Lompat ke isi

Kusno Danupoyo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(31 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{More citations needed|date=Sept 2022}}
{{Infobox officeholder
{{Infobox officeholder
|name = {{PAGENAME}}
|name = Kusno Danupoyo
|image=Lampung Governor, Kusno Danupojo.jpg
|image=Lampung Governor, Kusno Danupojo.jpg
|office = [[Gubernur Lampung]]
|office = Gubernur Lampung
|order = 1
|order = ke-1
|lieutenant=Nadirsyah Zaini (1966)
|lieutenant=Nadirsyah Zaini (1966)
|term_start = 1964
|term_start = 1964
|term_end = 1966
|term_end = 1966
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = ''Tidak ada''
|predecessor = ''Tidak ada''
|successor = [[Zainal Abidin Pagaralam]]
|successor = [[Zainal Abidin Pagaralam]]
|appointed =
|appointed =
|birth_date = {{birth date |1913|8|12}}
|birth_date = {{birth date |1913|8|12}}
|birth_place = {{Flag|Belanda}} [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
|birth_place = [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1989|9|10|1913|8|12}}
|death_date = {{death date and age|1989|9|10|1913|8|12}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|death_place = [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
}}
}}
'''Kusno Danupoyo''' ({{lahirmati|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|12|8|1913|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|10|9|1989}}) adalah [[Gubernur Lampung]] pertama, yaitu periode 1964–1966.<ref>{{cite web |url=http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_prov.html |title=Indonesian Provinces|last= |first= |date= |website= World Statesmen|publisher=World Statesmen |access-date=29 Oktober 2017 |quote=}}</ref> Ia mengundurkan diri sebagai [[Gubernur Lampung]] pada tahun [[1966]], setelah itu menjadi Anggota [[DPR RI]] periode 1968–1976. Selain itu, ia pernah menjadi Anggota [[DPRD]] periode 1976–1980 serta Ketua [[DPRD]] untuk Lampung untuk masa jabatan 1968–1970, ia juga pernah menjabat [[Bupati]] [[Wonosobo]].
'''Kusno Danupoyo''' ({{lahirmati|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|12|8|1913|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|10|9|1989}}) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia di [[Gorontalo]], [[Sulawesi]].<ref name="Kusno Danupoyo - Kronologi.id">{{Cite web|date=2018-11-10|title=Kusno Danupoyo - Kronologi.id|url=https://kronologi.id/2018/11/10/kusno-danupoyo/|language=id-ID|access-date=2022-12-05}}</ref>

Pada tahun [[1989]], ia wafat di [[Solo]].
Kusno berperan dalam mendampingi [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] [[Nani Wartabone]] yang pada saat itu memproklamasikan kemerdekaan [[Indonesia]] di Gorontalo, tepatnya pada tanggal [[23 Januari]] [[1942]]. Peristiwa ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Patriotik 23 Januari 1942 atau Hari Proklamasi Gorontalo.<ref>{{Cite book|last=Wartabone;|first=Nani|date=2004|url=https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=11277&keywords=|title=23 januari 1942 dan Nasionalisme|publisher=Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Gorontalo|language=Indonesia}}</ref>

Untuk mengenang jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, maka [[Komando Daerah Militer XIII/Merdeka|Kodam 13 Merdeka]] menyematkan nama Kusno Danupoyo sebagai nama gedung Auditorium Utama di lingkungan [[Komando Resor Militer 133|Korem 133 Nani Wartabone]] yang berlokasi di [[Kabupaten Gorontalo]], Provinsi Gorontalo.<ref>{{Cite web|date=2019-01-11|title=Pangdam XIII/Merdeka Resmikan Aula Kusno Danupoyo|url=https://gopos.id/pangdam-xiii-merdeka/|website=gopos.id|language=id-ID|access-date=2022-12-05}}</ref>

== Riwayat Hidup ==
Kusno Danupoyo lahir di [[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Jawa Tengah]] pada tanggal 12 Agustus 1913. Belum banyak catatan sejarah yang menuliskan riwayat hidup dari Kusno Danupoyo. Namun, dalam beberapa literatur dituliskan bahwa Kusno merupakan keturunan dari Pangeran Ronggo Danupoyo yang diasingkan ke Sulawesi. Kusno Danupoyo adalah anak dari Raden Ajeng Kandari Danupoyo (RA Kandari Danupoyo adalah anak keenam Raden Mas Kodrat Samadikun, RM Kodrat Samadikun salah satu dari 7 anak Pangeran Ronggo Danupoyo) .<ref>{{Cite web|title=Pejuang Islam yg terasing di tanah minahasa - PDF Free Download|url=https://adoc.pub/pejuang-islam-yg-terasing-di-tanah-minahasa.html|website=adoc.pub|language=en|access-date=2022-12-05}}</ref> Pangeran Ronggo sendiri merupakan cucu dari [[Pakubuwana IV|Sri Susuhunan Pakubuwana IV]] dari [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat]].<ref>{{Cite web|title=Mataram {{!}} Keraton Nusantara {{!}} Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|url=http://keraton.perpusnas.go.id/taxonomy/term/171?page=2|website=keraton.perpusnas.go.id|access-date=2022-12-05}}</ref>

Pangeran Ronggo Danupoyo merupakan salah satu pejuang Nusantara yang diasingkan ke [[Kampung Jawa, Tondano Utara, Minahasa|Kampung Jawa Tondano]] setelah [[Kiai Madja|Kyai Modjo]], bersama-sama dengan Kyai Hasan Maulani (asal Lengkong [[Cirebon]]), [[Tuanku Imam Bonjol]] (asal [[Sumatera Barat]]), K.H. Ahmad Rifa’i (asal [[Kabupaten Kendal|Kendal]], [[Jawa Tengah]]), Sayid Abdullah Assagaf (asal [[Kota Palembang|Palembang]], [[Sumatera Selatan|Sumatera Selatan)]], Tengku Muhammad/Umar (asal [[Aceh]]), dan Haji Saparua (asal [[Maluku]]).<ref>{{Cite web|date=2012-11-19|title=Sejarah Islam & Perjuangan di Minahasa – Sulawesi Utara|url=https://generasisalaf.wordpress.com/2012/11/19/sejarah-islam-perjuangan-di-minahasa-sulawesi-utara/|website=Generasi Salafus Sholeh|language=id-ID|access-date=2022-12-05}}</ref>

Berdasarkan catatan silsilah keluarga besar Danupoyo yang berasal dari Pangeran Ronggo inilah yang kini juga menyebar di wilayah [[Gorontalo]] dan [[Sulawesi Utara]].

== Hari Patriotik 23 Januari 1942 ==
Peristiwa [[Hari Patriotik 23 Januari 1942|patriotik 23 Januari 1942]] merupakan proses panjang dari perlawanan bangsa Indonesia di [[Gorontalo]].<ref>Moo, I. (1976). Sejarah 23 Januari 1942 di Gorontalo. ''Jakarta: Yayasan'', ''23 Januari 1942''.</ref> Berawal ketika Pemerintah Belanda merencanakan pembumi hangusan segala aset di daerah jajahan, termasuk aset-aset yang berada di Gorontalo. Propaganda Belanda ini untuk mengantisipasi adanya serbuan tentara Jepang yang akan masuk ke Indonesia saat itu. Hingga akhirnya propaganda Belanda ini pun kemudian diketahui oleh Saripa Rahman Hala, yang sehari-hari bertugas selaku penyelidik pada pemerintahan Belanda.

Dilandasi oleh semangat nasionalisme, Saripa kemudian membocorkan informasi ini kepada Kaharu dan Ahmad Hippy, yang akhirnya sampai kepada Kusno Danupoyo dan Nani Wartabone. Karena penderitaan rakyat yang sudah tidak dapat dibendung lagi, Nani Wartabone bersama Kusno Danupoyo kemudian tergerak hati nuraninya untuk berjuang melawan para penjajah dan kemudian menyiapkan strategi untuk merebut kekuasaan Belanda di Gorontalo.<ref name="Kusno Danupoyo - Kronologi.id"/><ref>{{Cite journal|last=Kulap|first=Mursalat|last2=Warto|first2=Mr.|last3=Joebagio|first3=Hermanu|date=2017-06-06|title=Nationalism of Nani Wartabone: Nation Character Building Foundation of Indonesia|url=http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v4i3.69|journal=International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding|volume=4|issue=3|pages=12|doi=10.18415/ijmmu.v4i3.69|issn=2364-5369}}</ref>

'''Tokoh yang terlibat'''<gallery>
Berkas:Portrait of Nani Wartabone, Sulawesi Utara Bergolak, p34.jpg|Proklamator [[Nani Wartabone]]
Berkas:Lampung Governor, Kusno Danupojo.jpg|Proklamator, Kusno Danupoyo
</gallery>Proklamasi Gorontalo merupakan momentum bagi para pejuang kemerdekaan yang saat itu tengah mempersiapkan perlawanan diplomatik hingga kekuatan perang dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Pada peristiwa bersejarah ini pula dibacakan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo oleh Nani Wartabone yang didampingi oleh Kusno.<ref>Marunduh, S. U. (1988). ''Peristiwa Merah Putih 23 Januari 1942 di Daerah Gorontalo''. Fakultas Sastra, Universitas Sam Ratulangi.</ref> Nani Wartabone tidak lain merupakan sahabat seperjuangan Soekarno dalam perjuangan memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.

== Riwayat Karir ==
[[File:Kusno Danupoyo (cropped).jpg|jmpl|Kusno Danupoyo sebagai Gubernur Lampung]]
Pada era [[Presiden]] [[Soekarno]], Kusno Danupoyo diangkat menjadi [[Gubernur Lampung]] pertama, yaitu periode [[1964]]–[[1966]].<ref>{{cite web |url=http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_prov.html |title=Indonesian Provinces|last= |first= |date= |website= World Statesmen|publisher=World Statesmen |access-date=29 Oktober 2017 |quote=}}</ref> Ia kemudian mengundurkan diri sebagai [[Gubernur Lampung]] pada tahun [[1966]], dan setelah itu menjadi Anggota [[DPR RI]] periode 1968–1976.

Kusno juga pernah menjadi Anggota [[DPRD]] periode 1976–1980 serta Ketua [[DPRD]] untuk [[Lampung|Provinsi Lampung]] dalam masa jabatan 1968–1970. Dalam catatan sejarah, Kusno juga pernah menjabat sebagai [[Bupati]] [[Wonosobo]].

== Wafat ==
Kusno Danupoyo menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 10 September 1989 di kampung halamannya, [[Solo]], [[Jawa Tengah]].


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
Saya mengaharapkan utk merevisi wikipedia mengenai kusno Dhanupoyo karena saya salah satu cucu beliau,
terimakasih


{{Kotak_mulai}}
{{Kotak_mulai}}
Baris 29: Baris 59:
{{S-aft|after=[[Zainal Abidin Pagaralam]]}}
{{S-aft|after=[[Zainal Abidin Pagaralam]]}}
{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}
{{indo-bio-stub}}


[[Kategori:Kelahiran 1913]]
[[Kategori:Kematian 1989]]
[[Kategori:Gubernur Lampung]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Gorontalo]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Gubernur Lampung]]
[[Kategori:Bupati Wonosobo]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]

Revisi terkini sejak 16 Maret 2024 09.59

Kusno Danupoyo
Gubernur Lampung ke-1
Masa jabatan
1964–1966
PresidenSoekarno
WakilNadirsyah Zaini (1966)
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1913-08-12)12 Agustus 1913
Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal10 September 1989(1989-09-10) (umur 76)
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kusno Danupoyo (12 Agustus 1913 – 10 September 1989) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, Sulawesi.[1]

Kusno berperan dalam mendampingi Pahlawan Nasional Nani Wartabone yang pada saat itu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, tepatnya pada tanggal 23 Januari 1942. Peristiwa ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Patriotik 23 Januari 1942 atau Hari Proklamasi Gorontalo.[2]

Untuk mengenang jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, maka Kodam 13 Merdeka menyematkan nama Kusno Danupoyo sebagai nama gedung Auditorium Utama di lingkungan Korem 133 Nani Wartabone yang berlokasi di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.[3]

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Kusno Danupoyo lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 12 Agustus 1913. Belum banyak catatan sejarah yang menuliskan riwayat hidup dari Kusno Danupoyo. Namun, dalam beberapa literatur dituliskan bahwa Kusno merupakan keturunan dari Pangeran Ronggo Danupoyo yang diasingkan ke Sulawesi. Kusno Danupoyo adalah anak dari Raden Ajeng Kandari Danupoyo (RA Kandari Danupoyo adalah anak keenam Raden Mas Kodrat Samadikun, RM Kodrat Samadikun salah satu dari 7 anak Pangeran Ronggo Danupoyo) .[4] Pangeran Ronggo sendiri merupakan cucu dari Sri Susuhunan Pakubuwana IV dari Kesunanan Surakarta Hadiningrat.[5]

Pangeran Ronggo Danupoyo merupakan salah satu pejuang Nusantara yang diasingkan ke Kampung Jawa Tondano setelah Kyai Modjo, bersama-sama dengan Kyai Hasan Maulani (asal Lengkong Cirebon), Tuanku Imam Bonjol (asal Sumatera Barat), K.H. Ahmad Rifa’i (asal Kendal, Jawa Tengah), Sayid Abdullah Assagaf (asal Palembang, Sumatera Selatan), Tengku Muhammad/Umar (asal Aceh), dan Haji Saparua (asal Maluku).[6]

Berdasarkan catatan silsilah keluarga besar Danupoyo yang berasal dari Pangeran Ronggo inilah yang kini juga menyebar di wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara.

Hari Patriotik 23 Januari 1942

[sunting | sunting sumber]

Peristiwa patriotik 23 Januari 1942 merupakan proses panjang dari perlawanan bangsa Indonesia di Gorontalo.[7] Berawal ketika Pemerintah Belanda merencanakan pembumi hangusan segala aset di daerah jajahan, termasuk aset-aset yang berada di Gorontalo. Propaganda Belanda ini untuk mengantisipasi adanya serbuan tentara Jepang yang akan masuk ke Indonesia saat itu. Hingga akhirnya propaganda Belanda ini pun kemudian diketahui oleh Saripa Rahman Hala, yang sehari-hari bertugas selaku penyelidik pada pemerintahan Belanda.

Dilandasi oleh semangat nasionalisme, Saripa kemudian membocorkan informasi ini kepada Kaharu dan Ahmad Hippy, yang akhirnya sampai kepada Kusno Danupoyo dan Nani Wartabone. Karena penderitaan rakyat yang sudah tidak dapat dibendung lagi, Nani Wartabone bersama Kusno Danupoyo kemudian tergerak hati nuraninya untuk berjuang melawan para penjajah dan kemudian menyiapkan strategi untuk merebut kekuasaan Belanda di Gorontalo.[1][8]

Tokoh yang terlibat

Proklamasi Gorontalo merupakan momentum bagi para pejuang kemerdekaan yang saat itu tengah mempersiapkan perlawanan diplomatik hingga kekuatan perang dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Pada peristiwa bersejarah ini pula dibacakan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo oleh Nani Wartabone yang didampingi oleh Kusno.[9] Nani Wartabone tidak lain merupakan sahabat seperjuangan Soekarno dalam perjuangan memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.

Riwayat Karir

[sunting | sunting sumber]
Kusno Danupoyo sebagai Gubernur Lampung

Pada era Presiden Soekarno, Kusno Danupoyo diangkat menjadi Gubernur Lampung pertama, yaitu periode 19641966.[10] Ia kemudian mengundurkan diri sebagai Gubernur Lampung pada tahun 1966, dan setelah itu menjadi Anggota DPR RI periode 1968–1976.

Kusno juga pernah menjadi Anggota DPRD periode 1976–1980 serta Ketua DPRD untuk Provinsi Lampung dalam masa jabatan 1968–1970. Dalam catatan sejarah, Kusno juga pernah menjabat sebagai Bupati Wonosobo.

Kusno Danupoyo menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 10 September 1989 di kampung halamannya, Solo, Jawa Tengah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Kusno Danupoyo - Kronologi.id". 2018-11-10. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  2. ^ Wartabone;, Nani (2004). 23 januari 1942 dan Nasionalisme (dalam bahasa Indonesia). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Gorontalo. 
  3. ^ "Pangdam XIII/Merdeka Resmikan Aula Kusno Danupoyo". gopos.id. 2019-01-11. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  4. ^ "Pejuang Islam yg terasing di tanah minahasa - PDF Free Download". adoc.pub (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-05. 
  5. ^ "Mataram | Keraton Nusantara | Perpustakaan Nasional Republik Indonesia". keraton.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  6. ^ "Sejarah Islam & Perjuangan di Minahasa – Sulawesi Utara". Generasi Salafus Sholeh. 2012-11-19. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  7. ^ Moo, I. (1976). Sejarah 23 Januari 1942 di Gorontalo. Jakarta: Yayasan, 23 Januari 1942.
  8. ^ Kulap, Mursalat; Warto, Mr.; Joebagio, Hermanu (2017-06-06). "Nationalism of Nani Wartabone: Nation Character Building Foundation of Indonesia". International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding. 4 (3): 12. doi:10.18415/ijmmu.v4i3.69. ISSN 2364-5369. 
  9. ^ Marunduh, S. U. (1988). Peristiwa Merah Putih 23 Januari 1942 di Daerah Gorontalo. Fakultas Sastra, Universitas Sam Ratulangi.
  10. ^ "Indonesian Provinces". World Statesmen. World Statesmen. Diakses tanggal 29 Oktober 2017. 
Jabatan politik
Posisi baru Gubernur Lampung
1964–1966
Diteruskan oleh:
Zainal Abidin Pagaralam