Datuk: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mhatopzz (bicara | kontrib)
→‎Asal usul: Kata datu berasal dari bahasa Pmp bukan sansekerta berdasarkan penelitian oleh Robert Blust
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(46 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Datuk''' adalah [[gelar]] yang diberikan kepada sejumlah orang di berbagai kebudayaan.
'''Datuk''' adalah [[gelar]] yang diberikan kepada sejumlah orang di berbagai kebudayaan.


== Asal Usul ==
== Asal usul ==
Datuk atau Datuak atau Dato' berasal dari [[Bahasa Sansekerta]] yaitu '''datu''' yang tersusun dari kata ''da'' atau ''ra'' berarti ''yang mulia'' dan ''to'' artinya ''orang'' sehingga dapat bermakna sama dengan [[raja]]<ref>Navis A.A., (1984), ''Layar Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau'', Jakarta: PT. Grafiti Pers.</ref>. Selanjutnya hal ini dapat juga dirujuk dari [[Prasasti Telaga Batu]], dimana pada baris 11 terdapat kata ''kedatuan'' yang ditafsirkan sama dengan ''kedaton'' atau ''keraton'' yakni ''istana raja'', sehingga kedatuan dapat disamakan dengan ''wilayah datu''.<ref>Slamet Muljana, (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS. ISBN 979-8451-62-7.</ref>. Selanjutnya kata datu ini berubah penuturan menjadi "datuk", suatu gelaran yang masih digunakan sampai saat ini di [[Minangkabau]], [[Malaysia]], [[Brunei]] dan Filipina Selatan.
Datuk atau Datuak atau Dato' berasal dari [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] yaitu '''datu''' yang berarti penguasa, atau kepala suku, kata ini menjadi basis dari kata '''ratu''',<ref>[https://www.trussel2.com/ACD/acd-s_d.htm#30124 Robert Blust 2010 (ACD) ]</ref> Selanjutnya hal ini dapat juga dirujuk dari [[Prasasti Telaga Batu]], di mana pada baris 11 terdapat kata ''kedatuan'' yang ditafsirkan sama dengan ''[[kedaton]]'' atau ''[[keraton]]'' yakni ''[[istana raja]]'', sehingga [[kedatuan]] dapat disamakan dengan ''wilayah datu''.<ref>Slamet Muljana, (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS. ISBN 979-8451-62-7.</ref> Selanjutnya kata datu ini berubah penuturan menjadi "datuk", suatu gelaran yang masih digunakan sampai saat ini di [[Minangkabau]] ([[Indonesia ]]), [[Malaysia]], [[Brunei]] dan [[Filipina]] ([[Filipina Selatan]]), [[Thailand]] ([[Thailand Selatan ]])
.


== Datuk di Minangkabau ==
== Datuk di Minangkabau ==
{{utama|Datuk di Minangkabau}}
'''Datuk''' yang dalam dialek [[Bahasa Minangkabau|Minang]] dilafalkan "Datuak", adalah gelar [[Adat Minangkabau|adat]] yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu kaum atau suku yang ada di Negeri [[Minangkabau]] (provinsi [[Sumatra Barat]] sekarang) dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para tokoh pemuka adat setempat ([[Kerapatan Adat Nagari]] biasa disingkat dengan '''KAN'''). Gelar ini sangat dihormati dan hanya dipakai oleh kaum lelaki Minang yang akan atau telah menjadi pemangku adat/tokoh pemuka adat atau [[Penghulu]] (nama lain dari Datuk) bagi suatu suku atau kaum tertentu di Minangkabau. Dan sebelum gelar ini disandang seseorang, mesti dilakukan suatu upacara adat atau ''malewakan gala'' ([[Bahasa Minang]]), dengan sekurangnya memotong seekor kerbau dan kemudian diadakan jamuan makan. Dan jika calon Datuk tersebut tidak mampu untuk mengadakan acara tersebut, maka dia tidak berhak untuk menyandang gelar Datuk tersebut.
'''Datuk''' yang dalam dialek [[Bahasa Minangkabau|Minang]] dilafalkan "Datuak", adalah gelar [[Adat Minangkabau|adat]] yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu [[Daftar suku Minangkabau|suku]] ([[marga]]) yang ada di wilayah [[Minangkabau]] (provinsi [[Sumatera Barat]] sekarang) dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para tokoh pemuka adat setempat ([[Kerapatan Adat Nagari]] biasa disingkat dengan '''KAN''').
Seseorang yang bergelar Datuk dapat juga disamakan dengan pemimpin suatu kaum atau suku dan gelar tersebut juga khusus untuk kaum atau suku tersebut, namun kadangkala ada juga gelar Datuk diberikan kepada seseorang (lelaki) hanya sebagai gelar kehormatan saja.


Sebelum [[gelar]] ini disandang seseorang, mesti dilakukan suatu [[upacara adat]] atau ''[[malewakan gala]]'' ([[Bahasa Minang]]), dengan sekurangnya memotong seekor kerbau dan kemudian diadakan jamuan makan. Dan jika calon Datuk tersebut tidak mampu untuk mengadakan acara tersebut, maka dia tidak berhak untuk menyandang gelar Datuk tersebut.
Seseorang yang telah menyandang gelar Datuk dan ''di-lewa-kan'', maka masyarakat setempat tidak diperkenankan lagi memanggil nama sebelumnya tetapi mesti memanggil dengan nama kebesarannya itu, jika ada masyarakat setempat yang diketahui menghina dan merendahkan seseorang yang bergelar Datuk, maka orang tersebut akan dikenai sanksi adat.


Pewarisan gelar Datuk dalam [[tradisi Minangkabau]], berbeda dengan [[tradisi Melayu]], [[Gelar Datuk|gelar datuk]] dapat diwariskan menurut sistem [[matrilinial]]. Bila seorang Datuk meninggal dunia, gelar Datuk tersebut dapat diberikan kepada saudara laki-lakinya, atau [[keponakan]] ([[kemenakan]]) yang paling dekat hubungan kekerabatannya dari garis ibu.
=== Pewarisan Gelar Datuk dalam Tradisi Minangkabau ===
Berbeda dengan tradisi Melayu yang lain, [[Gelar Datuk|gelar datuk]] dapat diwariskan menurut sistem [[matrilinial]]. Bila seorang Datuk meninggal dunia, gelar Datuk tersebut dapat diberikan kepada saudara laki-lakinya, atau [[keponakan]] ([[kemenakan]]) yang paling dekat hubungan kekerabatannya dari garis ibu. Namun dapat juga diberikan kepada selain kepada kerabat dekatnya asal masih dalam satu suku, dan biasanya seluruh warga suku tersebut juga menyetujuinya.
Datuk yang baru dinobatkan tetap memakai gelar yang sama, tanpa ada tambahan lain digelar tersebut. Jadi misal sebelumnya '''A Datuak Bandaro''' jika kemudian diganti oleh si B, maka gelar berikutnya '''B Datuak Bandaro'''.

Jika suatu suku telah berkembang dengan banyak, dan kemudian telah berpencar secara kelompok ke daerah lain, dan jika suku tersebut merasa perlu mengangkat Datuk yang baru, maka biasanya gelar Datuk sebelumnya tetap dipakaikan dengan menambah satu atau dua kata lagi sesudah nama Datuk sebelumnya. Misalnya nama Datuk sebelumnya adalah Datuak Bandaro maka gelar Datuk belahannya adalah Datuk Bandaro Putiah atau Datuak Bandaro nan Putiah. Dan setiap suku dapat melakukan pemekaran bergantung dari kesepakatan suku masing-masing.

=== Gelar-gelar Datuk dalam Tradisi Minangkabau ===
Gelar Datuk tergantung pada masing-masing [[suku]] yang ada di Minangkabau. Berdasarkan tingkat status sosial dari gelar masing-masing Datuk dapat dilihat dari gelar kebesaran yang diikuti setelah gelar Datuk tersebut. Untuk gelar Datuk yang awal atau tertua biasanya terdiri dari satu suku kata dan berasal dari bahasa sansekerta, misalnya ''Datuak ketemanggungan''. Sedangkan bila terdiri dari dua kata atau lebih, biasanya dianggap gelar belahan atau pecahan, misalnya ''Datuak Parpatiah nan Sabatang''. Dan kemudian setelah masuknya pengaruh Islam, maka gelar Datuk ada diserap dari bahasa Arab.
Berikut daftar gelar Datuk yang utama dalam [[Tambo Minangkabau)|tambo]] dan tradisi umum Wilayah Minang:
# Datuak Ketumanggungan
# Datuak Parpatiah nan Sabatang
# Datuak Bandaro
# Datuak Makhudum
# Datuak Indomo
# Datuak Sinaro


== Datuk di Malaysia ==
== Datuk di Malaysia ==


Di [[Malaysia]], '''Datuk''' atau '''[[Dato']]''' adalah [[gelar]] kehormatan yang dianugerahkan oleh [[Sultan]] atau [[Raja]] atau Yang di-Pertuan Besar. Gelar ini setaraf dengan gelaran "[[Sir]]" di [[Britania Raya]]. Gelar ini dapat juga diberikan selain kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, dan tak jarang ditambahkan dengan gelar yang lain seperti sri, maka jadilah "datuk sri...". Dan yang agak bergeser sedikit adalah pemakaian gelar datuk atau dato' di Malaysia tidak lagi diberikan hanya bagi orang asli Melayu tapi juga dapat diberikan pada etnis yang lain, seperti dari etnis China, India ataupun lain sebagainya.
Di [[Malaysia]], '''Datuk''' atau '''[[Dato']]''' adalah [[gelar]] kehormatan yang dianugerahkan oleh [[Sultan]] atau [[Raja]] atau [[Yang di-Pertuan Besar]]. Gelar ini setaraf dengan gelaran "[[Sir]]" di [[Britania Raya]]. [[Gelar]] darjah ini dapat juga diberikan selain kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, dan tak jarang ditambahkan dengan gelar yang lain seperti sri, maka jadilah "[[datuk sri]]...". Dan yang agak bergeser sedikit adalah pemakaian gelar datuk atau dato' di [[Malaysia]] tidak lagi diberikan hanya bagi [[orang asli]] [[Melayu]] tetapi juga dapat diberikan pada [[etnis]] yang lain, seperti dari [[etnis China]], [[India]] ataupun lain sebagainya.


Perbedaan lain penggunaan gelar antara datuk Minangkabau dengan Malaysia adalah gelar datuk di Minang ditambahkan sesudah nama asli, tapi di Malaysia istilah datuk atau dato' ditempatkan sebelum nama asli.
Perbedaan lain penggunaan gelar antara datuk Minangkabau dengan Malaysia adalah gelar datuk di Minang ditambahkan sesudah nama asli, tetapi di Malaysia istilah datuk atau dato' ditempatkan sebelum nama asli.


== Datuk di Moro Filipina ==
== Datuk di masyarakat Muslim Filipina ==
Gelar Datu juga digunakan oleh masyarakat Muslim Moro di Filipina. Gelar ini disandang oleh para pimpinan dari satu klan atau marga.
Gelar [[Datu]] juga digunakan oleh [[masyarakat Muslim Moro|masyarakat Muslim]] di [[Filipina]] . Gelar ini disandang oleh para pimpinan dari satu [[klan]] atau [[marga]].


== Datuk dalam pengertian yang lain ==
== Datuk dalam pengertian yang lain ==


Dalam pengertian yang lain, seorang [[kakek]] juga dipanggil [[datuk]] atau disingkat [[atuk]] atau [[atuak]] dalam [[bahasa Minang]].
Dalam pengertian yang lain, seorang [[kakek]] juga dipanggil datuk atau disingkat [[atuk]] atau [[atuak]] dalam [[bahasa Minang]].
Dalam pengertian yang sama, seorang [[kakek]] juga dipanggil datuk dalam masyakarat [[Lampung]]. Bagi masyarakat [[Suku Banjar]], datuk adalah panggilan untuk orang tua dari [[kakek]] atau [[nenek]].

Terdapat juga istilah [[Dotu]] di [[Suku Minahasa]], yang memiliki dua arti: Seorang tetua dari sebuah suku atau fam (''Familienaam'') atau [[buyut]] (Orang tua dari kakek atau nenek), istilah dotu seringkali disalahartikan dengan [[Walak]] yang memiliki arti "Kepala Daerah" dalam [[bahasa Minahasa]].


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 47: Baris 36:
* [[Suku Minangkabau]]
* [[Suku Minangkabau]]
* [[Adat Minangkabau]]
* [[Adat Minangkabau]]
* Buku-buku karya [[AA Navis]]

* http://id.shvoong.com/social-sciences/1737935-datuk-ketumanggungan-dan-datuk-perpatih/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090604155140/http://id.shvoong.com/social-sciences/1737935-datuk-ketumanggungan-dan-datuk-perpatih/ |date=2009-06-04 }}
* Buku-buku karya [[AA Navis]]
* http://www.solok-selatan.com/index.php?option=com_content&task=view&id=201&Itemid=1{{Pranala mati|date=Januari 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* http://id.shvoong.com/social-sciences/1737935-datuk-ketumanggungan-dan-datuk-perpatih/
* http://www.solok-selatan.com/index.php?option=com_content&task=view&id=201&Itemid=1
* http://lintau.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* http://www.cimbuak.net/content/view/371/7/{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* http://lintau.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37
* http://mobile.minangforum.com/showthread.php?s=847b6c7f14effa4c97419cc48a6137f1&p=24894#post24894{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* http://www.cimbuak.net/content/view/371/7/
* http://mobile.minangforum.com/showthread.php?s=847b6c7f14effa4c97419cc48a6137f1&p=24894#post24894
* http://pakguruonline.pendidikan.net/ctt_kumal_mlnkundang.html
* http://pakguruonline.pendidikan.net/ctt_kumal_mlnkundang.html
* http://forum.detik.com/archive/index.php/t-58191.html
* http://forum.detik.com/archive/index.php/t-58191.html{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/02/29/istilah-kerabat-menurut-garis-keturunan-tombulu#:~:text=Sembilan%20kata%20itu%20adalah%20Dotu,%2C%20dan%20Puyun%20(cucu). https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/02/29/istilah-kerabat-menurut-garis-keturunan-tombulu#:~:text=Sembilan%20kata%20itu%20adalah%20Dotu,%2C%20dan%20Puyun%20(cucu).]

{{indo-stub}}

[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Malaysia]]
[[Kategori:Keluarga]]
[[Kategori:Gelar bangsawan]]


[[en:Datuk (Minangkabau)]]
[[Kategori:Gelar bangsawan Minangkabau]]
[[Kategori:Gelar bangsawan Malaysia]]
[[ms:Datu]]
[[zh:马来西亚封衔]]

Revisi terkini sejak 29 Januari 2024 17.22

Datuk adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah orang di berbagai kebudayaan.

Asal usul[sunting | sunting sumber]

Datuk atau Datuak atau Dato' berasal dari Bahasa Proto-Melayu-Polinesia yaitu datu yang berarti penguasa, atau kepala suku, kata ini menjadi basis dari kata ratu,[1] Selanjutnya hal ini dapat juga dirujuk dari Prasasti Telaga Batu, di mana pada baris 11 terdapat kata kedatuan yang ditafsirkan sama dengan kedaton atau keraton yakni istana raja, sehingga kedatuan dapat disamakan dengan wilayah datu.[2] Selanjutnya kata datu ini berubah penuturan menjadi "datuk", suatu gelaran yang masih digunakan sampai saat ini di Minangkabau (Indonesia ), Malaysia, Brunei dan Filipina (Filipina Selatan), Thailand (Thailand Selatan ) .

Datuk di Minangkabau[sunting | sunting sumber]

Datuk yang dalam dialek Minang dilafalkan "Datuak", adalah gelar adat yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu suku (marga) yang ada di wilayah Minangkabau (provinsi Sumatera Barat sekarang) dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para tokoh pemuka adat setempat (Kerapatan Adat Nagari biasa disingkat dengan KAN).

Sebelum gelar ini disandang seseorang, mesti dilakukan suatu upacara adat atau malewakan gala (Bahasa Minang), dengan sekurangnya memotong seekor kerbau dan kemudian diadakan jamuan makan. Dan jika calon Datuk tersebut tidak mampu untuk mengadakan acara tersebut, maka dia tidak berhak untuk menyandang gelar Datuk tersebut.

Pewarisan gelar Datuk dalam tradisi Minangkabau, berbeda dengan tradisi Melayu, gelar datuk dapat diwariskan menurut sistem matrilinial. Bila seorang Datuk meninggal dunia, gelar Datuk tersebut dapat diberikan kepada saudara laki-lakinya, atau keponakan (kemenakan) yang paling dekat hubungan kekerabatannya dari garis ibu.

Datuk di Malaysia[sunting | sunting sumber]

Di Malaysia, Datuk atau Dato' adalah gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh Sultan atau Raja atau Yang di-Pertuan Besar. Gelar ini setaraf dengan gelaran "Sir" di Britania Raya. Gelar darjah ini dapat juga diberikan selain kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, dan tak jarang ditambahkan dengan gelar yang lain seperti sri, maka jadilah "datuk sri...". Dan yang agak bergeser sedikit adalah pemakaian gelar datuk atau dato' di Malaysia tidak lagi diberikan hanya bagi orang asli Melayu tetapi juga dapat diberikan pada etnis yang lain, seperti dari etnis China, India ataupun lain sebagainya.

Perbedaan lain penggunaan gelar antara datuk Minangkabau dengan Malaysia adalah gelar datuk di Minang ditambahkan sesudah nama asli, tetapi di Malaysia istilah datuk atau dato' ditempatkan sebelum nama asli.

Datuk di masyarakat Muslim Filipina[sunting | sunting sumber]

Gelar Datu juga digunakan oleh masyarakat Muslim di Filipina . Gelar ini disandang oleh para pimpinan dari satu klan atau marga.

Datuk dalam pengertian yang lain[sunting | sunting sumber]

Dalam pengertian yang lain, seorang kakek juga dipanggil datuk atau disingkat atuk atau atuak dalam bahasa Minang. Dalam pengertian yang sama, seorang kakek juga dipanggil datuk dalam masyakarat Lampung. Bagi masyarakat Suku Banjar, datuk adalah panggilan untuk orang tua dari kakek atau nenek.

Terdapat juga istilah Dotu di Suku Minahasa, yang memiliki dua arti: Seorang tetua dari sebuah suku atau fam (Familienaam) atau buyut (Orang tua dari kakek atau nenek), istilah dotu seringkali disalahartikan dengan Walak yang memiliki arti "Kepala Daerah" dalam bahasa Minahasa.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Robert Blust 2010 (ACD)
  2. ^ Slamet Muljana, (2006), Sriwijaya, Yogyakarta: LKIS. ISBN 979-8451-62-7.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]