Lompat ke isi

Tri Hita Karana: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ZéroBot (bicara | kontrib)
(27 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{tone}}
[[Berkas:THK-logo--300x201.jpg|250px|thumb|Logo dari ''Tri Hita Karana'' yang merupakan falsafah hidup yang Harmonis dengan Tuhan, Alam Sekitar, dan Sesama Manusia]]
<!--[[Berkas:THK-logo--300x201.jpg|250px|jmpl|Logo dari ''Tri Hita Karana'' yang merupakan falsafah hidup yang Harmonis dengan Tuhan, Alam Sekitar, dan Sesama Manusia]]-->
'''Tri Hita Karana''' berasal dari kata “''Tri''” yang berarti '''tiga''', “''Hita''” yang berarti '''kebahagiaan''' dan “''Karana''” yang berarti '''penyebab'''. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “'''Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan'''”.
'''Tri Hita Karana''' berasal dari kata “''tri''” yang berarti tiga, “''hita''” yang berarti kebahagiaan dan “''karana''” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti "tiga penyebab terciptanya kebahagiaan".


Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan [[falsafah]] hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman [[budaya]] dan [[lingkungan]] di tengah hantaman [[globalisasi]] dan [[homogenisasi]]. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan [[manusia]] dalam kehidupan di [[dunia]] ini. Ketiga hubungan itu meliputi '''hubungan dengan sesama manusia''', '''hubungan dengan alam sekitar''', dan '''hubungan dengan ke Tuhan''' yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari dari pada segala tindakan buruk. Hidupnya akan [[seimbang]], [[tenteram]], dan [[damai]].
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan [[falsafah]] hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman [[budaya]] dan [[lingkungan]] di tengah hantaman [[globalisasi]] dan [[homogenisasi]]. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan [[manusia]] dalam kehidupan di [[dunia]] ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan [[seimbang]], [[tenteram]], dan [[damai]] <ref>{{Cite journal|last=Qodim|first=Husnul|date=2023-03-20|title=Nature Harmony and Local Wisdom: Exploring Tri Hita Karana and Traditional Ecological Knowledge of the Bali Aga Community in Environmental Protection|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious/article/view/24250|journal=Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya|volume=7|issue=1|doi=10.15575/rjsalb.v7i1.24250|issn=2528-7249}}</ref>.


Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara '''Manusia dengan Tuhan nya''', '''Manusia dengan alam lingkungannya''', dan '''Manusia dengan sesamanya'''. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan [[individualisme]] dan [[materialisme]]. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong [[konsumerisme]], [[pertikaian]] dan [[gejolak]].
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan [[individualisme]] dan [[materialisme]]. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong [[konsumerisme]], [[pertikaian]] dan [[gejolak]].


==Tiga Penyebab Kebahagian==
== Tiga Penyebab Kebahagian ==
Yang diketahui 3 Penyebab Kebahagian diantaranya, '''Manusia dengan Tuhan''', '''Manusia dengan Alam Lingkungannya''', dan '''Manusia dengan Sesamanya''', berikut penjelasannya:
Yang diketahui 3 Penyebab Kebahagian diantaranya, '''Manusia dengan Tuhan''', '''Manusia dengan Alam Lingkungannya''', dan '''Manusia dengan Sesamanya''', berikut penjelasannya:


===Manusia dengan Tuhan===
=== Manusia dengan Tuhan ===
Manusia adalah ciptaan [[Tuhan]], sedangkan ''Atman'' yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, [[berbhakti]] dan selalu sujud kepada [[Tuhan]] Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu :
Manusia adalah ciptaan [[Tuhan]], sedangkan ''Atman'' yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, [[berbhakti]] dan selalu sujud kepada [[Tuhan]] Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu:


* Dengan beribadah dan melaksanakan perintahnya.
* Dengan beribadah dan melaksanakan perintahnya.
Baris 17: Baris 18:
* Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
* Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.


===Manusia dengan Alam Lingkungan===
=== Manusia dengan Alam Lingkungan ===
Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. [[Lingkungan]] harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu [[bersih]] dan [[rapi]]. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia.
Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. [[Lingkungan]] harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu [[bersih]] dan [[rapi]]. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia.


===Manusia dengan Sesamanya===
=== Manusia dengan Sesamanya ===
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan [[harmoni]]. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar ''saling asah'', ''saling asih'' dan ''saling asuh'',yang artinya '''saling menghargai''', '''saling mengasihi''' dan '''saling membingbing'''. Hubungan antar [[keluarga]] dirumah harus [[harmoni]]. Hubungan dengan [[masyarakat]] lainya juga harus [[harmoni]]. Hubungan baik ini akan menciptakan [[keamanan]] dan [[kedamaian]] lahir batin di masyarakat. [[Masyarakat]] yang aman dan damai akan menciptakan [[Negara]] yang [[tenteram]] dan [[sejahtera]].
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan [[harmoni]]. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar ''saling asah'', ''saling asih'' dan ''saling asuh'',yang artinya '''saling menghargai''', '''saling mengasihi''' dan '''saling membingbing'''. Hubungan antar [[keluarga]] dirumah harus [[harmoni]]. Hubungan dengan [[masyarakat]] lainya juga harus [[harmoni]]. Hubungan baik ini akan menciptakan [[keamanan]] dan [[kedamaian]] lahir batin di masyarakat. [[Masyarakat]] yang aman dan damai akan menciptakan [[Negara]] yang [[tenteram]] dan [[sejahtera]].


==Unsur-Unsur Tri Hita Karana==
== Unsur-Unsur Tri Hita Karana ==
Unsur-Unsur ini meliputi:
Unsur-Unsur ini meliputi:
* Sanghyang Jagatkarana.
* Sanghyang Jagatkarana.
* Bhuana
* Bhuana
* Manusia
* Manus


Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci '''Bagawad Gita''' (III.10), berbunyi:
Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci '''Bagawad Gita''' (III.10), berbunyi:
Baris 33: Baris 34:
''Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa wo'stiwistah kamadhuk''
''Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa wo'stiwistah kamadhuk''


yang artinya, '''Pada jaman dahulu Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu'''.
yang artinya, '''Pada zaman dahulu Prajapati menciptakan manusiadengan yadnya dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu'''.


Dalam sloka Bhagavad-Gita tersebut ada nampak unsur penting:
Dalam sloka Bhagavad-Gita tersebut ada tampak unsur penting:
* ''Prajapati'' = Tuhan Yang Maha Esa
* ''Prajapati'' = Tuhan Yang Maha Esa
* ''Praja'' = Manusia
* ''Praja'' = Manusia


== Tri Hita Karana dalam Sistem Irigasi marsello Rifky adysa aneh adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak ini biasanya memiliki [[pura]] yang dinamakan [[Pura Uluncarik]], atau [[Pura Bedugul]], yang khusus dibangun oleh para [[petani]] dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan [[Dewi Sri]]. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di [[Bali]].
==Tri Hita Karana dalam Sistem Irigasi Subak==

[[Berkas:Tri-Hita-Karana.PNG|180px|thumb|Sistem Irigasi Subak]]
Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak ini biasanya memiliki [[pura]] yang dinamakan [[Pura Uluncarik]], atau [[Pura Bedugul]], yang khusus dibangun oleh para [[petani]] dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan [[Dewi Sri]]. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di [[Bali]].

[[Berkas:Tri-Hita-Karana2.PNG|180px|thumb|left|Sistem Subak dalam landasan ''Tri Hita Karana'']]
Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.
[[Berkas:Subak-organization.png|180px|thumb|Sistem Organisasi Subak]]
Subak telah dipelajari oleh [[Clifford Geertz]], sedangkan [[J. Stephen Lansing]] telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi [[pertanian]], yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun [[1987]] Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.
Subak telah dipelajari oleh [[Clifford Geertz]], sedangkan [[J. Stephen Lansing]] telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi [[pertanian]], yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun [[1987]] Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.


==Nilai Budaya==
== Nilai Budaya ==
Dengan menerapkan ''Tri Hita Karana'' secara [[mantap]], [[kreatif]] dan [[dinamis]] akan terwujudlah kehidupan [[harmonis]] yang meliputi pembangunan [[manusia]] seutuhnya yang ''astiti bakti'' terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta [[rukun]] dan [[damai]] dengan sesamanya.
Dengan menerapkan ''Tri Hita Karana'' secara [[mantap]], [[kreatif]] dan [[dinamis]] akan terwujudlah kehidupan [[harmonis]] yang meliputi pembangunan [[manusia]] seutuhnya yang ''astiti bakti'' terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta [[rukun]] dan [[damai]] dengan sesamanya.


==Referensi==
== Referensi ==
* {{id}} [http://sukolaras.wordpress.com/2009/03/30/tri-hita-karana/ Tri Hita Karana]
* {{id}} [https://archive.today/20121203215323/sukolaras.wordpress.com/2009/03/30/tri-hita-karana/ Tri Hita Karana]
* {{id}} [http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm ''Tri Hita Karana'' dalam Agama Hindu]
* {{id}} [http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm ''Tri Hita Karana'' dalam Agama Hindu]
* {{id}} [http://sukrawan.com/2010/08/06/pengertian-tri-hita-karana/ Pengertian ''Tri Hita Karana'']
* {{id}} [http://sukrawan.com/2010/08/06/pengertian-tri-hita-karana/ Pengertian ''Tri Hita Karana''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120603225441/http://sukrawan.com/2010/08/06/pengertian-tri-hita-karana/ |date=2012-06-03 }}
* {{id}} [http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/apa-itu-subak.htm Apa itu Subak ?]
* {{id}} [http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/apa-itu-subak.htm Apa itu Subak ?]
* {{en}} [http://www.www-balitravelnews.com/?p=632 Tri Hita Karana : A Life Lived in Balance is a Spiritual]
* {{en}} [http://www.www-balitravelnews.com/?p=632 Tri Hita Karana: A Life Lived in Balance is a Spiritual] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121025040800/http://www.www-balitravelnews.com/?p=632 |date=2012-10-25 }}


{{Authority control}}
{{wikiportal}}
[[Kategori:Filsafat]]


[[Kategori:Filsafat]]
[[ru:Три хита карана]]

Revisi per 8 Desember 2023 12.07

Tri Hita Karana berasal dari kata “tri” yang berarti tiga, “hita” yang berarti kebahagiaan dan “karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti "tiga penyebab terciptanya kebahagiaan".

Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai [1].

Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.

Tiga Penyebab Kebahagian

Yang diketahui 3 Penyebab Kebahagian diantaranya, Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Alam Lingkungannya, dan Manusia dengan Sesamanya, berikut penjelasannya:

Manusia dengan Tuhan

Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu:

  • Dengan beribadah dan melaksanakan perintahnya.
  • Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-tempat suci.
  • Dengan melaksanakan Yoga Samadhi.
  • Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

Manusia dengan Alam Lingkungan

Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri manusia.

Manusia dengan Sesamanya

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dan kerja sama dengan orang lain. Karena itu hubungan antara sesamanya harus selalu baik dan harmoni. Hubungan antar manusia harus diatur dengan dasar saling asah, saling asih dan saling asuh,yang artinya saling menghargai, saling mengasihi dan saling membingbing. Hubungan antar keluarga dirumah harus harmoni. Hubungan dengan masyarakat lainya juga harus harmoni. Hubungan baik ini akan menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batin di masyarakat. Masyarakat yang aman dan damai akan menciptakan Negara yang tenteram dan sejahtera.

Unsur-Unsur Tri Hita Karana

Unsur-Unsur ini meliputi:

  • Sanghyang Jagatkarana.
  • Bhuana
  • Manus

Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci Bagawad Gita (III.10), berbunyi:

Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa wo'stiwistah kamadhuk

yang artinya, Pada zaman dahulu Prajapati menciptakan manusiadengan yadnya dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.

Dalam sloka Bhagavad-Gita tersebut ada tampak unsur penting:

  • Prajapati = Tuhan Yang Maha Esa
  • Praja = Manusia

== Tri Hita Karana dalam Sistem Irigasi marsello Rifky adysa aneh adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan Dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.

Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.

Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.

Nilai Budaya

Dengan menerapkan Tri Hita Karana secara mantap, kreatif dan dinamis akan terwujudlah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya.

Referensi

  1. ^ Qodim, Husnul (2023-03-20). "Nature Harmony and Local Wisdom: Exploring Tri Hita Karana and Traditional Ecological Knowledge of the Bali Aga Community in Environmental Protection". Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya. 7 (1). doi:10.15575/rjsalb.v7i1.24250. ISSN 2528-7249.