Lompat ke isi

Disinfektan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
24Adrianus (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(36 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Disinfection liquid.JPG|right|thumb|150px|Cairan disinfektan]]
[[Berkas:Disinfection liquid.JPG|ka|jmpl|150px|Cairan disinfektan]]
'''Disinfektan''' adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya [[infeksi]] atau pencemaran oleh [[jasad renik]] atau [[obat]] untuk membasmi [[kuman|kuman penyakit]] <ref name="DPNI">{{en}}Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008.'' Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref> Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.<ref name="Purnawijayanti">Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.</ref><ref name="Havard">Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.</ref> Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.<ref name="Purnawijayanti"/> Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri<ref name="Darmadi">Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.</ref>
'''Disinfektan''' atau '''pengawajangkit''' adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya [[infeksi]] atau pencemaran oleh [[jasad renik]] atau [[obat]] untuk membasmi [[kuman|kuman penyakit]].<ref name="DPNI">{{en}}Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008.'' Kamus Besar Bahasa Indonesia''. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref> Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh [[mikroorganisme]] yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.<ref name="Purnawijayanti">Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.</ref><ref name="Havard">Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.</ref> Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.<ref name="Purnawijayanti"/> Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh [[spora bakteri]] sehingga dibutuhkan metode lain seperti [[sterilisasi]] dengan [[autoklaf]].<ref name="Darmadi">Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.</ref>


==Efektivitas==
== Efektivitas ==
[[File:Desinfectqtion du banc de touche après un match de football contre la covid 19.jpg|thumb|penyemprotan disinfektan di stadion sebelum pagelaran sepakbola]]
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.<ref name="Purnawijayanti"/> Lama paparan minimum yang efektif bagi proses disinfeksi adalah dua menit, sedangkan suhu optimum disinfektan berkisar antara 21,1-37,8°C.<ref name="Purnawijayanti"/>pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.<ref name="Purnawijayanti"/> Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organic.<ref name="Purnawijayanti"/>
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, [[suhu]], konsentrasi disinfektan, [[pH]], dan ada tidaknya bahan pengganggu.<ref name="Purnawijayanti"/> pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.<ref name="Purnawijayanti"/> Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/>


==Jenis-Jenis==
== Jenis-Jenis ==
===Klorin===
=== ''Klorin'' ===
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolism karbohidrat mikroorganisme.<ref name="Purnawijayanti"/> Disinfektan ini cukup banyak digunakan karena harganya tergolong murah, mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri negative.<ref name="Purnawijayanti"/>Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik.<ref name="Purnawijayanti"/>
Senyawa [[klorin]] yang paling aktif adalah [[asam hipoklorit]].<ref name="Purnawijayanti"/> Mekanisme kerjanya adalah menghambat [[oksidasi]] [[glukosa]] dalam [[sel]] mikroorganisme dengan cara menghambat [[enzim|enzim-enzim]] yang terlibat dalam [[metabolisme]] [[karbohidrat]] .<ref name="Purnawijayanti"/> Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi [[bakteri gram positif]] dan [[bakteri gram negatif]].<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan [[korosi]] pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.<ref name="Purnawijayanti"/> Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.<ref name="Purnawijayanti"/>


===Iodin===
=== Iodin ===
Iodin merupakan disinfektan yang paling baik terutama untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> 2 tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.<ref name="Chandra"/> Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.<ref name="Purnawijayanti"/> Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49°C.<ref name="Purnawijayanti"/>
[[Iodin]] merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.<ref name="Chandra">Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref> Dua tetes iodine 2% dalam larutan [[etanol]] cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.<ref name="Chandra"/> Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah [[iodofor]].<ref name="Purnawijayanti"/> Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, tetapi tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.<ref name="Purnawijayanti"/> Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49&nbsp;°C.<ref name="Purnawijayanti"/>


===Alkohol===
=== Alkohol ===
Merupakan disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya thermometer oral.<ref name="Darmadi"/> Umumnya digunakan etil dan isopropyl alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.<ref name="Darmadi"/>
[[Alkohol]] disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya [[termometer]] oral.<ref name="Darmadi"/> Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.<ref name="Darmadi"/>


===Amonium Kuartener===
=== Amonium Kuartener ===
Senyawa ini merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya<ref name="Purnawijayanti"/>. Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide atau lauril dimetil benzyl klorida<ref name="Purnawijayanti"/>. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negative, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)<ref name="Purnawijayanti"/>. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap<ref name="Purnawijayanti"/>.
[[Amonium kuartener]] merupakan garam [[ammonium]] dengan substitusi [[gugus alkil]] pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya.<ref name="Purnawijayanti"/> Umumnya yang digunakan adalah [[cetyl trimetil ammonium bromide]] (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida.<ref name="Purnawijayanti"/> Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam).<ref name="Purnawijayanti"/> Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap.<ref name="Purnawijayanti"/>
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas desinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu<ref name="Purnawijayanti"/>.
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.<ref name="Purnawijayanti"/>


===Formaldehida===
=== Formaldehida ===
Umumnya dikenal dengan formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%<ref name="Darmadi"/>. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan<ref name="Darmadi"/>. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organic<ref name="Darmadi"/>.
[[Formaldehida]] atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%.<ref name="Darmadi"/> Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat [[karsinogenik]] pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.<ref name="Darmadi"/> Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikrob dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.<ref name="Darmadi"/>


===Kalium permanganat===
=== Kalium permanganat ===
Kalium permanganate merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk desinfeksi air<ref name="Chandra"/>. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air<ref name="Chandra"/>. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholera<ref name="Chandra"/>.
[[Kalium permanganat]] merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air.<ref name="Chandra"/> Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air.<ref name="Chandra"/> Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri ''[[Vibrio cholerae]]''.<ref name="Chandra"/>


===Fenol===
=== Fenol ===
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lysol dan kreolin<ref name="Darmadi"/><ref name="Sumawinata"/>. Fenol dapat diperoleh melalui destilasi coal tar atau produk minyak bumi tertentu<ref name="Sumawinata"/>. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, <ref name="Sumawinata"/> Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref>
[[Fenol]] merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin.<ref name="Darmadi"/><ref name="Sumawinata"/> Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu.<ref name="Sumawinata"/> Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi,<ref name="Sumawinata"/> Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran [[dinding sel]] dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.<ref name="Sumawinata">Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.</ref>


== Lihat pula ==





== Lihat Pula ==
* [[Sterilisasi (mikrobiologi)]]
* [[Sterilisasi (mikrobiologi)]]
* [[Antiseptik]]
* [[Antiseptik]]
Baris 40: Baris 36:
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pranala luar ==
* [http://www.mansfield.ohio-state.edu/~sabedon/black12.htm Ohio State University lecture on Sterilization and Disinfection] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100724144955/http://www.mansfield.ohio-state.edu/~sabedon/black12.htm |date=2010-07-24 }}
* [http://www.housekeepingchannel.com/showarticle.php?id=253 What Germs Are We Killing? Testing and Classifying Disinfectants]
* [http://www.bccdc.org/downloads/pdf/epid/reports/CDManual_DisinfectntSelectnGuidelines_sep2003_nov05-03.pdf Disinfectant Selection Guide] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090823195546/http://www.bccdc.org/downloads/pdf/epid/reports/CDManual_DisinfectntSelectnGuidelines_sep2003_nov05-03.pdf |date=2009-08-23 }}
* [http://www.newton.dep.anl.gov/askasci/chem03/chem03856.htm Disinfectant and Non-Chlorine Bleach] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100601163950/http://www.newton.dep.anl.gov/askasci/chem03/chem03856.htm |date=2010-06-01 }}—Office of DOE Science Education
* [http://www.wien.gv.at/english/environment/protection/oekokauf/disinfectants/index.html The Viennese Database for Disinfectants (WIDES Database)]

{{Konsep dalam penyakit infeksius}}

[[Kategori:Disinfektan| ]]
[[Kategori:Mikrobiologi]]
[[Kategori:Mikrobiologi]]
[[Kategori:Disinfektan]]
[[Kategori:Kedokteran]]
[[Kategori:Kedokteran]]

[[ar:ديسينفيكتانت]]
[[bg:Дезинфекция]]
[[cs:Dezinfekce]]
[[da:Desinfektion]]
[[de:Desinfektion]]
[[en:Disinfectant]]
[[eo:Seninfektigo]]
[[es:Desinfectante]]
[[fi:Desinfiointi]]
[[fr:Désinfectant]]
[[he:חיטוי]]
[[io:Desinfekto]]
[[it:Disinfezione]]
[[ja:消毒]]
[[nl:Ontsmettingsmiddel]]
[[no:Desinfeksjon]]
[[pl:Dezynfekcja]]
[[pt:Desinfecção]]
[[ro:Dezinfectare]]
[[ru:Дезинфекция]]
[[simple:Disinfectant]]
[[sk:Dezinfekcia]]
[[sv:Desinfektion]]
[[tl:Disenpektante]]
[[tr:Dezenfektasyon]]
[[uk:Дезінфікувальні засоби]]
[[zh:消毒]]

Revisi terkini sejak 14 Februari 2024 16.36

Cairan disinfektan

Disinfektan atau pengawajangkit adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit.[1] Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.[2][3] Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.[2] Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf.[4]

Efektivitas

[sunting | sunting sumber]
penyemprotan disinfektan di stadion sebelum pagelaran sepakbola

Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.[2] pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.[2] Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.[2]

Jenis-Jenis

[sunting | sunting sumber]

Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat .[2] Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.[2] Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.[2]

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.[5] Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, tetapi tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.[2]

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.[4] Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4]

Amonium Kuartener

[sunting | sunting sumber]

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya.[2] Umumnya yang digunakan adalah cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida.[2] Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam).[2] Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap.[2] Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.[2]

Formaldehida

[sunting | sunting sumber]

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%.[4] Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.[4] Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikrob dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.[4]

Kalium permanganat

[sunting | sunting sumber]

Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air.[5] Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air.[5] Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.[5]

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin.[4][6] Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu.[6] Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi,[6] Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  3. ^ Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble Books.
  4. ^ a b c d e f g Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
  5. ^ a b c d e Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  6. ^ a b c d Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]