Lompat ke isi

Rio Martil: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Jungan Pratama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(29 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox murderer|name=Rio Martil|image=Rio Martil.jpg|birth_name=Antonius Rio Alex Bulo|death_date={{Death date and age|2008|8|8|1975|5|2}}<ref>{{cite web|url=https://koran.tempo.co/read/nasional/139176/rio-martil-dieksekusi|title=Rio "Martil" Dieksekusi}}</ref>|birth_date={{Birth date|1975|5|2}}<ref>{{cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/129512/terpidana-rio-dieksekusi-minggu|title=Terpidana Rio Dieksekusi Minggu|access-date=1 Agustus 2008}}</ref>|religion=|penalty=[[Hukuman mati]]|death_place=[[Karangtengah, Cilongok, Banyumas]], [[Indonesia]]|country=[[Indonesia]]|victims=5 orang|weapons=Martil|birth_place=[[Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|DI Yogyakarta]], [[Indonesia]]|date=Sejak 1997 hingga {{Start date|2001|1|12|}}}}
'''Antonius Rio Alex Bulo''' atau lebih dikenal dengan nama '''Rio Martil''' ([[Sleman, Sleman|Sleman]], [[2 Mei]] [[1978]] - [[Karangtengah, Cilongok, Banyumas|Karangtengah]], [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], [[8 Agustus]] [[2008]]) adalah pembunuh 4 orang yang diketahui sebagai pemilik rental mobil yang kemudian mobilnya dicuri oleh Rio. Nama Rio Martil muncul dikarenakan ia membunuh dengan menggunakan martil. Ia divonis mati Pengadilan Negeri [[Purwokerto]] pada [[14 Mei]] [[2001]] yang kemudian dijebloskan ke penjara Nusakambangan. Pada [[Mei]] [[2005]], ia kemudian membunuh koruptor Iwan Zulkarnaen, sementara ia menunggu vonis mati terhadap dirinya.


'''Antonius Rio Alex Bulo''' atau lebih dikenal dengan nama '''Rio Martil''' ({{lahirmati|[[Sleman, Sleman|Sleman]]|2|5|1975|[[Karangtengah, Cilongok, Banyumas|Karangtengah]], [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]]|8|8|2008}}) adalah [[pembunuh berantai]] yang menghabisi korbannya menggunakan senjata berupa [[Palu (alat)|martil]].<ref name=":1">{{Cite book|date=2010|url=https://www.worldcat.org/oclc/740828498|title=Senjatanya dua martil : kasus Rio Martil|location=Jakarta|publisher=Intisari|isbn=979-3590-99-8|others=Lily Wibisono|oclc=740828498}}</ref> Ia divonis hukuman mati oleh [[Pengadilan negeri|PN]] [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]] pada14 Mei 2001.
Sedari kecil, Rio dikenal sebagai anak nakal. Polahnya membuat orangtuanya tidak mampu menanganinya lagi. Padahal kala itu Rio masih 8 tahun. Orangtuanya pun mengungsikan Rio kecil dari Sleman (Yogyakarta) ke Jakarta, ikut kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.


== Biografi ==
Di Jakarta, kenakalan Rio menjadi-jadi ketika ayahnya tak lagi mengakuinya sebagai anak. Penyebanya, Rio tak mau pindah agama yang dipeluk sang ayah. Kasih sayang keluarga yang diimpikan Rio pun semakin tercerabut.
Tidak banyak hal yang diketahui perihal masa kecil Rio. Namun, sejumlah sumber menyebut sedari bocah ia memang dikenal nakal. Tingkahnya membuat sang orang tua memindahkan Rio dari [[Sleman, Sleman|Sleman]] ke [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] untuk diasuh kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.


Rio lalu berteman dengan preman Senen, sering bolos sekolah, mabuk-mabukan, hingga mengganja. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.
Namun di Jakarta, Rio malah semakin tak terkendali. Terlebih setelah ayahnya tidak lagi mau mengakuinya sebagai anak karena Rio menolak pindah agama mengikuti sang ayah. Rio kemudian banyak bergaul dengan preman [[Senen, Jakarta Pusat|Senen]]. Dari sini ia mulai kerap bolos sekolah, kemudian mengenal [[alkohol]] dan [[ganja]]. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.


Rio menghidupi dirinya dengan menjual surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia beralih profesi sebagai pencuri mobil. Dalam tiga hari, dia bisa menggasak tiga mobil. Hidupnya makmur. Pada istrinya, dia mengaku berjualan pakaian.
Beranjak dewasa, Rio menghidupi diri dengan berjualan surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia ganti profesi jadi pencuri mobil. Dengan bisa menggasak 3 mobil dalam 3 hari, hidupnya makmur. Kepada istrinya, Rio mengaku jadi pedagang pakaian di Jakarta.


Rio sempat dipenjara karena melarikan mobil orang yang juga penadah barang curiannya. Meski begitu, ia tidak kapok mencuri. Keluar dari penjara, ia menekuni kembali profesi lamanya karena kadung menerima persekot dari penadah. Bedanya, ia tidak lagi beroperasi di Jakarta karena namanya sudah dikenal sebagai penjahat kambuhan. Rio juga mengganti [[modus operandi]]. Ia membekali diri dengan [[Palu (alat)|martil]] untuk menghabisi korbannya jika diperlukan. Mulanya 1 buah martil saja, kemudian jadi 2 buah untuk mempersigap aksinya. Sasaran utama kejahatan Rio adalah pengusaha [[Penyewaan mobil|rental mobil]].
Pria berdarah Sulawesi ini kesandung masuk bui setelah penadahnya melaporkan dia ke polisi karena melarikan mobil 'bos'-nya itu. Ketika bebas, Rio terpaksa menekuni profesinya sebagai pencuri mobil lagi karena sudah kadung menerima persekot mencuri mobil.


Antara 1997 hingga 2001, Rio diketahui membunuh setidaknya 4 orang. Tiga korban tewas digetok martil dalam 2 peristiwa berlainan di [[Kota Bandung|Bandung]] dan [[Kota Semarang|Semarang]]. Seorang korban di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] bagaimanapun dapat menyelamatkan diri. Takut perbuatannya terbongkar, Rio lalu beralih ke [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]].
Tapi karena di Jakarta dia sudah terkenal sebagai penjahat kambuhan, akhirnya Rio pindah operasi. Selain pindah tempat, dia juga ganti modus. Dia membekali diri dengan martil dan tak segan-segan membunuh. Sasarannya kini adalah pengusaha penyewaan mobil.


Pada hari [[Jumat]] tanggal [[12 Januari]] 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di kamar nomor 135 hotel Rosenda, [[Baturraden, Banyumas|Baturraden]], Purwokerto. Ia mengincar mobil [[Timor (mobil)|Timor]] milik pengusaha rental sekaligus [[pengacara]] ini. Namun, petugas hotel mencurigai gerak-gerik Rio. Begitu Rio keluar, kamarnya diperiksa dan ditemukan penuh bercak darah di dinding dan langit-langit. Sementara di tempat tidur, jasad Jeje ditutup dengan selimut.
Bidikan pertama Rio adalah Surabaya. Dengan martil mautnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Di Semarang, Rio melarikan Izusu Panther setelah menggetok mati dua orang dengan martil kesayangannya. Di Yogya, percobaan pembunuhannya gagal.


Inilah akhir petualangan kriminal Rio. Ia yang saat itu masih berada di halaman parkir berhasil diamankan petugas hotel dan diserahkan pada polisi.<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|date=2008-08-09|title=Rio Martil tak Pernah Akui Orangtuanya|url=https://regional.kompas.com/read/2008/08/10/04514230/~Regional~Jawa|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-05-18}}</ref><ref>{{Cite book|last=Aksan|first=Hermawan|date=2008|url=https://www.worldcat.org/oclc/277180026|title=Jejak pembunuh berantai : kasus-kasus pembunuhan berantai di Indonesia dan dunia|location=Jakarta|publisher=Grafidia|isbn=978-602-8357-04-3|edition=Cet. 1|oclc=277180026}}</ref>
Rio tak putus asa. Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung.


== Proses hukum dan eksekusi ==
Dan inilah akhir petualangan pembunuh berwajah innocent ini. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.
Pada hari [[Senin]] tanggal [[14 Mei]] 2001, [[Pengadilan Negeri|PN]] Purwokerto menjatuhkan [[hukuman mati]] kepada Rio. Dalam persidangan inilah aksi kejahatan Rio terbongkar dan mulailah ia dikenali sebagai Rio Martil. Dilansir dari laporan [[Kompas (surat kabar)|Kompas]], [[Minggu]]-[[3 Juni]] 2001, Rio menyatakan menyesal dan bertekad untuk bertobat, "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan."


Selama menunggu eksekusi Rio mula-mula mendekam di LP [[Kedungpane, Mijen, Semarang|Kedungpane, Semarang]] lalu dipindah ke [[Nusakambangan]] pada [[Agustus 2004]]. Di rumah barunya inilah Rio membunuh korban ke-5, tahanan [[Korupsi|koruptor]] Iwan Zulkarnaen. Ia dan Iwan sebenarnya dilaporkan berkawan akrab, bahkan Iwan mengajari Rio mengaji. Namun pada hari Senin tanggal [[2 Mei]] 2005, yang bertepatan dengan peringatan [[Hari Pendidikan Nasional]], Rio tersinggung dengan ledekan Iwan yang menyebutnya sudah tidak punya nyali. Ia menghabisi Iwan dengan meninju dan membenturkan kepalanya ke tembok sel.<ref name=":0">{{Cite web|last=|date=2005-05-17|title=Koruptor Dieksekusi Jagal Nusakambangan|url=https://www.liputan6.com/news/read/101688/koruptor-dieksekusi-jagal-nusakambangan|website=liputan6.com|language=id|access-date=2021-05-18}}</ref>
Dan ketika diganjar hukuman maksimal itu, Rio bertekat untuk bertobat. "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan," ujar Rio di LP Purwokerto seperti dilansir Kompas edisi 3 Juni 2001.


Segala prosedur hukum sudah dicoba untuk mencegah eksekusi Rio, sedari [[banding]] hingga upaya memohon [[grasi]] dan [[peninjauan kembali]]. Namun semuanya kandas. Hari Jumat tanggal [[8 Agustus]] [[2008]] dini hari, hari pelaksanaan [[Upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas 2008]], Rio Martil menjalani hukuman matinya di [[Karangtengah, Cilongok, Banyumas]]. Jasadnya dimakamkan di TPU Sipoh di [[Kejawar, Banyumas, Banyumas|Kejawar, Banyumas]].<ref>{{Cite web|last=Nusrat|first=Madina|date=2008-08-07|title=Rio Alex Bullo Dinyatakan Tewas Pukul 00.10|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/08/08/0231493/alex.rio.bullo.dinyatakan.tewas.pukul.00.10|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-05-18}}</ref><ref>{{Cite web|date=2008-11-07|title=Tanda Merah di Jantung Jadi Sasaran Tembak|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/7819-tanda-merah-di-jantung-jadi-sasaran-tembak|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2021-05-18}}</ref>
Pada Agustus 2004, pria yang kemudian digelari 'Rio Martil' itu dipindahkan ke Nusakambangan. Pada Desember 2004, Iwan Zulkarnaen, koruptor Rp 40 miliar dan divonis 16 tahun, dibui di LP yang sama. Karena sama-sama pernah mengecap tanah Sulawesi, Rio dan Iwan cepat akrab. Bahkan Iwan pun mengajari Rio mengaji. Cocok dengan niat Rio untuk bertobat.


Rio meninggalkan seorang istri bernama Tuti Alawiyah dan 3 orang anak: Jerry, Jessica, dan Jenny. Diwakili istri dan juga lewat pengacaranya, Pranoto, Rio meminta maaf kepada keluarga para korban.<ref>{{Cite web|date=2008-08-06|title=Isteri Rio Alex Bullo Minta Maaf|url=https://regional.kompas.com/read/2008/08/07/00400863/Isteri.Rio.Alex.Bullo.Minta.Maaf.|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-05-18}}</ref>
Tapi rupanya 'bakat' membunuh itu tak juga sirna dari Rio. Hanya karena diledek Iwan bahwa dia hanya bertaji di luaran saja, Rio naik pitam. Segera dia hantamkan kepala guru mengajinya itu ke tembok sel. Dia menghabisi nyawa Iwan dengan tangan kosong, tanpa sang martil maut.


== Referensi ==
Pada tanggal [[8 Agustus]] [[2008]] ia dihukum mati oleh [[regu tembak]] dan dimakamkan di [[Kejajar, Banyumas, Banyumas]].


<references />
{{indo-bio-stub}}
{{DEFAULTSORT:Bulo, Antonius Rio Alex}}


{{DEFAULTSORT:Bulo, Antonius Rio Alex}}
[[Kategori:Pembunuh Indonesia]]
[[Kategori:Pembunuh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh yang dihukum mati]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia yang dieksekusi]]
[[Kategori:Kelahiran 1978]]
[[Kategori:Kelahiran 1975]]
[[Kategori:Kematian 2008]]
[[Kategori:Kematian 2008]]

Revisi terkini sejak 14 Januari 2024 15.08

Rio Martil
Latar belakang
Nama lahirAntonius Rio Alex Bulo
Lahir(1975-05-02)2 Mei 1975[1]
Sleman, DI Yogyakarta, Indonesia
Meninggal8 Agustus 2008(2008-08-08) (umur 33)[2]
Karangtengah, Cilongok, Banyumas, Indonesia
HukumanHukuman mati
Pembunuhan
Jumlah korban5 orang
TanggalSejak 1997 hingga 12 Januari 2001 (2001-01-12)
NegaraIndonesia
SenjataMartil

Antonius Rio Alex Bulo atau lebih dikenal dengan nama Rio Martil (2 Mei 1975 – 8 Agustus 2008) adalah pembunuh berantai yang menghabisi korbannya menggunakan senjata berupa martil.[3] Ia divonis hukuman mati oleh PN Purwokerto pada14 Mei 2001.

Tidak banyak hal yang diketahui perihal masa kecil Rio. Namun, sejumlah sumber menyebut sedari bocah ia memang dikenal nakal. Tingkahnya membuat sang orang tua memindahkan Rio dari Sleman ke Jakarta untuk diasuh kakak sulungnya yang bertaut 12 tahun.

Namun di Jakarta, Rio malah semakin tak terkendali. Terlebih setelah ayahnya tidak lagi mau mengakuinya sebagai anak karena Rio menolak pindah agama mengikuti sang ayah. Rio kemudian banyak bergaul dengan preman Senen. Dari sini ia mulai kerap bolos sekolah, kemudian mengenal alkohol dan ganja. Kekerasan dan kejahatan menjadi karibnya.

Beranjak dewasa, Rio menghidupi diri dengan berjualan surat-surat kendaraan palsu. Setelah menikah, dia ganti profesi jadi pencuri mobil. Dengan bisa menggasak 3 mobil dalam 3 hari, hidupnya makmur. Kepada istrinya, Rio mengaku jadi pedagang pakaian di Jakarta.

Rio sempat dipenjara karena melarikan mobil orang yang juga penadah barang curiannya. Meski begitu, ia tidak kapok mencuri. Keluar dari penjara, ia menekuni kembali profesi lamanya karena kadung menerima persekot dari penadah. Bedanya, ia tidak lagi beroperasi di Jakarta karena namanya sudah dikenal sebagai penjahat kambuhan. Rio juga mengganti modus operandi. Ia membekali diri dengan martil untuk menghabisi korbannya jika diperlukan. Mulanya 1 buah martil saja, kemudian jadi 2 buah untuk mempersigap aksinya. Sasaran utama kejahatan Rio adalah pengusaha rental mobil.

Antara 1997 hingga 2001, Rio diketahui membunuh setidaknya 4 orang. Tiga korban tewas digetok martil dalam 2 peristiwa berlainan di Bandung dan Semarang. Seorang korban di Yogyakarta bagaimanapun dapat menyelamatkan diri. Takut perbuatannya terbongkar, Rio lalu beralih ke Purwokerto.

Pada hari Jumat tanggal 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di kamar nomor 135 hotel Rosenda, Baturraden, Purwokerto. Ia mengincar mobil Timor milik pengusaha rental sekaligus pengacara ini. Namun, petugas hotel mencurigai gerak-gerik Rio. Begitu Rio keluar, kamarnya diperiksa dan ditemukan penuh bercak darah di dinding dan langit-langit. Sementara di tempat tidur, jasad Jeje ditutup dengan selimut.

Inilah akhir petualangan kriminal Rio. Ia yang saat itu masih berada di halaman parkir berhasil diamankan petugas hotel dan diserahkan pada polisi.[3][4][5]

Proses hukum dan eksekusi

[sunting | sunting sumber]

Pada hari Senin tanggal 14 Mei 2001, PN Purwokerto menjatuhkan hukuman mati kepada Rio. Dalam persidangan inilah aksi kejahatan Rio terbongkar dan mulailah ia dikenali sebagai Rio Martil. Dilansir dari laporan Kompas, Minggu-3 Juni 2001, Rio menyatakan menyesal dan bertekad untuk bertobat, "Saya bersyukur karena tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman, mati ketika dalam proses pertobatan."

Selama menunggu eksekusi Rio mula-mula mendekam di LP Kedungpane, Semarang lalu dipindah ke Nusakambangan pada Agustus 2004. Di rumah barunya inilah Rio membunuh korban ke-5, tahanan koruptor Iwan Zulkarnaen. Ia dan Iwan sebenarnya dilaporkan berkawan akrab, bahkan Iwan mengajari Rio mengaji. Namun pada hari Senin tanggal 2 Mei 2005, yang bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, Rio tersinggung dengan ledekan Iwan yang menyebutnya sudah tidak punya nyali. Ia menghabisi Iwan dengan meninju dan membenturkan kepalanya ke tembok sel.[6]

Segala prosedur hukum sudah dicoba untuk mencegah eksekusi Rio, sedari banding hingga upaya memohon grasi dan peninjauan kembali. Namun semuanya kandas. Hari Jumat tanggal 8 Agustus 2008 dini hari, hari pelaksanaan Upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas 2008, Rio Martil menjalani hukuman matinya di Karangtengah, Cilongok, Banyumas. Jasadnya dimakamkan di TPU Sipoh di Kejawar, Banyumas.[7][8]

Rio meninggalkan seorang istri bernama Tuti Alawiyah dan 3 orang anak: Jerry, Jessica, dan Jenny. Diwakili istri dan juga lewat pengacaranya, Pranoto, Rio meminta maaf kepada keluarga para korban.[9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Terpidana Rio Dieksekusi Minggu". Diakses tanggal 1 Agustus 2008. 
  2. ^ "Rio "Martil" Dieksekusi". 
  3. ^ a b Senjatanya dua martil : kasus Rio Martil. Lily Wibisono. Jakarta: Intisari. 2010. ISBN 979-3590-99-8. OCLC 740828498. 
  4. ^ "Rio Martil tak Pernah Akui Orangtuanya". KOMPAS.com. 2008-08-09. Diakses tanggal 2021-05-18. 
  5. ^ Aksan, Hermawan (2008). Jejak pembunuh berantai : kasus-kasus pembunuhan berantai di Indonesia dan dunia (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Grafidia. ISBN 978-602-8357-04-3. OCLC 277180026. 
  6. ^ "Koruptor Dieksekusi Jagal Nusakambangan". liputan6.com. 2005-05-17. Diakses tanggal 2021-05-18. 
  7. ^ Nusrat, Madina (2008-08-07). "Rio Alex Bullo Dinyatakan Tewas Pukul 00.10". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-05-18. 
  8. ^ "Tanda Merah di Jantung Jadi Sasaran Tembak". www.viva.co.id. 2008-11-07. Diakses tanggal 2021-05-18. 
  9. ^ "Isteri Rio Alex Bullo Minta Maaf". KOMPAS.com. 2008-08-06. Diakses tanggal 2021-05-18.