Lompat ke isi

Prinsip kerja sama: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Menambagkan penjelasan
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
Dalam [[pragmatika]], '''prinsip kerja sama''' (''cooperative principle'') menjelaskan bagaimana manusia dapat [[komunikasi|berkomunikasi]] secara efektif dalam [[percakapan]] pada situasi sosial yang umum. Prinsip itu menjelaskan bagaimana penutur dan petutur bertindak kooperatif dan saling menerima untuk memahami dengan cara tertentu. Prinsip yang dicetuskan oleh [[Paul Grice]] pada tahun 1975 itu dikenal juga sebagai '''maksim percakapan''', yang terdiri atas empat maksim, yaitu kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara.

Dalam [[pragmatika]], '''prinsip kerja sama''' (''cooperative principle'') menjelaskan bagaimana manusia dapat [[komunikasi|berkomunikasi]] secara efektif dalam [[percakapan]] pada situasi sosial yang umum. Prinsip itu menjelaskan bagaimana penutur dan petutur bertindak kooperatif dan saling menerima untuk memahami dengan cara tertentu. Prinsip yang dicetuskan oleh [[Paul Grice]] pada tahun 1975 itu dikenal juga sebagai '''maksim percakapan''', yang terdiri atas empat maksim, yaitu kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara.


===== 1. Maxim kuantitas =====
===== 1. Maxim kuantitas =====
Baris 5: Baris 7:


===== 2. Maxim kualitas =====
===== 2. Maxim kualitas =====
Dalam maxim kualitas, penutur diharapkan mengucapkan yang sebenarnya, jangan berspekulasi, jang mengecoh seseorang untuk mendukung pernyataan yang lain.
Dalam maxim kualitas, penutur diharapkan mengucapkan yang sebenarnya, jangan berspekulasi, jang mengecoh seseorang untuk mendukung pernyataan yang lain.


===== 3. Maxim relevansi =====
===== 3. Maxim relevansi =====
Dalam maxim relevansi, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang sesuai atau relevan, dan tidak mengubah topik.
Dalam maxim relevansi, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang sesuai atau relevan, dan tidak mengubah topik.


===== 4. Maxim cara =====
===== 4. Maxim cara =====
Dalam maxim cara, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang jelas, tidak bertele-tele, dan tidak berubah-ubah.
Dalam maxim cara, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang jelas, tidak bertele-tele, dan tidak berubah-ubah.

Prinsip Kerja Sama yang dikemukakan oleh Grice (1975) mengatur agar sebuah tujuan bertuturan dapat tercapai dengan baik. Inti dari teori ini adalah seseorang penutur harus bertutur dengan singkat, jelas, padat, dan tidak ambigu sehingga informasi dapat sampai pada mitra tutur dengan baik. Grice menyatakan bahwa ada proses pragmatik dalam wacana digunakan sebagai cara untuk menganalisis inferensi makna penutur. Secara garis besar prinsip kerjasama menekankan pada adanya usaha kerja sama yang terjalin antara penutur dan mitra tutur dalam percakapan yang sedang berlangsung. Sumbangan dalam percakapan menjadi kunci dalam prinsip kerja sama. Kerja sama yang terjalin menjadikan percakapan terus berlanjut dan proses komunikasi berhasil. Jika salah satu, baik penutur maupun mitra tuturnya tidak cukup bekerja sama, maksud percakapan tidak tercapai. Jika percakapan berlangsung dengan baik dan lancar, tentunya tidak akan terjadi kebingungan di antara peserta tutur, penerapan prinsip kerja sama dapat terjadi.<ref>{{Cite book|last=Pratiwi|first=Brillianing|date=29 November 2022|url=http://repository.ut.ac.id/10514/1/B5_Representasi%20Maksim%20Tutur%20dalam%20Wacana.pdf|title=REPRESENTASI MAKSIM TUTUR DALAM WACANA KOMUNIKASI POLITIK|location=Tangerang Selatan|publisher=Universitas Terbuka|pages=6|url-status=live}}</ref>


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 19: Baris 23:


== Referensi ==
== Referensi ==
<references />

[[Kategori:Pragmatika]]
[[Kategori:Pragmatika]]



Revisi terkini sejak 12 Desember 2023 03.45


Dalam pragmatika, prinsip kerja sama (cooperative principle) menjelaskan bagaimana manusia dapat berkomunikasi secara efektif dalam percakapan pada situasi sosial yang umum. Prinsip itu menjelaskan bagaimana penutur dan petutur bertindak kooperatif dan saling menerima untuk memahami dengan cara tertentu. Prinsip yang dicetuskan oleh Paul Grice pada tahun 1975 itu dikenal juga sebagai maksim percakapan, yang terdiri atas empat maksim, yaitu kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara.

1. Maxim kuantitas
[sunting | sunting sumber]

Dalam maksim kuantitas, penutur diharapkan bisa menyampaikan informasi secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan keambiguaan.[1]

2. Maxim kualitas
[sunting | sunting sumber]

Dalam maxim kualitas, penutur diharapkan mengucapkan yang sebenarnya, jangan berspekulasi, jang mengecoh seseorang untuk mendukung pernyataan yang lain.

3. Maxim relevansi
[sunting | sunting sumber]

Dalam maxim relevansi, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang sesuai atau relevan, dan tidak mengubah topik.

4. Maxim cara
[sunting | sunting sumber]

Dalam maxim cara, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang jelas, tidak bertele-tele, dan tidak berubah-ubah.

Prinsip Kerja Sama yang dikemukakan oleh Grice (1975) mengatur agar sebuah tujuan bertuturan dapat tercapai dengan baik. Inti dari teori ini adalah seseorang penutur harus bertutur dengan singkat, jelas, padat, dan tidak ambigu sehingga informasi dapat sampai pada mitra tutur dengan baik. Grice menyatakan bahwa ada proses pragmatik dalam wacana digunakan sebagai cara untuk menganalisis inferensi makna penutur. Secara garis besar prinsip kerjasama menekankan pada adanya usaha kerja sama yang terjalin antara penutur dan mitra tutur dalam percakapan yang sedang berlangsung. Sumbangan dalam percakapan menjadi kunci dalam prinsip kerja sama. Kerja sama yang terjalin menjadikan percakapan terus berlanjut dan proses komunikasi berhasil. Jika salah satu, baik penutur maupun mitra tuturnya tidak cukup bekerja sama, maksud percakapan tidak tercapai. Jika percakapan berlangsung dengan baik dan lancar, tentunya tidak akan terjadi kebingungan di antara peserta tutur, penerapan prinsip kerja sama dapat terjadi.[2]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Krogerus, Mikael; Tschappler, Roman (Juli 2022). The Communication Book. Jakarta: Renebook. hlm. 100. ISBN 9786236083352. 
  2. ^ Pratiwi, Brillianing (29 November 2022). REPRESENTASI MAKSIM TUTUR DALAM WACANA KOMUNIKASI POLITIK (PDF). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 6.