Lompat ke isi

Tampirwetan, Candimulyo, Magelang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rochmad M (bicara | kontrib)
tambahan, edit penulisan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Pranala luar: Bot: PWDI - Merapikan artikel
 
(48 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7: Baris 7:
|kecamatan =Candimulyo
|kecamatan =Candimulyo
|kode pos =56191
|kode pos =56191
|kepaladesa =Drs. Mudjiono
|nama kepala desa =Drs. Mudjiono
|luas =-
|luas =... km²
|penduduk =-
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =-
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
}}
'''Tampirwetan''' adalah sebuah desa di Kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]], Kabupaten [[Kabupaten Magelang|Magelang]], Provinsi [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Nama Desa Tampirwetan konon berasal dari nama seorang kyai cikal bakal desa ini, yaitu Kyai Sampir. Karena menurut kepercayaan masyarakat [[Tampirwetan]] beliau seorang kyai, kemungkinan besar dahulunya beliau adalah penyebar agama [[Islam]]. [[Makam]] simbah Kyai Sampir berada di area pekuburan Kulon dan makam tersebut masih terawat dengan baik.
'''Tampirwetan''' adalah sebuah desa di kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]], kabupaten [[Kabupaten Magelang|Magelang]], provinsi [[Jawa Tengah]]. Nama desa ini konon berasal dari nama seorang [[kyai]] cikal bakal [[dusun]] Tampirwetan bernama Sampir yang oleh [[masyarakat]] Tampirwetan secara turun temurun diyakini sebagai penyebar [[agama]] [[Islam]]. Tidak ditemukan bukti lain sejarah kyai Sampir selain bukti berupa [[makam]] di pekuburan Jangkang yang hingga saat ini makam tersebut masih terawat dengan baik.


Desa ini sangat mudah dijangkau karena tersedia angkutan umum dan jalanan menuju desa ini sudah berupa aspal meskipun dengan kontur jalanan yang berkelok-kelok dan naik-turun. Desa Tampirwetan dapat ditempuh sejauh kurang lebih 4 km dari Blabak, 6 km dari [[Mertoyudan]] (Jl. [[Yogyakarta]] - Semarang) dan 4 km dari Candimulyo. Kondisi lalu lintas akan menjadi ramai saat menjelang lebaran dan selama lebaran mengingat jalan ini merupakan jalur alternatif ketika terjadi kemacetan di jalur utama Yogyakarta - [[Semarang]].
[[Desa]] ini mudah dijangkau karena selain tersedianya angkutan umum, jalanan menuju desa ini sudah dilapisi [[aspal]]. Desa Tampirwetan dapat ditempuh sejauh kurang lebih 4 km dari Blabak, 6 km dari [[Mertoyudan]] (Jl. [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] - [[Semarang]]) dan 4 km dari Candimulyo. Kondisi lalu lintas akan menjadi ramai saat menjelang hari raya Idul Fitri dan selama libur lebaran mengingat jalan ini merupakan jalur alternatif ketika terjadi kemacetan di jalur utama Yogyakarta - Semarang.


Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa tradisi yang rutin dilakukan oleh warganya, seperti di antaranya Nyadran dan Padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan di sekitar area pekuburan saat menjelang bulan [[Ramadhan]]. Sedangkan Padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas sebelum mengawali puasa Ramadhan. Tradisi Nyadran dan Padusan sebenarnya tidak hanya ada di Desa Tampirwetan, namun juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di [[Magelang]]. Selain itu ada juga bentuk seni budaya di Tampirwetan berupa tari [[Kuda Lumping]] bernama Kencana Langen Budhaya dan tari Topeng Ireng dengan nama Citra Rimba Dwi Manunggal yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan desa ini cukup dikenal di Magelang. Jika singgah di desa ini jangan lupa sempatkanlah untuk mencicipi satu jajanan kulinernya yang sudah terkenal dan telah menjadi ikon jajanan kuliner di Tampirwetan, yaitu rica-rica kambing balap Mbah Bagong dengan ciri khas rasanya yang pedas. Pesan sponsor, tidak semua orang boleh makan makanan ini.
Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa [[tradisi]] yang dilakukan warganya, seperti di antaranya nyadran dan padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan penduduk desa secara bersama-sama di sekitar area [[pemakaman]] saat menjelang bulan [[Ramadan]], sedangkan padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas untuk mengawali ritual puasa Ramadan. [[Tradisi]] nyadran dan padusan sebenarnya tidak hanya ada di desa Tampirwetan, tetapi juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di [[Kabupaten Magelang|Magelang]]. Selain itu di desa ini juga terdapat beberapa macam seni [[budaya]] berupa kesenian tradisional, di antaranya yaitu [[Kuda Lumping]], [[Topeng Ireng]] dan [[Jathilan]] yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dari kalangan anak-anak hingga orang tua.
Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan [[desa]] ini cukup dikenal di [[Kabupaten Magelang|Magelang]].


Secara geografis letak desa ini berada di sebelah baratdaya lereng gunung [[Merbabu]] dengan radius sekitar 25 km dari puncak Merbabu. Untuk batas wilayah, desa Tampirwetan berbatasan dengan desa Tampirkulon di sebelah barat, desa Tegalsari dan desa Podosoko di sebelah utara, desa Beningan di sebelah timur serta desa Treko dan desa Piyungan dari kecamatan [[Sawangan, Magelang|Sawangan]] di sebelah selatan. Wilayah desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran [[sungai]] yakni sungai Anggas di sebelah utara dan sungai Legono di sebelah selatan. Kedua sungai ini bermuara di sungai Elo yang berada di sebelah barat kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]].
Ada jenis makanan unik dan menjadi salah satu ciri khas makanan dari Magelang pada umumnya, yaitu 'pothil'. Pothil merupakan camilan yang terbuat dari bahan baku ketela atau singkong dengan rasa dasar gurih dan enak. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, kini sudah diproduksi pothil dengan beraneka ragam rasa seperti keju, pizza, pedas, dll. Cara pembuatannya cukup sederhana, dimana singkong (yang bagus adalah singkong jenis kleteng) yang sudah dikupas dan dicuci kemudian diparut. Hasil parutan lalu di-bleng atau didiamkan selama beberapa waktu dan kemudian ditumbuk/dihaluskan dan dicampur dengan bumbu atau rempah-rempah menjadi adonan yang siap dibentuk. Pothil biasanya berbentuk cincin yang dibuat menggunakan cetakan jari atau alat bantu seperti batang bambu berdiameter kecil selayaknya jari atau yang sedikit lebih besar. Pothil yang sudah dibentuk kemudian digoreng hingga berwarna putih, kuning atau coklat keemasan. Sampai di sini, pothil siap disantap untuk dijadikan camilan sebagai menu tersendiri ataupun dicampur dengan makanan lain semisal bakso atau mie ayam. Hati-hati saat mencoba menikmati makanan ini karena ada sensasi ketika camilan berbentuk seperti cincin tebal ini memasuki mulut kita.. yaitu ada kalanya ada bunyi yang memecah keheningan... klethak.... karena saking kerasnya!!


Sebagian besar wilayah desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa [[ladang]] dan [[sawah]] dengan sistem [[irigasi]] bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. [[Desa]] Tampirwetan terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai buruh, [[pedagang]] dan sebagian kecil pegawai negeri. Selain itu banyak pula warga dari desa ini yang merantau ke luar kota, seperti ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Semarang]], [[Surabaya]] dan [[Jakarta]].
Secara geografis, letak desa ini berada di sebelah Baratdaya lereng Gunung [[Merbabu]] dengan radius sekitar 20 km dari puncak Merbabu maupun Merapi. Untuk batas wilayah, Desa Tampirwetan berbatasan dengan Desa Tampirkulon di sebelah Barat, Desa Tegalsari dan Desa Podosoko di sebelah Utara, Desa Beningan di sebelah Timur serta Desa Treko dari [[Sawangan, Magelang|Kecamatan Sawangan]] di sebelah Selatan. Wilayah Desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran [[sungai]] yaitu Sungai Anggas di sebelah Utara dan Sungai Legono di sebelah Selatan. Kedua sungai ini bermuara di Sungai Elo (Kali Elo) yang berada di sebelah Barat Kecamatan Candimulyo.


== Pranala luar ==
Sebagian besar wilayah Desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa ladang dan [[sawah]] dengan sistem [[irigasi]] bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. Desa [[Tampirwetan]] terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai wiraswasta, buruh, pedagang dan sebagian kecil PNS, namun banyak pula yang merantau ke luar kota, di antaranya Yogyakarta, [[Surabaya]] dan [[Jakarta]].
{{RefDagri|2022}}


{{Candimulyo, Magelang}}
{{Candimulyo, Magelang}}

{{kelurahan-stub}}
{{Authority control}}


{{Kelurahan-stub}}

Revisi terkini sejak 6 Desember 2023 13.21

Tampirwetan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenMagelang
KecamatanCandimulyo
Kode pos
56191
Kode Kemendagri33.08.15.2014 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Tampirwetan adalah sebuah desa di kecamatan Candimulyo, kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. Nama desa ini konon berasal dari nama seorang kyai cikal bakal dusun Tampirwetan bernama Sampir yang oleh masyarakat Tampirwetan secara turun temurun diyakini sebagai penyebar agama Islam. Tidak ditemukan bukti lain sejarah kyai Sampir selain bukti berupa makam di pekuburan Jangkang yang hingga saat ini makam tersebut masih terawat dengan baik.

Desa ini mudah dijangkau karena selain tersedianya angkutan umum, jalanan menuju desa ini sudah dilapisi aspal. Desa Tampirwetan dapat ditempuh sejauh kurang lebih 4 km dari Blabak, 6 km dari Mertoyudan (Jl. Yogyakarta - Semarang) dan 4 km dari Candimulyo. Kondisi lalu lintas akan menjadi ramai saat menjelang hari raya Idul Fitri dan selama libur lebaran mengingat jalan ini merupakan jalur alternatif ketika terjadi kemacetan di jalur utama Yogyakarta - Semarang.

Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa tradisi yang dilakukan warganya, seperti di antaranya nyadran dan padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan penduduk desa secara bersama-sama di sekitar area pemakaman saat menjelang bulan Ramadan, sedangkan padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas untuk mengawali ritual puasa Ramadan. Tradisi nyadran dan padusan sebenarnya tidak hanya ada di desa Tampirwetan, tetapi juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di Magelang. Selain itu di desa ini juga terdapat beberapa macam seni budaya berupa kesenian tradisional, di antaranya yaitu Kuda Lumping, Topeng Ireng dan Jathilan yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan desa ini cukup dikenal di Magelang.

Secara geografis letak desa ini berada di sebelah baratdaya lereng gunung Merbabu dengan radius sekitar 25 km dari puncak Merbabu. Untuk batas wilayah, desa Tampirwetan berbatasan dengan desa Tampirkulon di sebelah barat, desa Tegalsari dan desa Podosoko di sebelah utara, desa Beningan di sebelah timur serta desa Treko dan desa Piyungan dari kecamatan Sawangan di sebelah selatan. Wilayah desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran sungai yakni sungai Anggas di sebelah utara dan sungai Legono di sebelah selatan. Kedua sungai ini bermuara di sungai Elo yang berada di sebelah barat kecamatan Candimulyo.

Sebagian besar wilayah desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa ladang dan sawah dengan sistem irigasi bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. Desa Tampirwetan terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai buruh, pedagang dan sebagian kecil pegawai negeri. Selain itu banyak pula warga dari desa ini yang merantau ke luar kota, seperti ke Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Jakarta.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]