Lompat ke isi

Lakilaponto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Andang Parsan (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(41 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{more citations needed}}
{{Infobox person
{{Infobox person
|name = La Kilaponto
|name = Lakilaponto
|birth_name = La Kilaponto
|birth_name = La Kilaponto
|birth_date = 1488
|birth_date = 1488
|birth_place = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|border|link=Indonesia|17px]] Indonesia [[Muna]], [[Sulawesi Tenggara]], [[Indonesia]]
|birth_place = [[Muna]]
|death_date = 1584
|death_date = 1584
|death_place = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|border|link=Indonesia|17px]] [[Bau-bau]], [[Indonesia]]
|death_place = [[Bau-bau]]
|death_cause =
|death_cause =
|body_discovered =
|body_discovered =
Baris 21: Baris 22:
|known_for =
|known_for =
|notable_works =
|notable_works =
|title = Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis ; [[Halu Oleo]] ; Landolaki; Murhum
|title = Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis ; Murhum
|term = 1538-1584
|term = 1538-1584
|predecessor =
|predecessor =
Baris 30: Baris 31:
# Wa Ode Pogo,
# Wa Ode Pogo,
# Wa Tampoidongi,
# Wa Tampoidongi,
# Anawai Angguhairah,
# Wa Sameka,
# Wa Sameka,
# putri raja Jampe,
# putri raja Jampe,
Baris 37: Baris 37:
# La Tumparasi (Sangia Boleko)
# La Tumparasi (Sangia Boleko)
# La Sangaji (Sangia Makengkuna)
# La Sangaji (Sangia Makengkuna)
# Wa Ode Poasia
# Wa Ode Lepo-lepo
# Wa Ode Konawe
# Paramasuni
# Paramasuni
# Wasugirampu
# Wasugirampu
# Wabunganila
# Wabunganila
# Wabeta
# Wabeta
|parents = [[Sugi Manuru]] <small>(ayah)</small><br />[[Wa Tubapala]] <small>(ibu)</small>
|parents = [[Sugi Manuru]]<small>(ayah)</small><br />[[Wa Tubapala]] <small>(ibu)</small>
|relatives = La Posasu (Raja Muna VIII - gelar: Kobangkuduno) <small>(adik Laki-laki)
|relatives = La Posasu (Raja Muna VIII - gelar: Kobangkuduno)<small>(adik Laki-laki)
}}
}}
{{wikiportal|Indonesia}}
{{wikiportal|Indonesia}}


'''[[Lakilaponto]]''' berasal dari [[Muna]] (Wuna) karena sebelum ia memerintah di [[Buton]] ia adalah Raja Muna VII, putra Raja Muna VI [[Sugi Manuru]] dengan pasangannya [[Wa Tubapala]].Setelah menyerahkan tahta kerajaan [[Muna]] ke adiknya [[La Posasu]] (gelar: Kobangkuduno)
'''Lakilaponto''' berasal dari [[Kerajaan Muna]] (sekarang Pulau Muna), ia adalah putra Raja Muna VI [[Sugi Manuru]] dengan pasangannya Wa Tubapala.
Ia menjadi Raja Buton karena mendengar kerajaan Buton sedang diserang oleh [[La Bolontio]] (Kapitan dari [[Banggai]], sebuah kabupaten kepulauan di [[Sulawesi Tengah]] sekarang).
Ia selanjutnya menuju Buton karena mendengar kerajaan Buton sedang diserang oleh [[La Bolontio]] (Kapitan dari [[Banggai]], sebuah kabupaten kepulauan di [[Sulawesi Tengah]] sekarang). Dari sumber sejarah [[Kabupaten Kepulauan Selayar|Selayar]] diketahui bahwa kedatangan Lakilaponto ke Buton atas permintaan Raja Mulae ([[Raja Buton V]]); dan selain La Kilaponto, turut pula membantu Opu Manjawari (Raja Selayar). Cerita rakyat menyebutkan bahwa [[La Bolontio]] hanya memiliki satu mata. Dalam sebuah pertarungan terbuka, La Kilaponto sempat terdesak dan jatuh ke tanah berpasir (diduga pertarungan itu dilakukan di pantai). Dalam situasi itu Lakilaponto kemudian menendang pasir langsung mengenai mata La Bolontio dan situasi kemudian berbalik, La Kilaponto akhirnya menguasai pertarungan dan berhasil membunuh La Bolontio. Karena keberhasilannya itu, Lakilaponto kemudian dinobatkan sebagai Raja [[Buton]] VI.


Kedatangan Lakilaponto ke Buton karena mendapat informasi bahwa di Kerajaan Buton sedang diganggu oleh gerombolan perompak bernama La Bolontio dan Raja Buton saat itu La Mulae tidak mampu menaklukkannya. La Kilaponto mellihat ini merupakakn peluang untuk menguasai Buton tanpa perang dengan tetangganya itu. Ia cukup mengalahkan La Bolontio. Ia pun datang ke Buton setelah terlebih dahulu menyerhkan pimpinan kerajaan Muna ke adiknya, La Posasu.
Di kemudian hari La Kilaponto kemudian menobatkan dirinya sebagai Sultan [[Buton]] I dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatl Khamis atau lebih dikenal dengan Sultan [[Murhum]] dan mengubah bentuk pemerintahan Buton menjadi Kesultanan setelah ia memeluk agama [[Islam]]. Sejak itu Islam berkembang pesat di [[Buton]]. Nama [[Halu Oleo]] diabadikan oleh masyarkat [[Sulawesi Tenggara]] menjadi nama sebuah universitas negeri terbesar di daerah itu: [[Universitas Halu Oleo]] dan bandar udara di Kendari [[Bandar Udara Haluoleo]]. Kata “Haluoleo” diambil dari peristiwa perang delapan hari 8 antara kerajaan konawe dan mekongga yang kemudian di damaikan oleh La Kilaponto karena setelah menjadi sultan Buton beliau juga menjadi Raja di Kerajaan Konawe. Lakilaponto selain dikenal sebagai pemimpin yang bijak, diyakini pula sebagai ksatria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam [[bahasa Tolaki]] atau Alu gholeo dalam bahasa Muna – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari.


Cerita rakyat menyebutkan bahwa [[La Bolontio]] hanya memiliki satu mata. Dalam sebuah pertarungan terbuka, La Kilaponto sempat terdesak dan jatuh ke tanah berpasir (diduga pertarungan itu dilakukan di pantai). Dalam situasi itu Lakilaponto kemudian menendang pasir langsung mengenai mata La Bolontio dan situasi kemudian berbalik, La Kilaponto akhirnya menguasai pertarungan dan berhasil membunuh La Bolontio.
=== Silsilah Lakilaponto ===

Dengan matinya La Bolontio di tangannya, maka ia dengan mudah mendelegitimasi kepemimpinan Raja Buton La Mulae dan merebut kekuasaan darinya. Maka jadilah La Kilaponto sebagai Raja Buton ke - VI menggantikan La Mulae.

Di bawah kekuasaannya Wilayah Pulau Buton berkembang pesat sehingga ia kemudian berinisiatif mendirikan Kesultanan Buton dan ia dinobatkan sebagai Sultan [[Buton]] I dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatl Khamis atau lebih dikenal dengan Sultan [[Murhum]] dan mengubah bentuk pemerintahan Buton menjadi Kesultanan setelah ia memeluk agama [[Islam]]. Sejak itu Islam berkembang pesat di [[Buton]].

== Silsilah Lakilaponto ==
Lakilaponto adalah Raja Muna VII, putra Raja Muna VI [[Sugi Manuru]] dengan pasangannya [[Wa Tubapala]], dan merupakan keturunan para sugi. Sebagai anak yang tercerdas dan berwibawa dari seorang raja dengan sistem Monarki Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilapontolah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai Raja Muna.
Lakilaponto adalah Raja Muna VII, putra Raja Muna VI [[Sugi Manuru]] dengan pasangannya [[Wa Tubapala]], dan merupakan keturunan para sugi. Sebagai anak yang tercerdas dan berwibawa dari seorang raja dengan sistem Monarki Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilapontolah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai Raja Muna.

=== '''Sepak Terjang Lakilaponto''' ===
== Sepak terjang ==
Saat menjadi Raja Muna, laki la ponto dikenal sebagai raja masyhur penuh kharisma, seorang pendekar, sang jenderal, berjiwa pejuang, bahkan terbilang cerdas dibidang ketatanegaraan. Kehebatannya dibidang pemerintahan juga dibuktikan dengan kemampuannya menyatukan beberapa kerajaan di [[Sulawesi Tenggara]], yang sebelumnya saling berseteru. Laki la ponto pun memiliki pertalian yang longgar menurut keturunan maupun perkawinan. Sehingga namanya terlukis indai di semua lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tenggara, seperti di Kerajaan Muna, Kerajaan Buton (Wolio), Kerajaan Konawe, dan di Kerajaan Moronene.
Saat menjadi Raja Muna, laki la ponto dikenal sebagai raja masyhur penuh kharisma, seorang pendekar, sang jenderal, berjiwa pejuang, bahkan terbilang cerdas dibidang ketatanegaraan. Kehebatannya dibidang pemerintahan juga dibuktikan dengan kemampuannya menyatukan beberapa kerajaan di [[Sulawesi Tenggara]], yang sebelumnya saling berseteru. Laki la ponto pun memiliki pertalian yang longgar menurut keturunan maupun perkawinan.
<br>

Setiap kerajaan yang ia kunjungi, laki la ponto kerapkali mengalami pergantian nama. Penyebutan namanya tergantung pada pemberian masyarakat setempat, yang didasarkan pada latar belakang kehadirannya. Misalnya di Kerajaan Konawe bernama Haluoleo, di [[Kerajaan Moronene]] bernama landolaki, dan di Kerajaan Buton dikenal dengan sebutan Murhum.
Setiap kerajaan yang ia kunjungi, laki la ponto kerapkali mengalami pergantian nama. Penyebutan namanya tergantung pada pemberian masyarakat setempat, yang didasarkan pada latar belakang kehadirannya.
Laki la ponto mengakhiri masa pemerintahannya karena wafat tahun 1584 setelah memerintah lebih kurang 46 tahun, sebagai raja Buton VI selama 3 tahun dan sebagai Sultan I selama 43 tahun. Setelah ia meninggal dunia, Sara Kesultanan Buton memilih [[La Tumparasi]] (Sangi Boleka) sebagai sultan Buton II dan dilantik pada tahun itu juga. Laki La Ponto merupakan salah satu tokoh besar yang berasal dari Sulawesi Tenggara.
Laki la ponto mengakhiri masa pemerintahannya karena wafat tahun 1584 setelah memerintah lebih kurang 46 tahun, sebagai raja Buton VI selama 3 tahun dan sebagai Sultan I selama 43 tahun. Setelah ia meninggal dunia, Sara Kesultanan Buton memilih [[La Tumparasi]] (Sangi Boleka) sebagai sultan Buton II dan dilantik pada tahun itu juga. Laki La Ponto merupakan salah satu tokoh besar yang berasal dari Sulawesi Tenggara.


Pada sebuah hikayat disebutkan, saat Lakilaponto menjadi Raja di Kerajaan Muna, Buton dan Konawe, kerajaan-kerajaan lainya yaitu Kerajaan kaledupa, Kerajaan Mokole dan Mekongga ikut menggabungkan diri dibawa kekuasaan Lakilaponto, sebagai mana kutipan berikut ‘Adapun tatkala Murhum menjadi raja di Negeri Buton ini, tatkala dikaruniai Murhum, maka menjadilah sekalian Negeri, karena ia raja La Kilaponto membawahi negeri yang besar yaitu Buton dan Wuna, jadi ikut sekalian negeri seperti kaledupa dialihkan, Mekongga dialihkan, dan kabaena di Alihkan. Maka sekalian negeri pun dialihkan oleh Murhum”.
sebagai mana kutipan berikut ‘Adapun tatkala Murhum menjadi raja di Negeri Buton ini, tatkala dikaruniai Murhum, maka menjadilah sekalian Negeri, karena ia raja La Kilaponto membawahi negeri yang besar yaitu Buton dan Wuna. Maka sekalian negeri pun dialihkan oleh Murhum”.


=== Lakilaponto Sebagai Raja Muna VII ===
=== Lakilaponto sebagai Raja Muna VII ===
Lakilaponto menjadi raja muna VII setelah menggantikan ayahandanya, Sugi Manuru sebagai raja muna. Lakilaponto memerintah kerajaan muna selama kurang lebih 3 tahun sebelum digantikan oleh adiknya sendiri, La Posasu.
Lakilaponto menjadi raja muna VII setelah menggantikan ayahandanya, Sugi Manuru sebagai raja muna. Lakilaponto memerintah kerajaan muna selama kurang lebih 3 tahun sebelum digantikan oleh adiknya sendiri, La Posasu.


Seperti telah disebutkan terdahulu, bahwa Lakilaponto adalah putra sulung Sugi Manuru dan Wa Tubapala. sebagai anak sulung, dari seorang raja dengan sistem Monarchi Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilaponto-lah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai raja muna.<ref>Rustam E Tamburaka, 2007, Sejarah dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara, Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara</ref>
Seperti telah disebutkan terdahulu, bahwa Lakilaponto adalah putra sulung Sugi Manuru dan Wa Tubapala. sebagai anak sulung, dari seorang raja dengan sistem Monarchi Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilaponto-lah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai raja muna.


Lakilaponto pada saat memerintah Kerajaan Muna, menanamkan falsafa atau nilai-nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang diajarkan oleh SUGI MANURU yaitu :
Lakilaponto pada saat memerintah Kerajaan Muna, menanamkan falsafa atau nilai-nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang diajarkan oleh SUGI MANURU yaitu:
# Pobini-biniti kuli, ( saling tengang rasa )
# Pobini-biniti kuli, (saling tengang rasa)
# Poangka-angka tau, ( Saling harga-menghargai )
# Poangka-angka tau, (Saling harga-menghargai)
# Poma-masigho, ( Saling sayang- menyayangi )
# Poma-masigho, (Saling sayang- menyayangi)
# Poadha-adhati. (Saling menghormati )
# Poadha-adhati. (Saling menghormati)
Keempat prinsip dasar diatas wajib dipahami dan dijalankan oleh setiap warga kerajaan muna dalam hal ini termasuk juga Raja dan aparat kerajaan lainnya. Lakilaponto juga menyebar luaskan konstitusi Negara kerajaan Muna pada kerjaan-kerajaan yang dipimpinnya Yaitu :
Keempat prinsip dasar diatas wajib dipahami dan dijalankan oleh setiap warga kerajaan muna dalam hal ini termasuk juga Raja dan aparat kerajaan lainnya. Lakilaponto juga menyebar luaskan konstitusi Negara kerajaan Muna pada kerjaan-kerajaan yang dipimpinnya Yaitu:
# Hansuru –hansuru badha Sumano kono hansuru liwu ( Biarlah badan binasa asal Negara tetap berdiri ).
# Hansuru –hansuru badha Sumano kono hansuru liwu (Biarlah badan binasa asal Negara tetap berdiri).
# Hansuru-hansuru Liwu Sumano kono hansuru Ahdati ( kalaupun Negara harus bubar adat tetap harus dipertahankan ).
# Hansuru-hansuru Liwu Sumano kono hansuru Ahdati (kalaupun Negara harus bubar adat tetap harus dipertahankan).
# Hansuru-hansuru Adhati sumano Tangka Agama ( Kalupun adat tidak bisa lagi dipertahankan, agama harus tetap ditegakkan ).
# Hansuru-hansuru Adhati sumano Tangka Agama (Kalupun adat tidak bisa lagi dipertahankan, agama harus tetap ditegakkan).


Falsafah dasar dan Konstitusi kerajaan Muna yang telah di ajarkan oleh Ayahandanya Raja Muna VI Sugi Manuru kemudian disebar luaskan pada kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh Lakilaponto berikutnya.
Falsafah dasar dan Konstitusi kerajaan Muna yang telah di ajarkan oleh Ayahandanya Raja Muna VI Sugi Manuru kemudian disebar luaskan pada kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh Lakilaponto berikutnya.
=== La kilaponto Sebagai Sultan Buton ===
Pada saat islam masuk ke kerajaan Buton yang dibawa oleh imam arab, Syeh Abdul Wahid bentuk pemerintahan dari kerajaan berubaha menjadi kesultanan dimana Lakilaponto menerima islam sebagai agama resmi. Pada menjadi kesultanan, Lakilaponto diangkat sebagai Sultan Pertama bergelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis. Pengangkatan lakilaponto sebagai sultan mendapat persetujuan langsung dari Khalifah di [[Kesultanan Utsmaniyah]]. Lakilaponto memerintah kesultanan buton cukup lama yaitu selama 43 tahun.

=== '''La kilaponto Sebagai Raja Konawe''' ===
Setelah bertahta di Buton La Kilaponto pada suatu hari berjalan-jalan di tepi pantai kendari sebagai orang biasa, kemudian beliau di tangkap oleh nelayan untuk dijadikan budak, tak lama kemudian perahu sang nelayan stelah menagkap la kilaponto itu ternyata tak mampu berjalan untuk membawa la kilaponto ke pasar budak, karena beliau sakti mandraguna. akhirnya la kilaponto di turunkan kembali ke pantai kendari. pada suatu ketika beliau sedang tidur pulas maka seorang penduduk dari kerajaan konawe hendak memenggal kepalanya namun beliu terlindungi oleh kesaktiannya. akhirnya beliau hanya ditangkap dan dibawah ke istana sang Raja konawe. Sebagai tawanan beliau dianggap orang jahat dan hendak di bunuh setelah sang Raja makan siang bersama keluarga. Tak lama kemudian tiba-tiba tanah tempat duduk La Kilaponto naik setinggi jendela sang Raja, Raja Konawe begitu ketakutan dan mengirah beliau adalah jin. dengan penuh rasa ketakutan akhirnya sang raja mengajak La Kilaponto untuk makan siang bersama. Sang Raja bertanya kepada beliau apakah dia mencari seorang istri di kerajaan Konawe?, beliau menjawab iya ingin tapi bagaimana iya akan menikah sementara sang Raja tidak tau asal usulnya, akhirnya beliau membuka latar belakangnya dan Menikahi putri sang Raja dan Menggantikan Raja Konawe.

=== Rujukan ===
<references group="Etnogravish Overzich Van Moena, 1933-1935" />


== Rujukan ==
{{indo-bio-stub}}
<references />
{{bio-stub}}
Buku sejarah Buton (arsip)
2. Etnografish Overzich van Moena, 1933-1935


[[Kategori:Kesultanan Buton]]
[[Kategori:Kesultanan Buton]]

Revisi terkini sejak 11 Maret 2024 04.21

Lakilaponto
LahirLa Kilaponto
1488
Muna
Meninggal1584
Bau-bau
GelarSultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis ; Murhum
Masa jabatan1538-1584
Suami/istri
  1. Wa Ode Pogo,
  2. Wa Tampoidongi,
  3. Wa Sameka,
  4. putri raja Jampe,
  5. putri raja Selayar
Anak
  1. La Tumparasi (Sangia Boleko)
  2. La Sangaji (Sangia Makengkuna)
  3. Paramasuni
  4. Wasugirampu
  5. Wabunganila
  6. Wabeta
Orang tuaSugi Manuru(ayah)
Wa Tubapala (ibu)
KerabatLa Posasu (Raja Muna VIII - gelar: Kobangkuduno)(adik Laki-laki)

Lakilaponto berasal dari Kerajaan Muna (sekarang Pulau Muna), ia adalah putra Raja Muna VI Sugi Manuru dengan pasangannya Wa Tubapala. Ia menjadi Raja Buton karena mendengar kerajaan Buton sedang diserang oleh La Bolontio (Kapitan dari Banggai, sebuah kabupaten kepulauan di Sulawesi Tengah sekarang).

Kedatangan Lakilaponto ke Buton karena mendapat informasi bahwa di Kerajaan Buton sedang diganggu oleh gerombolan perompak bernama La Bolontio dan Raja Buton saat itu La Mulae tidak mampu menaklukkannya. La Kilaponto mellihat ini merupakakn peluang untuk menguasai Buton tanpa perang dengan tetangganya itu. Ia cukup mengalahkan La Bolontio. Ia pun datang ke Buton setelah terlebih dahulu menyerhkan pimpinan kerajaan Muna ke adiknya, La Posasu.

Cerita rakyat menyebutkan bahwa La Bolontio hanya memiliki satu mata. Dalam sebuah pertarungan terbuka, La Kilaponto sempat terdesak dan jatuh ke tanah berpasir (diduga pertarungan itu dilakukan di pantai). Dalam situasi itu Lakilaponto kemudian menendang pasir langsung mengenai mata La Bolontio dan situasi kemudian berbalik, La Kilaponto akhirnya menguasai pertarungan dan berhasil membunuh La Bolontio.

Dengan matinya La Bolontio di tangannya, maka ia dengan mudah mendelegitimasi kepemimpinan Raja Buton La Mulae dan merebut kekuasaan darinya. Maka jadilah La Kilaponto sebagai Raja Buton ke - VI menggantikan La Mulae.

Di bawah kekuasaannya Wilayah Pulau Buton berkembang pesat sehingga ia kemudian berinisiatif mendirikan Kesultanan Buton dan ia dinobatkan sebagai Sultan Buton I dengan gelar Sultan Muhammad Isa Kaimuddin Khalifatl Khamis atau lebih dikenal dengan Sultan Murhum dan mengubah bentuk pemerintahan Buton menjadi Kesultanan setelah ia memeluk agama Islam. Sejak itu Islam berkembang pesat di Buton.

Silsilah Lakilaponto

[sunting | sunting sumber]

Lakilaponto adalah Raja Muna VII, putra Raja Muna VI Sugi Manuru dengan pasangannya Wa Tubapala, dan merupakan keturunan para sugi. Sebagai anak yang tercerdas dan berwibawa dari seorang raja dengan sistem Monarki Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilapontolah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai Raja Muna.

Sepak terjang

[sunting | sunting sumber]

Saat menjadi Raja Muna, laki la ponto dikenal sebagai raja masyhur penuh kharisma, seorang pendekar, sang jenderal, berjiwa pejuang, bahkan terbilang cerdas dibidang ketatanegaraan. Kehebatannya dibidang pemerintahan juga dibuktikan dengan kemampuannya menyatukan beberapa kerajaan di Sulawesi Tenggara, yang sebelumnya saling berseteru. Laki la ponto pun memiliki pertalian yang longgar menurut keturunan maupun perkawinan.

Setiap kerajaan yang ia kunjungi, laki la ponto kerapkali mengalami pergantian nama. Penyebutan namanya tergantung pada pemberian masyarakat setempat, yang didasarkan pada latar belakang kehadirannya. Laki la ponto mengakhiri masa pemerintahannya karena wafat tahun 1584 setelah memerintah lebih kurang 46 tahun, sebagai raja Buton VI selama 3 tahun dan sebagai Sultan I selama 43 tahun. Setelah ia meninggal dunia, Sara Kesultanan Buton memilih La Tumparasi (Sangi Boleka) sebagai sultan Buton II dan dilantik pada tahun itu juga. Laki La Ponto merupakan salah satu tokoh besar yang berasal dari Sulawesi Tenggara.

sebagai mana kutipan berikut ‘Adapun tatkala Murhum menjadi raja di Negeri Buton ini, tatkala dikaruniai Murhum, maka menjadilah sekalian Negeri, karena ia raja La Kilaponto membawahi negeri yang besar yaitu Buton dan Wuna. Maka sekalian negeri pun dialihkan oleh Murhum”.

Lakilaponto sebagai Raja Muna VII

[sunting | sunting sumber]

Lakilaponto menjadi raja muna VII setelah menggantikan ayahandanya, Sugi Manuru sebagai raja muna. Lakilaponto memerintah kerajaan muna selama kurang lebih 3 tahun sebelum digantikan oleh adiknya sendiri, La Posasu.

Seperti telah disebutkan terdahulu, bahwa Lakilaponto adalah putra sulung Sugi Manuru dan Wa Tubapala. sebagai anak sulung, dari seorang raja dengan sistem Monarchi Absolutisme, sudah jelas bahwa Lakilaponto-lah yang menjadi putera mahkota untuk kelak menggantikan Sugi Manuru sebagai raja muna.

Lakilaponto pada saat memerintah Kerajaan Muna, menanamkan falsafa atau nilai-nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang diajarkan oleh SUGI MANURU yaitu:

  1. Pobini-biniti kuli, (saling tengang rasa)
  2. Poangka-angka tau, (Saling harga-menghargai)
  3. Poma-masigho, (Saling sayang- menyayangi)
  4. Poadha-adhati. (Saling menghormati)

Keempat prinsip dasar diatas wajib dipahami dan dijalankan oleh setiap warga kerajaan muna dalam hal ini termasuk juga Raja dan aparat kerajaan lainnya. Lakilaponto juga menyebar luaskan konstitusi Negara kerajaan Muna pada kerjaan-kerajaan yang dipimpinnya Yaitu:

  1. Hansuru –hansuru badha Sumano kono hansuru liwu (Biarlah badan binasa asal Negara tetap berdiri).
  2. Hansuru-hansuru Liwu Sumano kono hansuru Ahdati (kalaupun Negara harus bubar adat tetap harus dipertahankan).
  3. Hansuru-hansuru Adhati sumano Tangka Agama (Kalupun adat tidak bisa lagi dipertahankan, agama harus tetap ditegakkan).

Falsafah dasar dan Konstitusi kerajaan Muna yang telah di ajarkan oleh Ayahandanya Raja Muna VI Sugi Manuru kemudian disebar luaskan pada kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh Lakilaponto berikutnya.

Buku sejarah Buton (arsip)