Lompat ke isi

Han Awal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cocondolo (bicara | kontrib)
Menyunting reflist
Gaung Tebono (bicara | kontrib)
k clean up
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(46 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{orphan|date=Maret 2010}}
| name = Han Awal
| image = <!-- filename only, no "File:" or "Image:" prefix, and no enclosing [[brackets]] -->
| alt =
| caption =
| birth_name = <!-- only use if different from name -->
| birth_date = {{Birth date|1930|9|16}}
| birth_place = [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]
| death_date = {{Death date and age|2016|5|14|1930|9|16}}
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]
| nationality = Indonesia
| other_names =
| alma_mater = [[Universitas Teknologi Delft]]<br/>[[Technische Universität München]]
| occupation =
| years_active =
| known_for = Arsitek
| notable_works =
| spouse =
}}
'''Han Awal''' ('''Han Hoo Tjwan''') ({{lahirmati|[[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]|16|9|1930|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|14|5|2016}}) adalah seorang [[arsitek]] [[Indonesia]].<ref name="buku1">Arsitek Dua Zaman, Majalah Indonesia Design, September 2005</ref> Prestasinya dalam merancang bangunan membuahkan penghargaan ''Internasional Award of Excellence [[UNESCO]] Asia Pasific Heritage'' untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional.<ref name="buku1"/> Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus [[Universitas Katolik Atma Jaya]] di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan [[Kompleks Parlemen Republik Indonesia|Gedung Conefo ''(Conference of New Emerging Forces)'' 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR]].


== Riwayat Hidup ==
[[Berkas:hanawal.jpeg|thumb|Han Awal]]
=== Pendidikan ===
Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Malang]]. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar [[arsitektur]] di [[Institut Teknologi Bandung]]. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di [[Universitas Teknologi Delft|Technische Hoogeschool di Delft, Belanda]], ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari [[Keuskupan Malang]]. Di tempat ini, ia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti [[Liem Bian Poen]], [[Soewondo]], [[Pamoentjak]] dan [[Soejoedi]].<ref name="buku3">{{Cite web |url=http://archipeddy.com/tokoh/han_awal.html |title=Archipeddy.com |access-date=2009-04-22 |archive-date=2022-10-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221002035043/https://archipeddy.com/tokoh/han_awal.html |dead-url=no }}</ref>


Namun, akibat ketegangan Indonesia-Belanda akibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di [[Technische Universität München|Technische Universitat]], Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.<ref name="buku3"/>
'''Han Awal''' (Han Hoo Tjwan) ({{lahirmati|[[Malang]], [[Jawa Timur]]|16|9|1930}}) adalah seorang [[arsitek]] [[Indonesia]].<ref name="buku1"> Arsitek Dua Zaman, Majalah Indonesia Design, September 2005</ref> Prestasinya dalam merancang bangunan membuahkan penghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional.<ref name="buku1"/> Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik [http://www.atmajaya.ac.id Atma Jaya] di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.


== Pendidikan ==
=== Karier ===
Han Awal pulang ke tanah air dan mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect.<ref name="buku2">Indonesia Architecture Magazine, Maret 2008, Upclose & Personal</ref> Di samping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendiikan perancangan di Indonesia.<ref name="buku2"/> Tercatat, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap [[Fakultas Teknik Universitas Indonesia]] Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT [[Universitas Katolik Soegijapranata|Universitas Soegijapranata]], [[Semarang]], 1990-2003, Dosen Pembina FT [[Universitas Merdeka Malang]], 1997-2004, dan Dosen Tidak Tetap Program Pascasarjana FT [[Universitas Indonesia]], 2003.<ref name="buku2"/> Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya [[Ikatan Arsitek Indonesia]], ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.<ref name="buku2"/>


=== Mendalami Konservasi ===
Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di [http://www.itb.ac.id Institut Teknologi Bandung]. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang. Di tempat ini, ia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak, dan Soejoedi.<ref name="buku3"> http://archipeddy.com/tokoh/han_awal.html</ref>
Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah [[Gedung Arsip Nasional]], Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan [[Budi Lim]], arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.<ref name="buku4">{{Cite web |url=http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/han-awal/index.shtml |title=Salinan arsip |access-date=2009-04-22 |archive-date=2009-02-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090220131829/http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/han-awal/index.shtml |dead-url=yes }}</ref>

Namun,akibat ketegangan Indonesia-Belanda akibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.<ref name="buku3"/>

== Karier ==

Han Awal pulang ke tanah air dan mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect.<ref name="buku2">Indonesia Architecture Magazine, Maret 2008, Upclose & Personal</ref> Di samping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendiikan perancangan di Indonesia.<ref name="buku2"/> Tercatat, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003, Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004, dan Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003.<ref name="buku2"/> Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.<ref name="buku2"/>

== Mendalami Konservasi ==

Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan [[Budi Lim]], arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.<ref name="buku4">http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/han-awal/index.shtml</ref>


Dalam menggarap pemugaran bangunan tua, ia sering terkesima dengan aspek estetis dan budaya yang melekat pada bangunan itu. Untuk merekam semua itulah, Han mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur bersama sejumlah arsitek.<ref name="buku4"/>
Dalam menggarap pemugaran bangunan tua, ia sering terkesima dengan aspek estetis dan budaya yang melekat pada bangunan itu. Untuk merekam semua itulah, Han mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur bersama sejumlah arsitek.<ref name="buku4"/>


"Bangunan-bangunan tua umumnya tak lagi mempunyai gambar, baik gambar desain arsitektur maupun konstruksi. Jadi, untuk memugar, saya harus mengukur ulang. Saya sering terpaksa melakukan penggalian data sampai ke Belanda, KITLV di Leiden, Koninklijk Instituut voor de Tropen di Amsterdam, atau kepada teman-teman yang juga bekerja pada konservasi," ujarnya.<ref name="buku4"/>
''"Bangunan-bangunan tua umumnya tak lagi mempunyai gambar, baik gambar desain arsitektur maupun konstruksi. Jadi, untuk memugar, saya harus mengukur ulang. Saya sering terpaksa melakukan penggalian data sampai ke Belanda, KITLV di Leiden, 'Koninklijk Instituut voor de Tropen' di Amsterdam, atau kepada teman-teman yang juga bekerja pada konservasi,"'' ujarnya.<ref name="buku4"/>


Han pun menjalin pertemanan dengan para arsitek Belanda, termasuk Cor Passchier. Kerja sama intensif baru terjadi setelah ia bertemu para arsitek Negeri Kincir itu di sebuah seminar tentang bangunan warisan sejarah di Indonesia yang digelar IAI tahun 1980-an.<ref name="buku4"/>
Han pun menjalin pertemanan dengan para arsitek Belanda, termasuk Cor Passchier. Kerja sama intensif baru terjadi setelah ia bertemu para arsitek Negeri Kincir itu di sebuah seminar tentang bangunan warisan sejarah di Indonesia yang digelar IAI tahun 1980-an.<ref name="buku4"/>


"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan," papar Han.<ref name="buku4"/>
''"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan,''" papar Han.<ref name="buku4"/>


== Penghargaan Profesor Teeuw ==
=== Penghargaan Profesor Teeuw ===
Han kini sedang sibuk menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.<ref name="buku4"/>
Han juga menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berkesempatan memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di [[Jalan Prapatan (Jakarta)|Jalan Prapatan, Jakarta]]. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.<ref name="buku4"/>


Pertengahan Agustus 2007, dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta, dia menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.<ref name="buku4"/>
Pertengahan Agustus 2007, dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta, Han Awal menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan [[Profesor Teeuw]]. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.<ref name="buku4"/>


Han Awal, arsitek legenda Indonesia yang begitu mencintai bangunan bersejarah tersebut tutup usia pada Sabtu, 14 Mei 2016. Ia meninggal sekitar pukul 15.30 di kediamannya di Jalan Kemang IV Nomor 89, Jakarta Selatan.<ref name="wafat">Berita Nasional Tempo, Legenda Arsitek Indonesia Han Awal Meninggal. Diakses tanggal 2022-01-11.</ref>
== Catatan Kaki ==

== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Authority control}}


[[Kategori:Meninggal usia 85]]
{{DEFAULTSORT:Awal, Han}}

[[Kategori:Arsitek Indonesia]]
[[Kategori:Arsitek Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Malang]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Malang]]

Revisi terkini sejak 16 Maret 2024 07.07

Han Awal
Lahir(1930-09-16)16 September 1930
Malang, Jawa Timur
Meninggal14 Mei 2016(2016-05-14) (umur 85)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Teknologi Delft
Technische Universität München
Dikenal atasArsitek

Han Awal (Han Hoo Tjwan) (16 September 1930 – 14 Mei 2016) adalah seorang arsitek Indonesia.[1] Prestasinya dalam merancang bangunan membuahkan penghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional.[1] Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang. Di tempat ini, ia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Liem Bian Poen, Soewondo, Pamoentjak dan Soejoedi.[2]

Namun, akibat ketegangan Indonesia-Belanda akibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.[2]

Han Awal pulang ke tanah air dan mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect.[3] Di samping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendiikan perancangan di Indonesia.[3] Tercatat, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap Fakultas Teknik Universitas Indonesia Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT Universitas Soegijapranata, Semarang, 1990-2003, Dosen Pembina FT Universitas Merdeka Malang, 1997-2004, dan Dosen Tidak Tetap Program Pascasarjana FT Universitas Indonesia, 2003.[3] Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.[3]

Mendalami Konservasi

[sunting | sunting sumber]

Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.[4]

Dalam menggarap pemugaran bangunan tua, ia sering terkesima dengan aspek estetis dan budaya yang melekat pada bangunan itu. Untuk merekam semua itulah, Han mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur bersama sejumlah arsitek.[4]

"Bangunan-bangunan tua umumnya tak lagi mempunyai gambar, baik gambar desain arsitektur maupun konstruksi. Jadi, untuk memugar, saya harus mengukur ulang. Saya sering terpaksa melakukan penggalian data sampai ke Belanda, KITLV di Leiden, 'Koninklijk Instituut voor de Tropen' di Amsterdam, atau kepada teman-teman yang juga bekerja pada konservasi," ujarnya.[4]

Han pun menjalin pertemanan dengan para arsitek Belanda, termasuk Cor Passchier. Kerja sama intensif baru terjadi setelah ia bertemu para arsitek Negeri Kincir itu di sebuah seminar tentang bangunan warisan sejarah di Indonesia yang digelar IAI tahun 1980-an.[4]

"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan," papar Han.[4]

Penghargaan Profesor Teeuw

[sunting | sunting sumber]

Han juga menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berkesempatan memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.[4]

Pertengahan Agustus 2007, dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta, Han Awal menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.[4]

Han Awal, arsitek legenda Indonesia yang begitu mencintai bangunan bersejarah tersebut tutup usia pada Sabtu, 14 Mei 2016. Ia meninggal sekitar pukul 15.30 di kediamannya di Jalan Kemang IV Nomor 89, Jakarta Selatan.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Arsitek Dua Zaman, Majalah Indonesia Design, September 2005
  2. ^ a b "Archipeddy.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-02. Diakses tanggal 2009-04-22. 
  3. ^ a b c d Indonesia Architecture Magazine, Maret 2008, Upclose & Personal
  4. ^ a b c d e f g "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-20. Diakses tanggal 2009-04-22. 
  5. ^ Berita Nasional Tempo, Legenda Arsitek Indonesia Han Awal Meninggal. Diakses tanggal 2022-01-11.