Lompat ke isi

Keraton Surosowan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Humboldt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
(18 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Keraton Surosowan''' adalah sebuah [[keraton]] di [[Banten]]. Keraton ini dibangun sekitar tahun [[1522]]-[[1526]] pada masa pemerintahan [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]], yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari [[Kesultanan Banten]].<ref>Titik Pudjiastuti, (2000), ''Sadjarah Banten: suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat''.</ref>
'''Keraton Surasowan''' adalah sebuah [[keraton]] di [[Banten]]. Keraton ini pertama dibangun sekitar tahun [[1526]] pada masa pemerintahan [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]], yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari [[Kesultanan Banten]].<ref>Titik Pudjiastuti, (2000), ''Sadjarah Banten: suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat''.</ref><ref>{{Cite book|last=Mapata|first=Dg|date=2017-10-26|url=https://books.google.com/books?id=2ftFDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA280&dq=Banten+1526&hl=en|title=Buku Penunjang Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pengembangan Silabus Kurikulum 2013 Versi 2016 Peserta Didik Kelas Vii Satuan Pendidikan SMP/MTS, dan Atau Sederajat|publisher=Deepublish|isbn=978-602-453-610-7|language=id}}</ref>


Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu [[Hendrik Lucasz Cardeel]], seorang [[arsitek]] berkebangsaan [[Belanda]] yang memeluk Islam yang bergelar '''Pangeran Wiraguna'''. [[Dinding]] pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektar. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan [[bastion]] (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.
Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu [[Hendrik Lucasz Cardeel]], seorang [[arsitek]] berkebangsaan [[Belanda]] yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna.<ref>Situs mengenai seseorang yang bernama pangeran wiraguna adapun terdapat di Wilayah jakarta selatan, yang dengan situs itu pula akan menjadi nama suatu wilayah bernama Ragunan yang di percaya oleh masyarakat setempat sebagai awal dari cikal bakal nama daerah ragunan.</ref> [[Dinding]] pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surasowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan [[bastion]] (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.


Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.
Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.


== Spesifikasi ==
== Spesifikasi ==
'''Keraton Surosowan''' ini memiliki tiga [[gerbang]] masuk, masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan [[kolam]] berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi ([[petirtaan]]). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama [[Bale Kambang Rara Denok]]. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.
Keraton Surasowan memiliki tiga pintu gerbang. Masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Pontu gerbang dibuat melengkung sebagai pencegahan bila terjadi [[penembakan]] langsung saat pintu dibuka.<ref>{{Cite book|last=Sulaiman, F., dan Ridwan, A.|date=Agustus 2019|url=https://www.fatahsulaiman.com/tridarma/buku/studi-kebantenan.pdf|title=Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi|location=Serang|publisher=Untirta Press|editor-last=Saputra|editor-first=Desma Yuliadi|pages=74|url-status=live}}</ref> Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan [[kolam]] berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi ([[petirtaan]]). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama [[Bale Kambang Rara Denok]]. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.


Di dalam Keraton Surosowan terdapat sebuah [[kolam]] bernama Kolam Rara Denok. Kolam ini berukuran 30 meter panjangnya dan 13 meter lebarnya. Kedalaman kolam adalah 4,5 meter. Kolam Rara Denok memiliki sumber mata air yang berasal dari [[Danau Tasikardi]]. Jarak danau ini dari Keraton Surosowan sekitar dua kilometer.<ref>{{Cite book|last=Argadia|first=Yosep Riva|date=November 2019|url=https://publikasi.data.kemdikbud.go.id/upload/file/isi_DE31B0C3-4C54-4CB5-9CDB-43DC0E869569_.pdf|title=Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten|location=Jakarta|publisher=Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-8449-19-9|editor-last=Permanawiyat|editor-first=Widhi|pages=8|url-status=live}}</ref>
'''Kolam Rara Denok''' berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan [[Danau Tasikardi]] yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan.

== Rujukan ==
{{reflist}}


== Kepustakaan ==
== Kepustakaan ==
* Juliadi. 2007. Masjid Agung Banten : Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta : Ombak.
* Juliadi. 2007. Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak.
* Michrob, Halwany. 1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten : Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai Dengan Abad XX. Jakarta : Yayasan Baluwarti.
* Michrob, Halwany. 1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten: Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai Dengan Abad XX. Jakarta: Yayasan Baluwarti.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.indonesiamedia.com/2004/09/mid/budaya/budaya-0904-banten.htm menengok sisa kejayaan Kesultanan Banten]
* [http://www.indonesiamedia.com/2004/09/mid/budaya/budaya-0904-banten.htm menengok sisa kejayaan Kesultanan Banten] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081201151327/http://www.indonesiamedia.com/2004/09/mid/budaya/budaya-0904-banten.htm |date=2008-12-01 }}

== Catatan kaki ==
{{reflist}}


[[Kategori:Keraton]]
[[Kategori:Keraton]]
[[Kategori:Banten]]
[[Kategori:Kasemen, Serang]]
[[Kategori:Keraton di Banten]]
[[Kategori:Keraton di Banten]]
[[Kategori:Kesultanan Banten]]
[[Kategori:Istana Kesultanan|Keraton Surosowan]]

Revisi per 23 November 2023 14.22

Keraton Surasowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini pertama dibangun sekitar tahun 1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten.[1][2]

Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna.[3] Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surasowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.

Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.

Spesifikasi

Keraton Surasowan memiliki tiga pintu gerbang. Masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Pontu gerbang dibuat melengkung sebagai pencegahan bila terjadi penembakan langsung saat pintu dibuka.[4] Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”.

Di dalam Keraton Surosowan terdapat sebuah kolam bernama Kolam Rara Denok. Kolam ini berukuran 30 meter panjangnya dan 13 meter lebarnya. Kedalaman kolam adalah 4,5 meter. Kolam Rara Denok memiliki sumber mata air yang berasal dari Danau Tasikardi. Jarak danau ini dari Keraton Surosowan sekitar dua kilometer.[5]

Kepustakaan

  • Juliadi. 2007. Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak.
  • Michrob, Halwany. 1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten: Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai Dengan Abad XX. Jakarta: Yayasan Baluwarti.

Pranala luar

Catatan kaki

  1. ^ Titik Pudjiastuti, (2000), Sadjarah Banten: suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat.
  2. ^ Mapata, Dg (2017-10-26). Buku Penunjang Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pengembangan Silabus Kurikulum 2013 Versi 2016 Peserta Didik Kelas Vii Satuan Pendidikan SMP/MTS, dan Atau Sederajat. Deepublish. ISBN 978-602-453-610-7. 
  3. ^ Situs mengenai seseorang yang bernama pangeran wiraguna adapun terdapat di Wilayah jakarta selatan, yang dengan situs itu pula akan menjadi nama suatu wilayah bernama Ragunan yang di percaya oleh masyarakat setempat sebagai awal dari cikal bakal nama daerah ragunan.
  4. ^ Sulaiman, F., dan Ridwan, A. (Agustus 2019). Saputra, Desma Yuliadi, ed. Studi Kebantenan dalam Perspektif Budaya dan Teknologi (PDF). Serang: Untirta Press. hlm. 74. 
  5. ^ Argadia, Yosep Riva (November 2019). Permanawiyat, Widhi, ed. Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 8. ISBN 978-602-8449-19-9.