Lompat ke isi

Jayakatwang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(30 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
|name = Jayakatwang
|name = Jayakatwang
|image =
|image =
|title =
|title = Śrī Jayakatyĕng
|birth_date = [[Daha]]
|birth_date = [[Daha]], [[Kediri]]
|birth_place = [[Jawa Timur]]
|birth_place = [[Jawa Timur]]
|death_date = [[1293]]
|death_date = [[1293]]
|death_place = [[Jawa Timur]]
|death_place = Hujung Galuh, (sekarang [[Surabaya]]), [[Jawa Timur]]
|place of burial =
|place of burial =
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|royal house = [[Wangsa Isyana|Isyana]]
|issue = *Ardharaja
|issue = Ardharaja, dll
| succession = Penguasa [[Gelanggelang]]
| succession = Penguasa [[Gelanggelang]]
| reign = 1292 - 1293
| reign = 1271–1293 M
| father = Sastrajaya (putra Jayashaba putra [[Kertajaya]])
| father = Sastrajaya putra Jayashaba putra [[Kertajaya]]
| spouse = Hurukbali
| spouse = Hurukbali (putri [[Wisnuwardhana]])
| religion = [[Hindu]]-[[Buddha]]
| religion = [[Hindu]]-[[Buddha]]
}}
}}
'''Jayakatwang''' adalah [[bupati]] [[Gelanggelang]] (kini [[Madiun]]) yang pada tahun [[1292]] memberontak dan meruntuhkan [[Kerajaan Singhasari]], yang kemudian ingin membangkitkan kembali kerajaan leluhurnya, yaitu [[Kerajaan Kadiri]], tetapi hanya bertahan selama setahun sebelum dihancurkan oleh pasukan gabungan [[Mongol]] dan [[Majapahit]].
'''Jayakatwang''' adalah [[bupati]] [[Gelanggelang]] (kini termasuk wilayah [[Madiun]]) yang pada tahun [[1292]] memberontak dan meruntuhkan [[kerajaan Singhasari]], untuk membangkitkan kembali kerajaan leluhurnya, yaitu [[Kadiri]], tetapi hanya bertahan selama setahun sebelum dihancurkan oleh pasukan gabungan [[kekaisaran Mongol]] dan [[Majapahit]].


== Silsilah Jayakatwang ==
== Silsilah Jayakatwang ==
Jayakatwang juga sering kali disebut dengan nama '''Sanjaya''', '''Aji Katong''', atau '''Jayakatyeng'''. Dalam [[berita Tiongkok]] ia disebut '''Ha-ji-ka-tang'''.
Jayakatwang juga sering kali disebut dengan nama '''Sanjaya''', '''Aji Katong''', atau '''Jayakatyeng'''. Dalam [[berita Tiongkok]] ia disebut '''Ha-ji-ka-tang'''.


''[[Nagarakretagama]]'' dan ''Kidung Harsawijaya'' menyebutkan Jayakatwang adalah keturunan [[Kertajaya]] raja terakhir [[Kadiri]]. Dikisahkan pada tahun 1222 [[Ken Arok]] mengalahkan [[Kertajaya]]. Sejak itu [[Kadiri]] menjadi bawahan [[Singhasari]] di mana sebagai bupatinya adalah '''Jayasabha''' putra [[Kertajaya]]. Tahun [[1258]] Jayasabha digantikan putranya yang bernama '''Sastrajaya'''. Pada tahun [[1271]] Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang.
''[[Nagarakretagama]]'' dan ''[[Kidung Harsawijaya]]'' menyebutkan Jayakatwang adalah keturunan [[Kertajaya]] raja terakhir [[Kadiri]]. Dikisahkan pada tahun 1222 [[Ken Arok]] mengalahkan Kertajaya. Sejak itu [[Kadiri]] menjadi bawahan [[Singhasari]] di mana sebagai bupatinya adalah '''Jayasabha''' putra '''[[Kertajaya]]'''. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama '''Sastrajaya'''. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang.


Mungkin Sastrajaya menikah dengan saudara perempuan [[Wisnuwardhana]], karena dalam [[prasasti Mula Malurung]] Jayakatwang disebut sebagai ''keponakan'' Seminingrat (nama lain [[Wisnuwardhana]]). Prasasti itu juga menyebutkan nama istri Jayakatwang adalah '''Hurukbali''' putri Seminingrat. Dari [[prasasti Kudadu]] diketahui Jayakatwang memiliki putra bernama '''Ardharaja''', yang menjadi menantu [[Kertanagara]]. Jadi hubungan antara Jayakatwang dengan [[Kertanagara]] adalah sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan.
Ayah Jayakatwang, Sastrajaya, menikah dengan saudari perempuan raja [[Wisnuwardhana]], karena di dalam [[prasasti Mula Malurung]] Jayakatwang disebut sebagai "keponakan Seminingrat" (nama lain Wisnuwardhana). Prasasti itu juga menyebutkan nama istri Jayakatwang adalah '''Turukbali''' putri Seminingrat. Dari [[prasasti Kudadu]] diketahui Jayakatwang memiliki putra bernama [[Ardharaja]], yang menjadi menantu [[Kertanagara]]. Jadi hubungan antara Jayakatwang dengan Kertanagara adalah sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan.


== Bupati Gelanggelang ==
== Penguasa Gelanggelang ==
''[[Nagarakretagama]]'', ''[[Pararaton]]'', ''Kidung Harsawijaya'', dan ''Kidung Panji Wijayakrama'' menyebut Jayakatwang adalah raja bawahan di [[Kadiri]] yang memberontak terhadap [[Kertanagara]] di [[Singhasari]]. Naskah [[prasasti Kudadu]] dan prasasti Penanggungan menyebut Jayakatwang pada saat memberontak masih menjabat sebagai bupati '''Gelang-Gelang''' . Setelah [[Singhasari]] runtuh, baru kemudian ia menjadi raja di [[Kadiri]].
''[[Nagarakretagama]]'', ''[[Pararaton]]'', ''[[Kidung Harsawijaya]]'', dan ''[[Kidung Panji Wijayakrama]]'' menyebut Jayakatwang adalah raja bawahan di [[Kadiri]] yang memberontak terhadap [[Kertanagara]] di [[Singhasari]]. Naskah prasasti Kudadu dan prasasti Penanggungan menyebut Jayakatwang pada saat memberontak masih menjabat sebagai bupati ''Gelang-Gelang''. Setelah Singhasari runtuh, baru kemudian ia menjadi raja di Kadiri.


Sempat muncul pendapat bahwa Gelang-Gelang merupakan nama lain dari [[Kadiri]]. Namun gagasan tersebut digugurkan oleh naskah [[prasasti Mula Malurung]] (1255). Dalam prasasti itu dinyatakan dengan tegas kalau Gelang-Gelang dan [[Kadiri]] adalah dua wilayah yang berbeda. Prasasti itu menyebutkan kalau saat itu [[Kadiri]] diperintah [[Kertanagara]] sebagai [[yuwaraja]] (raja muda), sedangkan Gelang-Gelang diperintah oleh Hurukbali dan Jayakatwang.
Sempat muncul pendapat bahwa Gelang-Gelang merupakan nama lain dari Kadiri. Namun gagasan tersebut digugurkan oleh naskah [[prasasti Mula Malurung]] (1255). Dalam prasasti itu dinyatakan dengan tegas kalau Gelang-Gelang dan Kadiri adalah dua wilayah yang berbeda. Prasasti itu menyebutkan kalau saat itu Kadiri diperintah Kertanagara sebagai [[yuwaraja]] (raja muda), sedangkan Gelang-Gelang diperintah oleh Hurukbali dan Jayakatwang.


Lagi pula lokasi [[Kadiri]] berada di daerah [[Kediri]], sedangkan Gelang-Gelang ada di daerah [[Madiun]]. Kedua kota tersebut terpaut jarak puluhan kilometer.
Lagi pula lokasi Kadiri berada di daerah [[Kediri]], sedangkan Gelang-Gelang ada di daerah [[Madiun]]. Kedua kota tersebut terpaut jarak puluhan kilometer.


== Pemberontakan Jayakatwang ==
== Pemberontakan Jayakatwang ==
''[[Pararaton]]'' dan ''Kidung Harsawijaya'' menceritakan Jayakatwang menyimpan dendam karena leluhurnya [[Kertajaya]] [[Kadiri]] dikalahkan [[Ken Arok]] pendiri [[Singhasari]]. Suatu hari ia menerima kedatangan '''Wirondaya''' putra [[Aria Wiraraja]] yang menyampaikan surat dari ayahnya sebagai balasan "formal" terhadap permintaan pertimbangan yang diajukan Jayakatwang sebelumnya, mengingat Aria Wiraraja adalah dianggap sesepuh Jayakatwang. Dimana isi pertanyaan surat sebelumnnya mungkinkah Jayakatwang bisa melakukan '''balas dendam''' terhadap Kertanegara akibat kekuasaan Kadiri yang merupakan leluhur Jayakatwang telah ditaklukkan Singhasari leluhur dari Kertanegara, Atas pertanyaan ini Aria Wiraraja menyarankan supaya Jayakatwang jika telah terpikirkan secara matang segera melakukan penyerangan karena saat itu [[Singhasari]] sedang dalam keadaan kosong, ditinggal sebagian besar pasukannya ke luar [[Jawa]]. Adapun [[Aria Wiraraja]] adalah mantan pejabat [[Singhasari]] yang dimutasi ke [[Sumenep]] karena dianggap sebagai penentang politik [[Kertanagara]]. Yang pada akhirnya di kemudian hari Aria Wiraraja menyayangkan dan sangat menyesali terhadap apa yang dilakukannya dengan Jayakatwang.
''[[Pararaton]]'' dan ''Kidung Harsawijaya'' menceritakan Jayakatwang menyimpan dendam karena leluhurnya [[Kertajaya]] [[Kadiri]] dikalahkan [[Ken Arok]] pendiri [[Singhasari]]. Suatu hari ia menerima kedatangan '''Wirondaya''' ([[Ranggalawe]]) putra [[Aria Wiraraja]] yang menyampaikan surat dari ayahnya sebagai balasan "formal" terhadap permintaan pertimbangan yang diajukan Jayakatwang sebelumnya, mengingat Aria Wiraraja adalah dianggap sesepuh Jayakatwang. Dimana isi pertanyaan surat sebelumnnya mungkinkah Jayakatwang bisa melakukan '''balas dendam''' terhadap [[Kertanegara]] akibat kekuasaan Kadiri yang dipimpin [[Kertajaya]] merupakan leluhur Jayakatwang telah ditaklukkan [[Ken Arok]] leluhur dari Kertanegara, Atas pertanyaan ini Aria Wiraraja menyarankan supaya Jayakatwang jika telah terpikirkan secara matang segera melakukan penyerangan karena saat itu Singhasari sedang dalam keadaan kosong, ditinggal sebagian besar pasukannya ke luar [[Jawa]], pengiriman pasukan ini yang juga dikenal sebagai [[Ekspedisi Pamalayu]] oleh Kertanegara. Adapun Aria Wiraraja adalah mantan pejabat Singhasari yang dimutasi ke [[Sumenep]] karena dianggap sebagai penentang politik Kertanagara. Yang pada akhirnya di kemudian hari Aria Wiraraja menyayangkan dan sangat menyesali terhadap apa yang dilakukannya dengan Jayakatwang.


Jayakatwang melaksanakan saran [[Aria Wiraraja]]. Ia mengirim pasukan kecil yang dipimpin '''Jaran Guyang''' menyerbu [[Singhasari]] dari utara. Mendengar hal itu, [[Kertanagara]] segera mengirim pasukan untuk menghadapi yang dipimpin oleh menantunya, bernama [[Raden Wijaya]]. Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun sesungguhnya pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota [[Singhasari]] kosong.
Jayakatwang melaksanakan saran Aria Wiraraja. Ia mengirim pasukan kecil yang dipimpin '''Jaran Guyang''' menyerbu Singhasari dari utara. Mendengar hal itu, Kertanagara segera mengirim pasukan untuk menghadapi yang dipimpin oleh menantunya, bernama Raden Wijaya. Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun sesungguhnya pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota Singhasari kosong.


Pasukan kedua Jayakatwang menyerang [[Singhasari]] dari arah selatan dipimpin oleh '''Patih Mahisa Mundarang'''. Dalam serangan tak terduga ini, [[Kertanagara]] tewas di dalam istananya.
Pasukan kedua Jayakatwang menyerang Singhasari dari arah selatan dipimpin oleh '''Patih Mahisa Mundarang''' (Kebo Mundarang). Dalam serangan tak terduga ini, [[Kertanagara]] tewas di dalam istananya.


Menurut [[prasasti Kudadu]], '''Ardharaja''' putra Jayakatwang yang tinggal di [[Singhasari]] bersama istrinya, ikut serta dalam pasukan [[Raden Wijaya]]. Tentu saja ia berada dalam posisi sulit karena harus menghadapi pasukan ayahnya sendiri. Ketika mengetahui kekalahan [[Singhasari]], Ardaraja berbalik meninggalkan [[Raden Wijaya]] dan memilih bergabung dengan pasukan Gelang-Gelang.
Menurut [[prasasti Kudadu]], [[Ardharaja]] putra Jayakatwang yang tinggal di Singhasari bersama istrinya, ikut serta dalam pasukan [[Raden Wijaya]]. Tentu saja ia berada dalam posisi sulit karena harus menghadapi pasukan ayahnya sendiri. Ketika mengetahui kekalahan Singhasari, Ardaraja berbalik meninggalkan Raden Wijaya dan memilih bergabung dengan pasukan Gelang-Gelang.


== Kekalahan Jayakatwang ==
== Kekalahan Jayakatwang ==
Peristiwa kehancuran [[Singhasari]] terjadi tahun [[1292]]. Jayakatwang lalu menjadi raja, dengan [[Kadiri]] sebagai pusat pemerintahannya. Atas saran [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]] yang datang menyerahkan diri. [[Raden Wijaya]] kemudian diberi alas Trik ([[Hutan]] [[Tarik, Sidoarjo]]) untuk dibuka menjadi kawasan wisata perburuan.
Peristiwa kehancuran [[Singhasari]] terjadi pada tahun 1292. Jayakatwang lalu menjadi raja, dengan [[Kadiri]] sebagai pusat pemerintahannya. Atas saran [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]] yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi alas Tarik ([[Hutan]] [[Tarik, Sidoarjo]]) untuk dibuka menjadi kawasan perburuan.


Sesungguhnya [[Aria Wiraraja]] telah berbalik melawan Jayakatwang. Saat itu Wiraraja ganti membantu [[Raden Wijaya]] untuk merebut kembali takhta peninggalan mertuanya. Pada tahun [[1293]] [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa|pasukan Mongol datang]] untuk menghukum [[Kertanagara]] yang telah berani menyakiti utusan [[Kubilai Khan]] tahun 1289. Pasukan [[Mongol]] tersebut diterima [[Raden Wijaya]] di desanya yang bernama [[Majapahit]]. [[Raden Wijaya]] yang mengaku sebagai ahli waris [[Kertanagara]] bersedia menyerahkan diri kepada [[Kubilai Khan]] asalkan terlebih dahulu dibantu mengalahkan Jayakatwang.
Sesungguhnya [[Aria Wiraraja]] telah berbalik melawan Jayakatwang. Saat itu Wiraraja ganti membantu [[Raden Wijaya]] untuk merebut kembali takhta peninggalan mertuanya. Pada tahun 1293 [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa|pasukan Mongol datang]] untuk menghukum [[Kertanagara]] yang telah berani menyakiti utusan [[Kubilai Khan]] tahun 1289. Pasukan [[Mongol]] tersebut diterima Raden Wijaya di desanya yang bernama [[Majapahit]]. Raden Wijaya yang mengaku sebagai ahli waris Kertanagara bersedia menyerahkan diri kepada Kubilai Khan asalkan terlebih dahulu dibantu mengalahkan Jayakatwang.


[[Berita Tiongkok]] menyebutkan perang terjadi pada tanggal 20 Maret 1293. Gabungan pasukan [[Mongol]] dan [[Majapahit]] menggempur kota [[Kadiri]] sejak pagi hari. Sekitar 5000 orang [[Kadiri]] tewas menjadi korban. Akhirnya pada sore harinya, Jayakatwang menyerah dan ditawan di atas kapal [[Mongol]].
[[Berita Tiongkok]] menyebutkan perang terjadi pada tanggal 20 Maret 1293. Gabungan pasukan [[Mongol]] dan [[Majapahit]] menggempur kota [[Kadiri]] sejak pagi hari. Sekitar 5000 orang Kadiri tewas menjadi korban. Akhirnya pada sore harinya, Jayakatwang menyerah dan ditawan di atas kapal Mongol.


Dikisahkan kemudian pasukan [[Mongol]] ganti diserang balik oleh pihak [[Majapahit]] untuk diusir keluar dari tanah [[Jawa]]. Sebelum meninggalkan [[Jawa]], pihak [[Mongol]] sempat menghukum mati Jayakatwang dan Ardharaja di atas kapal mereka.
Dikisahkan kemudian pasukan Mongol ganti diserang balik oleh pihak Majapahit untuk diusir keluar dari tanah [[Jawa]]. Sebelum meninggalkan Jawa, pihak Mongol sempat menghukum mati Jayakatwang dan Ardharaja di atas kapal mereka.


Menurut kitab ''[[Pararaton]]'' dan Kidung Panji Wijayakrama, Jayakatwang yang telah menyerah lalu ditawan di benteng pertahanan Mongol di Hujung Galuh. Menurut ''[[Pararaton]]'' dan ''Kidung Harsawijaya'', ia meninggal di dalam tahanan penjara Hujung Galuh setelah menyelesaikan sebuah karya sastra berjudul Kidung Wukir Polaman.
Menurut kitab [[Pararaton]] dan Kidung [[Panji Wijayakrama]], Jayakatwang yang telah menyerah lalu ditawan di benteng pertahanan Mongol di Hujung Galuh. Menurut Pararaton dan [[Kidung Harsawijaya]], ia meninggal di dalam tahanan penjara Hujung Galuh setelah menyelesaikan sebuah karya sastra berjudul ''Kidung Wukir Polaman''.

== Lihat pula ==
* [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 64: Baris 67:
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

== Lihat pula ==
* [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa]]

[[Kategori:Kerajaan Kadiri]]
[[Kategori:Kerajaan Kadiri]]
[[Kategori:Kerajaan Singhasari]]
[[Kategori:Kerajaan Singhasari]]
[[Kategori:Raja Kadiri]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

Revisi terkini sejak 8 April 2024 16.52

Jayakatwang
Śrī Jayakatyĕng
Penguasa Gelanggelang
Berkuasa1271–1293 M
KelahiranDaha, Kediri
Jawa Timur
Kematian1293
Hujung Galuh, (sekarang Surabaya), Jawa Timur
PasanganHurukbali (putri Wisnuwardhana)
KeturunanArdharaja, dll
WangsaIsyana
AyahSastrajaya putra Jayashaba putra Kertajaya
AgamaHindu-Buddha

Jayakatwang adalah bupati Gelanggelang (kini termasuk wilayah Madiun) yang pada tahun 1292 memberontak dan meruntuhkan kerajaan Singhasari, untuk membangkitkan kembali kerajaan leluhurnya, yaitu Kadiri, tetapi hanya bertahan selama setahun sebelum dihancurkan oleh pasukan gabungan kekaisaran Mongol dan Majapahit.

Silsilah Jayakatwang

[sunting | sunting sumber]

Jayakatwang juga sering kali disebut dengan nama Sanjaya, Aji Katong, atau Jayakatyeng. Dalam berita Tiongkok ia disebut Ha-ji-ka-tang.

Nagarakretagama dan Kidung Harsawijaya menyebutkan Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya raja terakhir Kadiri. Dikisahkan pada tahun 1222 Ken Arok mengalahkan Kertajaya. Sejak itu Kadiri menjadi bawahan Singhasari di mana sebagai bupatinya adalah Jayasabha putra Kertajaya. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang.

Ayah Jayakatwang, Sastrajaya, menikah dengan saudari perempuan raja Wisnuwardhana, karena di dalam prasasti Mula Malurung Jayakatwang disebut sebagai "keponakan Seminingrat" (nama lain Wisnuwardhana). Prasasti itu juga menyebutkan nama istri Jayakatwang adalah Turukbali putri Seminingrat. Dari prasasti Kudadu diketahui Jayakatwang memiliki putra bernama Ardharaja, yang menjadi menantu Kertanagara. Jadi hubungan antara Jayakatwang dengan Kertanagara adalah sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan.

Penguasa Gelanggelang

[sunting | sunting sumber]

Nagarakretagama, Pararaton, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Jayakatwang adalah raja bawahan di Kadiri yang memberontak terhadap Kertanagara di Singhasari. Naskah prasasti Kudadu dan prasasti Penanggungan menyebut Jayakatwang pada saat memberontak masih menjabat sebagai bupati Gelang-Gelang. Setelah Singhasari runtuh, baru kemudian ia menjadi raja di Kadiri.

Sempat muncul pendapat bahwa Gelang-Gelang merupakan nama lain dari Kadiri. Namun gagasan tersebut digugurkan oleh naskah prasasti Mula Malurung (1255). Dalam prasasti itu dinyatakan dengan tegas kalau Gelang-Gelang dan Kadiri adalah dua wilayah yang berbeda. Prasasti itu menyebutkan kalau saat itu Kadiri diperintah Kertanagara sebagai yuwaraja (raja muda), sedangkan Gelang-Gelang diperintah oleh Hurukbali dan Jayakatwang.

Lagi pula lokasi Kadiri berada di daerah Kediri, sedangkan Gelang-Gelang ada di daerah Madiun. Kedua kota tersebut terpaut jarak puluhan kilometer.

Pemberontakan Jayakatwang

[sunting | sunting sumber]

Pararaton dan Kidung Harsawijaya menceritakan Jayakatwang menyimpan dendam karena leluhurnya Kertajaya Kadiri dikalahkan Ken Arok pendiri Singhasari. Suatu hari ia menerima kedatangan Wirondaya (Ranggalawe) putra Aria Wiraraja yang menyampaikan surat dari ayahnya sebagai balasan "formal" terhadap permintaan pertimbangan yang diajukan Jayakatwang sebelumnya, mengingat Aria Wiraraja adalah dianggap sesepuh Jayakatwang. Dimana isi pertanyaan surat sebelumnnya mungkinkah Jayakatwang bisa melakukan balas dendam terhadap Kertanegara akibat kekuasaan Kadiri yang dipimpin Kertajaya merupakan leluhur Jayakatwang telah ditaklukkan Ken Arok leluhur dari Kertanegara, Atas pertanyaan ini Aria Wiraraja menyarankan supaya Jayakatwang jika telah terpikirkan secara matang segera melakukan penyerangan karena saat itu Singhasari sedang dalam keadaan kosong, ditinggal sebagian besar pasukannya ke luar Jawa, pengiriman pasukan ini yang juga dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanegara. Adapun Aria Wiraraja adalah mantan pejabat Singhasari yang dimutasi ke Sumenep karena dianggap sebagai penentang politik Kertanagara. Yang pada akhirnya di kemudian hari Aria Wiraraja menyayangkan dan sangat menyesali terhadap apa yang dilakukannya dengan Jayakatwang.

Jayakatwang melaksanakan saran Aria Wiraraja. Ia mengirim pasukan kecil yang dipimpin Jaran Guyang menyerbu Singhasari dari utara. Mendengar hal itu, Kertanagara segera mengirim pasukan untuk menghadapi yang dipimpin oleh menantunya, bernama Raden Wijaya. Pasukan Jaran Guyang berhasil dikalahkan. Namun sesungguhnya pasukan kecil ini hanya bersifat pancingan supaya pertahanan kota Singhasari kosong.

Pasukan kedua Jayakatwang menyerang Singhasari dari arah selatan dipimpin oleh Patih Mahisa Mundarang (Kebo Mundarang). Dalam serangan tak terduga ini, Kertanagara tewas di dalam istananya.

Menurut prasasti Kudadu, Ardharaja putra Jayakatwang yang tinggal di Singhasari bersama istrinya, ikut serta dalam pasukan Raden Wijaya. Tentu saja ia berada dalam posisi sulit karena harus menghadapi pasukan ayahnya sendiri. Ketika mengetahui kekalahan Singhasari, Ardaraja berbalik meninggalkan Raden Wijaya dan memilih bergabung dengan pasukan Gelang-Gelang.

Kekalahan Jayakatwang

[sunting | sunting sumber]

Peristiwa kehancuran Singhasari terjadi pada tahun 1292. Jayakatwang lalu menjadi raja, dengan Kadiri sebagai pusat pemerintahannya. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi alas Tarik (Hutan Tarik, Sidoarjo) untuk dibuka menjadi kawasan perburuan.

Sesungguhnya Aria Wiraraja telah berbalik melawan Jayakatwang. Saat itu Wiraraja ganti membantu Raden Wijaya untuk merebut kembali takhta peninggalan mertuanya. Pada tahun 1293 pasukan Mongol datang untuk menghukum Kertanagara yang telah berani menyakiti utusan Kubilai Khan tahun 1289. Pasukan Mongol tersebut diterima Raden Wijaya di desanya yang bernama Majapahit. Raden Wijaya yang mengaku sebagai ahli waris Kertanagara bersedia menyerahkan diri kepada Kubilai Khan asalkan terlebih dahulu dibantu mengalahkan Jayakatwang.

Berita Tiongkok menyebutkan perang terjadi pada tanggal 20 Maret 1293. Gabungan pasukan Mongol dan Majapahit menggempur kota Kadiri sejak pagi hari. Sekitar 5000 orang Kadiri tewas menjadi korban. Akhirnya pada sore harinya, Jayakatwang menyerah dan ditawan di atas kapal Mongol.

Dikisahkan kemudian pasukan Mongol ganti diserang balik oleh pihak Majapahit untuk diusir keluar dari tanah Jawa. Sebelum meninggalkan Jawa, pihak Mongol sempat menghukum mati Jayakatwang dan Ardharaja di atas kapal mereka.

Menurut kitab Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama, Jayakatwang yang telah menyerah lalu ditawan di benteng pertahanan Mongol di Hujung Galuh. Menurut Pararaton dan Kidung Harsawijaya, ia meninggal di dalam tahanan penjara Hujung Galuh setelah menyelesaikan sebuah karya sastra berjudul Kidung Wukir Polaman.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan(terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS.
  • Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Didahului oleh:
Kertajaya
Raja Kadiri
1292-1293
Diteruskan oleh:
Akhir riwayat Kadiri serta wangsa Isyana digantikan Majapahit