Lompat ke isi

Enterococcus faecalis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Enterococcus menggunakan HotCat
6QTRZY94S4N7 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(11 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{wikify}}
'''''Enterococci faecalis''''' (disingkat '''''E. faecalis''''') merupakan [[Gram-positif|bakteri gram positif]] yang terbentuk sendiri-sendiri, berpasangan atau berantai dengan berbagai panjang, mampu bertahan dalam kondisi yang ekstrim, dan termasuk [[anaerob fakultatif]] yang mampu mengkatabolisme berbagai sumber energi dengan produk akhir metaboliknya selalu asam laktat, serta mudah tumbuh pada kondisi sangat asam atau basa pada pH 4,0 hingga 9,6.<ref name=":0">{{Cite book|last=1975-|first=Vidana, Roberto,|date=2015|url=http://worldcat.org/oclc/941899858|title=Origin of intraradicular infection with Enterococcus faecalis in endodontically treated teeth|publisher=Karolinska Institutet|isbn=978-91-7549-875-1|oclc=941899858}}</ref> Sistem pengelompokkan Lancefield berdasarkan serologi mengklasifikasikan ''E. faecalis'' kedalam kelompok ''D Streptococcus'' sejak tahun 1906 sampai tahun 1984, sehingga ''E. faecalis'' disebut juga ''Streptococcus faecalis''.<ref name=":0" /> Butuh waktu hampir 80 tahun, hingga akhirnya pengklasifikasian ini dapat ditetapkan dan diterima.
{{copyedit}}
{{infobox spesies}}
'''''Enterococci Faecalis''''' (disingkat '''''E. Faecalis''''') merupakan [[Gram-positif|bakteri gram positif]] yang terbentuk sendiri-sendiri, berpasangan atau berantai dengan berbagai panjang, mampu bertahan dalam kondisi yang ekstrim, dan termasuk [[anaerob fakultatif]] yang mampu mekatabolisme berbagai sumber energi dengan produk akhir metaboliknya selalu [[asam laktat]], serta mudah tumbuh pada kondisi sangat asam atau basa pada pH 4,0 hingga 9,6.<ref name=":0">{{Cite book|last=1975-|first=Vidana, Roberto,|date=2015|url=http://worldcat.org/oclc/941899858|title=Origin of intraradicular infection with Enterococcus faecalis in endodontically treated teeth|publisher=Karolinska Institutet|isbn=978-91-7549-875-1|oclc=941899858}}</ref> Sistem pengelompokkan Lancefield berdasarkan [[serologi]] mengklasifikasikan ''E. faecalis'' kedalam kelompok ''D Streptococcus'' sejak tahun 1906 sampai tahun 1984, sehingga ''E. faecalis'' disebut juga ''Streptococcus faecalis''.<ref name=":0" /> Butuh waktu hampir 80 tahun, hingga akhirnya pengklasifikasian ini dapat ditetapkan dan diterima.


''E. faecalis'' bisa ditularkan melalui konsumsi makanan yang telah terkontaminasi ''E. faecalis'' sehingga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan terutama pada mulut dan gigi.<ref>{{Cite journal|last=Anderson|first=Annette C.|last2=Jonas|first2=Daniel|last3=Huber|first3=Ingrid|last4=Karygianni|first4=Lamprini|last5=Wölber|first5=Johan|last6=Hellwig|first6=Elmar|last7=Arweiler|first7=Nicole|last8=Vach|first8=Kirstin|last9=Wittmer|first9=Annette|date=2016-01-11|title=Enterococcus faecalis from Food, Clinical Specimens, and Oral Sites: Prevalence of Virulence Factors in Association with Biofilm Formation|url=http://dx.doi.org/10.3389/fmicb.2015.01534|journal=Frontiers in Microbiology|volume=6|doi=10.3389/fmicb.2015.01534|issn=1664-302X}}</ref> ''E. faecalis'' juga merupakan [[patogen oportunistik]], yang biasa hidup dalam saluran akar dan tetap hidup didalamnya meski telah dilakukan perawatan yang akan menginfeksi gigi. ''Enterococcus faecalis'' mengkontaminasi saluran akar dan membentuk koloni di permukaan dentin dengan bantuan ''liphoteichoic acid'' sedangkan ''agreggate substance'' dan ''surface adhesin'' lainnya berperan pada perlekatan di kolagen.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Nurdin|first=Denny|last2=Satary|date=2011|title=Peranan Enterococcus faecalis Terhadap Persistensi Infeksi Saluran Akar|url=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/06/peranan_enterococcus_faecalis2.pdf|journal=In Prosiding Dies Forum|volume=52|pages=69-76}}</ref>
''E. Faecalis'' bisa ditularkan melalui konsumsi [[makanan]] yang telah terkontaminasi ''E. Faecalis'' sehingga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan terutama pada [[mulut]] dan [[gigi]].<ref>{{Cite journal|last=Anderson|first=Annette C.|last2=Jonas|first2=Daniel|last3=Huber|first3=Ingrid|last4=Karygianni|first4=Lamprini|last5=Wölber|first5=Johan|last6=Hellwig|first6=Elmar|last7=Arweiler|first7=Nicole|last8=Vach|first8=Kirstin|last9=Wittmer|first9=Annette|date=2016-01-11|title=Enterococcus faecalis from Food, Clinical Specimens, and Oral Sites: Prevalence of Virulence Factors in Association with Biofilm Formation|url=http://dx.doi.org/10.3389/fmicb.2015.01534|journal=Frontiers in Microbiology|volume=6|doi=10.3389/fmicb.2015.01534|issn=1664-302X}}</ref> ''E. Faecalis'' juga merupakan [[patogen oportunistik]], yang biasa hidup dalam saluran akar dan tetap hidup didalamnya meski telah dilakukan perawatan yang akan menginfeksi gigi. ''Enterococcus Faecalis'' mengkontaminasi saluran akar dan membentuk koloni di permukaan [[dentin]] dengan bantuan ''liphoteichoic acid'' sedangkan ''agreggate substance'' dan ''surface adhesin'' lainnya berperan pada perlekatan di [[kolagen]].<ref name=":1">{{Cite journal|last=Nurdin|first=Denny|last2=Satary|date=2011|title=Peranan Enterococcus faecalis Terhadap Persistensi Infeksi Saluran Akar|url=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/06/peranan_enterococcus_faecalis2.pdf|journal=In Prosiding Dies Forum|volume=52|pages=69-76}}</ref>


''E. faecalis'' termasuk ke dalam kelompok bakteri asam laktat yang menghasilkan enterosin sebagai probiotik dan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan ''S. aureus'' dan ''B. cereus,'' namun meningkatnya insiden resistensi antibiotik terhadap vancomicin menjadi alasan utama membatasi pengguaan ''E. faecalis'' sebagai probiotik.<ref>{{Cite journal|last=Alang|first=Hasria -|date=2020-09-29|title=Review : Enterocyn from Enterococcus Genus as a Probiotic, Antimicrobial and Biopreservative|url=http://ojs.uho.ac.id/index.php/pharmauho/article/view/12276|journal=Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan|volume=6|issue=2|pages=95|doi=10.33772/pharmauho.v6i2.12276|issn=2715-4181}}</ref>
''E. Faecalis'' termasuk ke dalam kelompok [[bakteri]] asam laktat yang menghasilkan enterosin sebagai probiotik dan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan ''S. aureus'' dan ''B. cereus.'' Namun, meningkatnya insiden resistensi antibiotik terhadap vancomicin menjadi alasan utama membatasi pengguaan ''E. Faecalis'' sebagai [[probiotik]].<ref>{{Cite journal|last=Alang|first=Hasria -|date=2020-09-29|title=Review : Enterocyn from Enterococcus Genus as a Probiotic, Antimicrobial and Biopreservative|url=http://ojs.uho.ac.id/index.php/pharmauho/article/view/12276|journal=Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan|volume=6|issue=2|pages=95|doi=10.33772/pharmauho.v6i2.12276|issn=2715-4181}}</ref>


== Klasifikasi Ilmiah / Taksonomi<ref>{{Cite journal|last=Khoir|first=N. L. M|date=2018|title=Kemampuan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale rosc var rubrum) sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis In Vitro (Perbandingan dengan Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi Endosepton)|url=http://repository.unimus.ac.id/2128/3/BAB%20II.pdf|journal=Skripsi|publisher=Universitas Muhammadiyah Semarang}}</ref> ==
== Klasifikasi Ilmiah / Taksonomi<ref>{{Cite journal|last=Khoir|first=N. L. M|date=2018|title=Kemampuan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale rosc var rubrum) sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis In Vitro (Perbandingan dengan Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi Endosepton)|url=http://repository.unimus.ac.id/2128/3/BAB%20II.pdf|journal=Skripsi|publisher=Universitas Muhammadiyah Semarang}}</ref> ==
[[Berkas:Enterococcus faecalis SEM 01 Detail.png|al=|jmpl|'''''Enterococcus faecalis''''']]
[[Berkas:Enterococcus faecalis SEM 01 Detail.png|al=|jmpl|'''''Enterococcus faecalis''''']]
Kingdom : Bacteria
Kingdom: Bacteria


Filum : Firmicutes
Filum: Firmicutes


Kelas : Bacili
Kelas: Bacili


Ordo : Lactobacilles
Ordo: Lactobacilles


Family : Enterococcaceae
Family: Enterococcaceae


Genus : enterococcusumbuha dan
Genus: enterococcusumbuha dan


Spesies : Enterococcus faecalis
Spesies: Enterococcus faecalis


== Pertumbuhan dan Penghambatan ==
== Pertumbuhan dan Penghambatan ==
''Enterococcus faecalis'' dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya oksigen dan merupakan flora normal, yang biasanya terdapat di dalam lumen intestinal, vagina, dan rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Wardani|first=Istien|last2=Mahendra|first2=Ilham|last3=Rochyani|first3=Linda|date=2019-07-05|title=DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK IKAN TERI JENGKI (Stolephorus insularis) TERHADAP Enterococcus faecalis|url=http://dx.doi.org/10.30649/denta.v12i2.175|journal=DENTA|volume=12|issue=2|pages=25|doi=10.30649/denta.v12i2.175|issn=2615-1790}}</ref> E. Faecalis biasa tumbuh pada suhu mulai dari 10&nbsp;°C hingga 45&nbsp;°C, tetapi menunjukkan pertumbuhan optimal pada 35&nbsp;°C (Sherman 1937). Bakteri ini juga dapat bertahan pada pemanasan 60&nbsp;°C selama 30 menit atau 65&nbsp;°C selama 10 menit (Freeman ''et al.'' 1994, Bradley & Fraise 1996).
''Enterococcus Faecalis'' dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya oksigen dan merupakan [[Mikroflora normal manusia|flora normal]] yang biasanya terdapat di dalam lumen intestinal, vagina, dan rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Wardani|first=Istien|last2=Mahendra|first2=Ilham|last3=Rochyani|first3=Linda|date=2019-07-05|title=DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK IKAN TERI JENGKI (Stolephorus insularis) TERHADAP Enterococcus faecalis|url=http://dx.doi.org/10.30649/denta.v12i2.175|journal=DENTA|volume=12|issue=2|pages=25|doi=10.30649/denta.v12i2.175|issn=2615-1790}}</ref> E. Faecalis biasa tumbuh pada suhu mulai dari 10&nbsp;°C hingga 45&nbsp;°C, tetapi menunjukkan pertumbuhan optimal pada 35&nbsp;°C (Sherman 1937). Bakteri ini juga dapat bertahan pada pemanasan 60&nbsp;°C selama 30 menit atau 65&nbsp;°C selama 10 menit (Freeman e''t al.'' 1994, Bradley & Fraise 1996).


Beberapa antibakteri alami dapat digunakan dalam menghambat pertumbuhan E. Faecalis, diantaranya dengan menggunakan :
Beberapa antibakteri alami dapat digunakan dalam menghambat pertumbuhan E. Faecalis, diantaranya dengan menggunakan:


1. Ekstrak buah timun suri (Herawati et al., 2017)<ref>{{Cite journal|last=Herawati|first=Ludya|last2=Noviyandri|date=2017|title=Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai Antibakteri Alami dalam Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://www.jim.unsyiah.ac.id/JCD/article/viewFile/5677/2340|journal=Journal Caninus Denstistry|volume=3|issue=2|pages=111-116}}</ref>
1. Ekstrak Buah Timun Suri (Herawati et al., 2017)<ref>{{Cite journal|last=Herawati|first=Ludya|last2=Noviyandri|date=2017|title=Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai Antibakteri Alami dalam Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://www.jim.unsyiah.ac.id/JCD/article/viewFile/5677/2340|journal=Journal Caninus Denstistry|volume=3|issue=2|pages=111-116}}</ref>


Timun suri mengandung zat fitokimia yaitu [[alkaloid]] yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah timun suri dapat menghambat pertumbuhan ''E. faecalis'' dalam kategori resisten menurut klasifikasi tabel CLSI (''[[Clinical Laboratory Standard Institute]]'')''.''
[[Mentimun suri|Timun suri]] mengandung zat fitokimia yaitu [[alkaloid]] yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah timun suri dapat menghambat pertumbuhan ''E. Faecalis'' dalam kategori resisten menurut klasifikasi tabel CLSI (''[[Clinical Laboratory Standard Institute]]'')''.''


2. Minyak atsiri
2. Minyak Atsiri


Minyak atsiri mengandung terpene, aldehid, alkohol, ester, fenolik eter dan keton  yang mendukung penghambatan pertumbuhan mikroba. Penelitian Hidayati et al. (2020)<ref>{{Cite journal|last=Hidayanti|first=Nurul|last2=Yusro|date=2020|title=Bioaktivitas Minyak Daun KARI Murraya koenigii L. Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella typhimurium|url=https://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma/article/view/9786|journal=Bioma|volume=5|issue=1|pages=95-102}}</ref> menunjukkan hambatan pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 20% oleh minyak atsiri daun kari yaitu 0,75&nbsp;mm dengan tingkat penghambatan yang lemah dibandingkan dengan penelitian Udawaty et al. (2019)<ref>{{Cite journal|last=Udawaty|first=Wis|last2=Yusro|date=2019|title=Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Sereh Wangi Klon G3 (Cymbopogon nardus L.) dengan Media Tanam Tanah Gambut dan Potensinya sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis|url=https://jurnal.untan.ac.id/index.php/tengkawang/article/view/36835/75676585222|journal=Jurnal Tengkawang|volume=9|issue=2|pages=71-81|doi=}}</ref> yang menggunakan minyak atsiri serai wangi mengahasilhan daya hambat 24,667&nbsp;mm dengan konsetrasi yang sama.
[[Minyak asiri|Minyak atsiri]] mengandung terpene, aldehid, alkohol, ester, fenolik eter dan keton yang mendukung penghambatan pertumbuhan mikroba. Penelitian Hidayati et al. (2020)<ref>{{Cite journal|last=Hidayanti|first=Nurul|last2=Yusro|date=2020|title=Bioaktivitas Minyak Daun KARI Murraya koenigii L. Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella typhimurium|url=https://journal.unhas.ac.id/index.php/bioma/article/view/9786|journal=Bioma|volume=5|issue=1|pages=95-102}}</ref> menunjukkan hambatan pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 20% oleh minyak atsiri daun kari yaitu 0,75mm dengan tingkat penghambatan yang lemah dibandingkan dengan penelitian Udawaty et al. (2019)<ref>{{Cite journal|last=Udawaty|first=Wis|last2=Yusro|date=2019|title=Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Sereh Wangi Klon G3 (Cymbopogon nardus L.) dengan Media Tanam Tanah Gambut dan Potensinya sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis|url=https://jurnal.untan.ac.id/index.php/tengkawang/article/view/36835/75676585222|journal=Jurnal Tengkawang|volume=9|issue=2|pages=71-81|doi=}}</ref> yang menggunakan minyak atsiri serai wangi mengahasilhan daya hambat 24,667mm dengan konsetrasi yang sama.


3. Ekstrak kayu manis (Mubarak et al., 2016)<ref>{{Cite journal|last=Mubarak|first=Zaki|last2=Chismirina|date=2016|title=Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://e-repository.unsyiah.ac.id/CDJ/article/view/10456|journal=Cakrodonya Dent J|volume=8|issue=1|pages=1-10}}</ref>
3. Ekstrak Kayu Manis (Mubarak et al., 2016)<ref>{{Cite journal|last=Mubarak|first=Zaki|last2=Chismirina|date=2016|title=Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis|url=http://e-repository.unsyiah.ac.id/CDJ/article/view/10456|journal=Cakrodonya Dent J|volume=8|issue=1|pages=1-10}}</ref>


Ekstrak kayu manis mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon dan triterpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 15% sebagai kadar hambat minimun yang menghasilkan koloni sebanyak 299,3 X 10<sup>4</sup> CFU/ml, namun tidak ditemukan adanya kadar bunuh minimum.
Ekstrak [[kayu manis]] mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon dan triterpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan ''E. faecalis'' dengan konsentrasi 15% sebagai kadar hambat minimun yang menghasilkan koloni sebanyak 299,3 X 10<sup>4</sup> CFU/ml, namun tidak ditemukan adanya kadar bunuh minimum.


4. Ekstrak alga merah (Noviyadri et al., 2018)<ref name=":2">{{Cite journal|last=Noviyandri|first=Putri|last2=Andayani|date=2018|title=Potensi Ekstrak Alga Merah Gracilaria verrucosa sebagai Penghambat Perkembangan Pembenukan Biofilm Enterococcus Faecalis Pada Infeksi Saluran Akar Gigi|url=http://www.e-repository.unsyiah.ac.id/JDS/article/download/11054/8803|journal=Journal of Syiah Kuala Dentistry Society|volume=3|issue=1|pages=6-15}}</ref>
4. Ekstrak [[Alga merah|Alga Merah]] (Noviyadri et al., 2018)<ref name=":2">{{Cite journal|last=Noviyandri|first=Putri|last2=Andayani|date=2018|title=Potensi Ekstrak Alga Merah Gracilaria verrucosa sebagai Penghambat Perkembangan Pembenukan Biofilm Enterococcus Faecalis Pada Infeksi Saluran Akar Gigi|url=http://www.e-repository.unsyiah.ac.id/JDS/article/download/11054/8803|journal=Journal of Syiah Kuala Dentistry Society|volume=3|issue=1|pages=6-15}}</ref>


Ekstrak alga mampu menghambat perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis'' pada infeksi saluran akar gigi. Pada penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi daya hambatnya terhadap perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis.''
Ekstrak [[alga]] mampu menghambat perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis'' pada infeksi saluran akar gigi. Pada penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi daya hambatnya terhadap perkembangan pembentukan biofilm ''E. faecalis.''


5. Cuka apel (Djuanda et al., 2019)<ref>{{Cite journal|last=Djuanda|first=Rudy|last2=Helmika|first2=Varin Aulia|last3=Christabella|first3=Fiona|last4=Pranata|first4=Natallia|last5=Sugiaman|first5=Vinna Kurniawati|date=2019-12-20|title=Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar|url=http://dx.doi.org/10.28932/sod.v4i2.2141|journal=SONDE (Sound of Dentistry)|volume=4|issue=2|pages=24–40|doi=10.28932/sod.v4i2.2141|issn=2685-1822}}</ref>
5. Cuka Apel (Djuanda et al., 2019)<ref>{{Cite journal|last=Djuanda|first=Rudy|last2=Helmika|first2=Varin Aulia|last3=Christabella|first3=Fiona|last4=Pranata|first4=Natallia|last5=Sugiaman|first5=Vinna Kurniawati|date=2019-12-20|title=Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar|url=http://dx.doi.org/10.28932/sod.v4i2.2141|journal=SONDE (Sound of Dentistry)|volume=4|issue=2|pages=24–40|doi=10.28932/sod.v4i2.2141|issn=2685-1822}}</ref>


Penelitian ini menunjukkan bahwa cuka apel dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan ''E faecalis'' sebesar 6,47&nbsp;mm. Bahkan pada konsentrasi minimal 25% sudah mampu membunuh ''E. faecalis''. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar pula daya hambatnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa cuka apel dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan ''E faecalis'' sebesar 6,47&nbsp;mm. Bahkan pada konsentrasi minimal 25% sudah mampu membunuh ''E. faecalis''. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar pula daya hambatnya.


== Virulensi ==
== Virulensi ==
Virulensi ''E. faecalis'' disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada ''host'', dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan ''host'', menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi.<ref name=":1" /> Faktor virulensi yang berperan dalam patogenesis ''E. faecalis'' terdiri dari beberapa komponen, diantaranya ''Aggregation Substanse'' (AS), ''cytolysin, surface adhesins'', ''Lipoteichoic Acid'' (LTA), ''sex pheromones, Extraceluller Superoxide Production'' (ESP), ''hyaluronidase'', dan ''gelatinase lytic enzyme'' dan AS-48.<ref name=":2" /> Jumlah maksimum ''E. faecalis'' pada lumen usus manusia yaitu antara 10<sup>5</sup> - 10<sup>8</sup> CFU/g. Namun jika sistem imun menurun atau ''E. faecalis'' menjadi resisten, akan menyebabkan berbagai jenis infeksi, seperi infeksi pada saluran kemih, aliran darah, abdomen, endokardium, luka bakar, dan pada rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Aurelia|first=Della|date=2017|title=Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Terhadap Enterococcus faecalis|url=http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/0/SKR/judul/00000000000000083822/0|journal=Skripsi|publisher=Universitas Trisakti}}</ref>
Virulensi ''E. Faecalis'' disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada ''host'', dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan ''host'', menghasilkan perubahan [[patogen]] baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi.<ref name=":1" /> Faktor virulensi yang berperan dalam patogenesis ''E. Faecalis'' terdiri dari beberapa komponen, diantaranya ''Aggregation Substanse'' (AS), C''ytolysin, Surface Adhesins'', ''Lipoteichoic Acid'' (LTA), S''ex Pheromones, Extraceluller Superoxide Production'' (ESP), H''yaluronidase'', dan G''elatinase Lytic Enzyme'' dan AS-48.<ref name=":2" /> Jumlah maksimum ''E. faecalis'' pada lumen usus manusia yaitu antara 10<sup>5</sup> - 10<sup>8</sup> CFU/g. Namun jika sistem imun menurun atau ''E. faecalis'' menjadi resisten, akan menyebabkan berbagai jenis infeksi, seperi infeksi pada saluran kemih, aliran darah, [[abdomen]], endokardium, luka bakar, dan pada rongga mulut.<ref>{{Cite journal|last=Aurelia|first=Della|date=2017|title=Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Terhadap Enterococcus faecalis|url=http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/0/SKR/judul/00000000000000083822/0|journal=Skripsi|publisher=Universitas Trisakti}}</ref>


== Enterococcus faecalis pada Makanan<ref>{{Cite book|last=Erkmen|first=Osman|last2=Bozoglu|date=2016|title=Food Microbiology : Principles into Practice|location=India|publisher=Wiley|volume=1|pages=32-120|url-status=live}}</ref> ==
== Enterococcus Faecalis Pada Makanan<ref>{{Cite book|last=Erkmen|first=Osman|last2=Bozoglu|date=2016|title=Food Microbiology : Principles into Practice|location=India|publisher=Wiley|volume=1|pages=32-120|url-status=live}}</ref> ==
''Enterococcus faecalis'' termasuk ke dalam bakteri proteolitik yang dapat menyebabkan pembusukan-pembusukan pada makanan yaitu penguraian protein menjadi senyawa berbau busuk, seperti hidrogen sulfida, merkaptan, amina, indol, dan asam lemak. Beberapa bakteri pada kelompok ini melakukan fermentasi asam dan proteolisis secara bersamaan.
''Enterococcus faecalis'' termasuk ke dalam bakteri proteolitik yang dapat menyebabkan pembusukan-pembusukan pada [[makanan]] yaitu penguraian protein menjadi senyawa berbau busuk, seperti hidrogen sulfida, merkaptan, amina, indol, dan asam lemak. Beberapa bakteri pada kelompok ini melakukan fermentasi asam dan proteolisis secara bersamaan.


Sebagai [[bakteri proteolitik]], ''Enterococcus faecalis'' dapat tumbuh pada suhu 40 - 45&nbsp;°C dalam susu mentah yang telah asam. Ketika ''Coliform, Enterococcus, Lactobacillus'', dan ''Micrococcus'' tumbuh dalam susu, mereka menyebabkan penggumpalan, pembentukan gas, proteolisis, dan lipolisis. Pada suhu yang lebih tinggi, dari 37 - 50&nbsp;°C, ''Streptococcus thermophilus'' dan ''Enterococcus faecalis'' tumbuh dan menghasilkan asam. Pasteurisasi susu dapat membunuh beberapa bakteri pembentuk asam, tetapi Bakteri asam laktat thermoduric tahan panas seperti ''E. faecalis'' dapat bertahan.
Sebagai [[bakteri proteolitik]], ''Enterococcus faecalis'' dapat tumbuh pada suhu 40 - 45&nbsp;°C dalam susu mentah yang telah asam. Ketika ''Coliform, [[Enterococcus]], [[Lactobacillus]]'', dan ''Micrococcus'' tumbuh dalam susu, mereka menyebabkan penggumpalan, pembentukan gas, proteolisis, dan lipolisis. Pada suhu yang lebih tinggi, dari 37 - 50&nbsp;°C, ''Streptococcus thermophilus'' dan ''Enterococcus faecalis'' tumbuh dan menghasilkan asam. [[Pasteurisasi]] susu dapat membunuh beberapa bakteri pembentuk asam, tetapi Bakteri asam laktat thermoduric tahan panas seperti ''E. faecalis'' dapat bertahan.


Pada daging kemasan dengan ''vacuum packaging'' suhu 2&nbsp;°C, ''E. faecalis'' dapat tumbuh bersama bakteri lainnya yang menyebabkan pembusukan ditandai dengan penghijauan produk yang dihasilkan dari aksi ''E. faecalis'' dengan produksi H2O2.
Pada daging kemasan dengan ''vacuum packaging'' suhu 2&nbsp;°C, ''E. faecalis'' dapat tumbuh bersama bakteri lainnya yang menyebabkan pembusukan ditandai dengan penghijauan produk yang dihasilkan dari aksi ''E. faecalis'' dengan produksi H2O2.
Baris 58: Baris 61:
== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
<references />
{{Taxonbar|from=Q140014}}


[[Kategori:Enterococcus]]
[[Kategori:Enterococcus]]
[[Kategori:Bakteri yang dideskripsikan tahun 1906]]

Revisi terkini sejak 12 Februari 2024 11.06

Enterococcus faecalis Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Pewarnaan GramGram-positif Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
KerajaanBacillati
FilumBacillota
KelasBacilli
OrdoLactobacillales
FamiliEnterococcaceae
GenusEnterococcus
SpesiesEnterococcus faecalis Edit nilai pada Wikidata
Schleifer dan Kilpper-Bälz, 1984

Enterococci Faecalis (disingkat E. Faecalis) merupakan bakteri gram positif yang terbentuk sendiri-sendiri, berpasangan atau berantai dengan berbagai panjang, mampu bertahan dalam kondisi yang ekstrim, dan termasuk anaerob fakultatif yang mampu mekatabolisme berbagai sumber energi dengan produk akhir metaboliknya selalu asam laktat, serta mudah tumbuh pada kondisi sangat asam atau basa pada pH 4,0 hingga 9,6.[1] Sistem pengelompokkan Lancefield berdasarkan serologi mengklasifikasikan E. faecalis kedalam kelompok D Streptococcus sejak tahun 1906 sampai tahun 1984, sehingga E. faecalis disebut juga Streptococcus faecalis.[1] Butuh waktu hampir 80 tahun, hingga akhirnya pengklasifikasian ini dapat ditetapkan dan diterima.

E. Faecalis bisa ditularkan melalui konsumsi makanan yang telah terkontaminasi E. Faecalis sehingga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan terutama pada mulut dan gigi.[2] E. Faecalis juga merupakan patogen oportunistik, yang biasa hidup dalam saluran akar dan tetap hidup didalamnya meski telah dilakukan perawatan yang akan menginfeksi gigi. Enterococcus Faecalis mengkontaminasi saluran akar dan membentuk koloni di permukaan dentin dengan bantuan liphoteichoic acid sedangkan agreggate substance dan surface adhesin lainnya berperan pada perlekatan di kolagen.[3]

E. Faecalis termasuk ke dalam kelompok bakteri asam laktat yang menghasilkan enterosin sebagai probiotik dan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan B. cereus. Namun, meningkatnya insiden resistensi antibiotik terhadap vancomicin menjadi alasan utama membatasi pengguaan E. Faecalis sebagai probiotik.[4]

Klasifikasi Ilmiah / Taksonomi[5]

[sunting | sunting sumber]
Enterococcus faecalis

Kingdom: Bacteria

Filum: Firmicutes

Kelas: Bacili

Ordo: Lactobacilles

Family: Enterococcaceae

Genus: enterococcusumbuha dan

Spesies: Enterococcus faecalis

Pertumbuhan dan Penghambatan

[sunting | sunting sumber]

Enterococcus Faecalis dapat tumbuh dengan ada atau tidaknya oksigen dan merupakan flora normal yang biasanya terdapat di dalam lumen intestinal, vagina, dan rongga mulut.[6] E. Faecalis biasa tumbuh pada suhu mulai dari 10 °C hingga 45 °C, tetapi menunjukkan pertumbuhan optimal pada 35 °C (Sherman 1937). Bakteri ini juga dapat bertahan pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 65 °C selama 10 menit (Freeman et al. 1994, Bradley & Fraise 1996).

Beberapa antibakteri alami dapat digunakan dalam menghambat pertumbuhan E. Faecalis, diantaranya dengan menggunakan:

1. Ekstrak Buah Timun Suri (Herawati et al., 2017)[7]

Timun suri mengandung zat fitokimia yaitu alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah timun suri dapat menghambat pertumbuhan E. Faecalis dalam kategori resisten menurut klasifikasi tabel CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute).

2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri mengandung terpene, aldehid, alkohol, ester, fenolik eter dan keton yang mendukung penghambatan pertumbuhan mikroba. Penelitian Hidayati et al. (2020)[8] menunjukkan hambatan pertumbuhan E. faecalis dengan konsentrasi 20% oleh minyak atsiri daun kari yaitu 0,75mm dengan tingkat penghambatan yang lemah dibandingkan dengan penelitian Udawaty et al. (2019)[9] yang menggunakan minyak atsiri serai wangi mengahasilhan daya hambat 24,667mm dengan konsetrasi yang sama.

3. Ekstrak Kayu Manis (Mubarak et al., 2016)[10]

Ekstrak kayu manis mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon dan triterpenoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan E. faecalis dengan konsentrasi 15% sebagai kadar hambat minimun yang menghasilkan koloni sebanyak 299,3 X 104 CFU/ml, namun tidak ditemukan adanya kadar bunuh minimum.

4. Ekstrak Alga Merah (Noviyadri et al., 2018)[11]

Ekstrak alga mampu menghambat perkembangan pembentukan biofilm E. faecalis pada infeksi saluran akar gigi. Pada penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi daya hambatnya terhadap perkembangan pembentukan biofilm E. faecalis.

5. Cuka Apel (Djuanda et al., 2019)[12]

Penelitian ini menunjukkan bahwa cuka apel dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan E faecalis sebesar 6,47 mm. Bahkan pada konsentrasi minimal 25% sudah mampu membunuh E. faecalis. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar pula daya hambatnya.

Virulensi

[sunting | sunting sumber]

Virulensi E. Faecalis disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada host, dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan host, menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi.[3] Faktor virulensi yang berperan dalam patogenesis E. Faecalis terdiri dari beberapa komponen, diantaranya Aggregation Substanse (AS), Cytolysin, Surface Adhesins, Lipoteichoic Acid (LTA), Sex Pheromones, Extraceluller Superoxide Production (ESP), Hyaluronidase, dan Gelatinase Lytic Enzyme dan AS-48.[11] Jumlah maksimum E. faecalis pada lumen usus manusia yaitu antara 105 - 108 CFU/g. Namun jika sistem imun menurun atau E. faecalis menjadi resisten, akan menyebabkan berbagai jenis infeksi, seperi infeksi pada saluran kemih, aliran darah, abdomen, endokardium, luka bakar, dan pada rongga mulut.[13]

Enterococcus Faecalis Pada Makanan[14]

[sunting | sunting sumber]

Enterococcus faecalis termasuk ke dalam bakteri proteolitik yang dapat menyebabkan pembusukan-pembusukan pada makanan yaitu penguraian protein menjadi senyawa berbau busuk, seperti hidrogen sulfida, merkaptan, amina, indol, dan asam lemak. Beberapa bakteri pada kelompok ini melakukan fermentasi asam dan proteolisis secara bersamaan.

Sebagai bakteri proteolitik, Enterococcus faecalis dapat tumbuh pada suhu 40 - 45 °C dalam susu mentah yang telah asam. Ketika Coliform, Enterococcus, Lactobacillus, dan Micrococcus tumbuh dalam susu, mereka menyebabkan penggumpalan, pembentukan gas, proteolisis, dan lipolisis. Pada suhu yang lebih tinggi, dari 37 - 50 °C, Streptococcus thermophilus dan Enterococcus faecalis tumbuh dan menghasilkan asam. Pasteurisasi susu dapat membunuh beberapa bakteri pembentuk asam, tetapi Bakteri asam laktat thermoduric tahan panas seperti E. faecalis dapat bertahan.

Pada daging kemasan dengan vacuum packaging suhu 2 °C, E. faecalis dapat tumbuh bersama bakteri lainnya yang menyebabkan pembusukan ditandai dengan penghijauan produk yang dihasilkan dari aksi E. faecalis dengan produksi H2O2.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b 1975-, Vidana, Roberto, (2015). Origin of intraradicular infection with Enterococcus faecalis in endodontically treated teeth. Karolinska Institutet. ISBN 978-91-7549-875-1. OCLC 941899858. 
  2. ^ Anderson, Annette C.; Jonas, Daniel; Huber, Ingrid; Karygianni, Lamprini; Wölber, Johan; Hellwig, Elmar; Arweiler, Nicole; Vach, Kirstin; Wittmer, Annette (2016-01-11). "Enterococcus faecalis from Food, Clinical Specimens, and Oral Sites: Prevalence of Virulence Factors in Association with Biofilm Formation". Frontiers in Microbiology. 6. doi:10.3389/fmicb.2015.01534. ISSN 1664-302X. 
  3. ^ a b Nurdin, Denny; Satary (2011). "Peranan Enterococcus faecalis Terhadap Persistensi Infeksi Saluran Akar" (PDF). In Prosiding Dies Forum. 52: 69–76. 
  4. ^ Alang, Hasria - (2020-09-29). "Review : Enterocyn from Enterococcus Genus as a Probiotic, Antimicrobial and Biopreservative". Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan. 6 (2): 95. doi:10.33772/pharmauho.v6i2.12276. ISSN 2715-4181. 
  5. ^ Khoir, N. L. M (2018). "Kemampuan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale rosc var rubrum) sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis In Vitro (Perbandingan dengan Bahan Sterilisasi Saluran Akar Gigi Endosepton)" (PDF). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. 
  6. ^ Wardani, Istien; Mahendra, Ilham; Rochyani, Linda (2019-07-05). "DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK IKAN TERI JENGKI (Stolephorus insularis) TERHADAP Enterococcus faecalis". DENTA. 12 (2): 25. doi:10.30649/denta.v12i2.175. ISSN 2615-1790. 
  7. ^ Herawati, Ludya; Noviyandri (2017). "Pengaruh Ekstrak Buah Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai Antibakteri Alami dalam Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalis". Journal Caninus Denstistry. 3 (2): 111–116. 
  8. ^ Hidayanti, Nurul; Yusro (2020). "Bioaktivitas Minyak Daun KARI Murraya koenigii L. Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella typhimurium". Bioma. 5 (1): 95–102. 
  9. ^ Udawaty, Wis; Yusro (2019). "Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Sereh Wangi Klon G3 (Cymbopogon nardus L.) dengan Media Tanam Tanah Gambut dan Potensinya sebagai Antibakteri Enterococcus faecalis". Jurnal Tengkawang. 9 (2): 71–81. 
  10. ^ Mubarak, Zaki; Chismirina (2016). "Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis". Cakrodonya Dent J. 8 (1): 1–10. 
  11. ^ a b Noviyandri, Putri; Andayani (2018). "Potensi Ekstrak Alga Merah Gracilaria verrucosa sebagai Penghambat Perkembangan Pembenukan Biofilm Enterococcus Faecalis Pada Infeksi Saluran Akar Gigi". Journal of Syiah Kuala Dentistry Society. 3 (1): 6–15. 
  12. ^ Djuanda, Rudy; Helmika, Varin Aulia; Christabella, Fiona; Pranata, Natallia; Sugiaman, Vinna Kurniawati (2019-12-20). "Potensi Herbal Antibakteri Cuka Sari Apel terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar". SONDE (Sound of Dentistry). 4 (2): 24–40. doi:10.28932/sod.v4i2.2141. ISSN 2685-1822. 
  13. ^ Aurelia, Della (2017). "Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) Terhadap Enterococcus faecalis". Skripsi. Universitas Trisakti. 
  14. ^ Erkmen, Osman; Bozoglu (2016). Food Microbiology : Principles into Practice. 1. India: Wiley. hlm. 32–120.