Lompat ke isi

Pragmatik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, replaced: dimana → di mana, asal-usul → asal usul
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Nyilvoskt memindahkan halaman Ilmu penafsiran bahasa ke Pragmatik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(45 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Pragmatik''' adalah cabang [[linguistik]] yang mempelajari hubungan antara [[konteks]] luar bahasa dan maksud [[tuturan]] melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.<ref>{{Cite book|last=Azzuhri, M., Farmawati, C., dan Amalia, Z. P.|date=2017|url=https://www.academia.edu/41794297/HADITS_HADITS_PROBLEMATIK_ANALISIS_LINGUISTIK_PRAGMATIK|title=Hadits-Hadits Problematik: Analisis Linguistik Pragmatik|location=Pekalongan|publisher=IAIN Pekalongan Press|isbn=978-602-6203-04-5|editor-last=Syaefudin|editor-first=Machfud|pages=1|url-status=live}}</ref> Dalam linguistik, pragmatik merupakan salah satu bagian dari [[semiotika]].<ref>{{Cite book|last=Alek|date=2018|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48974/1/LINGUISTIK%20UMUM.pdf|title=Linguistik Umum|location=Jakarta|publisher=Erlangga|pages=93|url-status=live}}</ref> Prinsip-prinsip di dalam pragmatik meliputi [[sintesis]] antara studi, maksud dan tuturan.<ref>{{Cite book|last=Suhartono|date=2020|url=http://repository.unesa.ac.id/sysop/files/2020-06-28_Book%20suhartono%202.pdf|title=Pragmatik Konteks Indonesia|location=Gresik|publisher=Graniti|isbn=978-602-5811-65-4|editor-last=Fidiyanti|editor-first=Murni|pages=10|url-status=live}}</ref> Sementara aspek yang dilibatkan dalam pragmatik ialah unsur bahasa, penutur bahasa dan penaksir bahasa.<ref>{{Cite book|last=Zainal|first=Anna Gustina|date=2020|url=http://repository.lppm.unila.ac.id/20318/1/Buku%20Ajar%20Retorika.pdf|title=Buku Ajar Retorika|location=Serang|publisher=CV. AA. Rizky|isbn=978-623-7726-81-4|editor-last=Ikhwan|editor-first=Khaerul|pages=3|url-status=live}}</ref> Pragmatik mengkaji makna kontekstual atau makna situasional berdasarkan latar tempat, latar waktu, partisipan, tujuan topik dan [[media komunikasi]].<ref>{{Cite book|last=Setiadi|first=Syamsi|date=2017|url=http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/BUKU_PENERJEMAHAN_ARAB-INDONESIA_syamsi_ok.pdf|title=Penerjemahan Arab- Indonesia|location=Jakarta|publisher=Maninjau Press|isbn=978-602-390-067-1|pages=30|url-status=live}}</ref> Acuan dalam analisis makna pada komunikasi lisan di dalam pragmatik menggunakan teori [[tindak tutur]].<ref>{{Cite book|last=Nahdi, K., dkk.|date=2020|url=https://eprints.hamzanwadi.ac.id/4322/1/5%20BAHASA%20BERUJUD%20SASTRA%2C%20SASTRA%20BERISI%20MAKNA%20SASTRA%20BERISI%20MAKNA.pdf|title=Bahasa Berujud Sastra, Sastra Berisi Makna: Kebajikan dalam Wasiat Hamzanwadi|location=Lombok Timur|publisher=Universitas Hamzanwadi Press|isbn=978-602-53294-5-6|editor-last=Lutfi, S., dan Amrulloh, R.|pages=156|url-status=live}}</ref> Teori pragmatik digunakan salah satunya sebagai cara untuk menilai tujuan tertentu di dalam [[karya sastra]] berisi nilai atau ajaran yang ditujukan kepada pembaca.<ref>{{Cite book|last=Kartikasari HS., A., dan Suprapto, E.|date=2018|url=http://eprint.unipma.ac.id/40/1/Buku%20Kajian%20Kesusastraan.pdf|title=Kajian Kesusastraan: Sebuah Pengantar|location=Magetan|publisher=CV. Ae Media Grafika|isbn=978-602-6637-26-0|pages=5|url-status=live}}</ref> Selain itu, pragmatik juga mengkaji tentang [[wacana]].<ref>{{Cite book|last=Rohana dan Syamsuddin|date=2015|url=http://eprints.unm.ac.id/19564/1/BUKU%20ANALISIS%20WACANA.pdf|title=Analisis Wacana|location=Makassar|publisher=CV. Samudra Alif-Mim|isbn=978-602-73810-1-8|pages=1|url-status=live}}</ref>
''Pragmatika'' adalah cabang ilmu [[linguistik]] yang mempelajari hubungan antara [[konteks]] dan [[makna]]. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik ([[tata bahasa]], [[leksikon]], dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.


==Sumber Kajian Pragmatik==
== Sejarah ==
Pandangan awal mengenai pragmatik dikembangkan oleh Charles W. Morris pada tahun 1938. Landasan pengembangan pragmatik yang digunakan oleh Morris adalah [[semiotika]]. Ilmu semiotika dibagi oleh Morris menjadi semantik, sintaksis dan pragmatik. Ilmu pragmatik kemudian berkembang di Eropa selama periode 1940-an. Pada tahun 1960, Michael Halliday mengembangan sebuah [[teori sosial]] yang menjadikan bahasa sebagai sebuah fenomena sosial. Selanjutnya, di Amerika Serikat pada tahun 1962 berkembang paham pragmatik yang berasal dari pemikiran filsafat [[J.L. Austin|J. L. Austin]]. Karya Austin yang mempengaruhi ilmu pragmatik di Amerika Serikat ialah sebuah buku berjudul ''How to Do Things with Words'' (1962)''.'' Pemikiran utama dari Austin ialah mengenai tuturan performatif dan konstatif serta gagasan tentang lokusi, ilokusi, perlokusi dan daya ilokusi dari tuturan. Ilmu pragmatik di Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh murid Austin yang bernama [[John Searle]]. Ia mengembangkan pemikiran-pemikiran Austin dan menerbitkan karya-karyanya mengenai pragmatik pada tahun 1969 dan 1975. Konsep penting yang dikembangkan oleh Searle adalah tentang tindak tutur. Selain Austin dan Searle terdapat beberapa pemikir lainnya yaitu Paul Grice, John Rankine Goody, Stephen C. Levinson dan Mey.<ref>{{Cite book|last=Arfianti|first=Ika|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pragmatik_Teori_Dan_Analisis_Buku_Ajar/VbAzEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Pragmatik: Teori dan Analisis|location=Semarang|publisher=CV. Pilar Nusantara|isbn=978-623-7590-82-8|pages=1|url-status=live}}</ref>
Sebagai disiplin ilmu, Pragmatika juga bersumber pada beberapa ilmu yang lainnya, antara lain:<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=3}}</ref>


== Pemaknaan ==
*[[Filsahah Kebahasaan]]: mempelajari bahasa dari sudut pandang suatu ungkapan atau ujaran yang dituturkan
Istilah pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh Charles W. Morris melalui pembagian [[semiotika]].<ref>{{Cite book|last=Yuliantoro|first=Agus|date=2020|url=http://repository.unwidha.ac.id/2104/1/BUKU%20Analisis%20Pragmatik%20PAK%20AGUS.pdf|title=Analisis Pragmatik|location=Klaten|publisher=Unwidha Press|isbn=978-602-60734-3-3|editor-last=Herawati|editor-first=Nanik|pages=1|url-status=live}}</ref> Pragmatik memiliki dua makna dalam arti yang luas maupun sempit. Secara luas, pragmatik diartikan sebagai salah satu bagian dari semiotika. Pemaknaan ini diberikan oleh Morris. Pragmatik dalam arti luas ini digunakan dalam berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan bahasa, antara lain psikpatologi komunikasi dan evolusi sistem simbol. Sementara dalam arti sempit, pragmatik merupakan suatu kondisi penelitian yang memiliki rujukan nyata tehadap pengguna bahasa atau pembicara. Pemaknaan kedua ini diberikan oleh [[Rudolf Carnap]].<ref>{{Cite book|last=Suryanti|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/PRAGMATIK/RhH6DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Pragmatik|location=Klaten|publisher=Penerbit Lakeisha|isbn=978-623-93154-6-7|editor-last=Sugiastuti|editor-first=Sri|pages=1-2|url-status=live}}</ref>
*[[Sosiolinguistik]]:mempelajari bahasa dari sudut pandang tujuan dan situasi pemakaiannya di dalam masyarakat
*[[Antropologi]]:mempelajari bahasa dari sudut pandang asal usul suatu bahasa yang digunakan
*[[Etnografi Bahasa]]:mempelajari bahasa dari sudut pandang [[sosiolingustik]] di mana serta kapan bahasa tersebut digunakan dalam berkomunikasi
*[[Lingusitik]]:mempelajari bahasa dari sudut pandang struktur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi


== Sumber kajian ==
==Variasi Bahasa==
Dalam mempelajari ilmu Pragmatika, berbagai bahasa mempunyai ragam bahasa/variasi bahasa yang selalu menyesuaikan dengan konteks dan keadaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variasi suatu bahasa, antara lain:<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=9}}</ref>
*Faktor geografis: mempelajari di daerah mana bahasa itu dipakai
*Faktor kemasyrakatan: mempelajari siapa yang memakai bahasa dan bagaimana latar belakang masayrakat yang memakai bahasa
*Faktor situasi berbahasa: mempelajari situasi pengguna bahasa, tempat penggunaan bahasa, dan tema yang diperbincangkan
*Faktor waktu:mempejari kurun waktu suatu bahasa yang dipergunakan


=== Filsafat bahasa biasa ===
'''Ragam Dialek''' adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan di daerah mana suatu bahasa dituuturkan. Perbedaan dialek terdapat pada seluruh aspek bahasa dan lafal, morfologi, sintaksis, kosakata dan peribahasa, dan juga dalam pragmatik.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=10}}</ref> Sebagai contoh, Bahasa Jawa yang berbeda dengan bahasa Indonesia dalam penuturannya walaupun sama-sama digunakan orang Indonesia.
[[Filsafat Bahasa Biasa|Filsafat bahasa biasa]] muncul sebagai pertentangan atas pandangan bahwa bahasa dibentuk melalui atomisme logis dan [[positivisme]] logis yang menggunakan logika yang rumit. Tokoh pemikirnya yang paling awal adalah [[Ludwig Wittgenstein]]. Kemunculan filsafat bahasa biasa mempengaruhi pemikiran-pemikiran filsafat di Eropa. Kajian atas filsafat bahasa biasa ini kemudian mengutamakan aspek pragmatik dari suatu bahasa. Filsafat bahasa biasa kemudian mengkaji ulang tentang makna kehidupan manusia melalui bahasa.<ref>{{Cite book|last=Syafei|first=An Fauzia Rozani|date=2020|url=http://repository.unp.ac.id/31585/1/Buku_DDF_Buk_Susi_2020.pdf|title=Dasar-Dasar Filsafat|location=Padang|publisher=Penerbit CV. Berkah Prima|isbn=978-602-5994-52-4|editor-last=Zainul|editor-first=Rahadian|pages=110|url-status=live}}</ref>
'''Ragam Sosiolek''' adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan status sosial dan jabatan seseorang dalam golongan masyarakat.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=11}}</ref> Status seseorang dalam golongan [masyarakat sangat mempengaruhi keberagaman dalam berkomunikasi. Sebagai contoh dalam bahasa Jawa terdapat [[Bahasa Bagongan]], [[Bahasa Krama]], dan [[Bahasa Ngoko]] yang akan dipergunakan sesorang dalam berkomikasi dengan melihat siapa lawan bicaranya.
'''Ragam Fungsiolek''' adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan situasi berbahasa, siapa pemakai bahasa, dan topik dari suatu bahasa.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=12}}</ref>
'''Ragam Kronolek''' adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan perubahan bahasa dalam suatu kurun waktu tertentu. Bahasa yang ada bersifat dinamis dan selalu berubah seiring berjalannya waktu, menurut fungsi dan kegunaannya.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=15}}</ref>


=== Sosiolinguistik ===
==Macam Tindak Bahasa==
[[Sosiolinguistik]] mengkaji tentang variasi bahasa dan penggunaan bahasa di [[lingkungan sosial]] dari suatu masyarakat. Konteks sosilinguistik berkaitan dengan pragmatik, karena sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur di luar bahasa. Hubungan antara sosioloinguistik dengan pragmatik ada dua. Pertama, pragmatik mempelajari aspek konteks yang menentukan makna dari suatu tuturan. Kedua, pragmatik mempelajari persyaratan yang mengakibatkan adanya kesesuaian antara pemakaian bahasa dalam komunikasi. Konteks diperlukan dalam pragmatik untuk bahasa-bahasa tertentu. Konteks ini berkaitan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang meliputi status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.<ref>{{Cite book|last=Syafyahya|first=Leni|date=2015|url=http://carano.pustaka.unand.ac.id/index.php/car/catalog/download/42/39/129-1?inline=1|title=Kuasa Masyarakat Atas Bahasa|location=Padang|publisher=Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Andalas|isbn=978-602-5539-20-6|pages=43|url-status=live}}</ref> Kajian pragmatik di dalam sosiolinguistik berkaitan dengan kompetensi sosial dan budaya dari penggunaan bahasa. Sosiolingusitik mengarahkan penerapan pragmatik dalam pembelajaran bahasa yang sifat tuturannya lebih baik dan merupakan bahasa yang berterima.<ref>{{Cite book|last=Lukitasari, M., dkk.|date=2019|url=http://pics.unipma.ac.id/content/download/B009_10_09_2020_04_37_10C.5-1%20EDITOR%20BUKU%20BEST%20PRACTICE%20REVITALISASI%20LPTK%20(File%20setelah%20edit).pdf|title=Best Practice: Revitalisasi LPTK Melalui Penugasan Dosen di Sekolah|location=Magetan|publisher=CV. Ae Media Grafika|isbn=978-602-6637-57-4|editor-last=Sholikhah, O. H,m dan Prasasti, P. A. T.|pages=33-34|url-status=live}}</ref>
Austin memisahkan 3 macam tindak bahasa yang terjadi yaitu :<ref name="rujuka3">{{cite book|author=J.L. Austin|title=How to Do Things With Words|year=1962|publisher=Oxford University Press|place=New York}}</ref>
*[[Tindak lokusi]] yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam ungkapan.
*[[Tindak ilokusi]] yaitu pengucapan suatu pernyataan, pertanyaan, penawaran, janji, dsb.
*[[Tindak perlokusi]] yaitu hasil atau efek yang dihasilkan oleh suatu ungkapan yang sesuai situasi dan susana.


== Alasan ==
== Prinsip ==
Alasan pemunculan pragmatik dalam kurikulum 1984 bervariasi :


=== Prinsip kesantunan berbahasa ===
* Praktik, kemampuan/keterampilan bahasa siswa masih kurang; bahasanya berbelit-belit dan banyak didominasi oleh bahasa daerah.
Prinsip [[kesantunan berbahasa]] digunakan dengan asumsi pragmatik untuk melakukan penolakan menggunakan suatu bahasa. Kesantunan berbahasa diketahui selama penuturan dilakukan oleh penutur. Penolakan ini merupakan reaksi dari penuturan lawan tutur. Jenis penuturannya berisi ungkapan yang tidak menerima dan tidak menyetujui ajakan, tawaran, atau permintaan dari lawan tutur. Penolakan memenuhi fungsi memerintah dalam komunikasi verbal dengan sifat reaksi yang negatif.<ref>{{Cite book|last=Pradnyani|first=Ni Nyoman Ayu Ratih|date=2019|url=http://www.hangtuah.ac.id/siladikti/filesila/DITA%20B%20FH/TANGGUNG%20JAWAB%20PENOLAKAN%20PASIEN%20RS.pdf|title=Tanggung Jawab Hukum dalam Penolakan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional|location=Surabaya|publisher=Scopindo Media Pustaka|isbn=978-623-7729-89-1|editor-last=Birahayu|editor-first=Dita|pages=15-16|url-status=live|access-date=2021-12-13|archive-date=2021-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20211213062341/http://www.hangtuah.ac.id/siladikti/filesila/DITA%20B%20FH/TANGGUNG%20JAWAB%20PENOLAKAN%20PASIEN%20RS.pdf|dead-url=yes}}</ref>
* Karena penggunaan bahasa Indonesia siswa belum baik, maka siswa masih perlu banyak belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; (3) pencapaian hasil pelajaran bahasa Indonesia belum memuaskan.

* Pragmatik melengkapi pelajaran bahasa Indonesia secara utuh.
== Aspek ==
* Pragmatik menunjang pencapaian tujuan pelajaran bahasa Indonesia dan selalu ada dalam pergaulan hidup sehari-hari.

* Pragmatik tidak terlalu kentara dalam pokok-pokok bahasan lain dalam pelajaran bahasa Indonesia.
=== Tindak tutur ===
* Alasan perkembangan bahasa.<ref>[http://odazzander.blogspot.com/2011/10/pragmatik-dalam-pengajaran-bahasa.html PRAGMATIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA]</ref>
Istilah dan teori mengenai [[tindak tutur]] pertama kali diperkenalkan oleh J. L. Austin pada tahun tahun 1955 di [[Universitas Harvard]], [[Inggris]]. Gagasan tertulis Austin terhadap teori tindak tutur baru diterbitkan pada tahun 1962 dalam sebuah buku berjudul ''How to Do Things with Words''. Dalam karya tulisnya ini, Austin berpendapat bahwa tindakan terjadi selama individu mengatakan tentang sesuatu. Contoh yang diberikan untuk pendapatnya ini adalah ucapan janji yang melibatkan tindakan perjanjian, serta ucapan maaf yang melibatkan tindakan meminta maaf. Austin mengemukakan bahwa setiap ujaran tidak hanya merupakan tindakan untuk mengatakan sesuatu, tetapi juga bagian dari melakukan tindakan. Pandangan Austin mengenai tindak tutur mempengaruhi kajian linguistik.<ref>{{Cite book|last=Prayitno|first=Harun Joko|date=2017|url=https://www.researchgate.net/profile/Harun-Prayitno/publication/324865321_Studi_Sosiopragmatik/links/5ba8ab0ca6fdccd3cb6e96c7/Studi-Sosiopragmatik.pdf|title=Studi Sosiopragmatik|location=Surakarta|publisher=Muhammadiyah University Press|isbn=978-602-361-101-0|editor-last=Assidik|editor-first=Gallant Karunia|pages=48|url-status=live}}</ref>

Tindak tutur yang dikembangkan oleh Austin terbagi menjadi lokusi, ilokusi dan perlokusi.<ref>{{Cite book|last=Rahardi|first=Kunjana|date=2020|url=http://repository.usd.ac.id/38119/1/Pragmatik-buku%20teks-terbit-2020_compressed.pdf|title=Pragmatik: Konteks Ekstralinguistik dalam Perspektif Cyberpragmatics|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Amara Books|isbn=978-623-7042-46-4|pages=65|url-status=live}}</ref> Lokusi merupakan tindak menuturkan sesuatu, sementara ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Sedangkan perlokusi merupakan maksud tuturan yang memberikan suatu pengaruh atau akibat kepada pendengar.<ref>{{Cite book|last=Jumadi|date=2010|url=http://eprints.ulm.ac.id/8288/2/Wacana%20Full%20%2B%20COver.pdf|title=Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Prisma|isbn=978-979-17083-3-3|editor-last=Pamungkas|editor-first=Daud|pages=80|url-status=live}}</ref>

=== Praanggapan ===
[[Praanggapan]] diartikan secara sederhana sebagai tindakan menduga sebelumnya. Dalam arti lain, praanggapan adalah dugaan mengenai lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Penduganya adalah pembicara atau penulis. Tindakan praanggapan muncul sebelum mengujarkan sesuatu. Levinson mengembangkan konsep mengenai praanggapan menjadi semacam anggapan atau pengetahuan terhadap latar belakang yang memberikan makna kepada suatu tindakan, teori, atau ungkapan. Suatu tuturan menjadi benar atau salah dapat ditentukan dengan adanya praanggapan.<ref>{{Cite book|last=Nuramila|date=2020|url=https://files.osf.io/v1/resources/zah35/providers/osfstorage/5f219d5f320805022b15a3f7?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial|location=Serang|publisher=Yayasan Pendidikan dan Sosial|isbn=978-623-7815-61-7|editor-last=H.|editor-first=Abdul Rahman|pages=10|url-status=live}}</ref>

=== Implikatur ===
Istilah [[implikatur]] pertama kali diperkenalkan oleh [[Paul Grice]] pada tahun 1975. Impilkatur berarti maksud dari penutur yang tidak ada di dalam tuturan karena disampaikan secara berbeda dalam tuturannya. Pembicara umumnya telah mengetahui implikatur dalam [[komunikasi verbal]].<ref>{{Cite book|last=Afrilesa|first=Rini|date=2020|url=https://www.aarizky.com/admin-panel/buku/b25leHAxMTc=.pdf|title=Implikatur dalam Meme Politik: Kajian Pragmatik|location=Serang|publisher=CV. AA. Rizky|isbn=978-623-6506-35-6|pages=12|url-status=live}}</ref>
== Tokoh pemikir ==

=== Charles W. Morris ===
Charle W. Morris merupakan tokoh pemikir yang memperkenalkan istilah pragmatik untuk mewakili kegiatan pengkajian seluk-beluk penggunaan bahasa di bidang linguistik. Morris merupakan penganut [[behaviorisme]] dari [[Amerika Serikat]]. Ia mengembangkan pemikirannya dengan sumber inspirasi dan [[John Locke]] dan [[Charles Sanders Peirce]]. Kedua tokoh ini merupakan penganut pragmatisme yang kemudian mengembangkan semiotika. Morris mengembangkan semiotika dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Menurutnya, pragmatik merupakan studi tentang hubungan tanda-tanda yang melibatkan [[tafsiran]].<ref>{{Cite book|last=Marwiah|date=2020|url=https://library.unismuh.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGFmZmE1Yjg3NWQyMzZmNTk0NjkwODkzYTc0NjBkNDY1NzNkNzdjNg==.pdf|title=Kajian Tindak Tutur: Studi Kasus pada Istri Komunitas TNI|location=Makassar|publisher=LPP Unismuh Makassar|isbn=978-623-7349-17-4|pages=37-38|url-status=live}}</ref>

=== George Yule ===
George Yule memandang pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari mengenai makna dari komunikasi antara pembicara dan penerjemahannya oleh pendengar atau pembaca. Pragmatik dalam pandangan Yule mengutamakan makna dari pembicara ke pendengar dibandingkan makna dari [[kosakata]] yang dituturkan. Dalam pemikiran Yule, tafsiran perlu dimasukkan ke dalam pragmatik. Setiap konteks yang dibicarakan oleh pembicara perlu diketahui maknanya. Faktor yang dipertimbangkan ialah lawan bicara, lokasi dan waktu pelaksanaan pembicaraaan serta situasi pembicaraan.<ref>{{Cite book|last=Yusri|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_Pragmatik_dalam_Perspektif_Kesopana/zUowDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Ilmu Pragmatik dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa|location=Sleman|publisher=Deepublish|isbn=978-602-453-155-3|pages=3|url-status=live}}</ref>

== Penerapan ==

=== Analisis humor ===
Analisis makna terhadap suatu [[humor]] dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu ilmu pragmatik yaitu bahasa samar. Makna dari suatu humor diketahui melalui pengungkapan makna atau ekspresi yang tidak dinyatakan secara jelas. Penggunaan bahasa samar dalam analisis makna di dalam humor disebabkan oleh sifat humor yang menyesuaikan dengan budaya dari penutur dan pendengar tuturannya. Persepsi budaya juga berlaku bagi humor yang disampaikan melalui tulisan oleh penulis untuk pembacanya. Pemahaman terhadap budaya dari penutur diperlukan untuk memahami kelucuan dari tuturannya.<ref>{{Cite book|last=Jaufillaili|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Analisis_Bahasa_Samar_Dalam_Humor_Komik/CZ8iEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Analisis Bahasa Samar dalam Humor Strip: Satu Kajian Pragmatik|location=Bandung|publisher=Penerbit Media Sains Indonesia|isbn=978-623-6068-55-7|editor-last=Rerung|editor-first=Rintho Rante|pages=4|url-status=live}}</ref>

=== Analisis wacana ===
[[Analisis wacana]] merupakan analisis atas bahasa yang digunakan oleh penutur. Dalam kajian komunikasi, analisis wacana tidak dapat dibatasi pada deskripsi terhadap bentuk bahasa yang tidak memiliki kaitan dengan tujuan atau fungsi komunikasi dalam kehidupan manusia. Sebaliknya, analisis wacana dikembangkan dengan model inferensial agar pemahaman makna mencakup aspek kode dan juga premis-premis dalam komunikasi. Kajian wacana ini kemudian menggunakan konteks.<ref>{{Cite book|last=Jumadi|date=2017|url=http://eprints.ulm.ac.id/2488/2/WACANA%2C%20KEKUASAAN%2C%20%26%20PENDIDIKAN%20BAHASA%20%2B%20Cover.pdf|title=Wacana, Kekuasaan, dan Pendidikan Bahasa|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=978-602-229-824-3|editor-last=Rafiek|editor-first=M.|pages=4-5|url-status=live}}</ref> Pemakaian konteks dalam analisis wacana merupakan bagian dari pendekatan pragmatik.<ref>{{Cite book|last=Arief|first=Nur Fajar|date=2015|url=http://riset.unisma.ac.id/index.php/fkip/article/download/73/72|title=Analisis Wacana Eksplanatif|location=Malang|publisher=Worldwide Readers|isbn=978-602-71701-3-1|pages=85|url-status=live}}</ref> Komponen pragmatik merupakan bagian yang menentukan fungsi kalimat dalam konteks komunikasi secara lisan maupun tulisan dari pembicara atau suatu informasi.<ref>{{Cite book|last=Ahmadi dan Ilmiani, A. M.|date=2020|url=http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2599/1/Metodologi%20Pembelajaran%20Arab__rev.pdf|title=Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Konvensional hingga Era Digital|location=Yogyakarta|publisher=Ruas Media|isbn=978-623-7735-13-7|editor-last=Hamidah|pages=60|url-status=live}}</ref>

=== Kajian sastra ===
Pragmatik merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kajian sastra. Fokus utamanya berkaitan dengan peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca adalah menentukan kelayakan suatu karya sastra untuk disebut sebagai karya sastra. Kelayakan karya sastra di dalam pendekatan pragmatik berkaitan dengan kemampuan karya sastra dalam menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan yang ingin disampaikan dapat berupa tujuan [[politik]], pendidikan, [[moral]], [[agama]] atau tujuan yang lainnya. Keberhasilan suatu karya sastra dinilai berdasarkan keberhasilan penyampaian tujuan kepada pembaca. Pendekatan pragmatik lebih mengutamakan fungsi dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Bentuk pengajarannya berupa moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Suatu karya sastra dianggap berkualitas jika nilai pendidikan di dalamnya semakin banyak pula.<ref>{{Cite book|last=Wicaksono, A., dkk.|date=2018|url=https://www.researchgate.net/profile/Emawati-Emawati-4/publication/342110784_PENDEKATAN_SASTRA_BERORIENTASI_PADA_TEKS_PENGARANG_PEMBACA_DAN_KONTEKS/links/5ee2c5f4458515814a5813ef/PENDEKATAN-SASTRA-BERORIENTASI-PADA-TEKS-PENGARANG-PEMBACA-DAN-KONTEKS.pdf|title=Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Garudhawaca|isbn=978-602-6581-36-5|pages=86-87|url-status=live}}</ref> Penilaian karya sastra dalam pendekatan pragmatik dapat dilakukan oleh pembaca tanpa memperhatikan waktu penulisan karya sastra. Karya sastra dinilai dari pembaca pada zamannya maupun pembaca pada zaman setelahnya. Pendekatan pragmatik terhadap karya sastra dikenal dengan [[resepsi sastra]].<ref>{{Cite book|last=Widayati|first=Sri|date=2020|url=http://repository.umko.ac.id/id/eprint/62/1/Buku%20KAJIAN%20PROSA%20FIKSI_Sri%20Widayati_2020.pdf|title=Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi|location=Baubau|publisher=LPPM Universitas Muhammadiyah Buton Press|isbn=978-623-92920-0-3|pages=86-87|url-status=live}}</ref>

=== Penerjemahan ===
[[Penerjemahan]] merupakan proses interaktif yang melibatkan unsur semiotika, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Ketiga unsur ini digunakan dalam analisis maupun sintesis. Kemungkinan yang dapat timbul selama ketiga proses tersebut berlangsung ialah cepatnya proses penyelesaian dan adanya perpaduan antara analisis dan sintesis menggunakan pendekatan simultan terhadap klausa. Simultan ini dapat berbentuk pengenalan pola maupun prosedur inferensi yang sebelumnya telah dilandasi oleh pengalaman dan harapan.<ref>{{Cite book|last=Siregar|first=Roswani|date=2017|url=https://alazhar-university.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/Rowani_Siregar-Buku-Strategi-Penerjemahan_compressed.pdf|title=Strategi Penerjemahan Dokumen Kontrak|location=Medan|publisher=Pustaka Bangsa Press|isbn=978-602-1183-31-1|pages=33|url-status=live}}</ref>

Peran dari analisis pragmatik adalah untuk memperoleh pemahaman terhadap bahasa sumber yang meliputi tujuan teks, struktur tematik dan gaya teks.<ref>{{Cite book|last=Indiarti|first=Wiwin|date=2018|url=https://e-service.lipipress.lipi.go.id/press/catalog/download/263/235/626-1?inline=1|title=Lontar Yusup Banyuwangi: Teks Pegon – Transliterasi – Terjemahan|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Elmatera|isbn=|pages=21|url-status=live|access-date=2021-12-13|archive-date=2021-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20211213015719/https://e-service.lipipress.lipi.go.id/press/catalog/download/263/235/626-1?inline=1|dead-url=yes}}</ref> Dalam penerjemahan bahasa sumber, pragmatik mengutamakan aspek ketepatan informasi. Sementara aspek kebahasaan kurang dipertimbangkan. Penerjemahan pragmatik antara lain pada [[dokumen]]-dokumen [[teknik]] yang digunakan sebagai instruksi manual. Salah satu penerapan praktisnya adalah pada dokumen untuk perakitan [[mesin]] oleh [[mekanik]].<ref>{{Cite book|last=Hartono|first=Rudi|date=2017|url=http://lib.unnes.ac.id/33732/1/PDF_Pengantar_Ilmu_Menerjemah_Rudi_Hartono_2017.pdf|title=Pengantar Ilmu Menerjemah: Teori dan Praktek Penerjemahan|location=Semarang|publisher=Cipta Prima Nusantara|isbn=978-602-6589-43-9|pages=11|url-status=live}}</ref>

=== Pemerolehan bahasa kedua ===
Penerapan pragmatik dalam pemerolehan [[bahasa kedua]] terjadi secara alami. Situasi yang menimbulkannya adalah interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui komunikasi. Pemakaian bahasa kedua pada komunikasi harian akan meningkatkan motivasi dari pembelajar bahasa tersebut. Pembelajar bahasa kedua menggunakan strategi pragmatik secara alami. Strategi ini dilakukan dengan menyesuaikan pengetahuannya terhadap suatu bahasa dan menghindari topik-topik yang tidak dikuasai. Pada proses ini, pembelajar bahasa kedua memusatkan perhatian terhadap inti komunikasinya sehingga sesuai dengan tujuan, situasi dan tugas dari individu yang berkomunikasi.<ref>{{Cite book|last=Indah|first=Rohmani Nur|date=2017|url=http://repository.uin-malang.ac.id/1296/6/1296.pdf|title=Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar|location=Malang|publisher=UIN-MALIKI Press|isbn=978-602-958-401-1|pages=26|url-status=live}}</ref>

== Sumbangsih pemikiran ==

=== Pembelajaran bahasa ===
Pragmatik merupakan kajian utama dalam linguistik pada [[manusia]] yang masih dalam usia [[sekolah]]. Ilmunya digunakan secara praktis pada bentuk komunikasi yaitu bertutur dan bercakap.<ref>{{Cite book|last=Mulyadi, S., Weliangan,, H., dan Andriani, I.|date=2015|url=http://setomulyadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/84001/B4_290121+BUKU+PSIKOLOGI+PERKEMBANGAN+OK.pdf|title=Psikologi Perkembangan|location=Jakarta|publisher=Penerbit Gunadarma|isbn=978-602-9438-62-8|editor-last=Puspitawati|editor-first=Ira|pages=128|url-status=live}}</ref> Para pemikir pragmatik memberikan sumbangsih berupa teori mengenai perkembangan pembelajaran bahasa pada anak. Dalam teori ini, anak belajar untuk menguasai bahasa dengan tujuan untuk [[sosialisasi]] dan mempengaruhi [[perilaku]] orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Dalam teori pragmatik, anak belajar bentuk dan arti bahasa karena adanya [[motivasi]] berupa kebermanfaatan dari [[fungsi bahasa]]. Michael Halliday membuat analisis terhadap cara anak dalam mengembangkan bahasa awal melalui interaksi dengan orang lain. Ia kemudian membaginya menjadi beberapa jenis, yaitu bahasa instrumental, bahasa dogmatis, bahasa interaksi, bahasa personal, bahasa heuristik, bahasa imajinatif dan bahasa informasi. Para penganut teori pragmatik lainnya juga mempelajari tentang konteks kalimat dan kecenderungan pembicara dalam berbagai kegiatan berbahasa. Kekurangan dari teori pragmatik adalah tidak mampu menjelaskan tentang cara anak belajar tentang sintaksis.<ref>{{Cite book|last=Robingatin dan Ulfah, Z.|date=2019|url=http://repository.iain-samarinda.ac.id/bitstream/handle/123456789/728/Pengembangan%20Bahasa%20Anak%20Usia%20Dini.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini|location=Sleman|publisher=Ar-Ruzz Media|isbn=978-602-313-482-3|editor-last=Saleh|editor-first=Khairul|pages=37|url-status=live|access-date=2021-12-13|archive-date=2021-12-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20211213021722/http://repository.iain-samarinda.ac.id/bitstream/handle/123456789/728/Pengembangan%20Bahasa%20Anak%20Usia%20Dini.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=yes}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 44: Baris 70:


* [[Semantik]]
* [[Semantik]]

[[Kategori:Pragmatika| ]]
[[Kategori:Pragmatika| ]]
[[Kategori:Linguistik]]
[[Kategori:Linguistik]]


{{sastra-stub}}

Revisi terkini sejak 1 Januari 2024 06.32

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.[1] Dalam linguistik, pragmatik merupakan salah satu bagian dari semiotika.[2] Prinsip-prinsip di dalam pragmatik meliputi sintesis antara studi, maksud dan tuturan.[3] Sementara aspek yang dilibatkan dalam pragmatik ialah unsur bahasa, penutur bahasa dan penaksir bahasa.[4] Pragmatik mengkaji makna kontekstual atau makna situasional berdasarkan latar tempat, latar waktu, partisipan, tujuan topik dan media komunikasi.[5] Acuan dalam analisis makna pada komunikasi lisan di dalam pragmatik menggunakan teori tindak tutur.[6] Teori pragmatik digunakan salah satunya sebagai cara untuk menilai tujuan tertentu di dalam karya sastra berisi nilai atau ajaran yang ditujukan kepada pembaca.[7] Selain itu, pragmatik juga mengkaji tentang wacana.[8]

Pandangan awal mengenai pragmatik dikembangkan oleh Charles W. Morris pada tahun 1938. Landasan pengembangan pragmatik yang digunakan oleh Morris adalah semiotika. Ilmu semiotika dibagi oleh Morris menjadi semantik, sintaksis dan pragmatik. Ilmu pragmatik kemudian berkembang di Eropa selama periode 1940-an. Pada tahun 1960, Michael Halliday mengembangan sebuah teori sosial yang menjadikan bahasa sebagai sebuah fenomena sosial. Selanjutnya, di Amerika Serikat pada tahun 1962 berkembang paham pragmatik yang berasal dari pemikiran filsafat J. L. Austin. Karya Austin yang mempengaruhi ilmu pragmatik di Amerika Serikat ialah sebuah buku berjudul How to Do Things with Words (1962). Pemikiran utama dari Austin ialah mengenai tuturan performatif dan konstatif serta gagasan tentang lokusi, ilokusi, perlokusi dan daya ilokusi dari tuturan. Ilmu pragmatik di Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh murid Austin yang bernama John Searle. Ia mengembangkan pemikiran-pemikiran Austin dan menerbitkan karya-karyanya mengenai pragmatik pada tahun 1969 dan 1975. Konsep penting yang dikembangkan oleh Searle adalah tentang tindak tutur. Selain Austin dan Searle terdapat beberapa pemikir lainnya yaitu Paul Grice, John Rankine Goody, Stephen C. Levinson dan Mey.[9]

Pemaknaan

[sunting | sunting sumber]

Istilah pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh Charles W. Morris melalui pembagian semiotika.[10] Pragmatik memiliki dua makna dalam arti yang luas maupun sempit. Secara luas, pragmatik diartikan sebagai salah satu bagian dari semiotika. Pemaknaan ini diberikan oleh Morris. Pragmatik dalam arti luas ini digunakan dalam berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan bahasa, antara lain psikpatologi komunikasi dan evolusi sistem simbol. Sementara dalam arti sempit, pragmatik merupakan suatu kondisi penelitian yang memiliki rujukan nyata tehadap pengguna bahasa atau pembicara. Pemaknaan kedua ini diberikan oleh Rudolf Carnap.[11]

Sumber kajian

[sunting | sunting sumber]

Filsafat bahasa biasa

[sunting | sunting sumber]

Filsafat bahasa biasa muncul sebagai pertentangan atas pandangan bahwa bahasa dibentuk melalui atomisme logis dan positivisme logis yang menggunakan logika yang rumit. Tokoh pemikirnya yang paling awal adalah Ludwig Wittgenstein. Kemunculan filsafat bahasa biasa mempengaruhi pemikiran-pemikiran filsafat di Eropa. Kajian atas filsafat bahasa biasa ini kemudian mengutamakan aspek pragmatik dari suatu bahasa. Filsafat bahasa biasa kemudian mengkaji ulang tentang makna kehidupan manusia melalui bahasa.[12]

Sosiolinguistik

[sunting | sunting sumber]

Sosiolinguistik mengkaji tentang variasi bahasa dan penggunaan bahasa di lingkungan sosial dari suatu masyarakat. Konteks sosilinguistik berkaitan dengan pragmatik, karena sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur di luar bahasa. Hubungan antara sosioloinguistik dengan pragmatik ada dua. Pertama, pragmatik mempelajari aspek konteks yang menentukan makna dari suatu tuturan. Kedua, pragmatik mempelajari persyaratan yang mengakibatkan adanya kesesuaian antara pemakaian bahasa dalam komunikasi. Konteks diperlukan dalam pragmatik untuk bahasa-bahasa tertentu. Konteks ini berkaitan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang meliputi status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.[13] Kajian pragmatik di dalam sosiolinguistik berkaitan dengan kompetensi sosial dan budaya dari penggunaan bahasa. Sosiolingusitik mengarahkan penerapan pragmatik dalam pembelajaran bahasa yang sifat tuturannya lebih baik dan merupakan bahasa yang berterima.[14]

Prinsip kesantunan berbahasa

[sunting | sunting sumber]

Prinsip kesantunan berbahasa digunakan dengan asumsi pragmatik untuk melakukan penolakan menggunakan suatu bahasa. Kesantunan berbahasa diketahui selama penuturan dilakukan oleh penutur. Penolakan ini merupakan reaksi dari penuturan lawan tutur. Jenis penuturannya berisi ungkapan yang tidak menerima dan tidak menyetujui ajakan, tawaran, atau permintaan dari lawan tutur. Penolakan memenuhi fungsi memerintah dalam komunikasi verbal dengan sifat reaksi yang negatif.[15]

Tindak tutur

[sunting | sunting sumber]

Istilah dan teori mengenai tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh J. L. Austin pada tahun tahun 1955 di Universitas Harvard, Inggris. Gagasan tertulis Austin terhadap teori tindak tutur baru diterbitkan pada tahun 1962 dalam sebuah buku berjudul How to Do Things with Words. Dalam karya tulisnya ini, Austin berpendapat bahwa tindakan terjadi selama individu mengatakan tentang sesuatu. Contoh yang diberikan untuk pendapatnya ini adalah ucapan janji yang melibatkan tindakan perjanjian, serta ucapan maaf yang melibatkan tindakan meminta maaf. Austin mengemukakan bahwa setiap ujaran tidak hanya merupakan tindakan untuk mengatakan sesuatu, tetapi juga bagian dari melakukan tindakan. Pandangan Austin mengenai tindak tutur mempengaruhi kajian linguistik.[16]

Tindak tutur yang dikembangkan oleh Austin terbagi menjadi lokusi, ilokusi dan perlokusi.[17] Lokusi merupakan tindak menuturkan sesuatu, sementara ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Sedangkan perlokusi merupakan maksud tuturan yang memberikan suatu pengaruh atau akibat kepada pendengar.[18]

Praanggapan

[sunting | sunting sumber]

Praanggapan diartikan secara sederhana sebagai tindakan menduga sebelumnya. Dalam arti lain, praanggapan adalah dugaan mengenai lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Penduganya adalah pembicara atau penulis. Tindakan praanggapan muncul sebelum mengujarkan sesuatu. Levinson mengembangkan konsep mengenai praanggapan menjadi semacam anggapan atau pengetahuan terhadap latar belakang yang memberikan makna kepada suatu tindakan, teori, atau ungkapan. Suatu tuturan menjadi benar atau salah dapat ditentukan dengan adanya praanggapan.[19]

Implikatur

[sunting | sunting sumber]

Istilah implikatur pertama kali diperkenalkan oleh Paul Grice pada tahun 1975. Impilkatur berarti maksud dari penutur yang tidak ada di dalam tuturan karena disampaikan secara berbeda dalam tuturannya. Pembicara umumnya telah mengetahui implikatur dalam komunikasi verbal.[20]

Tokoh pemikir

[sunting | sunting sumber]

Charles W. Morris

[sunting | sunting sumber]

Charle W. Morris merupakan tokoh pemikir yang memperkenalkan istilah pragmatik untuk mewakili kegiatan pengkajian seluk-beluk penggunaan bahasa di bidang linguistik. Morris merupakan penganut behaviorisme dari Amerika Serikat. Ia mengembangkan pemikirannya dengan sumber inspirasi dan John Locke dan Charles Sanders Peirce. Kedua tokoh ini merupakan penganut pragmatisme yang kemudian mengembangkan semiotika. Morris mengembangkan semiotika dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Menurutnya, pragmatik merupakan studi tentang hubungan tanda-tanda yang melibatkan tafsiran.[21]

George Yule

[sunting | sunting sumber]

George Yule memandang pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari mengenai makna dari komunikasi antara pembicara dan penerjemahannya oleh pendengar atau pembaca. Pragmatik dalam pandangan Yule mengutamakan makna dari pembicara ke pendengar dibandingkan makna dari kosakata yang dituturkan. Dalam pemikiran Yule, tafsiran perlu dimasukkan ke dalam pragmatik. Setiap konteks yang dibicarakan oleh pembicara perlu diketahui maknanya. Faktor yang dipertimbangkan ialah lawan bicara, lokasi dan waktu pelaksanaan pembicaraaan serta situasi pembicaraan.[22]

Penerapan

[sunting | sunting sumber]

Analisis humor

[sunting | sunting sumber]

Analisis makna terhadap suatu humor dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu ilmu pragmatik yaitu bahasa samar. Makna dari suatu humor diketahui melalui pengungkapan makna atau ekspresi yang tidak dinyatakan secara jelas. Penggunaan bahasa samar dalam analisis makna di dalam humor disebabkan oleh sifat humor yang menyesuaikan dengan budaya dari penutur dan pendengar tuturannya. Persepsi budaya juga berlaku bagi humor yang disampaikan melalui tulisan oleh penulis untuk pembacanya. Pemahaman terhadap budaya dari penutur diperlukan untuk memahami kelucuan dari tuturannya.[23]

Analisis wacana

[sunting | sunting sumber]

Analisis wacana merupakan analisis atas bahasa yang digunakan oleh penutur. Dalam kajian komunikasi, analisis wacana tidak dapat dibatasi pada deskripsi terhadap bentuk bahasa yang tidak memiliki kaitan dengan tujuan atau fungsi komunikasi dalam kehidupan manusia. Sebaliknya, analisis wacana dikembangkan dengan model inferensial agar pemahaman makna mencakup aspek kode dan juga premis-premis dalam komunikasi. Kajian wacana ini kemudian menggunakan konteks.[24] Pemakaian konteks dalam analisis wacana merupakan bagian dari pendekatan pragmatik.[25] Komponen pragmatik merupakan bagian yang menentukan fungsi kalimat dalam konteks komunikasi secara lisan maupun tulisan dari pembicara atau suatu informasi.[26]

Kajian sastra

[sunting | sunting sumber]

Pragmatik merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kajian sastra. Fokus utamanya berkaitan dengan peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca adalah menentukan kelayakan suatu karya sastra untuk disebut sebagai karya sastra. Kelayakan karya sastra di dalam pendekatan pragmatik berkaitan dengan kemampuan karya sastra dalam menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan yang ingin disampaikan dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama atau tujuan yang lainnya. Keberhasilan suatu karya sastra dinilai berdasarkan keberhasilan penyampaian tujuan kepada pembaca. Pendekatan pragmatik lebih mengutamakan fungsi dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Bentuk pengajarannya berupa moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Suatu karya sastra dianggap berkualitas jika nilai pendidikan di dalamnya semakin banyak pula.[27] Penilaian karya sastra dalam pendekatan pragmatik dapat dilakukan oleh pembaca tanpa memperhatikan waktu penulisan karya sastra. Karya sastra dinilai dari pembaca pada zamannya maupun pembaca pada zaman setelahnya. Pendekatan pragmatik terhadap karya sastra dikenal dengan resepsi sastra.[28]

Penerjemahan

[sunting | sunting sumber]

Penerjemahan merupakan proses interaktif yang melibatkan unsur semiotika, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Ketiga unsur ini digunakan dalam analisis maupun sintesis. Kemungkinan yang dapat timbul selama ketiga proses tersebut berlangsung ialah cepatnya proses penyelesaian dan adanya perpaduan antara analisis dan sintesis menggunakan pendekatan simultan terhadap klausa. Simultan ini dapat berbentuk pengenalan pola maupun prosedur inferensi yang sebelumnya telah dilandasi oleh pengalaman dan harapan.[29]

Peran dari analisis pragmatik adalah untuk memperoleh pemahaman terhadap bahasa sumber yang meliputi tujuan teks, struktur tematik dan gaya teks.[30] Dalam penerjemahan bahasa sumber, pragmatik mengutamakan aspek ketepatan informasi. Sementara aspek kebahasaan kurang dipertimbangkan. Penerjemahan pragmatik antara lain pada dokumen-dokumen teknik yang digunakan sebagai instruksi manual. Salah satu penerapan praktisnya adalah pada dokumen untuk perakitan mesin oleh mekanik.[31]

Pemerolehan bahasa kedua

[sunting | sunting sumber]

Penerapan pragmatik dalam pemerolehan bahasa kedua terjadi secara alami. Situasi yang menimbulkannya adalah interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui komunikasi. Pemakaian bahasa kedua pada komunikasi harian akan meningkatkan motivasi dari pembelajar bahasa tersebut. Pembelajar bahasa kedua menggunakan strategi pragmatik secara alami. Strategi ini dilakukan dengan menyesuaikan pengetahuannya terhadap suatu bahasa dan menghindari topik-topik yang tidak dikuasai. Pada proses ini, pembelajar bahasa kedua memusatkan perhatian terhadap inti komunikasinya sehingga sesuai dengan tujuan, situasi dan tugas dari individu yang berkomunikasi.[32]

Sumbangsih pemikiran

[sunting | sunting sumber]

Pembelajaran bahasa

[sunting | sunting sumber]

Pragmatik merupakan kajian utama dalam linguistik pada manusia yang masih dalam usia sekolah. Ilmunya digunakan secara praktis pada bentuk komunikasi yaitu bertutur dan bercakap.[33] Para pemikir pragmatik memberikan sumbangsih berupa teori mengenai perkembangan pembelajaran bahasa pada anak. Dalam teori ini, anak belajar untuk menguasai bahasa dengan tujuan untuk sosialisasi dan mempengaruhi perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Dalam teori pragmatik, anak belajar bentuk dan arti bahasa karena adanya motivasi berupa kebermanfaatan dari fungsi bahasa. Michael Halliday membuat analisis terhadap cara anak dalam mengembangkan bahasa awal melalui interaksi dengan orang lain. Ia kemudian membaginya menjadi beberapa jenis, yaitu bahasa instrumental, bahasa dogmatis, bahasa interaksi, bahasa personal, bahasa heuristik, bahasa imajinatif dan bahasa informasi. Para penganut teori pragmatik lainnya juga mempelajari tentang konteks kalimat dan kecenderungan pembicara dalam berbagai kegiatan berbahasa. Kekurangan dari teori pragmatik adalah tidak mampu menjelaskan tentang cara anak belajar tentang sintaksis.[34]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Azzuhri, M., Farmawati, C., dan Amalia, Z. P. (2017). Syaefudin, Machfud, ed. Hadits-Hadits Problematik: Analisis Linguistik Pragmatik. Pekalongan: IAIN Pekalongan Press. hlm. 1. ISBN 978-602-6203-04-5. 
  2. ^ Alek (2018). Linguistik Umum (PDF). Jakarta: Erlangga. hlm. 93. 
  3. ^ Suhartono (2020). Fidiyanti, Murni, ed. Pragmatik Konteks Indonesia (PDF). Gresik: Graniti. hlm. 10. ISBN 978-602-5811-65-4. 
  4. ^ Zainal, Anna Gustina (2020). Ikhwan, Khaerul, ed. Buku Ajar Retorika (PDF). Serang: CV. AA. Rizky. hlm. 3. ISBN 978-623-7726-81-4. 
  5. ^ Setiadi, Syamsi (2017). Penerjemahan Arab- Indonesia (PDF). Jakarta: Maninjau Press. hlm. 30. ISBN 978-602-390-067-1. 
  6. ^ Nahdi, K., dkk. (2020). Lutfi, S., dan Amrulloh, R., ed. Bahasa Berujud Sastra, Sastra Berisi Makna: Kebajikan dalam Wasiat Hamzanwadi (PDF). Lombok Timur: Universitas Hamzanwadi Press. hlm. 156. ISBN 978-602-53294-5-6. 
  7. ^ Kartikasari HS., A., dan Suprapto, E. (2018). Kajian Kesusastraan: Sebuah Pengantar (PDF). Magetan: CV. Ae Media Grafika. hlm. 5. ISBN 978-602-6637-26-0. 
  8. ^ Rohana dan Syamsuddin (2015). Analisis Wacana (PDF). Makassar: CV. Samudra Alif-Mim. hlm. 1. ISBN 978-602-73810-1-8. 
  9. ^ Arfianti, Ika (2020). Pragmatik: Teori dan Analisis. Semarang: CV. Pilar Nusantara. hlm. 1. ISBN 978-623-7590-82-8. 
  10. ^ Yuliantoro, Agus (2020). Herawati, Nanik, ed. Analisis Pragmatik (PDF). Klaten: Unwidha Press. hlm. 1. ISBN 978-602-60734-3-3. 
  11. ^ Suryanti (2020). Sugiastuti, Sri, ed. Pragmatik. Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 1–2. ISBN 978-623-93154-6-7. 
  12. ^ Syafei, An Fauzia Rozani (2020). Zainul, Rahadian, ed. Dasar-Dasar Filsafat (PDF). Padang: Penerbit CV. Berkah Prima. hlm. 110. ISBN 978-602-5994-52-4. 
  13. ^ Syafyahya, Leni (2015). Kuasa Masyarakat Atas Bahasa. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Andalas. hlm. 43. ISBN 978-602-5539-20-6. 
  14. ^ Lukitasari, M., dkk. (2019). Sholikhah, O. H,m dan Prasasti, P. A. T., ed. Best Practice: Revitalisasi LPTK Melalui Penugasan Dosen di Sekolah (PDF). Magetan: CV. Ae Media Grafika. hlm. 33–34. ISBN 978-602-6637-57-4. 
  15. ^ Pradnyani, Ni Nyoman Ayu Ratih (2019). Birahayu, Dita, ed. Tanggung Jawab Hukum dalam Penolakan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (PDF). Surabaya: Scopindo Media Pustaka. hlm. 15–16. ISBN 978-623-7729-89-1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-13. Diakses tanggal 2021-12-13. 
  16. ^ Prayitno, Harun Joko (2017). Assidik, Gallant Karunia, ed. Studi Sosiopragmatik (PDF). Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 48. ISBN 978-602-361-101-0. 
  17. ^ Rahardi, Kunjana (2020). Pragmatik: Konteks Ekstralinguistik dalam Perspektif Cyberpragmatics (PDF). Yogyakarta: Penerbit Amara Books. hlm. 65. ISBN 978-623-7042-46-4. 
  18. ^ Jumadi (2010). Pamungkas, Daud, ed. Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik (PDF). Yogyakarta: Pustaka Prisma. hlm. 80. ISBN 978-979-17083-3-3. 
  19. ^ Nuramila (2020). H., Abdul Rahman, ed. Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial. Serang: Yayasan Pendidikan dan Sosial. hlm. 10. ISBN 978-623-7815-61-7. 
  20. ^ Afrilesa, Rini (2020). Implikatur dalam Meme Politik: Kajian Pragmatik (PDF). Serang: CV. AA. Rizky. hlm. 12. ISBN 978-623-6506-35-6. 
  21. ^ Marwiah (2020). Kajian Tindak Tutur: Studi Kasus pada Istri Komunitas TNI (PDF). Makassar: LPP Unismuh Makassar. hlm. 37–38. ISBN 978-623-7349-17-4. 
  22. ^ Yusri (2016). Ilmu Pragmatik dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa. Sleman: Deepublish. hlm. 3. ISBN 978-602-453-155-3. 
  23. ^ Jaufillaili (2021). Rerung, Rintho Rante, ed. Analisis Bahasa Samar dalam Humor Strip: Satu Kajian Pragmatik. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 4. ISBN 978-623-6068-55-7. 
  24. ^ Jumadi (2017). Rafiek, M., ed. Wacana, Kekuasaan, dan Pendidikan Bahasa (PDF). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 4–5. ISBN 978-602-229-824-3. 
  25. ^ Arief, Nur Fajar (2015). Analisis Wacana Eksplanatif. Malang: Worldwide Readers. hlm. 85. ISBN 978-602-71701-3-1. 
  26. ^ Ahmadi dan Ilmiani, A. M. (2020). Hamidah, ed. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Konvensional hingga Era Digital (PDF). Yogyakarta: Ruas Media. hlm. 60. ISBN 978-623-7735-13-7. 
  27. ^ Wicaksono, A., dkk. (2018). Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya (PDF). Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca. hlm. 86–87. ISBN 978-602-6581-36-5. 
  28. ^ Widayati, Sri (2020). Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi (PDF). Baubau: LPPM Universitas Muhammadiyah Buton Press. hlm. 86–87. ISBN 978-623-92920-0-3. 
  29. ^ Siregar, Roswani (2017). Strategi Penerjemahan Dokumen Kontrak (PDF). Medan: Pustaka Bangsa Press. hlm. 33. ISBN 978-602-1183-31-1. 
  30. ^ Indiarti, Wiwin (2018). Lontar Yusup Banyuwangi: Teks Pegon – Transliterasi – Terjemahan. Yogyakarta: Penerbit Elmatera. hlm. 21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-13. Diakses tanggal 2021-12-13. 
  31. ^ Hartono, Rudi (2017). Pengantar Ilmu Menerjemah: Teori dan Praktek Penerjemahan (PDF). Semarang: Cipta Prima Nusantara. hlm. 11. ISBN 978-602-6589-43-9. 
  32. ^ Indah, Rohmani Nur (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar (PDF). Malang: UIN-MALIKI Press. hlm. 26. ISBN 978-602-958-401-1. 
  33. ^ Mulyadi, S., Weliangan,, H., dan Andriani, I. (2015). Puspitawati, Ira, ed. Psikologi Perkembangan (PDF). Jakarta: Penerbit Gunadarma. hlm. 128. ISBN 978-602-9438-62-8. 
  34. ^ Robingatin dan Ulfah, Z. (2019). Saleh, Khairul, ed. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini (PDF). Sleman: Ar-Ruzz Media. hlm. 37. ISBN 978-602-313-482-3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-13. Diakses tanggal 2021-12-13. 

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]