Lompat ke isi

Rakai Gurunwangi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Naval Scene (bicara | kontrib)
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 22: Baris 22:
Menurut daftar raja dalam [[Prasasti Mantyasih]] (907 M), nama Rakai Gurunwangi dan beberapa raja Medang lainnya tidak ditemukan.<ref name=":032" /> Hal ini kemungkinan karena Prasasti Mantyasih menyebutkan hanya raja-raja yang memerintah lama dan berkuasa penuh, sehingga gelar pada nama raja-raja keturunan Sanjaya pada prasasti tersebut ialah ''Sri Maharaja''.<ref>{{Cite journal|last=Hardani|first=Kayato|date=Mei 2010|title=Rajya Rajya Ing Jawa Madhya, Raja-Raja Mataram Kuna Abad 9-10 Masehi: Perbandingan Antara Naskah Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara Dengan Prasasti Wanua Tengah III|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/388/355|journal=Berkala Arkeologi Volume 30 No. 1 Mei 2010|access-date=22 Januari 2020}}</ref> Namanya disebutkan dalam Prasasti Wanua Tengah III yang memuat daftar raja Medang yang lebih lengkap, termasuk raja-raja yang memerintah dalam waktu yang singkat.<ref name=":4">{{Cite book|last=Muljana|first=Prof Dr Slamet|date=2005-01-01|url=https://books.google.com/books?id=zu5mDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA82&dq=Rake+Limus&hl=id|title=Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-8451-35-5|page=82|language=id}}</ref><ref name=":3">{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=I0RPEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA167&dq=Rake+Limus&hl=id|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-408-4|page=302|language=id}}</ref>
Menurut daftar raja dalam [[Prasasti Mantyasih]] (907 M), nama Rakai Gurunwangi dan beberapa raja Medang lainnya tidak ditemukan.<ref name=":032" /> Hal ini kemungkinan karena Prasasti Mantyasih menyebutkan hanya raja-raja yang memerintah lama dan berkuasa penuh, sehingga gelar pada nama raja-raja keturunan Sanjaya pada prasasti tersebut ialah ''Sri Maharaja''.<ref>{{Cite journal|last=Hardani|first=Kayato|date=Mei 2010|title=Rajya Rajya Ing Jawa Madhya, Raja-Raja Mataram Kuna Abad 9-10 Masehi: Perbandingan Antara Naskah Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara Dengan Prasasti Wanua Tengah III|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/388/355|journal=Berkala Arkeologi Volume 30 No. 1 Mei 2010|access-date=22 Januari 2020}}</ref> Namanya disebutkan dalam Prasasti Wanua Tengah III yang memuat daftar raja Medang yang lebih lengkap, termasuk raja-raja yang memerintah dalam waktu yang singkat.<ref name=":4">{{Cite book|last=Muljana|first=Prof Dr Slamet|date=2005-01-01|url=https://books.google.com/books?id=zu5mDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA82&dq=Rake+Limus&hl=id|title=Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-8451-35-5|page=82|language=id}}</ref><ref name=":3">{{Cite book|last=Notosusanto|first=Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=I0RPEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA167&dq=Rake+Limus&hl=id|title=Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno|publisher=Balai Pustaka (Persero), PT|isbn=978-979-407-408-4|page=302|language=id}}</ref>


Selain itu, pada prasasti-prasasti pendek di [[Candi Plaosan|Candi Plaosan Lor]] ditemukan tokoh-tokoh bergelar '''Rakai Gurunwangi Dyah Saladu''' dan '''Rakai Gurunwangi Dyah Ranu''' sebagai penyumbang pada pembangunan bangunan suci itu.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-prasasti-pendek-dari-candi-plaosan-lor/|title=PRASASTI-PRASASTI PENDEK DARI CANDI PLAOSAN LOR|last=BPCB Jateng|first=|date=11 September 2014|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=29 Januari 2020}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=B1BmDwAAQBAJ&pg=PA146&dq=Gurunwangi+Dyah+Ranu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiwy77Ez6jnAhWXILcAHW83CoYQuwUITzAE#v=onepage&q=Gurunwangi%20Dyah%20Ranu&f=false|title=Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara|last=Sukamto|date=2018-07-04|publisher=Deepublish|isbn=978-602-475-476-1|language=id}}</ref> Tulisan pada prasasti-prasasti pendek tersebut tanpa tahun, namun diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-9.<ref name=":2" /> Terdapat dugaan bahwa Rakai Gurunwangi Dyah Saladu adalah gelar [[Rakai Pikatan|Rakai Pikatan Dyah Saladu]] sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi di barisan luar); sedangkan Rakai Gurunwangi Dyah Ranu adalah gelar lain dari Rake Gurunwangi Dyah Bhadra sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi di barisan dalam).<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Mx4NAQAAMAAJ&q=dyah+ranu+dyah+saladu&dq=dyah+ranu+dyah+saladu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjhuLqA1KjnAhWRzTgGHTRaB5U4ChDoAQgoMAA|title=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië|date=2006|publisher=M. Nijhoff|language=en}}</ref>
Selain itu, pada prasasti-prasasti pendek di [[Candi Plaosan|Candi Plaosan Lor]] ditemukan tokoh-tokoh bergelar '''Rakai Gurunwangi Dyah Saladu''' dan '''Rakai Gurunwangi Dyah Ranu''' sebagai penyumbang pada pembangunan bangunan suci itu.<ref name=":2" /><ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/prasasti-prasasti-pendek-dari-candi-plaosan-lor/|title=PRASASTI-PRASASTI PENDEK DARI CANDI PLAOSAN LOR|last=BPCB Jateng|first=|date=11 September 2014|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=29 Januari 2020}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=B1BmDwAAQBAJ&pg=PA146&dq=Gurunwangi+Dyah+Ranu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiwy77Ez6jnAhWXILcAHW83CoYQuwUITzAE#v=onepage&q=Gurunwangi%20Dyah%20Ranu&f=false|title=Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara|last=Sukamto|date=2018-07-04|publisher=Deepublish|isbn=978-602-475-476-1|language=id}}</ref> Tulisan pada prasasti-prasasti pendek tersebut tanpa tahun, namun diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-9.<ref name=":2" /> Terdapat dugaan bahwa Rakai Gurunwangi Dyah Saladu adalah gelar [[Rakai Pikatan|Rakai Pikatan Dyah Saladu]] sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi perwara di barisan luar); sedangkan Rakai Gurunwangi Dyah Ranu adalah gelar lain dari Rake Gurunwangi Dyah Bhadra sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi perwara di barisan dalam).<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Mx4NAQAAMAAJ&q=dyah+ranu+dyah+saladu&dq=dyah+ranu+dyah+saladu&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjhuLqA1KjnAhWRzTgGHTRaB5U4ChDoAQgoMAA|title=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië|date=2006|publisher=M. Nijhoff|language=en}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 41: Baris 41:
[[Kategori:Raja Medang]]
[[Kategori:Raja Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
[[Kategori:Wangsa Sailendra]]
[[Kategori:Wangsa Sanjaya]]

Revisi terkini sejak 17 Februari 2024 11.33

Rakai Gurunwangi
Rake Gurunwangi Dyah Bhadra
(menurut Prasasti Wanua Tengah III)
Sri Maharaja Rake Gurunwangi
(menurut Prasasti Munggu Antan)
Raja Medang ke-11
Berkuasa18 Januari 887-14 Februari 887 M
PendahuluRakai Panumwangan
PenerusRakai Watuhumalang
WangsaSanjaya
AgamaHindu

Rakai Gurunwangi Dyah Bhadra adalah Raja Medang (Mataram Kuno) kesebelas yang memerintah sekitar tahun 887 M.[1][2] Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908 M), ia memerintah antara 18 Januari 887 s.d. 14 Februari 887 M.[3][4] Sesudahnya, terjadi masa kekosongan pemerintahan (interregnum) selama 7 tahun.[5] Kemudian, pada 21 November 894 M Rakai Watuhumalang naik tahta.[5]

Selain dalam Prasasti Wanua Tengah III, namanya juga dikenal dalam Prasasti Munggu Antan (887 M) dengan gelar Sri Maharaja Rake Gurunwangi.[6][7]

Keterangan prasasti

[sunting | sunting sumber]

Menurut daftar raja dalam Prasasti Mantyasih (907 M), nama Rakai Gurunwangi dan beberapa raja Medang lainnya tidak ditemukan.[5] Hal ini kemungkinan karena Prasasti Mantyasih menyebutkan hanya raja-raja yang memerintah lama dan berkuasa penuh, sehingga gelar pada nama raja-raja keturunan Sanjaya pada prasasti tersebut ialah Sri Maharaja.[8] Namanya disebutkan dalam Prasasti Wanua Tengah III yang memuat daftar raja Medang yang lebih lengkap, termasuk raja-raja yang memerintah dalam waktu yang singkat.[9][10]

Selain itu, pada prasasti-prasasti pendek di Candi Plaosan Lor ditemukan tokoh-tokoh bergelar Rakai Gurunwangi Dyah Saladu dan Rakai Gurunwangi Dyah Ranu sebagai penyumbang pada pembangunan bangunan suci itu.[7][11][12] Tulisan pada prasasti-prasasti pendek tersebut tanpa tahun, namun diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-9.[7] Terdapat dugaan bahwa Rakai Gurunwangi Dyah Saladu adalah gelar Rakai Pikatan Dyah Saladu sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi perwara di barisan luar); sedangkan Rakai Gurunwangi Dyah Ranu adalah gelar lain dari Rake Gurunwangi Dyah Bhadra sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi perwara di barisan dalam).[13]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Dwiyanto, Djoko. 1986. Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Dalam PIA IV (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.
  2. ^ Boechari (2013-07-08). Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0520-2. 
  3. ^ Kebudayaan, Indonesia Departemen Pendidikan dan (1989). Pemugaran Candi Brahma, Prambanan, Candi Sambisari, Taman Narmada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  4. ^ Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4. 
  5. ^ a b c Ras, J. J. (2014). Masyarakat dan Kesusastraan di Jawa. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-899-8. 
  6. ^ Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuno. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975. 
  7. ^ a b c Nastiti, Titi Surti (2016-01-03). Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV. Dunia Pustaka Jaya. ISBN 978-979-419-713-4. 
  8. ^ Hardani, Kayato (Mei 2010). "Rajya Rajya Ing Jawa Madhya, Raja-Raja Mataram Kuna Abad 9-10 Masehi: Perbandingan Antara Naskah Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara Dengan Prasasti Wanua Tengah III". Berkala Arkeologi Volume 30 No. 1 Mei 2010. Diakses tanggal 22 Januari 2020. 
  9. ^ Muljana, Prof Dr Slamet (2005-01-01). Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit. Lkis Pelangi Aksara. hlm. 82. ISBN 978-979-8451-35-5. 
  10. ^ Notosusanto, Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho (2008). Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno. Balai Pustaka (Persero), PT. hlm. 302. ISBN 978-979-407-408-4. 
  11. ^ BPCB Jateng (11 September 2014). "PRASASTI-PRASASTI PENDEK DARI CANDI PLAOSAN LOR". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 29 Januari 2020. 
  12. ^ Sukamto (2018-07-04). Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara. Deepublish. ISBN 978-602-475-476-1. 
  13. ^ Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Inggris). M. Nijhoff. 2006. 

Bahan bacaan

[sunting | sunting sumber]
  • Teguh Asmar & Nuriah. 1985. PRASASTI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL JILID I. Jakarta: Museum Nasional
Didahului oleh:
Rakai Panumwangan
Raja Medang
(menurut Wanua Tengah III)
18 Januari 887 - 14 Februari 887 M
Diteruskan oleh:
Rakai Watuhumalang