-biasa saja.<ref name="UCSC">{{cite web
'''Tari Jawa''' adalah bentuk [[tari]] dan seni yang tercipta dan dipengaruhi oleh [[budaya Jawa]]. Gerakan dalam tari Jawa teratur, tenang, dan halus. Seni Jawa sering menampilkan kemahiran, dan pada saat bersamaan ketenangan yang hening yang jauh di atas segala hal yang biasa-biasa saja.<ref name="UCSC">{{cite web
|url =http://artsites.ucsc.edu/faculty/lieberman/contrasts.html
|url =http://artsites.ucsc.edu/faculty/lieberman/contrasts.html
|title =Relationships of Musical and Cultural Contrasts in Java and Bali
|title =Relationships of Musical and Cultural Contrasts in Java and Bali
Baris 9: Baris 10:
|publisher =University of California Santa Cruz
|publisher =University of California Santa Cruz
|accessdate =March 9, 2013
|accessdate =March 9, 2013
}}</ref> Tarian Jawa biasanya berhubungan budaya [[keraton]] Jawa yang anggun, halus, dan tinggi, seperti tari [[bedaya]] dan [[srimpi]]. Namun, dalam arti yang lebih luas, tari Jawa juga mencakup tari dari orang awam dan penduduk desa Jawa seperti [[ronggeng]], tayub, [[reog]], dan [[Kuda Lumping]].
}}</ref> Tarian Jawa biasanya berhubungan budaya [[keraton]] Jawa yang anggun, halus, dan maju, seperti tari [[bedaya]] dan [[srimpi]]. Namun, dalam arti yang lebih luas, tari Jawa juga mencakup tari dari orang awam dan penduduk desa Jawa seperti [[ronggeng]], [[tari tayub]], [[Reog (Ponorogo)|reog]], dan [[kuda lumping]].

Tari Jawa dan disiplinnya memiliki gaya dan filosofi yang berbeda dibandingkan dengan tradisi [[tarian Indonesia]] lainnya. Tidak seperti [[tari Bali]] yang bersemangat dan ekspresif atau [[tari Sunda]] yang riang dan sedikit sensual, tari Jawa biasanya melibatkan gerakan lambat dan pose anggun. Tari Jawa agak memiliki kualitas meditatif dan cenderung lebih reflektif diri, introspektif, dan lebih berorientasi pada pemahaman diri.<ref>{{cite web
|url=http://www.indonesiaculture.net/2010/08/%E2%80%9Charjuna-wijaya%E2%80%9Dbedhaya-dance-level-of-human-perfection/
|title="Harjuna Wijaya" Bedhaya Dance, Level of Human Perfection
|author=Kuncoro
|date=23 August 2010
|work=
|publisher=Indonesia Culture.net
|accessdate=March 9, 2013
|deadurl=yes
|archiveurl=https://web.archive.org/web/20100913184818/http://www.indonesiaculture.net/2010/08/%E2%80%9Charjuna-wijaya%E2%80%9Dbedhaya-dance-level-of-human-perfection/
|archivedate= 13 September 2010
|df=
}}</ref> Tarian Jawa biasanya dikaitkan dengan [[wayang orang]], serta keraton-keraton di [[Keraton Surakarta Hadiningrat|Karaton Kasunanan Surakarta]], [[Pura Mangkunagaran|Pura Mangkunegaran]], [[Pura Pakualaman]] atau [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kraton Jogja]] karena kodrat tarian yang menjadi [[pusaka]] atau warisan suci dari para leluhur penguasa keraton. Tarian ekspresif ini lebih dari sekadar tarian, mereka juga digunakan untuk pendidikan moral, ekspresi emosional, dan penyebaran budaya Jawa.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}
*Brakel-Papenhuyzen, Clara (1995)''Classical Javanese Dance'' Leiden KITLV Press {{ISBN|90-6718-053-X}}
* Brakel-Papenhuyzen, Clara (1995)''Classical Javanese Dance'' Leiden KITLV Press {{ISBN|90-6718-053-X}}
*Soedarsono (1984) ''Wayang Wong'' Yogyakarta Gadjah Mada University Press
* Soedarsono (1984) ''Wayang Wong'' Yogyakarta Gadjah Mada University Press


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi terkini sejak 23 November 2023 07.32

Tari Bedhaya dalam rangka pernikahan Bendara Raden Ayu Partini, putri KGPAA. Mangkunegara VII dengan Husein Jayadiningrat di Ndalem Prangwedana Pura Mangkunegaran Surakarta.
Shinta dalam pertunjukan tari Wayang Orang Ramayana Jawa, Prambanan.

Tari Jawa adalah bentuk tari dan seni yang tercipta dan dipengaruhi oleh budaya Jawa. Gerakan dalam tari Jawa teratur, tenang, dan halus. Seni Jawa sering menampilkan kemahiran, dan pada saat bersamaan ketenangan yang hening yang jauh di atas segala hal yang biasa-biasa saja.[1] Tarian Jawa biasanya berhubungan budaya keraton Jawa yang anggun, halus, dan maju, seperti tari bedaya dan srimpi. Namun, dalam arti yang lebih luas, tari Jawa juga mencakup tari dari orang awam dan penduduk desa Jawa seperti ronggeng, tari tayub, reog, dan kuda lumping.

Tari Jawa dan disiplinnya memiliki gaya dan filosofi yang berbeda dibandingkan dengan tradisi tarian Indonesia lainnya. Tidak seperti tari Bali yang bersemangat dan ekspresif atau tari Sunda yang riang dan sedikit sensual, tari Jawa biasanya melibatkan gerakan lambat dan pose anggun. Tari Jawa agak memiliki kualitas meditatif dan cenderung lebih reflektif diri, introspektif, dan lebih berorientasi pada pemahaman diri.[2] Tarian Jawa biasanya dikaitkan dengan wayang orang, serta keraton-keraton di Karaton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Pakualaman atau Kraton Jogja karena kodrat tarian yang menjadi pusaka atau warisan suci dari para leluhur penguasa keraton. Tarian ekspresif ini lebih dari sekadar tarian, mereka juga digunakan untuk pendidikan moral, ekspresi emosional, dan penyebaran budaya Jawa.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Lieberman, Fredric. "Relationships of Musical and Cultural Contrasts in Java and Bali". University of California Santa Cruz. Diakses tanggal March 9, 2013. 
  2. ^ Kuncoro (23 August 2010). ""Harjuna Wijaya" Bedhaya Dance, Level of Human Perfection". Indonesia Culture.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 September 2010. Diakses tanggal March 9, 2013. 
  • Brakel-Papenhuyzen, Clara (1995)Classical Javanese Dance Leiden KITLV Press ISBN 90-6718-053-X
  • Soedarsono (1984) Wayang Wong Yogyakarta Gadjah Mada University Press

Pranala luar[sunting | sunting sumber]