Lompat ke isi

Waruga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Memperbaiki teks
k Menambah Kategori:Sarkofagus menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Waruga grave3.jpg|jmpl|Waruga]]
[[Berkas:Waruga grave3.jpg|jmpl|Waruga]]
'''Waruga''' adalah kuburan kuno [[Suku Minahasa|orang Minahasa]] yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Keberadaannya memberitahukan tentang kebudayaan manusia di [[Minahasa (disambiguasi)|Minahasa]] pada masa lampau serta perkembangan teknologinya.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.{{Sfn|Marzuki|2011|p=86}}
'''Waruga''' adalah kuburan kuno orang [[Suku Minahasa|Minahasa]] yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Keberadaannya memberitahukan tentang kebudayaan manusia di [[Minahasa (disambiguasi)|Minahasa]] pada masa lampau serta perkembangan teknologinya.{{Sfn|Hein|2019|p=160}} Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.{{Sfn|Marzuki|2011|p=86}}


== Bentuk ==
== Bentuk ==
Waruga berasal dari [[bahasa Tombulu]] yaitu kata ''wale'' dan ''ruga. Wale'' berarti rumah, sedangkan ''ruga'' berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasari oleh bentuk waruga yang menyerupai rumah dan fungsinya adalah sebagai rumah penghancur [[Jenazah|jasad]].{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=264}} Waruga terbuat dari batu yang terbagi menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas berbentuk segitiga dan menyerupai [[Bubungan Tinggi|bubungan]] rumah, sedangkan bagian bawah berbentuk segi empat. Bagian atas merupakan penutup kubur, sedangkan bagian bawah menjadi tempat penguburan jenazah.{{Sfn|Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa|2017|p=122}} Batu yang dibuat menjadi waruga merupakan jenis batu lava basal yang semakin kuat bila berada di tempat terbuka.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=227}} Waruga terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran kecilnya adalah 50 [[Sentimeter|cm]] × 50 cm × 100cm. Ukuran sedangnya adalah 100 cm × 100 cm × 150 cm. Sedangkan ukuran besarnya adalah 150 cm × 100 cm × 145 cm. Batu untuk membuat waruga diperoleh dari letusan [[Gunung Klabat]] dan [[Gunung Lokon]].{{Sfn|Manus|2012|p=372}}
Waruga berasal dari [[bahasa Tombulu]] yaitu kata ''wale'' dan ''ruga. Wale'' berarti rumah, sedangkan ''ruga'' berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasari oleh bentuk waruga yang menyerupai rumah dan fungsinya adalah sebagai rumah penghancur [[Jenazah|jasad]].{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=264}} Waruga terbuat dari batu yang terbagi menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas berbentuk segitiga dan menyerupai [[Bubungan Tinggi|bubungan]] rumah, sedangkan bagian bawah berbentuk segi empat. Bagian atas merupakan penutup kubur, sedangkan bagian bawah menjadi tempat penguburan jenazah.{{Sfn|Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa|2017|p=122}} Batu yang dibuat menjadi waruga merupakan jenis batu lava basal yang semakin kuat bila berada di tempat terbuka.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=227}} Waruga terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran kecilnya adalah 50 [[Sentimeter|cm]] × 50 cm × 100 cm. Ukuran sedangnya adalah 100 cm × 100 cm × 150 cm. Sedangkan ukuran besarnya adalah 150 cm × 100 cm × 145 cm. Batu untuk membuat waruga diperoleh dari letusan [[Gunung Klabat]] dan [[Gunung Lokon]].{{Sfn|Manus|2012|p=372}}


== Ornamen ==
== Ornamen ==
Baris 12: Baris 12:


== Kegunaan ==
== Kegunaan ==
Waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian. Keberadaannya mewakili kepercayaan masyarakat Minahasa di masa lalu, yaitu animisme dan dinamisme. Selain itu, waruga juga menjadi perlambang seni masyarakat Minahasa baik secara sosial maupun secara individu.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen]] yang ada pada tiap waruga digunakan sebagai pengusir roh jahat, simbol kemakmuran atau pekerjaan dari jenazah semasa hidupnya.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=266–267}}
Waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian. Keberadaannya mewakili kepercayaan masyarakat Minahasa pada masa lalu, yaitu animisme dan dinamisme. Selain itu, waruga juga menjadi perlambang seni masyarakat Minahasa baik secara sosial maupun secara individu.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=265}} [[Ornamen (arsitektur)|Ornamen]] yang ada pada tiap waruga digunakan sebagai pengusir roh jahat, simbol kemakmuran atau pekerjaan dari jenazah semasa hidupnya.{{Sfn|Pangkey dan Gustami|2005|p=266–267}}


Waruga telah digunakan sejak abad ke-10 Masehi sebagai alat [[Kuburan massal|pekuburan massal]]. Penggunaannya mulai berakhir bersamaan dengan beralihnya kepercayaan sebagian besar masyarakat Minahasa ke agama [[Kekristenan|Kristen]].{{Sfn|Marzuki|2011|p=79}} Penggunaan waruga dimulai dari daerah [[Likupang Timur, Minahasa Utara|Likupang]], kemudian menyebar ke [[Tonsea]]. Setelah itu, waruga digunakan hingga ke [[Kabupaten Minahasa]], [[Kabupaten Minahasa Selatan]], [[Kabupaten Minahasa Tenggara]], dan [[Kota Tomohon]], Pada awal abad ke-20 Masehi, waruga tidak lagi digunakan sebagai alat untuk mengubur jenazah, tetapi dimanfaatkan sebagai objek wisata dan [[cagar budaya]].{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=226}}
Waruga telah digunakan sejak abad ke-10 Masehi sebagai alat [[Kuburan massal|pekuburan massal]]. Penggunaannya mulai berakhir bersamaan dengan beralihnya kepercayaan sebagian besar masyarakat Minahasa ke agama [[Kekristenan|Kristen]].{{Sfn|Marzuki|2011|p=79}} Penggunaan waruga dimulai dari daerah [[Likupang Timur, Minahasa Utara|Likupang]], kemudian menyebar ke [[Tonsea]]. Setelah itu, waruga digunakan hingga ke [[Kabupaten Minahasa]], [[Kabupaten Minahasa Selatan]], [[Kabupaten Minahasa Tenggara]], dan [[Kota Tomohon]], Pada awal abad ke-20 Masehi, waruga tidak lagi digunakan sebagai alat untuk mengubur jenazah, tetapi dimanfaatkan sebagai objek wisata dan [[cagar budaya]].{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=226}}


== Pemaknaan ==
== Pemaknaan ==
Masyarakat Minahasa meyakini bahwa waruga merupakan tempat bersemayam sementara untuk para roh leluhurnya. Kualitas ukiran dari waruga ditentukan oleh jasa orang yang dikubur di dalamnya. Semakin berjasa seseorang, maka semakin bagus ukiran yang dibuatkan untuknya.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=219}} Waruga dijadikan sebagai alat pemersatu orang Minahasa dalam menyembah [[Tuhan]] dan menghormati leluhur serta memberikan kesadaran tentang pentingnya suatu ikatan kekeluargaan.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=225}} {{commons cat|Waruga}}
Masyarakat Minahasa meyakini bahwa kematian merupakan awal meuju ke dunia lain. Mereka meyakini bahwa jenazah akan dijemput oleh roh leluhurnya, sehingga memerlukan bekal perjalanan.{{Sfn|Manus|2012|p=389}} Waruga dijadikan sebagai tempat bersemayam sementara untuk para roh leluhurnya. Kualitas ukiran dari waruga ditentukan oleh jasa orang yang dikubur di dalamnya. Semakin berjasa seseorang, maka semakin bagus ukiran yang dibuatkan untuknya.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=219}} Waruga dijadikan sebagai alat pemersatu orang Minahasa dalam menyembah [[Tuhan]] dan menghormati leluhur serta memberikan kesadaran tentang pentingnya suatu ikatan kekeluargaan.{{Sfn|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019|p=225}} {{commons cat|Waruga}}


[[Kategori:Sarkofagus]]
== Referensi ==
<references />

== Daftar Pustaka ==

* {{cite journal|last=Hein|first=Malingkonor Legio Mario|date=Mei 2019|title=Perlindungan Hukum terhadap Cagar Budaya Minahasa Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010 (Suatu Kajian terhadap Waruga yang Merupakan Cagar Budaya Minahasa)|url=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/download/24734/24444|journal=Lex Et Societatis|volume=7|issue=5|pages=160–168|doi=|issn=|ref={{sfnref|Hein|2019}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Mangolo, M.C.S., Sukaatmadja, I.P.G., dan Pujaastawa. I.B.G.|first=|date=Juli 2017|title='Waruga' sebagai Daya Tarik Wisata di Desa Sawangan, Kabupaten Minahasa Utara|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/jumpa/article/view/34052/20556|journal=Jumpa|volume=04|issue=01|pages=120–135|doi=|issn=2502-8022|ref={{sfnref|Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa|2017}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Manus|first=Jerry|date=Juli 2012|title=Makna Motif Ornamen pada Waruga di Minahasa|url=https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/dewaruci/article/download/1033/1027|journal=Dewa Ruci|volume=7|issue=3|pages=369–389|doi=|issn=1412-4181|ref={{sfnref|Manus|2012}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Marzuki|first=Irfanuddin W.|date=Juli 2011|title=Pelestarian dan Pemanfaatan Kubur Batu Waruga di Kabupaten Minahasa Utara|url=http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kapata/article/view/159/149|journal=Kapata Arkeologi|volume=7|issue=12|pages=78–91|doi=|issn=1858-4101|ref={{sfnref|Marzuki|2011}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Pangkey, F., dan Gustami, S.P.|first=|date=April 2005|title=Relief pada Waruga di Minahasa dalam Perspektif Etnografis dan Estetis|url=http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=1902|journal=Humanika|volume=XVIII|issue=2|pages=261–271|doi=|issn=|ref={{sfnref|Pangkey dan Gustami|2005}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Sopacoly, M.M., Lattu, I.Y.M., dan Timo, E.I.N.|first=|date=2019|title=Sakralitas Waruga: Situs Suci dan Identitas Kultural Masyarakat Minahasa|url=https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/download/5055/pdf|journal=Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan|volume=7|issue=2|pages=217–242|doi=10.21043/fikrah.v7i2.5055|issn=2476-9649|ref={{sfnref|Sopacoly, Lattu, dan Timo|2019}}|url-status=live}}

[[Kategori:Budaya Minahasa]]
[[Kategori:Sejarah Minahasa]]

Revisi terkini sejak 28 Januari 2024 11.16

Waruga

Waruga adalah kuburan kuno orang Minahasa yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak.[1] Keberadaannya memberitahukan tentang kebudayaan manusia di Minahasa pada masa lampau serta perkembangan teknologinya.[1] Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan animisme dan dinamisme serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa.[2] Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.[3]

Waruga berasal dari bahasa Tombulu yaitu kata wale dan ruga. Wale berarti rumah, sedangkan ruga berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasari oleh bentuk waruga yang menyerupai rumah dan fungsinya adalah sebagai rumah penghancur jasad.[4] Waruga terbuat dari batu yang terbagi menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas berbentuk segitiga dan menyerupai bubungan rumah, sedangkan bagian bawah berbentuk segi empat. Bagian atas merupakan penutup kubur, sedangkan bagian bawah menjadi tempat penguburan jenazah.[5] Batu yang dibuat menjadi waruga merupakan jenis batu lava basal yang semakin kuat bila berada di tempat terbuka.[6] Waruga terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran kecilnya adalah 50 cm × 50 cm × 100 cm. Ukuran sedangnya adalah 100 cm × 100 cm × 150 cm. Sedangkan ukuran besarnya adalah 150 cm × 100 cm × 145 cm. Batu untuk membuat waruga diperoleh dari letusan Gunung Klabat dan Gunung Lokon.[7]

Waruga memiliki ornamen yang beragam dengan motif utamanya yaitu manusia, tanaman, hewan, dan bentuk geometri. Motif berupa manusia diukir dengan berbagai peristiwa kehidupannya, seperti melahirkan, menari dan berpakaian. Motif tanaman menampilkan buah-buahan, pepohonan, dedaunan dan bunga matahari. Motif hewan menampilkan ukiran berbentuk ular, anjing, burung manguni dan anoa. Sedangkan motif geometri menampilkan bentuk tumpal, pilinan ganda, meander, dan swastika.[8]

Penempatan

[sunting | sunting sumber]

Kompleks waruga banyak ditemukan di Kabupaten Minahasa Utara.[9] Pada awalnya, waruga tersebar hampir di seluruh wilayah Minahasa. Pada tahun 1817, waruga disatukan menjadi kompleks di beberapa tempat.[5] Ada waruga yang masih dalam keadaan utuh dan ada yang telah rusak. Penempatannya ada yang berkelompok pada satu lokasi tertentu dan ada pula yang terpisah di kebun atau halaman rumah penduduk.[10] Seluruh bagian waruga berada di atas tanah.[7] Pada bagian dalam waruga terdapat berbagai barang yang menjadi bekal bagi jenazah yang dikubur. Barang-barang ini merupakan barang milik jenazah semasa hidupnya.[6] Posisi mayat menyerupai posisi jongkok. Mayat didudukkan dengan kepala menyentuh lutut dan tumit menyentuh pantat.[11]

Waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian. Keberadaannya mewakili kepercayaan masyarakat Minahasa pada masa lalu, yaitu animisme dan dinamisme. Selain itu, waruga juga menjadi perlambang seni masyarakat Minahasa baik secara sosial maupun secara individu.[2] Ornamen yang ada pada tiap waruga digunakan sebagai pengusir roh jahat, simbol kemakmuran atau pekerjaan dari jenazah semasa hidupnya.[12]

Waruga telah digunakan sejak abad ke-10 Masehi sebagai alat pekuburan massal. Penggunaannya mulai berakhir bersamaan dengan beralihnya kepercayaan sebagian besar masyarakat Minahasa ke agama Kristen.[9] Penggunaan waruga dimulai dari daerah Likupang, kemudian menyebar ke Tonsea. Setelah itu, waruga digunakan hingga ke Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, dan Kota Tomohon, Pada awal abad ke-20 Masehi, waruga tidak lagi digunakan sebagai alat untuk mengubur jenazah, tetapi dimanfaatkan sebagai objek wisata dan cagar budaya.[13]

Pemaknaan

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Minahasa meyakini bahwa kematian merupakan awal meuju ke dunia lain. Mereka meyakini bahwa jenazah akan dijemput oleh roh leluhurnya, sehingga memerlukan bekal perjalanan.[14] Waruga dijadikan sebagai tempat bersemayam sementara untuk para roh leluhurnya. Kualitas ukiran dari waruga ditentukan oleh jasa orang yang dikubur di dalamnya. Semakin berjasa seseorang, maka semakin bagus ukiran yang dibuatkan untuknya.[15] Waruga dijadikan sebagai alat pemersatu orang Minahasa dalam menyembah Tuhan dan menghormati leluhur serta memberikan kesadaran tentang pentingnya suatu ikatan kekeluargaan.[16]

  1. ^ a b Hein 2019, hlm. 160.
  2. ^ a b Pangkey dan Gustami 2005, hlm. 265.
  3. ^ Marzuki 2011, hlm. 86.
  4. ^ Pangkey dan Gustami 2005, hlm. 264.
  5. ^ a b Mangolo, Sukaatmadja, dan Pujaastawa 2017, hlm. 122.
  6. ^ a b Sopacoly, Lattu, dan Timo 2019, hlm. 227.
  7. ^ a b Manus 2012, hlm. 372.
  8. ^ Pangkey dan Gustami 2005, hlm. 265–266.
  9. ^ a b Marzuki 2011, hlm. 79.
  10. ^ Marzuki 2011, hlm. 78–79.
  11. ^ Sopacoly, Lattu, dan Timo 2019, hlm. 228.
  12. ^ Pangkey dan Gustami 2005, hlm. 266–267.
  13. ^ Sopacoly, Lattu, dan Timo 2019, hlm. 226.
  14. ^ Manus 2012, hlm. 389.
  15. ^ Sopacoly, Lattu, dan Timo 2019, hlm. 219.
  16. ^ Sopacoly, Lattu, dan Timo 2019, hlm. 225.