Peraturan gol tandang: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(32 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Peraturan gol tandang''' adalah suatu aturan khusus dalam [[turnamen]] [[sepak bola]] [[sistem gugur]] yang berlaku pada dua pertandingan kandang-tandang/''home-away'' apabila agregat total seri. |
'''Peraturan gol tandang''' adalah suatu aturan khusus dalam [[turnamen]] [[sepak bola]] [[sistem gugur]] yang berlaku pada dua pertandingan kandang-tandang/''home-away'' apabila agregat total seri. |
||
== Aturan nilai seri dalam peraturan gol tandang == |
|||
== Contoh kasus == |
|||
Peraturan gol tandang memiliki nilai seri maka aturan sebagai berikut: |
|||
=== Kasus I === |
=== Kasus I === |
||
;Leg Pertama |
;Leg Pertama |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim A |
|tim1 = Tim A |
||
|score = |
|score = 2-2 |
||
|tim2 = Tim B |
|tim2 = Tim B |
||
|stadium = kota A |
|stadium = kota A |
||
Baris 13: | Baris 15: | ||
;Leg Kedua |
;Leg Kedua |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim B |
|tim1 = Tim B |
||
|score = |
|score = 1-1 |
||
|tim2 = Tim A |
|tim2 = Tim A |
||
|stadion = kota B |
|stadion = kota B |
||
}} |
}} |
||
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: |
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 3–3. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim B berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim B berhasil mencetak dua gol saat laga tandang, sementara Tim A hanya mencetak satu gol. |
||
=== Kasus II === |
=== Kasus II === |
||
;Leg Pertama |
;Leg Pertama |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim A |
|tim1 = Tim A |
||
Baris 33: | Baris 35: | ||
;Leg Kedua |
;Leg Kedua |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim B |
|tim1 = Tim B |
||
Baris 40: | Baris 42: | ||
|stadion = kota B |
|stadion = kota B |
||
}} |
}} |
||
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 2–2. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim |
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 2–2. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim B berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim B berhasil mencetak satu gol saat laga tandang, sementara Tim A hanya mencetak nol gol. |
||
=== Kasus III === |
=== Kasus III === |
||
;Leg Pertama |
;Leg Pertama |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim A |
|tim1 = Tim A |
||
|score = |
|score = 0-1 |
||
|tim2 = Tim B |
|tim2 = Tim B |
||
|stadium = kota A |
|stadium = kota A |
||
Baris 53: | Baris 56: | ||
;Leg Kedua |
;Leg Kedua |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim B |
|tim1 = Tim B |
||
|score = |
|score = 1–2 |
||
|tim2 = Tim A |
|tim2 = Tim A |
||
|stadion = kota B |
|stadion = kota B |
||
}} |
}} |
||
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 2–2. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim A berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim A berhasil mencetak dua gol saat laga tandang, sementara Tim B hanya mencetak satu gol. |
|||
⚫ | Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim A berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim B mencetak nol gol |
||
=== Kasus IV === |
=== Kasus IV === |
||
;Leg Pertama |
;Leg Pertama |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim A |
|tim1 = Tim A |
||
|score = |
|score = 1–0 |
||
|tim2 = Tim B |
|tim2 = Tim B |
||
|stadium = kota A |
|stadium = kota A |
||
Baris 74: | Baris 76: | ||
;Leg Kedua |
;Leg Kedua |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim B |
|tim1 = Tim B |
||
|score = |
|score = 3–2 |
||
|tim2 = Tim A |
|tim2 = Tim A |
||
|stadion = kota B |
|stadion = kota B |
||
}} |
}} |
||
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 3–3. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim A berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim A berhasil mencetak satu gol saat laga tandang, sementara Tim B hanya mencetak nol gol. |
|||
⚫ | Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim B berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim A mencetak nol gol |
||
=== Kasus V === |
=== Kasus V === |
||
;Leg Pertama |
;Leg Pertama |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|||
|tim1 = Tim A |
|||
|score = 3-0 |
|||
|tim2 = Tim B |
|||
|stadium = kota A |
|||
}} |
|||
;Leg Kedua |
|||
{{Ksb |
|||
|date = |
|||
|tim1 = Tim B |
|||
|score = 4-1 |
|||
|tim2 = Tim A |
|||
|stadion = kota B |
|||
}} |
|||
⚫ | Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim A berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim B mencetak nol gol saat laga tandang sementara Tim A mencetak satu gol; secara agregat gol tandang Tim A 1-0 Tim B, walaupun tidak ada pemenangan dalam sebuah pertandingan. |
||
=== Kasus VI === |
|||
;Leg Pertama |
|||
{{Ksb |
|||
|date = |
|||
|tim1 = Tim A |
|||
|score = 1-1 |
|||
|tim2 = Tim B |
|||
|stadium = kota A |
|||
}} |
|||
;Leg Kedua |
|||
{{Ksb |
|||
|date = |
|||
|tim1 = Tim B |
|||
|score = 0-0 |
|||
|tim2 = Tim A |
|||
|stadion = kota B |
|||
}} |
|||
⚫ | Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim B berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim A mencetak nol gol saat laga tandang sementara Tim B mencetak satu gol; secara agregat gol tandang Tim A 0-1 Tim B, walaupun tidak ada pemenangan dalam sebuah pertandingan. |
||
=== Kasus VII === |
|||
;Leg Pertama |
|||
{{Ksb |
|||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim A |
|tim1 = Tim A |
||
Baris 95: | Baris 138: | ||
;Leg Kedua |
;Leg Kedua |
||
{{ |
{{Ksb |
||
|date = |
|date = |
||
|tim1 = Tim B |
|tim1 = Tim B |
||
Baris 103: | Baris 146: | ||
}} |
}} |
||
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan dengan nilai kembar maka dilakukan adu penalti. |
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan dengan nilai kembar maka dilakukan adu penalti sebab Tim A dan B masing-masing mencetak satu gol saat laga tandang. |
||
=== Kasus VIII === |
|||
⚫ | |||
;Leg Pertama |
|||
⚫ | |||
{{Ksb |
|||
|date = |
|||
|tim1 = Tim A |
|||
|score = 2–1 |
|||
|tim2 = Tim B |
|||
|stadium = kota A |
|||
}} |
|||
;Leg Kedua |
|||
{{Ksb |
|||
|date = |
|||
|tim1 = Tim B |
|||
|score = 2–1 |
|||
|tim2 = Tim A |
|||
|stadion = kota B |
|||
}} |
|||
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan dengan nilai kembar maka dilakukan adu penalti sebab Tim A dan B masing-masing mencetak satu gol saat laga tandang. |
|||
{{sepak bola-stub}} |
{{sepak bola-stub}} |
||
⚫ | |||
⚫ |
Revisi terkini sejak 11 Maret 2024 21.08
Peraturan gol tandang adalah suatu aturan khusus dalam turnamen sepak bola sistem gugur yang berlaku pada dua pertandingan kandang-tandang/home-away apabila agregat total seri.
Aturan nilai seri dalam peraturan gol tandang
[sunting | sunting sumber]Peraturan gol tandang memiliki nilai seri maka aturan sebagai berikut:
Kasus I
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 2-2 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 1-1 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 3–3. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim B berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim B berhasil mencetak dua gol saat laga tandang, sementara Tim A hanya mencetak satu gol.
Kasus II
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 2–1 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 1–0 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 2–2. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim B berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim B berhasil mencetak satu gol saat laga tandang, sementara Tim A hanya mencetak nol gol.
Kasus III
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 0-1 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 1–2 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 2–2. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim A berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim A berhasil mencetak dua gol saat laga tandang, sementara Tim B hanya mencetak satu gol.
Kasus IV
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 1–0 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 3–2 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Agregat kedua tim menjadi seri, yaitu: 3–3. Dalam contoh kasus di atas, jika peraturan gol tandang berlaku, Tim A berhak melaju ke babak selanjutnya, karena Tim A berhasil mencetak satu gol saat laga tandang, sementara Tim B hanya mencetak nol gol.
Kasus V
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 3-0 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 4-1 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim A berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim B mencetak nol gol saat laga tandang sementara Tim A mencetak satu gol; secara agregat gol tandang Tim A 1-0 Tim B, walaupun tidak ada pemenangan dalam sebuah pertandingan.
Kasus VI
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 1-1 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 0-0 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan, Tim B berhak melaju ke babak berikutnya sebab Tim A mencetak nol gol saat laga tandang sementara Tim B mencetak satu gol; secara agregat gol tandang Tim A 0-1 Tim B, walaupun tidak ada pemenangan dalam sebuah pertandingan.
Kasus VII
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 1–1 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 1–1 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan dengan nilai kembar maka dilakukan adu penalti sebab Tim A dan B masing-masing mencetak satu gol saat laga tandang.
Kasus VIII
[sunting | sunting sumber]- Leg Pertama
Tim A | 2–1 | Tim B |
---|---|---|
kota A
|
- Leg Kedua
Tim B | 2–1 | Tim A |
---|---|---|
kota B
|
Jika peraturan diterapkan, meski kedua tim bermain seri dalam dua pertandingan dengan nilai kembar maka dilakukan adu penalti sebab Tim A dan B masing-masing mencetak satu gol saat laga tandang.