Lompat ke isi

Ibenzani Usman: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(38 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{infobox orang}}
{{Multiple image|direction=vertical|align=right|image2=Batu Malin Kundang, Air Manis Beach, Padang 2017-02-14 02.jpg|image1=Padang Monument crop.jpg|width2=210|width1=210|footer=[[Monumen Padang Area|Tugu Padang Area]] (atas) dan [[Batu Malin Kundang]] (bawah)}}
'''Prof. Dr. Ibenzani Usman''' ({{lahirmati|[[Padang]], [[Sumatera Barat]]|15|4|1937|[[Padang]], [[Sumatera Barat]]|28|7|1995}}) adalah seorang ahli seni rupa, pendidik, dan komponis Indonesia. Ia merupakan guru besar seni rupa [[Universitas Negeri Padang]] (UNP) dan memiliki andil dalam pengembangan institusi seni rupa di Padang, salah satunya lewat pembentukan Jurusan Seni Rupa di UNP.{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


Ibenzani dikenang lewat lagu-lagu ciptaannya meliputi lagu seriosa Indonesia, [[Musik Minang|lagu Minang]], dan mars. Di antara lagu gubahannya yakni "Desaku", "Lintuah", serta mars [[Universitas Andalas]], [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB), dan [[Padang Kota Tercinta]]. Di bidang seni rupa, [[Monumen Padang Area|Tugu Padang Area]] yang merupakan monumen terbesar di Padang dan [[Batu Malin Kundang]] di [[Pantai Air Manis]] adalah hasil rancangannya.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}
'''Prof. Dr. Ibenzani Usman''' ({{lahirmati|[[Padang]], [[Sumatra Barat]]|15|4|1937|[[Padang]], [[Sumatra Barat]]|28|7|1995}}) adalah seorang ahli seni rupa, pendidik, dan komponis Indonesia. Ia merupakan guru besar seni rupa [[Universitas Negeri Padang]] (UNP) dan memiliki andil dalam pengembangan institusi seni rupa di Padang, salah satunya lewat pembentukan Jurusan Seni Rupa di UNP.{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


Ibenzani menekuni bidang seni rupa dari S-1 sampai S-3 di ITB. Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengajar untuk bidang keilmuan seni rupa di beberapa perguruan tinggi Sumatera Barat. Ibenzani menyelesaikan S-3 di ITB pada 1985 lewat disertasi tentang [[Ukiran Minangkabau|seni ukir Minangkabau]].{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}
Ibenzani dikenang lewat lagu-lagu ciptaannya meliputi lagu seriosa Indonesia, [[Musik Minang|lagu Minang]], dan mars. Termasuk di antara lagunya yakni "Desaku", "Lintuah", dan tiga mars: untuk [[Universitas Andalas]], [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB), dan Kota Padang. Di bidang seni rupa, [[Monumen Padang Area|Tugu Padang Area]] yang merupakan monumen terbesar di Padang dan [[Batu Malin Kundang]] di [[Pantai Air Manis]] adalah hasil rancangannya.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}


== Kehidupan pribadi ==
Ibenzani menekuni bidang seni rupa dari S-1 sampai S-3 di ITB. Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengajar untuk bidang keilmuan seni rupa di beberapa perguruan tinggi Sumatra Barat. Ibenzani menyelesaikan S-3 di ITB pada 1985 lewat disertasi tentang [[Ukiran Minangkabau|seni ukir Minangkabau]].{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}
Ibenzani lahir sebagai anak pertama dari pasangan [[Usman Kagami]] dan Dinar Halimatu Saadiah. Ayahnya, Usman merupakan seorang pelukis yang me­rancang desain [[Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera|Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra]]. Ia bekerja sebagai guru seni dan pernah menjadi [[SMA Negeri 1 Padang|Kepala SMA Negeri 1 Padang]]. Dari ayahnya, Ibenzani mendapatkan pelajaran melukis dan bermusik.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Arif Budiman|14 Mei 2017}}

== Kehidupan awal ==
Ibenzani lahir sebagai anak pertama dari pasangan [[Usman Kagami]] dan Dinar Halimatu Saadiah. Ayahnya, Usman merupakan sebagai seorang pelukis yang me­rancang desain [[Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera|Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra]]. Selain terkenal sebagai pelukis, Usman merupakan guru seni dan pernah menjadi [[SMA Negeri 1 Padang|Kepala SMA Negeri 1 Padang]]. Dari ayahnya, Ibenzani mendapatkan pelajaran melukis dan bermusik.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Arif Budiman|14 Mei 2017}}


Saat berusia delapan tahun, Ibenzani kehilangan ibunya. Sepeninggal Dinar, Usman menikahi Marlis Uska, adik Dinar. Ibenzani berikutnya dibesarkan di bawah asuhan Marlis Uska, yang tak lain adalah bibinya sendiri.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Saat berusia delapan tahun, Ibenzani kehilangan ibunya. Sepeninggal Dinar, Usman menikahi Marlis Uska, adik Dinar. Ibenzani berikutnya dibesarkan di bawah asuhan Marlis Uska, yang tak lain adalah bibinya sendiri.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


== Karier ==
Sejak usia sepuluh tahun, Ibenzani sudah pandai memainkan piano. Tamat sekolah dasar pada 1950, ia melanjutkan pendidikan ke [[SMP Negeri 1 Padang]] dan [[SMA Negeri 1 Padang]], masing-masing diselesaikannya pada 1953 dan 1956. Saat di SMA, Ibenzani mulai aktif melakukan kegiatan-kegiatan kesenian di lingkungan sekolah dan luar sekolah. Dengan beberapa temannya, Ibenzani membentuk grup musik. Penguasaannya terhadap alat musik piano mengantarnya memenangkan perlombaan piano di Padang pada 1955 dan Bandung pada 1957.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
{{Multiple image|direction=vertical|align=right|image2=Batu Malin Kundang, Air Manis Beach, Padang 2017-02-14 02.jpg|image1=Padang Monument crop.jpg|width2=210|width1=210|footer=[[Monumen Padang Area|Tugu Padang Area]] (atas) dan [[Batu Malin Kundang]] (bawah)}}


== Menekuni seni rupa ==
=== Seni rupa dan akademik ===
Sebetulnya, Ibenzani memiliki cita-cita sebagai dokter. Namun, ia mengikuti anjuran ayahnya, untuk memilih kuliah di Jurusan Seni Rupa (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain) [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB). Saat masih kuliah, ia mememenangkan sayembara Logo [[Hotel Indonesia]] dan Lambang Kota Padang.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}
Sebetulnya, Ibenzani memiliki cita-cita sebagai dokter. Namun, ia mengikuti anjuran ayahnya, untuk memilih kuliah di Jurusan Seni Rupa (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain) [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB). Saat masih kuliah, ia mememenangkan sayembara Logo [[Hotel Indonesia]] dan Lambang Kota Padang.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}


Setelah meriah gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengabdi sebagai dosen. Bersama rekannya, Adrin Kahar dan Sumarjadi, Ibenzani menginisiasi pembentukan Jurusan Seni Rupa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Andalas, yang kini terpisah menjadi fakultas sendiri di [[Universitas Negeri Padang]] (UNP).{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}
Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengabdi sebagai dosen. Bersama rekannya, [[Adrin Kahar]] dan Sumarjadi, Ibenzani menginisiasi pembentukan Jurusan Seni Rupa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Andalas, yang kini terpisah menjadi fakultas sendiri di [[Universitas Negeri Padang]] (UNP).{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}


Di FKIP Unand yang kelak menjadi UNP, Ibenzani malang melintang mengetuai jurusan di bidang seni. Ia mengetuai Jurusan Seni Rupa FKIP (1965–1969 dan 1973–1977), Jurusan Seni dan Kerajinan FKSS (1969–1973 dan 1977–1979), dan Jurusan Seni Drama Tari dan Musik "Sendratasik" FPBS (1987–1990). Puncak kariernya, yakni sebagai Rektor Institut Sains dan Teknologi Pembangunan Nusantara (ISPTN) Padang sejak 1992 sampai ia meninggal pada 1995.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}
Di FKIP Unand yang kelak menjadi UNP, Ibenzani mengetuai berbagai jurusan di bidang seni. Ia mengetuai Jurusan Seni Rupa FKIP (1965–1969 dan 1973–1977), Jurusan Seni dan Kerajinan FKSS (1969–1973 dan 1977–1979), dan Jurusan Seni Drama Tari dan Musik "Sendratasik" FPBS (1987–1990). Puncak kariernya, yakni sebagai Rektor Institut Sains dan Teknologi Pembangunan Nusantara (ISPTN) Padang sejak 1992 sampai ia meninggal pada 1995.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}


Belakangan, Ibenzani lebih fokus mengangkat masalah ilmiah tentang seni ukir tradisional pada ukiran [[Rumah Gadang|rumah adat Minangkabau]] dan menuliskannya ke dalam disertasi, yang mengantarnya meraih gelar doktor dari ITB pada 1985.
== Musik ==
Di luar disiplin akademiknya di bidang seni rupa, Ibenzani tetap menyalurkan kemampuannya dalam musik. Komposisi musik Ibenzani di antaranya untuk koor, musik seriosa Indonesia, musik rakyat Sumatra Barat, dan nyanyian kanak-kanak. Karya-karyanya berupa lagu Minang masih lengendaris sampai saat ini, di antaranya: "Lintuah", "Pulanglah Yuang", Sadiah", "Pasan Bundo", "Molah Manari", "Lambok Malam", dan lagu khusus berjudul "Minang Rhapsody". Lagu "Lintuah" dibawakan oleh [[Elly Kasim]] dan [[Oslan Husein]].{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


=== Musik ===
Dalam memainkan musik, Ibenzani cenderung menggunakan alat musik piano dan biola, bukan alat musik tradisional seperti saluang atau rabab.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}
Sejak usia sepuluh tahun, Ibenzani sudah pandai memainkan piano. Tamat sekolah dasar pada 1950, ia melanjutkan pendidikan ke [[SMP Negeri 1 Padang]] dan [[SMA Negeri 1 Padang]], masing-masing diselesaikannya pada 1953 dan 1956. Saat di SMA, Ibenzani mulai aktif melakukan kegiatan-kegiatan kesenian di lingkungan sekolah dan luar sekolah. Dengan beberapa temannya, Ibenzani membentuk grup musik. Penguasaannya terhadap alat musik piano mengantarnya memenangkan perlombaan piano di Padang pada 1955 dan Bandung pada 1957.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


Dalam memainkan musik, Ibenzani cenderung menggunakan alat musik piano dan biola, bukan alat musik tradisional seperti saluang atau rabab.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}} Komposisi musik Ibenzani di antaranya untuk koor, musik seriosa Indonesia, musik rakyat Sumatera Barat, dan nyanyian kanak-kanak. Karya-karyanya berupa lagu Minang masih lengendaris sampai saat ini, di antaranya: "Lintuah", "Pulanglah Yuang", Sadiah", "Pasan Bundo", "Molah Manari", "Lambok Malam", dan lagu khusus berjudul "Minang Rhapsody". Lagu "Lintuah" dibawakan oleh [[Elly Kasim]] dan [[Oslan Husein]].{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Untuk almamaternya, ITB, Ibenzani mewariskan dua lagu ciptaan yang sejak tahun 1961 selalu didengungkan setiap perayaan wisuda, yakni "Selamat Datang Tunas Warga ITB" dan "Selamat Jalan Sarjana ITB". Sebagai pencipta lagu, beberapa karyanya mendapat perhatian pengamat musik nasional. Pada 1964, dua lagu seriosa ciptaannya, "Ajakan Suci" dan "Putera Persada" dipilih dan dinyanyikan dalam ajang pemilihan [[Bintang Radio se-Indonesia]]. Pada ajang yang sama, dua karyanya kembali terpilih pada 1965, yakni Pesan "Kartini" dan "Bahana Revolusi". Terakhir dalam pemilihan Bintang Radio se-Indonesia pada 1975, terpilih lagunya berjudul "Desaku". Tak hanya handal dalam mencipta lagu, Ibenzani piawai dalam mengolah komposisi paduan suara. Ia berhasi menyabet salah satu gelar juara dalam ajang Komposisi Paduan Suara di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada 1975 dan 1978.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}

Untuk almamaternya, ITB, Ibenzani mewariskan dua lagu ciptaan yang sejak tahun 1961 selalu didengungkan setiap perayaan wisuda, yakni "Selamat Datang Tunas Warga ITB" dan "Selamat Jalan Sarjana ITB". Sebagai pencipta lagu, beberapa karyanya mendapat perhatian pengamat musik nasional. Pada 1964, dua lagu seriosa ciptaannya, "Ajakan Suci" dan "Putera Persada" dipilih dan dinyanyikan dalam ajang pemilihan [[Bintang Radio se-Indonesia]]. Pada ajang yang sama, dua karyanya kembali terpilih pada 1965, yakni Pesan "Kartini" dan "Bahana Revolusi". Terakhir dalam pemilihan Bintang Radio se-Indonesia pada 1975, terpilih lagunya berjudul "Desaku". Tak hanya handal dalam mencipta lagu, Ibenzani piawai dalam mengolah komposisi paduan suara. Ia berhasi menyabet salah satu gelar juara dalam ajang Komposisi Paduan Suara di [[Taman Ismail Marzuki]] (TIM) pada 1975 dan 1978.{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}[[Berkas:Lambang Padang alternatif.png|jmpl|Lambang Kota Padang, salah satu peninggalan Ibenzani]]


Selain itu, karya-karya Ibenzani yang lain di antaranya: "Padang Kota Tercinta", "Mars Universitas Andalas", "Taman Seruni", "Baiduri Permata", "Dambaan Kasih", "Kembalilah Sayang", "Senja Indah", "Gita Pribadi", "Untuk Putriku", "Pahlawan Revolusi", "Bisikan Sukma Satria", "Fajar Menyingsing", "Sayang Ibu dan Ayah", "Indonesia Kubanggakan", dan "Angkatan '66".{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Selain itu, karya-karya Ibenzani yang lain di antaranya: "Padang Kota Tercinta", "Mars Universitas Andalas", "Taman Seruni", "Baiduri Permata", "Dambaan Kasih", "Kembalilah Sayang", "Senja Indah", "Gita Pribadi", "Untuk Putriku", "Pahlawan Revolusi", "Bisikan Sukma Satria", "Fajar Menyingsing", "Sayang Ibu dan Ayah", "Indonesia Kubanggakan", dan "Angkatan '66".{{sfn|Masoed Abidin|2005|pp=186–187}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}


Pada Maret 1978, Ibenzani bersama [[Trisuci Kamal]], [[Slamet Abdul Sjukur]], dan [[FX Sutopo]] yang tergabung dalam [[Ikatan Komponis Indonesia]] (IKI) Jakarta berkesempatan mengikuti Asian Composers League Conference ke-5 yang berlangsung di [[Bangkok]], [[Thailand]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
Pada Maret 1978, Ibenzani bersama [[Trisuci Kamal]], [[Slamet Abdul Sjukur]], dan [[FX Sutopo]] yang tergabung dalam [[Ikatan Komponis Indonesia]] (IKI) Jakarta berkesempatan mengikuti Asian Composers League Conference ke-5 yang berlangsung di [[Bangkok]], [[Thailand]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
== Meninggal dunia ==
Ibenzani banyak meninggalkan karya tulisnya yang menunjukkan kemampuannya dalam menulis gagasan dan pandangannya tentang kesenian. Ia telah melakukan sekitar tujuh kali penelitian ilmiah dan 39 makalah yang telah disampaikan di berbagai forum seminar dan diskusi. Makalah berjudul "Nilai Estetika dalam Kaligrafi Islam" yang ia siapkan untuk Milad Fakultas Adab [[IAIN Imam Bonjol]] ke-32, malahan tidak sempat ia uraikan karena harus menjalani masa perawatan di di [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil|RSUP Dr. M. Djamil]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}


Ia meninggal pada 28 Juli 1995 karena penyakit jantung yang dideritanya. Almamternya, ITB kelak menyematkan penghargaan Ganesa Wirya Jasa Adiutama pada 2009 atas "sumbangsih yang luar biasa dalam bidang pengembangan institusi".{{sfn|itb.ac.id|2009}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}
== Meninggal ==
[[Berkas:Lambang Padang alternatif.png|jmpl|Lambang Kota Padang, salah satu peninggalan Ibenzani]]


== Referensi ==
Belakangan, Ibenzani lebih fokus mengangkat masalah ilmiah tentang seni ukir tradisional pada ukiran rumah adat Minangkabau dan menuliskannya ke dalam disertasi, yang mengantarnya meraih gelar doktor dari ITB pada 1985. Selain itu, ia banyak meninggalkan karya tulisnya yang menunjukkan kemampuannya dalam menulis gagasan dan pandangannya tentang kesenian. Ia telah melakukan sekitar tujuh kali penelitian ilmiah dan 39 makalah yang telah disampaikan di berbagai forum seminar dan diskusi. Makalah berjudul "Nilai Estetika dalam Kaligrafi Islam" yang ia siapkan untuk Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol ke-32, malahan tidak sempat ia uraikan karena harus menjalani masa perawatan di di [[Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil|RSUP Dr. M. Djamil]].{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}{{sfn|Nazif Basir|2017|pp=151–153}}
{{reflist}}


== Daftar pustaka ==
Ibenzani meninggal pada 28 Juli 1995 karena penyakit jantung yang dideritanya. Almamternya, ITB kelak menyematkan penghargaan Ganesa Wirya Jasa Adiutama pada 2009 atas sumbangsih Ibenzani yang luar biasa dalam bidang pengembangan institusi.{{sfn|itb.ac.id|2009}}{{sfn|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995|pp=78–80}}

== Rujukan ==
; Catatan kaki
{{reflist}}
; Daftar pustaka
{{refbegin}}
{{refbegin}}


* {{cite book|title=In Memoriam: 100 Seniman, Wartawan, & Budayawan Sumatra Barat|author=Nazif Basir|authorlink=Nazif Basir|year=2017|publisher=[[Horison (majalah)|Horizon]]|isbn=978-602-8168-29-8|ref= {{sfnRef|Nazif Basir|2017}}}}
* {{cite book|title=In Memoriam: 100 Seniman, Wartawan, & Budayawan Sumatera Barat|author=Nazif Basir|authorlink=Nazif Basir|year=2017|publisher=[[Horison (majalah)|Horizon]]|isbn=978-602-8168-29-8|ref= {{sfnRef|Nazif Basir|2017}}}}
* {{Cite news|url=|title=Tetenger Kota Padang, "Sandera" Sejarah Tugu Padang Lidah Api|date=26 Februari 2019|work=Harian Khazanah|first2=|author=Rahmat Irfan Denas|access-date=|ref= {{sfnRef|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}}}
* {{Cite news|url=|title=Tetenger Kota Padang, "Sandera" Sejarah Tugu Padang Lidah Api|date=26 Februari 2019|work=Harian Khazanah|first2=|author=Rahmat Irfan Denas|access-date=|ref= {{sfnRef|Rahmat Irfan Denas|26 Februari 2019}}}}
* {{Cite book|title=Ensiklopedi Minangkabau|last=Abidin|first=Masoed|authorlink=Masoed Abidin|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|url=https://books.google.co.id/books/about/Ensiklopedi_Minangkabau.html?id=VJFuAAAAMAAJ|year=2005|location=Padang|isbn=979-379-723-1|ref= {{sfnRef|Masoed Abidin|2005}}}}
* {{Cite book|title=Ensiklopedi Minangkabau|last=Abidin|first=Masoed|authorlink=Masoed Abidin|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|url=https://books.google.co.id/books/about/Ensiklopedi_Minangkabau.html?id=VJFuAAAAMAAJ|year=2005|location=Padang|isbn=979-379-723-1|ref= {{sfnRef|Masoed Abidin|2005}}}}
* {{Cite journal|url=https://books.google.co.id/books?id=R3RuAAAAMAAJ&q=Jurnal+Kebudayaan+Genta+Budaya+%22IBENZANI+USMAN%22&dq=Jurnal+Kebudayaan+Genta+Budaya+%22IBENZANI+USMAN%22&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj7guHigPjgAhXF6XMBHfhNCq0Q6AEIKTAA|title=In Memoriam Prof. Dr. Ibenzani Usman|work=Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|publisher=Yayasan Genta Budaya|year=1995|location=Padang|ref= {{sfnRef|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995}}}}
* {{Cite journal|url=https://books.google.co.id/books?id=R3RuAAAAMAAJ&q=Jurnal+Kebudayaan+Genta+Budaya+%22IBENZANI+USMAN%22&dq=Jurnal+Kebudayaan+Genta+Budaya+%22IBENZANI+USMAN%22&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj7guHigPjgAhXF6XMBHfhNCq0Q6AEIKTAA|title=In Memoriam Prof. Dr. Ibenzani Usman|work=Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|publisher=Yayasan Genta Budaya|year=1995|location=Padang|ref= {{sfnRef|Jurnal Kebudayaan Genta Budaya|1995}}}}
* {{cite web|url=https://www.itb.ac.id/news/read/2358/home/dies-emas-itb-28-orang-terima-penghargaan-dalam-sidang-terbuka|title=Dies Emas ITB: 28 Orang Terima Penghargaan dalam Sidang Terbuka|publisher=Institut Teknologi Bandung|date=2 Maret 2009|work=itb.ac.id|ref= {{sfnRef|itb.ac.id|2009}}}}
* {{cite web|url=https://www.itb.ac.id/news/read/2358/home/dies-emas-itb-28-orang-terima-penghargaan-dalam-sidang-terbuka|title=Dies Emas ITB: 28 Orang Terima Penghargaan dalam Sidang Terbuka|publisher=Institut Teknologi Bandung|date=2 Maret 2009|work=itb.ac.id|ref= {{sfnRef|itb.ac.id|2009}}}}
* {{cite web|url=http://harian.analisadaily.com/seni/news/sisi-rupa-uang-kertas-sumatera/345251/2017/05/14|title=Sisi Rupa Uang Kertas Sumatra|work=[[Harian Analisa]]|date=14 Mei 2017|author=Arif Budiman|ref= {{sfnRef|Arif Budiman|14 Mei 2017}}}}
* {{cite web|url=http://harian.analisadaily.com/seni/news/sisi-rupa-uang-kertas-sumatera/345251/2017/05/14|title=Sisi Rupa Uang Kertas Sumatra|work=[[Harian Analisa]]|date=14 Mei 2017|author=Arif Budiman|ref={{sfnRef|Arif Budiman|14 Mei 2017}}|access-date=2019-03-11|archive-date=2019-03-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20190317035202/http://harian.analisadaily.com/seni/news/sisi-rupa-uang-kertas-sumatera/345251/2017/05/14|dead-url=yes}}
{{refend}}
{{refend}}
{{Authority control}}


[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Seniman Minangkabau]]
[[Kategori:Musisi Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Guru besar Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Pemusik Indonesia]]
[[Kategori:Pemusik Indonesia]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Pencipta lagu Indonesia]]
[[Kategori:Penulis lagu Indonesia]]
[[Kategori:Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Universitas Andalas]]
[[Kategori:Universitas Andalas]]
[[Kategori:Universitas Negeri Padang]]
[[Kategori:Universitas Negeri Padang]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia asal Bandung]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia asal Padang]]

Revisi terkini sejak 12 Februari 2024 16.17

Infobox orangIbenzani Usman

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran15 April 1937 Edit nilai pada Wikidata
Kematian28 Januari 1995 Edit nilai pada Wikidata (57 tahun)
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpemusik Edit nilai pada Wikidata

Prof. Dr. Ibenzani Usman (15 April 1937 – 28 Juli 1995) adalah seorang ahli seni rupa, pendidik, dan komponis Indonesia. Ia merupakan guru besar seni rupa Universitas Negeri Padang (UNP) dan memiliki andil dalam pengembangan institusi seni rupa di Padang, salah satunya lewat pembentukan Jurusan Seni Rupa di UNP.[1]

Ibenzani dikenang lewat lagu-lagu ciptaannya meliputi lagu seriosa Indonesia, lagu Minang, dan mars. Di antara lagu gubahannya yakni "Desaku", "Lintuah", serta mars Universitas Andalas, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Padang Kota Tercinta. Di bidang seni rupa, Tugu Padang Area yang merupakan monumen terbesar di Padang dan Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis adalah hasil rancangannya.[2][3]

Ibenzani menekuni bidang seni rupa dari S-1 sampai S-3 di ITB. Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengajar untuk bidang keilmuan seni rupa di beberapa perguruan tinggi Sumatera Barat. Ibenzani menyelesaikan S-3 di ITB pada 1985 lewat disertasi tentang seni ukir Minangkabau.[2]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Ibenzani lahir sebagai anak pertama dari pasangan Usman Kagami dan Dinar Halimatu Saadiah. Ayahnya, Usman merupakan seorang pelukis yang me­rancang desain Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra. Ia bekerja sebagai guru seni dan pernah menjadi Kepala SMA Negeri 1 Padang. Dari ayahnya, Ibenzani mendapatkan pelajaran melukis dan bermusik.[2][1][4]

Saat berusia delapan tahun, Ibenzani kehilangan ibunya. Sepeninggal Dinar, Usman menikahi Marlis Uska, adik Dinar. Ibenzani berikutnya dibesarkan di bawah asuhan Marlis Uska, yang tak lain adalah bibinya sendiri.[2][1]

Seni rupa dan akademik

[sunting | sunting sumber]

Sebetulnya, Ibenzani memiliki cita-cita sebagai dokter. Namun, ia mengikuti anjuran ayahnya, untuk memilih kuliah di Jurusan Seni Rupa (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat masih kuliah, ia mememenangkan sayembara Logo Hotel Indonesia dan Lambang Kota Padang.[2][1][5]

Setelah meraih gelar sarjana pada 1962, ia pulang ke Padang dan mengabdi sebagai dosen. Bersama rekannya, Adrin Kahar dan Sumarjadi, Ibenzani menginisiasi pembentukan Jurusan Seni Rupa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Andalas, yang kini terpisah menjadi fakultas sendiri di Universitas Negeri Padang (UNP).[2][3]

Di FKIP Unand yang kelak menjadi UNP, Ibenzani mengetuai berbagai jurusan di bidang seni. Ia mengetuai Jurusan Seni Rupa FKIP (1965–1969 dan 1973–1977), Jurusan Seni dan Kerajinan FKSS (1969–1973 dan 1977–1979), dan Jurusan Seni Drama Tari dan Musik "Sendratasik" FPBS (1987–1990). Puncak kariernya, yakni sebagai Rektor Institut Sains dan Teknologi Pembangunan Nusantara (ISPTN) Padang sejak 1992 sampai ia meninggal pada 1995.[2]

Belakangan, Ibenzani lebih fokus mengangkat masalah ilmiah tentang seni ukir tradisional pada ukiran rumah adat Minangkabau dan menuliskannya ke dalam disertasi, yang mengantarnya meraih gelar doktor dari ITB pada 1985.

Sejak usia sepuluh tahun, Ibenzani sudah pandai memainkan piano. Tamat sekolah dasar pada 1950, ia melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Padang dan SMA Negeri 1 Padang, masing-masing diselesaikannya pada 1953 dan 1956. Saat di SMA, Ibenzani mulai aktif melakukan kegiatan-kegiatan kesenian di lingkungan sekolah dan luar sekolah. Dengan beberapa temannya, Ibenzani membentuk grup musik. Penguasaannya terhadap alat musik piano mengantarnya memenangkan perlombaan piano di Padang pada 1955 dan Bandung pada 1957.[2][1]

Dalam memainkan musik, Ibenzani cenderung menggunakan alat musik piano dan biola, bukan alat musik tradisional seperti saluang atau rabab.[2] Komposisi musik Ibenzani di antaranya untuk koor, musik seriosa Indonesia, musik rakyat Sumatera Barat, dan nyanyian kanak-kanak. Karya-karyanya berupa lagu Minang masih lengendaris sampai saat ini, di antaranya: "Lintuah", "Pulanglah Yuang", Sadiah", "Pasan Bundo", "Molah Manari", "Lambok Malam", dan lagu khusus berjudul "Minang Rhapsody". Lagu "Lintuah" dibawakan oleh Elly Kasim dan Oslan Husein.[2][1]

Untuk almamaternya, ITB, Ibenzani mewariskan dua lagu ciptaan yang sejak tahun 1961 selalu didengungkan setiap perayaan wisuda, yakni "Selamat Datang Tunas Warga ITB" dan "Selamat Jalan Sarjana ITB". Sebagai pencipta lagu, beberapa karyanya mendapat perhatian pengamat musik nasional. Pada 1964, dua lagu seriosa ciptaannya, "Ajakan Suci" dan "Putera Persada" dipilih dan dinyanyikan dalam ajang pemilihan Bintang Radio se-Indonesia. Pada ajang yang sama, dua karyanya kembali terpilih pada 1965, yakni Pesan "Kartini" dan "Bahana Revolusi". Terakhir dalam pemilihan Bintang Radio se-Indonesia pada 1975, terpilih lagunya berjudul "Desaku". Tak hanya handal dalam mencipta lagu, Ibenzani piawai dalam mengolah komposisi paduan suara. Ia berhasi menyabet salah satu gelar juara dalam ajang Komposisi Paduan Suara di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1975 dan 1978.[2][1][5]

Lambang Kota Padang, salah satu peninggalan Ibenzani

Selain itu, karya-karya Ibenzani yang lain di antaranya: "Padang Kota Tercinta", "Mars Universitas Andalas", "Taman Seruni", "Baiduri Permata", "Dambaan Kasih", "Kembalilah Sayang", "Senja Indah", "Gita Pribadi", "Untuk Putriku", "Pahlawan Revolusi", "Bisikan Sukma Satria", "Fajar Menyingsing", "Sayang Ibu dan Ayah", "Indonesia Kubanggakan", dan "Angkatan '66".[2][1]

Pada Maret 1978, Ibenzani bersama Trisuci Kamal, Slamet Abdul Sjukur, dan FX Sutopo yang tergabung dalam Ikatan Komponis Indonesia (IKI) Jakarta berkesempatan mengikuti Asian Composers League Conference ke-5 yang berlangsung di Bangkok, Thailand.[1]

Meninggal dunia

[sunting | sunting sumber]

Ibenzani banyak meninggalkan karya tulisnya yang menunjukkan kemampuannya dalam menulis gagasan dan pandangannya tentang kesenian. Ia telah melakukan sekitar tujuh kali penelitian ilmiah dan 39 makalah yang telah disampaikan di berbagai forum seminar dan diskusi. Makalah berjudul "Nilai Estetika dalam Kaligrafi Islam" yang ia siapkan untuk Milad Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol ke-32, malahan tidak sempat ia uraikan karena harus menjalani masa perawatan di di RSUP Dr. M. Djamil.[1][5]

Ia meninggal pada 28 Juli 1995 karena penyakit jantung yang dideritanya. Almamternya, ITB kelak menyematkan penghargaan Ganesa Wirya Jasa Adiutama pada 2009 atas "sumbangsih yang luar biasa dalam bidang pengembangan institusi".[6][1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]