Lompat ke isi

Tapah asia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k ~cite
 
(4 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 59: Baris 59:
}}
}}


'''''Wallago attu''''' adalah ikan lele [[air tawar]] dari keluarga [[Siluridae (famili ikan)|Siluridae]], asli Asia [[Asia Selatan|Selatan]] dan [[Asia Tenggara|Tenggara]] . Ikan ini dikenal dengan nama '''tapah asia'''. Ia dikenal dengan berbagai nama di berbagai daerah dan bahasa, seperti Borali (বৰালি) dalam bahasa Assam, Tamil '''ஆத்துவாளை''' (Aaththu vaalai), Manipuri '''Sareng''', Mizo: '''Thaichhawninu''', Odisha '''Balia (ବାଳିଆ)''', Bengal '''Boal (বোয়াল)''', Vietnam : '''Cá le'''. ''W. attu'' ditemukan di sungai-sungai besar dan danau-danau di dua wilayah yang secara geografis tidak terhubung ( [[Distribusi terpisah|disjunct distribution]] ), dengan satu populasi tinggal di sebagian besar [[anak benua India]] dan yang lainnya di beberapa bagian [[Asia Tenggara]] . Spesies ini dapat mencapai panjang maksimum {{Convert|2|m|abbr=on}} . <ref name="Roberts20142">Roberts, T.R. (2014): ''Wallago'' Bleeker, 1851 and ''Wallagonia'' Myers, 1938 (Ostariophysi, Siluridae), Distinct Genera of Tropical Asian Catfishes, with Description of †''Wallago maemohensis'' from the Miocene of Thailand.</ref>
'''''Wallago attu''''' adalah [[Siluriformes|ikan berkumis]] [[air tawar]] dari keluarga [[Siluridae (famili ikan)|Siluridae]], asli Asia [[Asia Selatan|Selatan]] dan [[Asia Tenggara|Tenggara]] . Ikan ini dikenal dengan nama '''tapah asia'''.<ref>{{Cite web|last=Iman|first=Mustafa|date=30 Mei 2022|title=Ikan Tapah, Ikan Air Tawar Raksasa yang Hidup di Sungai-Sungai Indonesia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/infographic/ikan-tapah-ikan-air-tawar-raksasa-yang-hidup-di-sungai-sungai-indonesia|website=goodnewsfromindonesia.id|language=id-ID|access-date=25 November 2023}}</ref> Ia dikenal dengan berbagai nama di berbagai daerah dan bahasa, seperti Borali (বৰালি) dalam bahasa Assam, Tamil '''ஆத்துவாளை''' (Aaththu vaalai), Manipuri '''Sareng''', Mizo: '''Thaichhawninu''', Odisha '''Balia (ବାଳିଆ)''', Bengal '''Boal (বোয়াল)''', Vietnam : '''Cá le'''. ''W. attu'' ditemukan di sungai-sungai besar dan danau-danau di dua wilayah yang secara geografis tidak terhubung ( [[Distribusi terpisah|disjunct distribution]] ), dengan satu populasi tinggal di sebagian besar [[anak benua India]] dan yang lainnya di beberapa bagian [[Asia Tenggara]] . Spesies ini dapat mencapai panjang maksimum {{Convert|2|m|abbr=on}} . <ref name="Roberts20142">Roberts, T.R. (2014): ''Wallago'' Bleeker, 1851 and ''Wallagonia'' Myers, 1938 (Ostariophysi, Siluridae), Distinct Genera of Tropical Asian Catfishes, with Description of †''Wallago maemohensis'' from the Miocene of Thailand.</ref>


== Biologi dan ekologi ==
== Biologi dan ekologi ==
Baris 65: Baris 65:


== Referensi budaya ==
== Referensi budaya ==
Menurut cerita rakyat [[Malaysia]], keturunan seseorang yang bernama Tok Kaduk tidak bisa makan dan menyentuh ikan tersebut karena menurut legenda dahulu kala, Tok Kaduk menangkap ''tapah'' ini. Saat perutnya dibelah, ternyata di dalam ikan tersebut terdapat emas sehingga Tok Kaduk mengambil emas tersebut, menjahit ikan tersebut, dan melepaskannya kembali ke sungai. Sejak saat itu, jika keturunannya bersentuhan dengan ikan tersebut, kulitnya akan menjadi merah dan gatal hingga mereka pergi ke Kg Tua, Lambor Kanan dekat Bota di [[Perak Tengah|Distrik Perak Tengah]] [[Perak (negara bagian)|Perak]], [[Malaysia]] untuk mencari obat. Obatnya adalah sisa emas ikan yang disimpan untuk dijadikan obat penyakit. Ada yang mengatakan bahwa emas perlu direndam dalam air dan dikonsumsi oleh pasien serta membasuh bagian yang gatal. Cerita lain menceritakan bahwa ''sareng'' akan melahap bangkai manusia yang terkubur di dalam air, dan akan membawa jiwa manusia tersebut kepada para dewa. <ref>http://www.suaraperak.com/tidak-boleh-makan-ikan-tapah-bukan-sekadar-mitos/ (in malay)</ref>
Menurut cerita rakyat [[Malaysia]], keturunan seseorang yang bernama Tok Kaduk tidak bisa makan dan menyentuh ikan tersebut karena menurut legenda dahulu kala, Tok Kaduk menangkap ''tapah'' ini. Saat perutnya dibelah, ternyata di dalam ikan tersebut terdapat emas sehingga Tok Kaduk mengambil emas tersebut, menjahit ikan tersebut, dan melepaskannya kembali ke sungai. Sejak saat itu, jika keturunannya bersentuhan dengan ikan tersebut, kulitnya akan menjadi merah dan gatal hingga mereka pergi ke Kg Tua, Lambor Kanan dekat Bota di [[Perak Tengah|Distrik Perak Tengah]] [[Perak (negara bagian)|Perak]], [[Malaysia]] untuk mencari obat. Obatnya adalah sisa emas ikan yang disimpan untuk dijadikan obat penyakit. Ada yang mengatakan bahwa emas perlu direndam dalam air dan dikonsumsi oleh pasien serta membasuh bagian yang gatal. Cerita lain menceritakan bahwa ''sareng'' akan melahap bangkai manusia yang terkubur di dalam air, dan akan membawa jiwa manusia tersebut kepada para dewa.<ref>http://www.suaraperak.com/tidak-boleh-makan-ikan-tapah-bukan-sekadar-mitos/ (in malay)</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}

[[Kategori:Ikan Vietnam]]
[[Kategori:Ikan Vietnam]]
[[Kategori:Ikan Thailand]]
[[Kategori:Ikan Thailand]]

Revisi terkini sejak 21 Februari 2024 15.17

Tapah asia
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Wallago attu

Sinonim

Silurus boalis Hamilton, 1822
Silurus wallagoo Valenciennes, 1840
Silurus muelleri Bleeker, 1846
Wallago russellii Bleeker, 1853

Wallago attu adalah ikan berkumis air tawar dari keluarga Siluridae, asli Asia Selatan dan Tenggara . Ikan ini dikenal dengan nama tapah asia.[2] Ia dikenal dengan berbagai nama di berbagai daerah dan bahasa, seperti Borali (বৰালি) dalam bahasa Assam, Tamil ஆத்துவாளை (Aaththu vaalai), Manipuri Sareng, Mizo: Thaichhawninu, Odisha Balia (ବାଳିଆ), Bengal Boal (বোয়াল), Vietnam : Cá le. W. attu ditemukan di sungai-sungai besar dan danau-danau di dua wilayah yang secara geografis tidak terhubung ( disjunct distribution ), dengan satu populasi tinggal di sebagian besar anak benua India dan yang lainnya di beberapa bagian Asia Tenggara . Spesies ini dapat mencapai panjang maksimum 2 m (6 ft 7 in) . [3]

Biologi dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Sebagai ikan predator berukuran besar, W. attu sebagian besar memakan makanan karnivora . Analisis isi usus yang dilakukan terhadap spesimen dari sungai Godavari di India menunjukkan bahwa sekitar 90 hingga 95% makanan yang dikonsumsi terdiri dari bahan hewani. Di antara ikan mangsa yang paling sering ditemukan di perut sungai Godavari W. attu adalah Salmophasia phulo, Pethi ticto dan Chanda nama semuanya merupakan spesies kecil yang mencapai panjang maksimal sekitar 10–12 cm (3,9–4,7 in) . 10–12 cm (3,9–4,7 in) . [4]

Referensi budaya[sunting | sunting sumber]

Menurut cerita rakyat Malaysia, keturunan seseorang yang bernama Tok Kaduk tidak bisa makan dan menyentuh ikan tersebut karena menurut legenda dahulu kala, Tok Kaduk menangkap tapah ini. Saat perutnya dibelah, ternyata di dalam ikan tersebut terdapat emas sehingga Tok Kaduk mengambil emas tersebut, menjahit ikan tersebut, dan melepaskannya kembali ke sungai. Sejak saat itu, jika keturunannya bersentuhan dengan ikan tersebut, kulitnya akan menjadi merah dan gatal hingga mereka pergi ke Kg Tua, Lambor Kanan dekat Bota di Distrik Perak Tengah Perak, Malaysia untuk mencari obat. Obatnya adalah sisa emas ikan yang disimpan untuk dijadikan obat penyakit. Ada yang mengatakan bahwa emas perlu direndam dalam air dan dikonsumsi oleh pasien serta membasuh bagian yang gatal. Cerita lain menceritakan bahwa sareng akan melahap bangkai manusia yang terkubur di dalam air, dan akan membawa jiwa manusia tersebut kepada para dewa.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ng, H.H.; de Alwis Goonatilake, S.; Fernado, M.; Kotagama, O. (2019). "Wallago attu". 2019: e.T166468A174784999. doi:10.2305/IUCN.UK.2019-3.RLTS.T166468A174784999.en. 
  2. ^ Iman, Mustafa (30 Mei 2022). "Ikan Tapah, Ikan Air Tawar Raksasa yang Hidup di Sungai-Sungai Indonesia". goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  3. ^ Roberts, T.R. (2014): Wallago Bleeker, 1851 and Wallagonia Myers, 1938 (Ostariophysi, Siluridae), Distinct Genera of Tropical Asian Catfishes, with Description of †Wallago maemohensis from the Miocene of Thailand.
  4. ^ Babare R. S., Chavan S.P., Kannewad P. M. (2013): Gut Content Analysis of Wallago attu and Mystus (Sperata) seenghala, the common Catfishes from Godavari River System in Maharastra State.
  5. ^ http://www.suaraperak.com/tidak-boleh-makan-ikan-tapah-bukan-sekadar-mitos/ (in malay)