Lompat ke isi

Sijobang Buwong Gasiong: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Theawa02 (bicara | kontrib)
Membuat artikel baru
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Sijobang-Buwong Gasiong''' adalah suatu kesenian tradisional berbentuk teater monolog tradisional yang dimainkan oleh seorang seniman dengan berdendang, pantun dan syair serta gerak tubuh yang sesuai dengan isi cerita. Kesenian ini berasal dari [[Kabupaten Kampar]], [[Riau|Provinsi Riau]]. Kesenian ini pada umumnya ditampilkan pada acara-acara seperti khitanan, akikah, ataupun upacara perkawinan. Biasanya kesenian ini dipentaskan pada malam hari setelah shalat Isya sampai tengah malam atau sekitar 24.00. Jika cerita Sijobang belum selesai dalam satu malam, maka pemeran akan melanjutkan pada malam berikutnya di waktu yang sama. Pementasan ini biasanya memakan waktu tiga hingga tujuh hari atau tergantung permintaan pemilik hajatan.


'''Sijobang-Buwong Gasiong''' adalah suatu kesenian tradisional berupa bentuk teater monolog tradisional yang dimainkan oleh seorang seniman dengan berdendang, pantun dan syair serta gerak tubuh yang sesuai dengan isi cerita. Kesenian ini berasal dari Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Kesenian ini pada umumnya ditampilkan pada acara-acara seperti khitanan, akikah, ataupun upacara perkawinan. Biasanya kesenian ini dipentaskan pada malam hari setelah shalat Isya sampai tengah malam atau sekitar 24.00. Jika cerita Sijobang belum selesai dalam satu malam, maka pemeran akan melanjutkan pada malam berikutnya di waktu yang sama. Pementasan ini biasanya memakan waktu tiga hingga tujuh hari atau tergantung permintaan pemilik hajatan.


Menurut tradisi, kisah yang dimainkan pada Sijobang terikat dengan cerita Buwong Gasiong (biasa disebut Gadi Buruong Gasiong) dan Uwang bagak Pinang BaiBuik sehingga pementasan ini sering disebut '''Sijobang Buwang Gasiong.''' Cerita pementasan ini disampaikan secara detail dan menggunakan alur naik turun dan keberhasilan pementasan dilihat dari detailnya cerita dan naik turunnya emosi penonton.<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=53-54|url-status=live}}</ref>
Menurut tradisi, kisah yang dimainkan pada Sijobang terikat dengan cerita Buwong Gasiong (biasa disebut Gadi Buruong Gasiong) dan Uwang bagak Pinang BaiBuik sehingga pementasan ini sering disebut '''Sijobang Buwang Gasiong.''' Cerita pementasan ini disampaikan secara detail dan menggunakan alur naik turun dan keberhasilan pementasan dilihat dari detailnya cerita dan naik turunnya emosi penonton.<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=53-54|url-status=live}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />
== Daftar pustaka ==
*{{cite book
|title = Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017
|last1 = Ratnawati
|first1 = Lien
|display-authors = 1
|publisher = Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
|year = 2017
|location = Jakarta
|url =
|isbn =

|ref = {{sfnref|Ratnawati|2017}}
}}



[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]

Revisi terkini sejak 3 Februari 2024 09.33

Sijobang-Buwong Gasiong adalah suatu kesenian tradisional berbentuk teater monolog tradisional yang dimainkan oleh seorang seniman dengan berdendang, pantun dan syair serta gerak tubuh yang sesuai dengan isi cerita. Kesenian ini berasal dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kesenian ini pada umumnya ditampilkan pada acara-acara seperti khitanan, akikah, ataupun upacara perkawinan. Biasanya kesenian ini dipentaskan pada malam hari setelah shalat Isya sampai tengah malam atau sekitar 24.00. Jika cerita Sijobang belum selesai dalam satu malam, maka pemeran akan melanjutkan pada malam berikutnya di waktu yang sama. Pementasan ini biasanya memakan waktu tiga hingga tujuh hari atau tergantung permintaan pemilik hajatan.

Menurut tradisi, kisah yang dimainkan pada Sijobang terikat dengan cerita Buwong Gasiong (biasa disebut Gadi Buruong Gasiong) dan Uwang bagak Pinang BaiBuik sehingga pementasan ini sering disebut Sijobang Buwang Gasiong. Cerita pementasan ini disampaikan secara detail dan menggunakan alur naik turun dan keberhasilan pementasan dilihat dari detailnya cerita dan naik turunnya emosi penonton.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ratnawati, Lien (2017). Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 53–54. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Ratnawati, Lien (2017). Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.