Lompat ke isi

Ki Ageng Enis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Re. suhendar (bicara | kontrib)
Mosmota (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(30 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Royalty
{{Infobox person
| name = Ki Ageng Ngenis
| pre-nominals = Ki Ageng
| name = Enis
| title = [[Perintis Kesultanan Mataram / Explorer]]
| post-nominals = {{jav|ꦲꦺꦤꦶꦱ꧀}}
| image = Ki Ageng Ngenis.jpg
| image =
| imgw = 220
| caption =
| caption = Makam Ki Ageng Enis Sumber [http://2.bp.blogspot.com/-dNQQmDKc8G8/UGBGLEDFgnI/AAAAAAAAARI/fg0wjjrZRVA/s1600/imagesjjjj.jpeg]]]
| spouse = [[Nyai Ageng Ngenis]]
| predecessor = [[Ki Ageng Sela]]
| issue = [[Ki_Ageng_Pamanahan|Ki Ageng Pemanahan]]<br />[[Ki Ageng Karatongan]]
| successor = [[Ki Ageng Pamanahan]]
| birth_name = Bagus Anis
| full name = Ki Ageng Enis / Kyai Ageng Laweyan
| death_date =
| house = [[Brawijaya|Majapahit Rajasa]]
| resting_place = Pasarean Laweyan
| father = [[Ki_Ageng_Sela|Ki Ageng Selo]]
| residence = [[Laweyan, Surakarta|Laweyan]]
| mother = [[Nyai Ageng Selo II / Nyai Bicak / Roro Kasihan]]
| other_names = Ki Ageng Laweyan
| date of birth =
| occupation =
| place of birth = [[Kotagede]], Mataram
| era = [[Kerajaan Demak|Demak]]
| religion = Islam
| spouse = Nyai Ageng Enis
| signature =
| father = [[Ki Ageng Sela]]
| mother = Nyai Bicak / Nyai Ageng Sela
}}
}}
Dalam sejarah [[Pajang]], [[Ki Ageng Pamanahan]] dan [[Sutawijaya]] bersama-sama dengan [[Ki Juru Martani]] dan [[Ki Panjawi]], sangat berjasa kepada Sultan Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir atau Mas Karebet) sebab telah berhasil membunuh Arya Panangsang, musuhnya dari Jipang. Selanjutnya atas jasa tersebut, Sultan Hadiwijaya memberi anugerah tanah Pati kepada [[Ki Panjawi]], dan tanah Mataram kepeda Ki Ageng Pamanahan. Sedang kepada Ki Ageng Enis dianugerahi tanah perdikan di [[Laweyan]] Karena ketaatan para kawulanya, Ki Ageng Enis mendapatkan sebutan Ki Ageng Luwih, makamnya di Astana Lawiyan. Istilah Lawiyan berasal dari kata Luwih (sakti) dari Ki Ageng Enis tersebut.


'''Ki Ageng Enis''' atau '''Ki Ageng Laweyan''' adalah seorang tokoh dari [[Selo, Tawangharjo, Grobogan|Sela]] yang hijrah ke Pengging. Ia dikenal dengan sebutan Ki Ageng Laweyan, karena bertempat tinggal di Laweyan. Selama hidup di Laweyan ia pernah menjadi guru spiritual Jaka Tingkir saat belum naik takhta menjadi sultan Pajang atau masih bernama Mas Karebet. Kemudian ia mengabdi kepada [[Sultan Adiwijaya]] setelah Kesultanan Pajang berdiri, sebagai sesepuh dan orang penting di Pajang.
Serat Kandha menyebutkan bahwa Ki Ageng Ngenis dengan seluruh keluarganya mendapat pekerjaan pada raja Pajang (Sultan Hadiwijaya) yang begitu senang padanya, sehingga ia diberi tanah Laweyan (di Surakarta, ada hingga kini) sebagai hadiah. Ki Ageng Ngenis meninggal di sana. Setelah meninggalnya, Ki Pemanahan dan Ki Panjawi menjadi lurah para prajurit tamtama Pajang.


Ki Ageng Enis merupakan putra [[Ki Ageng Sela]]. Keluarga besarnya berasal dari Sela, Kecamatan Tawangharjo, yang terletak kurang lebih berjarak 13 km sebelah timur dari Kota Purwodadi, Ibukota Kabupaten Grobogan. Wilayah Sela masuk dalam administratif [[Kabupaten Grobogan]].
Ki Ageng Ngenis, kakek Panembahan Senapati (=Danang-Sutawijaya) adalah berasal dari Sela, karena ia adalah putra Ki Ageng Sela. Jadi, Ki Ageng Sela adalah kakek buyut Panembahan Senapati. Nama-nama Ki Gede (=Ki Ageng) adalah menunjukkan bahwa ia adalah pembesar dari wilayah tersebut. Namun perlu diketahui, bahwa Sela yang disebut di sini bukanlah wilayah Sela yang terletak di antara gunung Merapi dan Merbabu, melainkan Sela yang ada di wilayah Grobogan. Ki Ageng Sela kakek buyut dari Panembahan Senapati inilah yang diceritakan dalam cerita legenda turun-temurun memiliki kesaktian mampu menangkap petir itu. Saya masih ingat sedikit di masa kecil orang tua-tua cerita bahwa kami sebagai orang Mataram bila saat petir menyambar dapat menyahutnya dengan bilang, “Gandrik! Putune Ki Ageng Sela!” (Astaga! (Saya) cucu Ki Ageng Sela!). Dengan begitu, petir akan menghindar [http://kijurumartani.blogspot.com/].


== Asal usul ==
== Asal usul ==
'''Ki Ageng Enis''' adalah putra dari [[Ki_Ageng_Sela|Ki Ageng Sela]] dengan Nyai Bicak putri Ki Ageng Ngerang / Sunan Ngerang I keturunan Maulana Maghribi II. Ki Ageng Enis berputra [[Ki_Ageng_Pamanahan|Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Ageng Pemanahan berputra [[Panembahan Senopati|Sutawijaya atau Mas Ngabehi Loring Pasar atau Senapati]] pendiri kerajaan Mataram Islam.
Ki Ageng Enis adalah putra bungsu [[Ki Ageng Sela]] dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) putri Sunan Ngerang. Ia memiliki enam saudara, di mana semua saudaranya adalah perempuan, yaitu: Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen dan Nyai Ageng Pakisdadu.


Ki Ageng Enis menikah dengan Nyai Ageng Enis, dan berputra [[Ki Ageng Pamanahan]]. Putranya itu kemudian menikah dengan Nyai Sabinah (Nyai Ageng Pamanahan). Dari hasil pernikahan mereka, Ki Ageng Enis dikaruniai seorang cucu yang dalam perjalanan kariernya menjadi raja pertama Mataram, bergelar [[Panembahan Senapati]].
Ki Ageng Enis adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara, dimana semua saudaranya adalah perempuan.
* [http://www.babadbali.com/babad/silsilah.php?id=550932&pr=babadpage|Silsilah Silsilah Ki Ageng Enis versi Mangkunegaran]
* Silsilah Keturunan Lengkap :
# '''[[Ki_Ageng_Enis|Ki Ageng Enis]] (? - 1503)''' memiliki 2 orang putra :
## '''[[Ki_Ageng_Pamanahan|Ki Ageng Pemanahan / Kyai Gede Mataram]]''' (Membuka Kota Gede Mataram pada tahun 1558 sebagai hadiah dari Raja Pajang), wafat pada tahun 1584, menikah dengan Nyai Sabinah (putri Ki Ageng Saba) mempunyai putra-putri 26 orang :
### Adipati Manduranegara
### '''[[Sutawijaya|Kanjeng Panembahan Senopati]]''' / Raden Sutawijaya (Sultan Mataram ke 1, pendiri, 1587-1601) menikah dengan 3 istri melahirkan putra-putri 14 orang :
#### Gusti Kanjeng Ratu Pambayun / Retna Pembayun
#### Pangeran Ronggo Samudra (Adipati Pati)
#### Pangeran Puger / Raden Mas Kentol Kejuro (Adipati Demak)
#### Pangeran Teposono
#### Pangeran Purbaya / Raden Mas Damar
#### Pangeran Rio Manggala
#### Pangeran Adipati Jayaraga / (Raden Mas Barthotot)
#### '''[[Panembahan_Hanyakrawati|Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati/Panembahan Seda ing Krapyak]]''' (Sultan Mataram ke 2, 1601-1613) menikah dengan Ratu Tulung Ayu dan Dyah Banowati / Ratu Mas Hadi (Cicit dari Raden Joko Tingkir & Ratu Mas Cempaka), menurunkan putra-putri 12 orang :
##### '''[[Sultan_Agung|Sultan Agung / Raden Mas Djatmika (1593-1645)]]''', Sultan Mataram ke 3 (1613-1645) menikah dengan Permaisuri ke 1 Kanjeng Ratu Kulon / Ratu Mas Tinumpak (putri Panembahan Ratu Cirebon ke 4 setelah Sunan Gunung Jati), permaisuri ke 2 Kanjeng Ratu Batang / Ratu Ayu Wetan / Kanjeng Ratu Kulon mempunyai 9 orang putra-putri :
###### Raden Mas Sahwawrat / Pangeran Temenggong Pajang
###### Raden Mas Kasim / Pangeran Demang Tanpa Nangkil
###### Pangeran Ronggo Kajiwan
###### Gusti Ratu Ayu Winongan
###### Pangeran Ngabehi Loring Pasar
###### Pangeran Ngabehi Loring Pasar
###### '''[[Amangkurat_I|Sunan Prabu Amangkurat Agung / Amangkurat I / Raden Mas Sayidin]]''' (Sultan Mataram ke 4, 1646-1677) wafat 13 Juli 1677 di Banyumas.
####### '''[[Amangkurat_II|Sunan Prabu Mangkurat II / Sunan Amral / Raden Mas Rahmat]]''' (Sunan Kartasura ke 1, 1677-1703)
######## '''[[Amangkurat_III|Sunan Prabu Amangkurat III]]''' (Sunan Kartasura ke 2, 1703-1705)
####### '''[[Pakubuwana_I|Susuhunan Pakubuwono I / Pangeran Puger / Raden Mas Drajat]]''' (Sunan Kartasura ke 3, 1704-1719)
######## Raden Mas Sengkuk
######## '''[[Amangkurat_IV|Prabu Amangkurat IV (Mangkurat Jawi)]] wafat 20 April 1726'''
######### '''[[Mangkunegara_I|Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara]]''' (Mangkunegara I, 1757-1795)
######### Gusti Raden Ayu Suroloyo, di Brebes
######### Gusti Raden Ayu Wiradigda
######### Gusti Pangeran Hario Hangabehi
######### Gusti Pangeran Hario Pamot
######### Gusti Pangeran Hario Diponegoro
######### Gusti Pangeran Hario Danupaya
######### '''[[Pakubuwana_II| Sri Susuhunan Pakubuwono II / Raden Mas Prabasuyasa]]''' (Sunan Surakarta ke 1, 1726-1742)
######### Gusti Pangeran Hario Hadinagoro
######### Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, Garwa Pangeran Hindranata
######### Gusti Raden Ajeng Kacihing, Dewasa Sedho
######### Gusti Pangeran Hario Hadiwijoyo
######### Gusti Raden Mas Subronto, Wafat Dalam Usia Dewasa
######### Gusti Pangeran Hario Buminoto
######### '''[[Hamengkubuwana_I|Pangeran Hario Mangkubumi Hamengku Buwono I]]''' (Sultan Yogyakarta Ke 1, 1717-1792)
######### Sultan Dandunmatengsari
######### Gusti Raden Ayu Megatsari
######### Gusti Raden Ayu Purubaya
######### Gusti Raden Ayu Pakuningrat di Sampang
######### Gusti Pangeran Hario Cokronegoro
######### Gusti Pangeran Hario Silarong
######### Gusti Pangeran Hario Prangwadono
######### Gusti Raden Ayu Suryawinata di Demak
######### Gusti Pangeran Hario Panular
######### Gusti Pangeran Hario Mangkukusumo
######### Gusti Raden Mas Jaka
######### Gusti Raden Ayu Sujonopuro
######### Gusti Pangeran Hario Dipawinoto
######### Gusti Raden Ayu Adipati Danureja I
######## Pangeran Diposonto / Ki Ageng Notokusumo
######## Raden Ayu Lembah
######## Raden Ayu Himpun
######## Raden Suryokusumo
######## Pangeran Blitar
######## Pangeran Dipanegara Madiun
######## Pangeran Purbaya
######## Kyai Adipati Nitiadiningrat I Raden Garudo (groedo)
######## Raden Suryokusumo
######## Tumenggung Honggowongso / Joko Sangrib (Kentol Surawijaya)
####### Gusti Raden Ayu Pamot
####### Pangeran Martosana
####### Pangeran Singasari
####### Pangeran Silarong
####### Pangeran Notoprojo
####### Pangeran Satoto
####### Pangeran Hario Panular
####### Gusti Raden Ayu Adip Sindurejo
####### Raden Ayu Bendara Kaleting Kuning
####### Gusti Raden Ayu Mangkuyudo
####### Gusti Raden Ayu Adipati Mangkupraja
####### Pangeran Hario Mataram
####### Bandara Raden Ayu Danureja / Bra. Bendara
####### Gusti Raden Ayu Wiromenggolo / R.Aj. Pusuh
###### Gusti Raden Ayu Wiromantri
###### Pangeran Danupoyo/Raden Mas Alit
##### Pangeran Mangkubumi
##### Pangeran Bumidirja
##### Pangeran Arya Martapura / Raden Mas Wuryah (1605-1688)
##### Ratu Mas Sekar / Ratu Pandansari
##### Kanjeng Ratu Mas Sekar
##### Pangeran Bhuminata
##### Pangeran Notopuro
##### Pangeran Pamenang
##### Pangeran Sularong / Raden Mas Chakra (wafat Desember 1669)
##### Gusti Ratu Wirokusumo
##### Pangeran Pringoloyo
#### Gusti Raden Ayu Demang Tanpa Nangkil
#### Gusti Raden Ayu Wiramantri
#### Pangeran Adipati Pringgoloyo I (Bupati Madiun, 1595-1601)
#### Ki Ageng Panembahan Djuminah/Pangeran Djuminah/Pangeran Blitar I (Bupati Madiun, 1601-1613)
#### Pangeran Adipati Martoloyo / Raden Mas Kanitren (Bupati Madiun 1613-1645)
#### Pangeran Tanpa Nangkil
### Pangeran Ronggo
### Nyai Ageng Tumenggung Mayang menikah dengan Kyai Ageng Tumenggung Mayang berputra 1 orang :
#### Raden Pabelan (wafat 1587)
### Pangeran Hario Tanduran
### Nyai Ageng Tumenggung Jayaprana
### Pangeran Teposono
### Pangeran Mangkubumi
#### Adipati Sukawati
#### Bagus Petak Madiun
### Pangeran Singasari/Raden Santri
#### Pangeran Blitar
### Raden Ayu Kajoran
### Pangeran Gagak Baning (Adipati Pajang, 1588-1591)
### Pangeran Pronggoloyo
### Nyai Ageng Haji Panusa, ing Tanduran
### Nyai Ageng Panjangjiwa
### Nyai Ageng Banyak Potro, ing Waning
### Nyai Ageng Kusumoyudo ing Marisi
### Nyai Ageng Wirobodro, ing Pujang
### Nyai Ageng Suwakul
### Nyai Ageng Mohamat Pekik ing Sumawana
### Nyai Ageng Wiraprana ing Ngasem
### Nyai Ageng Hadiguno ing Pelem
### Nyai Ageng Suroyuda ing Kajama
### Nyai Ageng Mursodo ing Silarong
### Nyai Ageng Ronggo ing Kranggan
### Nyai Ageng Kawangsih ing Kawangsen
### Nyai Ageng Sitabaya ing Gambiro
## Ki Ageng Karatongan
----
== Ki Ageng Enis Sebagai Perintis Kesultanan Mataram ==
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.


== Peran awal ==
Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] putra [[Bhre Kertabhumi]]. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah '''[[Ki Ageng Pamanahan]], [[Ki Juru Martani]]''' dan '''[[Ki Panjawi]]''' mereka bertiga dikenal dengan '''"Tiga Serangkai Mataram"''' atau istilah lainnya adalah '''"Three Musketeers from Mataram"'''. Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti : [[Bondan Kejawan]], [[Ki Ageng Wonosobo]], [[Ki Ageng Getas Pandawa]], [[Nyai Ageng Ngerang]] dan [[Ki Ageng Ngerang]], [[Ki Ageng Made Pandan]], [[Ki Ageng Saba]], [[Ki Ageng Pakringan]], [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan [[Brawijaya]] majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama '''Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng''' yang memiliki arti : ''tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat''.
Pengging dahulu dikenal sebagai peradaban [[Hindu]], masuknya [[Islam]] di tanah Pengging tidak luput dari peran serta Ki Ageng Enis. Laweyan yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kadipaten Pengging (sebelum Pajang) masyarakat di sekitarnya masih menganut Hinduisme. Ki Ageng Beluk, teman Ki Ageng Enis, dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Laweyan. Ki Ageng Beluk seorang penganut agama Hindu, namun karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Enis di Laweyan, membuat Ki Ageng Beluk tertarik memeluk agama Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyarankan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Enis untuk dibangun menjadi sebuah masjid. Sejak saat itu Ki Ageng Enis mulai bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati).


Pada akhir hayatnya Ki Ageng Enis meninggal dan dimakamkan di ''Pasarean Laweyan''. Rumah tempat tinggal Ki Ageng Enis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Danang Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar, Sutawijaya pindah ke hutan Mentaok dan dalam perjalanannya kemudian mendirikan kerajaan Mataram Islam dan menjadi raja pertama dengan gelar Panembahan Senapati.
Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu :
<br />
* '''Fakta 1''' : Tokoh-tokoh perintis tersebut adalah keturunan ke 1 sampai dengan ke 6 raja Majapahit terakhir '''[[Bhre Kertabhumi]] yang bergelar [[Brawijaya]] V''', yang sudah dapat dipastikan masih memiliki pengaruh baik dan kuat terhadap Kerajaan yang memerintah maupun terhadap masyarakat luas;
<br />
* '''Fakta 2''' : Tokoh-tokoh tersebut adalah keturunan Silang/Campuran dari Walisongo beserta leluhurnya yang terhubung langsung kepada Imam '''[[Husain bin Ali]]''' bin '''[[Abu Thalib]]''', yang sudah dapat dipastikan mendapatkan bimbingan ilmu keagamaan (Islam) berikut ilmu pemerintahan ala [[khilafah]] / kekhalifahan islam jajirah Arab. Hal ini terbukti dalam aktivitas keseharian mereka juga sering berdakwah dari daerah satu ke daerah lainnya dengan mendirikan banyak Masjid, Surau dan Pesantren;
<br />
* '''Fakta 3''' : Para perintis tersebut pada dasarnya adalah '''"Misi"''' yang dipersiapkan oleh para Seikh dan para Wali (Wali-7 dan Wali-9) termasuk '''para Al-Maghrobi''' yang bertujuan "mengislamkan Tanah Jawa" secara sistematis dan berkelanjutan dengan cara menyatu dengan garis keturunan kerajaan.
<br />
* '''Fakta 4''' : Suksesi [[Kesultanan Demak]] ke [[Kesultanan Pajang]] kemudian menjadi [[Kesultanan Mataram]] pada dasarnya adalah kesinambungan dari "Misi" sesuai Fakta 3, seperti juga yang terjadi dengan Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Talaga Majalengka dan Kerajaan Sarosoan Banten, diluar adanya perebutan kekuasaan.
<br />
Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.

Ki Ageng Henis adalah putera Ki Ageng Sela, keturunan dari Brawijaya V seorang raja Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Henis adalah seorang punggawa Keraton Pajang semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati.

== Kilas tentang Saudagar Laweyan ==
Laweyan merupakan kampung tradisional yang sudah ada sejak sebelum tahun 1500 M. Kelurahan/Kampung Laweyan, Surakarta – Jawa Tengah merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah.

Berdasarkan buku yang ditulis oleh RT. Mlayadipuro, desa Laweyan (sekarang wilayah Kelurahan Laweyan) sudah ada sebelum munculnya kerajaan Pajang. Sejarah kawasan Laweyan masih bisa dirunut dengan fakta artefak makam maupun letak geografisnya yaitu setelah dekade Kyai Ageng Ngenis yang bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546 M, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati), era sebelumnya sangat sulit dilacak kecuali hanya dari dongeng dan tutur lisan saja. Letak pasar Laweyan membelakangi jalan yang menghubungkan antara Mentaok dengan desa Sala (sekarang jalan Dr. Rajiman).

Kyai Ageng Ngenis adalah putra dari Kyai Ageng Selo yang merupakan keturunan raja Brawijaya V. Kyai Ageng Ngenis atau Kyai Ageng Laweyan adalah juga manggala pinituwaning nagara kerajaan Pajang semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang pada tahun 1546 M.

Kyai Ageng Ngenis meninggal dan dimakamkan di pesarean Laweyan (tempat Sunan Kalijaga istirahat selama lelaku menyusuri sungai Bengawan Solo). Rumah tempat tinggal Kyai Ageng Ngenis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya. Kemudian Sutowijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar (pasar Laweyan), Sutowijaya pindah ke Kota Gede dan dalam perjalanannya kemudian menjadi raja pertama Dinasti Mataram Islam dengan sebutan Panembahan Senopati yang kemudian menurunkan raja-raja Mataram.

== Mitos Laweyan ==

Ada folklor yang menjadi mitos membentuk kesan komunitas Laweyan teralienasikan. Hal ini mendorong Drs. Soedarmono, SU (Sejarahwan Surakarta - alm) menulis dalam upaya meluruskan sejarah.
Wong laweyan pada jaman dahulu, ditengah peradaban dominannya budaya feodal kerajaan, agak tidak disukai oleh kalangan bangsawan kerajaan di kota Solo. Karena komunitas Laweyan lebih mencerminkan gaya hidup yang praksis dalam dunia ekonomi industri dan perdagangan batik. Wacana prilaku ekonomi perdagangan dan industri batik di Solo ini dianggap kurang pantas terlibat dalam pergaulan masyarakat feodalistik kerajaan. Sebagian besar bangsawan kerajaan yang gaya hidupnya lebih mencerminkan pola hidup establish pada system ekonomi feodom, agak kurang senang hidup berdampingan dengan wong Laweyan yang mencerminkan gaya hidup sebagai entrepreuner yang dianggap egois, kikir, dan dianggap cenderung pamer kekayaan. Bangsawan kerajaan takut bersaing dalam hal meraih ethos hedonis Jawa: drajad, semat dan pangkat, maka dengan segala cara, orang Laweyan dialienasikan, diasingkan dari pergaulan masyarakat Jawa. Folklore yang muncul untuk mengalienasikan ethos pedagang dan industriawan batik kaum perempuan ini antara lain,

# Eksistensi komunitas dagang Laweyan di jaman Pajang, dialienasikan dalam folklor Raden Pabelan yang melakukan perselingkuhan dengan putri raja Ratu Sekar Kedhaton. Peristiwa itu mengakibatkan dijatuhkannya eksekusi mati atas Raden Pabelan bertempat di Laweyan. Folklor ini seolah-olah menjadikan wacana memori kolektif orang Jawa dalam Babad minor Pajang, untuk akses pembenaran (legitimasi) bahwa sudah layak dan sepantasnya orang yang melanggar tata-krama adat istana harus di-eksekusi hukum "Lawe" (digantung dengan tali = lawe), dan yang sangat disengaja eksekusi itu dijatuhkan di Laweyan.
# Folklor Kyai Ageng Ngenis, ini adalah folklore yang sangat tendensius untuk mengklaim bahwa kawasan Laweyan adalah bagian dari ekologi cultural kraton, bukan ekologi pedagang lawe yang telah lama ada (Pajang). Konon menurut cerita lokal, asal usul nama tempat “laweyan” sangat berhubungan erat dengan nama tokoh lokal yang disakralkan, yaitu Kyai Ageng Ngenis. Di era pemerintahan Sultan Hadiwijoyo di Pajang, Kyai Ageng Ngenis, putra Kyai Ageng Selo, adalah tokoh cikal-bakal Mataram. Karena jasanya yang besar atas berdirinya kasultanan Pajang, beliau diberi hadiah tanah “perdikan”. Tanah itu diberi nama “luwihan”, folklor ini menggeser etimologi kata 'luwihan' seolah berubah sebutan menjadi “laweyan”, karena kekaguman rakyat Pajang atas “keluwihan” (kesaktian) Kyai Ageng Ngenis.


== Kepustakaan ==
== Kepustakaan ==
* ''Babad Tanah Jawi''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
* [http://www.babadbali.com/babad/silsilah.php?id=550932&pr=babadpage|Silsilah Silsilah Ki Ageng Enis versi Mangkunegaran]
* [http://www.royalark.net/Indonesia/solo2.htm The Kartasura Dinasty - Genealogy, Christopher Buyers, October 2001 - September 2008]
* [http://www.timlo.net/baca/4109/ki-ageng-henis-tokoh-pendakwah-islam-di-laweyan/ Ki Ageng Henis Pendakwah Islam di Laweyan]
* [http://kijurumartani.blogspot.com/ Riwayat Mataram Islam 'Kejawen' Sejak dari Demak]
* [[Penyebaran_Islam_di_Nusantara|Penyebaran Islam di Nusantara]]
* [[Ahmad_al-Muhajir|Imam Leluhur Seikh dan Wali Nusantara]]
* [[Husain_bin_Ali|Jalur Keturunan Nabi Muhammad SAW melalui Husain bin Ali]]
* [http://kanzunqalam.com/2010/08/31/maulana-husain-pelopor-dakwah-nusantara/ Maulana Pelopor Dakwah Nusantara]
* [http://padepokankraton1000.wordpress.com/2012/10/21/berbagai-versi-cerita-tentang-jaka-tarub-kidang-telangkas/ Beberapa versi Asal-usul Jaka Tarub]
* [http://ketoprakjawa.wordpress.com/2011/06/25/jaman-mataram-islam- 1-kiageng-penjawi/ Ki Ageng Penjawi]
* [http://www.karatonsurakarta.com/sejarah.html Sejarah Singkat Keraton-Keraton Lama Jawa]
* ''[[Babad Tanah Jawi]]''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Purwadi. (2007). ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Purwadi. (2007). ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu


[[Kategori:Tokoh Jawa]]
== Sumber Lain ==
[[Kategori:Tokoh dari Grobogan]]
* [http://javakeris.com/?mode=viewid&post_id=102|Laweyan Laweyan dan Keris]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]


----
{{start box}}
{{s-ach}}
{{succession box |
before=[[Ki Ageng Sela]] |
title=[[Perintis Kesultanan Mataram]] |
years=1478-1587 |
after=[[Ki_Ageng_Pamanahan|Ki Ageng Pemanahan]]<br />[[Ki Juru Martani]]<br />[[Ki Panjawi]]
}}
{{end box}}


{{islam-bio-stub}}
----
[[Kategori:Sunan Surakarta]]
[[Kategori:Meninggal usia 56]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

[[Kategori:Kesultanan Mataram]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

Revisi terkini sejak 20 Februari 2024 01.12

Ki Ageng
Enis
ꦲꦺꦤꦶꦱ꧀
LahirBagus Anis
MakamPasarean Laweyan
Tempat tinggalLaweyan
Nama lainKi Ageng Laweyan
ZamanDemak
PendahuluKi Ageng Sela
PenggantiKi Ageng Pamanahan
Suami/istriNyai Ageng Enis
Orang tua

Ki Ageng Enis atau Ki Ageng Laweyan adalah seorang tokoh dari Sela yang hijrah ke Pengging. Ia dikenal dengan sebutan Ki Ageng Laweyan, karena bertempat tinggal di Laweyan. Selama hidup di Laweyan ia pernah menjadi guru spiritual Jaka Tingkir saat belum naik takhta menjadi sultan Pajang atau masih bernama Mas Karebet. Kemudian ia mengabdi kepada Sultan Adiwijaya setelah Kesultanan Pajang berdiri, sebagai sesepuh dan orang penting di Pajang.

Ki Ageng Enis merupakan putra Ki Ageng Sela. Keluarga besarnya berasal dari Sela, Kecamatan Tawangharjo, yang terletak kurang lebih berjarak 13 km sebelah timur dari Kota Purwodadi, Ibukota Kabupaten Grobogan. Wilayah Sela masuk dalam administratif Kabupaten Grobogan.

Asal usul

[sunting | sunting sumber]

Ki Ageng Enis adalah putra bungsu Ki Ageng Sela dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) putri Sunan Ngerang. Ia memiliki enam saudara, di mana semua saudaranya adalah perempuan, yaitu: Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen dan Nyai Ageng Pakisdadu.

Ki Ageng Enis menikah dengan Nyai Ageng Enis, dan berputra Ki Ageng Pamanahan. Putranya itu kemudian menikah dengan Nyai Sabinah (Nyai Ageng Pamanahan). Dari hasil pernikahan mereka, Ki Ageng Enis dikaruniai seorang cucu yang dalam perjalanan kariernya menjadi raja pertama Mataram, bergelar Panembahan Senapati.

Peran awal

[sunting | sunting sumber]

Pengging dahulu dikenal sebagai peradaban Hindu, masuknya Islam di tanah Pengging tidak luput dari peran serta Ki Ageng Enis. Laweyan yang saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kadipaten Pengging (sebelum Pajang) masyarakat di sekitarnya masih menganut Hinduisme. Ki Ageng Beluk, teman Ki Ageng Enis, dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Laweyan. Ki Ageng Beluk seorang penganut agama Hindu, namun karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Enis di Laweyan, membuat Ki Ageng Beluk tertarik memeluk agama Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyarankan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Enis untuk dibangun menjadi sebuah masjid. Sejak saat itu Ki Ageng Enis mulai bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati).

Pada akhir hayatnya Ki Ageng Enis meninggal dan dimakamkan di Pasarean Laweyan. Rumah tempat tinggal Ki Ageng Enis kemudian ditempati oleh cucunya yang bernama Danang Sutawijaya. Kemudian Sutawijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Saloring Pasar, Sutawijaya pindah ke hutan Mentaok dan dalam perjalanannya kemudian mendirikan kerajaan Mataram Islam dan menjadi raja pertama dengan gelar Panembahan Senapati.

Kepustakaan

[sunting | sunting sumber]
  • Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Purwadi. (2007). Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu