Lingga (marga): Perbedaan antara revisi
raja = sibayak (bahasa Batak Karo) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Refimprove|date=May 2022}} |
|||
'''Marga Lingga''' merupakan marga yang berasal dari suku [[Pakpak]] yang merupakan Subsuku Batak. Kebanyakan dari marga Lingga hidup disekitar [[Kabupaten Dairi]], [[Kabupaten Pakpak Bharat]], dan [[Kabupaten Simalungun]]. Oleh karena itu ada sebagian dari marga Lingga yang mengaku sebagai keturunan [[Suku Simalungun]]. Karena mereka telah lama tinggal disekitar tanah Simalungun. |
|||
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pa Sendi Sibayak van Lingga met zijn vrouw en andere familie Sumatra TMnr 10005428.jpg|300px|jmpl|Sibayak Lingga, Pa Sendi, beserta keluarganya (1914–1919).]] |
|||
'''Lingga''' adalah salah satu marga [[Suku Batak|Batak]] yang terdapat pada masyarakat [[Suku Pakpak|Batak Pakpak]], [[Suku Karo|Batak Karo]], dan [[Suku Simalungun|Batak Simalungun]]. Daerah penyebaran marga Lingga adalah di sekitar [[Kabupaten Dairi]], [[Kabupaten Karo]], [[Kabupaten Aceh Tenggara]], [[Kota Subulussalam]], dan [[Kabupaten Simalungun]]. Penyebaran marga Lingga yang sporadis berdampak pada terbentuknya kelompok-kelompok marga Lingga dengan ciri kebudayaan yang berbeda satu sama lain tergantung daerah penyebarannya. |
|||
Penerimaan marga Lingga dalam suku Simalungun tidak luput dari pepatah yang ada dalam suku Simalungun: |
|||
"Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei" |
|||
Beberapa marga Lingga sudah mulai beradptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti halnya beberapa marga Lingga yang berada di sekitar daerah Simalungun sudah mulai menggunakan adat-adat Simalungun dalam beberapa ataupun seluruh acara adat yang mereka lakukan. |
|||
== Kerajaan Lingga == |
== Kerajaan Lingga == |
||
Kerajaan Lingga di tanah Gayo, menurut M. Junus Djamil dalam bukunya "Gajah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh pada tahun 1959, [[Kota Banda Aceh|Kutaraja]], mengatakan bahwa sekitar pada abad ke-11 (Penahunan ini mungkin sangat relatif karena kerajaan Lamuri telah eksis sebelum abad ini, penahunan yang lebih tepat adalah antara abad ke 2-9 M), Kerajaan Lingga didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan '''Sultan Machudum Johan''' Berdaulat Mahmud Syah dari [[Kesultanan Perlak]]. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja |
Kerajaan Lingga di tanah Gayo, menurut M. Junus Djamil dalam bukunya "Gajah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh pada tahun 1959, [[Kota Banda Aceh|Kutaraja]], mengatakan bahwa sekitar pada abad ke-11 (Penahunan ini mungkin sangat relatif karena kerajaan Lamuri telah eksis sebelum abad ini, penahunan yang lebih tepat adalah antara abad ke 2-9 M), Kerajaan Lingga didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan '''Sultan Machudum Johan''' Berdaulat Mahmud Syah dari [[Kesultanan Perlak]]. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja pada era kolonial [[Belanda]]. |
||
Raja Lingga I, disebutkan mempunyai 6 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama '''Empu Beru''' atau Datu Beru, yang lain '''[[Sebayak]] Lingga''', '''Meurah Johan''' dan '''Meurah Lingga''', '''Meurah Silu''' dan '''Meurah Mege'''. |
Raja Lingga I, disebutkan mempunyai 6 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama '''Empu Beru''' atau Datu Beru, yang lain '''[[Sebayak]] Lingga''', '''Meurah Johan''' dan '''Meurah Lingga''', '''Meurah Silu''' dan '''Meurah Mege'''. |
||
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah |
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Karo tepatnya di [[Dataran Tinggi Karo|Karo]] dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]] dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lamkrak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamoeri, Lamuri, [[Kerajaan Lamuri|Kesultanan Lamuri]] atau Lambri. Ini berarti kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Kesultanan Daya merupakan kesultanan syiah yang dipimpin orang-orang [[Persia]] dan [[Bangsa Arab|Arab]]. |
||
Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk. |
Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk. |
||
Baris 18: | Baris 15: | ||
== Dinasti Lingga == |
== Dinasti Lingga == |
||
Dalam Dinasti Lingga terdapat beberapa bagian yaitu |
Dalam Dinasti Lingga terdapat beberapa bagian yaitu: |
||
# Raja Lingga I di Gayo |
# Raja Lingga I di Gayo |
||
Baris 30: | Baris 27: | ||
Raja Lingga XIII diangkat menjadi kabinet di kerajaan baru tersebut. Keturunannya mendirikan [[Kesultanan Riau-Lingga|Kesultanan Lingga]] di [[kepulauan Riau]], pulau Lingga{{fact}}, yang kedaulatannya mencakup Riau ([[Indonesia]]), Temasek ([[Singapura]]) dan sedikit wilayah [[Malaysia]]. |
Raja Lingga XIII diangkat menjadi kabinet di kerajaan baru tersebut. Keturunannya mendirikan [[Kesultanan Riau-Lingga|Kesultanan Lingga]] di [[kepulauan Riau]], pulau Lingga{{fact}}, yang kedaulatannya mencakup Riau ([[Indonesia]]), Temasek ([[Singapura]]) dan sedikit wilayah [[Malaysia]]. |
||
Raja-raja di Sebayak Lingga Karo tidak terdokumentasi. Pada era Belanda kembali diangkat raja-rajanya tapi hanya dua era yaitu |
Raja-raja di Sebayak Lingga Karo tidak terdokumentasi. Pada era Belanda kembali diangkat raja-rajanya tapi hanya dua era yaitu: |
||
# Raja Sendi Sibayak Lingga (Pilihan Belanda) |
# Raja Sendi Sibayak Lingga (Pilihan Belanda) |
||
# Raja Kalilong Sibayak Lingga |
# Raja Kalilong Sibayak Lingga |
Revisi terkini sejak 20 Februari 2024 14.31
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (May 2022) |
Lingga adalah salah satu marga Batak yang terdapat pada masyarakat Batak Pakpak, Batak Karo, dan Batak Simalungun. Daerah penyebaran marga Lingga adalah di sekitar Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Simalungun. Penyebaran marga Lingga yang sporadis berdampak pada terbentuknya kelompok-kelompok marga Lingga dengan ciri kebudayaan yang berbeda satu sama lain tergantung daerah penyebarannya.
Kerajaan Lingga
[sunting | sunting sumber]Kerajaan Lingga di tanah Gayo, menurut M. Junus Djamil dalam bukunya "Gajah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh pada tahun 1959, Kutaraja, mengatakan bahwa sekitar pada abad ke-11 (Penahunan ini mungkin sangat relatif karena kerajaan Lamuri telah eksis sebelum abad ini, penahunan yang lebih tepat adalah antara abad ke 2-9 M), Kerajaan Lingga didirikan oleh orang-orang Gayo pada era pemerintahan Sultan Machudum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kesultanan Perlak. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja pada era kolonial Belanda.
Raja Lingga I, disebutkan mempunyai 6 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga, Meurah Johan dan Meurah Lingga, Meurah Silu dan Meurah Mege.
Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Karo tepatnya di Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lamkrak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamoeri, Lamuri, Kesultanan Lamuri atau Lambri. Ini berarti kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Kesultanan Daya merupakan kesultanan syiah yang dipimpin orang-orang Persia dan Arab.
Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Lingga lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.
Dinasti Lingga
[sunting | sunting sumber]Dalam Dinasti Lingga terdapat beberapa bagian yaitu:
- Raja Lingga I di Gayo
- Raja Sebayak Lingga di Tanah Karo. Menjadi Raja Lingga
- Raja Marah Johan (pendiri Kesultanan Lamuri)
- Marah Silu (pendiri Kesultanan Samudera Pasai), dan
- Raja Lingga II alias Marah Lingga di Gayo
- Raja Lingga III-XII di Gayo
- Raja Lingga XIII menjadi Amir al-Harb Kesultanan Aceh, pada tahun 1533 terbentuklah Kerajaan Johor baru di Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Mansyur Syah.
Raja Lingga XIII diangkat menjadi kabinet di kerajaan baru tersebut. Keturunannya mendirikan Kesultanan Lingga di kepulauan Riau, pulau Lingga[butuh rujukan], yang kedaulatannya mencakup Riau (Indonesia), Temasek (Singapura) dan sedikit wilayah Malaysia.
Raja-raja di Sebayak Lingga Karo tidak terdokumentasi. Pada era Belanda kembali diangkat raja-rajanya tapi hanya dua era yaitu:
- Raja Sendi Sibayak Lingga (Pilihan Belanda)
- Raja Kalilong Sibayak Lingga
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia)KESULTANAN BARUS: Lamuri dan Fansur