Empedokles: Perbedaan antara revisi
k bot Menambah: ar:إيمبيدوكليس |
clean up |
||
(31 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox orang}} |
|||
[[Berkas:Empedokles.jpeg|thumb|130px|Gambar rekaan sosok Empedokles.]] |
|||
'''Empedokles''' adalah seorang filsuf dari [[mazhab pluralisme]].<ref name="Simon" |
'''Empedokles''' adalah seorang filsuf dari [[mazhab pluralisme]].<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/><ref name="Ancient"/> Tokoh lainnya dari mazhab ini adalah [[Anaxagoras]].<ref name="Simon"/><ref name="Bertens">K. Bertens. 1990. ''Sejarah Filsafat Yunani''. Yogyakarta: Kanisius.</ref> Jika [[filsuf-filsuf Miletos]] mengajarkan bahwa terdapat satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles berpendapat lain.<ref name="Simon"/> Menurut Empedokles, prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan empat.<ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius.</ref> Ia dikenal sebagai seorang dokter, penyair, ahli pidato, dan politikus.<ref name="Bertens"/> |
||
Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi.<ref name="Bertens" |
Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi.<ref name="Bertens"/> Puisi pertama berjudul "Perihal Alam" (''On Nature'') dan yang kedua berjudul "Penyucian-Penyucian" (''Purifications'').<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/> Kedua karya tersebut memiliki 5000 ayat, tetapi yang masih ada hingga kini tinggal 350 ayat dari karya pertama, dan 100 ayat dari karya kedua.<ref name="Bertens"/> Para ahli tidak sepakat mengenai mana karangan yang lebih dahulu ditulis.<ref name="Bertens"/> |
||
== Riwayat Hidup == |
== Riwayat Hidup == |
||
[[Berkas:Aetna1.jpg| |
[[Berkas:Aetna1.jpg|ka|jmpl|Gunung Etna di Sisilia]] |
||
Empedokles lahir di [[Agrigentum]], pulau [[Sisilia]], pada abad ke-5 SM (495-435 SM).<ref name="Bertens" |
Empedokles lahir di [[Agrigentum]], pulau [[Sisilia]], pada abad ke-5 SM (495-435 SM).<ref name="Bertens"/><ref name="Ted">{{en}} Ted Honderich (ed.). 1995. ''The Oxford Companion to Philosophy''. Oxford, New York: Oxford University Press.</ref><ref name="Barnes">{{en}} Jonathan Barnes. 2001. ''Early Greek Philosophy''. London: Penguin.</ref> Ia berasal dari golongan bangsawan.<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/> Empedokles dipengaruhi oleh aliran religius yang disebut [[orfisme]], dan juga kaum [[Pythagorean]].<ref name="Bertens"/> Ada sumber lain yang mengatakan ia mengikuti ajaran [[Parmenides]].<ref name="Bertens"/> Pada usia yang tidak diketahui, ia dibuang dari kota asalnya namun tidak ada informasi mengenai pembuangannya itu.<ref name="Bertens"/> Berdasarkan keterangan dari [[Aristoteles]], Empedokles meninggal pada usia 60 tahun.<ref name="Bertens"/> Menurut legenda, Empedokles meninggal dengan cara terjun ke kawah vulkano di [[gunung Etna]].<ref name="Ted"/> |
||
== Pemikiran == |
== Pemikiran == |
||
=== Tentang Empat Anasir === |
=== Tentang Empat Anasir === |
||
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat.<ref name="Simon" |
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat.<ref name="Simon"/><ref name="Ted"/><ref name="Barnes"/> Memang dia belum memakai istilah anasir (''stoikeia'') yang sebenarnya baru digunakan oleh [[Plato]], melainkan menggunakan istilah 'akar' (''rizomata'').<ref name="Bertens"/><ref name="Graham">{{en}} Daniel W. Graham. 1999. "Empedocles and Anaxagoras: Responses to Parmenides". In ''The Cambridge Companion to Early Philosophy''. A.A. Long (Ed.). London: Cambridge University Press.</ref> Empat anasir tersebut adalah [[air]], [[tanah]], [[api]], dan [[udara]].<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/><ref name="Ancient">{{en}} Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In ''The Blackwell Guide to Ancient Philosophy''. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.</ref><ref name="Ted"/><ref name="Barnes"/><ref name="Graham"/> Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.<ref name="Bertens"/> Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah.<ref name="Bertens"/> Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri.<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/> Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.<ref name="Simon"/><ref name="Bertens"/> |
||
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama.<ref name="Bertens" |
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama.<ref name="Bertens"/> Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air.<ref name="Bertens"/> Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya.<ref name="Bertens"/> Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api.<ref name="Graham"/> Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir tersebut diubah.<ref name="Graham"/> |
||
=== Tentang Cinta dan Benci === |
=== Tentang Cinta dan Benci === |
||
Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain.<ref name="Bertens" |
Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain.<ref name="Bertens"/> Kedua prinsip tersebut adalah cinta (''philotes'') dan benci (''neikos'').<ref name="Bertens"/><ref name="Ted"/><ref name="Barnes"/> Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci berfungsi menceraikannya.<ref name="Bertens"/><ref name="Graham"/> Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda lain.<ref name="Bertens"/> Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman.<ref name="Bertens"/> Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya.<ref name="Bertens"/><ref name="Barnes"/><ref name="Graham"/> Zaman-zaman tersebut adalah: |
||
# Zaman pertama. |
|||
* 1. Zaman pertama. Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.<ref name="Bertens"></ref> |
|||
#: Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.<ref name="Bertens"/> |
|||
# Zaman kedua. |
|||
#: Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam semesta sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh benci.<ref name="Bertens"/> Benda-benda memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya makhluk-makhluk hidup dapat mati.<ref name="Bertens"/> Menurut Empedokles, manusia hidup pada zaman ini.<ref name="Bertens"/> |
|||
# Zaman ketiga. |
|||
#: Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya.<ref name="Bertens"/> Keempat anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan kosentris: tanah di dalam pusat dan api pada permukaan.<ref name="Bertens"/> Cinta kini berada di ujung.<ref name="Bertens"/> |
|||
⚫ | |||
# Zaman keempat. |
|||
⚫ | |||
=== Tentang |
=== Tentang pengenalan === |
||
Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan mengenal yang sama".<ref name="Bertens" |
Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan mengenal yang sama".<ref name="Bertens"/> Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di dalam diri kita mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan seterusnya.<ref name="Bertens"/> Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal utama dari tubuh manusia, sebab darah dianggap sebagai campuran paling sempurna dari keempat anasir, terutama darah paling murni yang mengelilingi jantung.<ref name="Bertens"/><ref name="Graham"/> Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran selanjutnya.<ref name="Bertens"/> |
||
=== Tentang Penyucian === |
=== Tentang Penyucian === |
||
Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya.<ref name="Bertens" |
Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya.<ref name="Bertens"/><ref name="Graham"/> Di dalam karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri sebagai ''daimon'' (semacam dewa) yang jatuh karena berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim.<ref name="Bertens"/> Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada burung-burung, dan juga manusia.<ref name="Bertens"/> Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain dengan berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh status ''daimon'' kembali.<ref name="Bertens"/> Pandangan tentang perpindahan jiwa ini tampaknya diadopsi dari [[mazhab Pythagorean]].<ref name="Graham"/> |
||
== Pengaruh Empedokles == |
== Pengaruh Empedokles == |
||
Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh [[Plato]], Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya.<ref name="Bertens" |
Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh [[Plato]], Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya.<ref name="Bertens"/> Karena kosmologi Aristoteles diterima umum sepanjang seluruh [[Abad Pertengahan]], maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan dunia sampai awal [[zaman modern]].<ref name="Bertens"/> Setelah itu pada abad ke-17, [[Robert Boyle]] membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia modern.<ref name="Bertens"/> |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 41: | Baris 45: | ||
{{Filsuf pra-Sokrates}} |
{{Filsuf pra-Sokrates}} |
||
{{Authority control}} |
|||
[[Kategori:Filsafat Barat]] |
[[Kategori:Filsafat Barat]] |
||
[[Kategori:Filsafat]] |
[[Kategori:Filsafat]] |
||
{{Link FA|hu}} |
|||
[[ar:إيمبيدوكليس]] |
|||
[[bg:Емпедокъл]] |
|||
[[bn:এম্পেদোক্লেস]] |
|||
[[bs:Empedoklo]] |
|||
[[ca:Empèdocles]] |
|||
[[cs:Empedoklés]] |
|||
[[da:Empedokles]] |
|||
[[de:Empedokles]] |
|||
[[el:Εμπεδοκλής]] |
|||
[[en:Empedocles]] |
|||
[[eo:Empedoklo]] |
|||
[[es:Empédocles]] |
|||
[[et:Empedokles]] |
|||
[[eu:Enpedokles]] |
|||
[[fi:Empedokles]] |
|||
[[fr:Empédocle]] |
|||
[[gl:Empédocles]] |
|||
[[he:אמפדוקלס]] |
|||
[[hi:एंपेडोक्लीज़]] |
|||
[[hr:Empedoklo]] |
|||
[[hu:Empedoklész]] |
|||
[[is:Empedókles]] |
|||
[[it:Empedocle]] |
|||
[[ja:エンペドクレス]] |
|||
[[ko:엠페도클레스]] |
|||
[[la:Empedocles]] |
|||
[[lt:Empedoklis]] |
|||
[[nl:Empedocles]] |
|||
[[nn:Empedokles]] |
|||
[[no:Empedokles]] |
|||
[[pl:Empedokles]] |
|||
[[pms:Empédocle]] |
|||
[[pt:Empédocles]] |
|||
[[ro:Empedocle]] |
|||
[[ru:Эмпедокл Акрагантский]] |
|||
[[scn:Empedocli]] |
|||
[[sh:Empedokle]] |
|||
[[simple:Empedocles]] |
|||
[[sk:Empedokles]] |
|||
[[sl:Empedoklej]] |
|||
[[sr:Емпедокле]] |
|||
[[sv:Empedokles]] |
|||
[[tr:Empedokles]] |
|||
[[tt:Эмпедокл]] |
|||
[[uk:Емпедокл]] |
|||
[[ur:امپی دوکلیز]] |
|||
[[zh:恩培多克勒]] |
Revisi terkini sejak 7 Januari 2024 06.21
Nama dalam bahasa asli | (grc) Ἐμπεδοκλῆς |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | k. 494 SM Acragas (en) |
Kematian | k. 434 SM (59/60 tahun) Etna, presumably (en) |
Penyebab kematian | Jatuh |
Kegiatan | |
Spesialisasi | Filsafat dan kedokteran |
Pekerjaan | dokter, penyair, penulis, filsuf, politikus |
Periode aktif | 477 SM – 432 SM |
Aliran | Pluralist school (en) dan Filsafat pra-Sokrates |
Murid dari | Anaxagoras, Parmenides, Herakleitos dan Pythagoras |
Murid | Gorgias |
Dipengaruhi oleh | |
Karya kreatif | |
Karya terkenal
| |
Keluarga | |
Ayah | Exainetos of Akragas (en) |
Kerabat | Empedokles of Akragas (en) (kakek dari pihak ayah) |
Empedokles adalah seorang filsuf dari mazhab pluralisme.[1][2][3] Tokoh lainnya dari mazhab ini adalah Anaxagoras.[1][2] Jika filsuf-filsuf Miletos mengajarkan bahwa terdapat satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles berpendapat lain.[1] Menurut Empedokles, prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan empat.[1] Ia dikenal sebagai seorang dokter, penyair, ahli pidato, dan politikus.[2]
Empedokles menulis dua karya dalam bentuk puisi.[2] Puisi pertama berjudul "Perihal Alam" (On Nature) dan yang kedua berjudul "Penyucian-Penyucian" (Purifications).[2][4] Kedua karya tersebut memiliki 5000 ayat, tetapi yang masih ada hingga kini tinggal 350 ayat dari karya pertama, dan 100 ayat dari karya kedua.[2] Para ahli tidak sepakat mengenai mana karangan yang lebih dahulu ditulis.[2]
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Empedokles lahir di Agrigentum, pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM (495-435 SM).[2][4][5] Ia berasal dari golongan bangsawan.[2][5] Empedokles dipengaruhi oleh aliran religius yang disebut orfisme, dan juga kaum Pythagorean.[2] Ada sumber lain yang mengatakan ia mengikuti ajaran Parmenides.[2] Pada usia yang tidak diketahui, ia dibuang dari kota asalnya namun tidak ada informasi mengenai pembuangannya itu.[2] Berdasarkan keterangan dari Aristoteles, Empedokles meninggal pada usia 60 tahun.[2] Menurut legenda, Empedokles meninggal dengan cara terjun ke kawah vulkano di gunung Etna.[4]
Pemikiran
[sunting | sunting sumber]Tentang Empat Anasir
[sunting | sunting sumber]Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat.[1][4][5] Memang dia belum memakai istilah anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan menggunakan istilah 'akar' (rizomata).[2][6] Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api, dan udara.[1][2][3][4][5][6] Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.[2] Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah.[2] Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri.[1][2] Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.[1][2]
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama.[2] Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air.[2] Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya.[2] Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air, dan empat bagian api.[6] Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir tersebut diubah.[6]
Tentang Cinta dan Benci
[sunting | sunting sumber]Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu berlawanan satu sama lain.[2] Kedua prinsip tersebut adalah cinta (philotes) dan benci (neikos).[2][4][5] Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci berfungsi menceraikannya.[2][6] Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda lain.[2] Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman.[2] Zaman-zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya.[2][5][6] Zaman-zaman tersebut adalah:
- Zaman pertama.
- Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.[2]
- Zaman kedua.
- Zaman ketiga.
- Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya.[2] Keempat anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan kosentris: tanah di dalam pusat dan api pada permukaan.[2] Cinta kini berada di ujung.[2]
- Zaman keempat.
Tentang pengenalan
[sunting | sunting sumber]Empedokles menerangkan pengenalan berdasarkan prinsip bahwa "yang sama akan mengenal yang sama".[2] Hal tersebut berarti bahwa unsur tanah di dalam diri kita mengenal tanah, sama seperti unsur air di dalam diri mengenal air, dan seterusnya.[2] Karena alasan ini, Empedokles berpendapat bahwa darah merupakan hal utama dari tubuh manusia, sebab darah dianggap sebagai campuran paling sempurna dari keempat anasir, terutama darah paling murni yang mengelilingi jantung.[2][6] Pemikiran Empedokles ini memberi pengaruh di dalam bidang biologi dan ilmu kedokteran selanjutnya.[2]
Tentang Penyucian
[sunting | sunting sumber]Karya "Penyucian" berbicara tentang perpindahan jiwa dan cara agar orang dapat luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya.[2][6] Di dalam karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon (semacam dewa) yang jatuh karena berdosa dan dihukum untuk menjalani sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim.[2] Jiwa-jiwa itu berpindah dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada burung-burung, dan juga manusia.[2] Jikalau jiwa sudah disucikan, antara lain dengan berpantang makan daging hewan, maka ia dapat memperoleh status daimon kembali.[2] Pandangan tentang perpindahan jiwa ini tampaknya diadopsi dari mazhab Pythagorean.[6]
Pengaruh Empedokles
[sunting | sunting sumber]Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya.[2] Karena kosmologi Aristoteles diterima umum sepanjang seluruh Abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan dunia sampai awal zaman modern.[2] Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle membantah teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia modern.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
- ^ a b (Inggris) Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.
- ^ a b c d e f (Inggris) Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press.
- ^ a b c d e f (Inggris) Jonathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London: Penguin.
- ^ a b c d e f g h i (Inggris) Daniel W. Graham. 1999. "Empedocles and Anaxagoras: Responses to Parmenides". In The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A. Long (Ed.). London: Cambridge University Press.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Empedokles di Ensiklopedia Filsafat Online