Lompat ke isi

Baku pukul manyapu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Meten31 (bicara | kontrib)
k Referensii: http://mamala-amalatu.blogspot.co.id/2015/08/selayang-pandang-sejarah-negeri-mamala.html
 
(27 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Kirab Budaya.jpg|thumb|Kirab budaya pembukaan acara baku pukul manyapu (perayaan 7 Syawal) di Negeri Morella, 2018.]]
'''Pukul Manyapu Mamala Amalatu'''
'''Baku pukul manyapu''' adalah tradisi atau atraksi budaya yang berasal dari dua [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] bertetangga di [[Jazirah Leihitu]], [[Pulau Ambon]] bagian utara, yakni [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]] dan [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]], yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan [[Leihitu, Maluku Tengah|Leihitu]], [[Kabupaten Maluku Tengah]]. Atraksi budaya ini berlangsung setiap tanggal 7 Syawal (dalam [[kalender Islam]]) dan telah berlangsung dari abad ke-17.<ref>{{Id}} http://mamala-amalatu.blogspot.co.id/2015/08/selayang-pandang-sejarah-negeri-mamala.html</ref>


==Asal-usul==
Sekitar abad ke- XVI negeri Mamala diperintah dan dipimpin oleh tiga orang  tokoh yakni:
Baku pukul manyapu menurut sejarahnya diciptakan oleh seorang tokoh [[Islam]] dari Maluku yang bernama Imam Tuni. Tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan atas keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibangun pada 7 Syawal, tepatnya setelah hari raya [[Idul Fitri]].<ref name="okezone">{{Id}} [http://travel.okezone.com/read/2011/12/11/408/540885/upacara-unik-pukul-sapu-di-maluku Baku Pukul Manyapu, "Katong Pung Adat"]</ref>


Tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah perjuangan [[Kapitan Telukabessy]] dengan pasukannya pada masa penjajahan [[Portugis]] dan [[VOC]] pada abad ke-16 di [[Kerajaan Tanah Hitu]].<ref>{{id}} [http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151192304638562.460736.182929368561&type=3 Foto-Foto Tradisi Pukul Manyapu Di Desa Mamala dan Morella]</ref> Pasukan pimpinan Kapitan Telukabessy ini bertempur untuk mempertahankan [[Benteng Kapahaha]] dari serbuan VOC, meskipun pada akhirnya harus mengalami kekalahan dan Benteng Kapahaha berhasil ditaklukkan. Untuk menggambarkan kekalahan tersebut, pasukan Telukabessy mengambil ''lidi enau'' dan saling mencambuk diri hingga berdarah.<ref name="okezone"/>
1. Latu Liu sebagai pimpinan pemerintahan adat Negeri Mamala


== Pelaksanaan ==
2. Patti Tiang Bessy / Patti Tembessi (Tukang Besar yang memimpin pembangunan mesjid)
Tradisi ini dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di negeri Morella dan Mamala. Baku pukul manyapu dilakukan oleh para pemuda yang dibagi dalam dua kelompok, di mana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok dengan seragam yang berbeda itu akan saling bertarung satu sama lain. Kelompok satu menggunakan celana berwarna merah sedangkan kelompok lainnya menggunakan celana berwarna hijau. Pesertanya juga diwajibkan menggunakan ikat kepala untuk menutupi telinga agar terhindar dari sabetan lidi. Alat pukul dalam tarian ini adalah lidi dari pohon enau dengan panjang sekitar 1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul dalam tradisi ini adalah dari dada hingga perut.<ref>{{Id}} [http://lantamal9.koarmatim.tnial.mil.id/BERITA/tabid/63/articleType/ArticleView/articleId/79/Default.aspx Menghadiri Tradisi Pukul Manyapu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304135701/http://lantamal9.koarmatim.tnial.mil.id/BERITA/tabid/63/articleType/ArticleView/articleId/79/Default.aspx |date=2016-03-04 }}</ref>


Ketika atraksi dimulai, kedua kelompok akan saling berhadapan dengan memegang ''lidi enau'' di kedua tangan. Ketika suara peluit mulai ditiup sebagai tanda pertandingan dimulai, kemudian kedua kelompok ini secara bergantian saling pukul menggunakan lidi tersebut.<ref name="okezone"/> Dalam tradisi baku pukul manyapu, terdapat sebuah keunikan dimana pesertanya seakan-akan tidak merasa kesakitan walaupun tubuh mereka telah berdarah akibat dari sabetan lidi.<ref>{{Id}} [http://pelangimaluku.blogspot.com/2008/10/baku-pukul-manyapu-tahun-2008-di-desa.html Pukul Manyapu 2008]</ref>
3. Imam Tuny (Imam Mesjid) 


Ketika atraksi selesai, para pemuda tersebut kemudian mengobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak atau juga mengoleskan minyak ''nyualaing matetu'' yang dikenal masyarakat lokal ampuh untuk mengobati patah tulang dan luka memar.<ref>{{Id}} [http://groups.yahoo.com/group/ambon/message/29008 Tradisi Baku Pukul Manyapu]{{Pranala mati|date=Oktober 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Ketiga orang tersebut kemudian bermufakat mendirikan masjid. Semua persiapan mulai diadakan berupa pengumpulan bahan-bahan bangunan khususnya kayu dengan mengerahkan rakyat untuk menebang kayu di lereng-lereng gunung dan perbukitan disekitar Mamala. Selanjutnya kayu diangkut atau dipikul bersama-sama ke lokasi masjid. Salah satu diantara kayu jatuh dari pikulan dan pata]i menjadi dua, kayu yang patah ini panjangnya 20 meter. Waktu itu kebutuhan kayu untuk pembangunan masjid berukuran panjang dan harus dalam keadaan utuh atau tidak boleh sambung. Hal ini yang membuat ketiga pemimpin di atas dan masyarakat negeri Mamala mencari solusi yang tepat untuk menyambungkan kayu, sebab dalam kebutuhan pembanguan Masjid diperlukan balok kayu yang panjang dan tidak boleh disambung. Berbagai cara dan upaya yang dilakukan oleh masyarakat negeri Mamala belum juga menunujukkan hasil yang diharapkan baik dalam bentuk usaha fisik maupun dalam bentuk berdoa kepada Allah Swt untuk memohon petunjuk-Nya. Keesokan harinya ilham yang diperolah Imam Tuny segera dilaporkan kepada Latu Liu dan Patti Tiang Besy dan menampakkan kegembiraannya. Dan ketiga pemimpin tersebut bermufakat untuk mempraktekannya dan ternyata memberikan hasil yang sangat menggembirakan yakni dengan utuhnya / tersambung kembali balok kayu yang patah tersebut. 


== Tujuan wisata ==
Berdasarkan hal tersebut, maka ketiga pemimpin mereka berpendapat bahwa kalau terhadap kayu yang patah minyak yang telah dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an dapat berkhasiat maka kepada manusiapun akan bermanfaat. Musyawarah dilakukan dan musyawarah dicapai, yaitu dengan ditetapkannya tanggal dilakukan percobaan terhadap manusia dengan menggunakan lidi aren. Lidi aren menurut kepercayaan masyarakat merupakan senjata yang bertuah. Cara yang dilakukan adalah dengan membentuk kelompok kemudian selain memukul. Pada luka-luka yang ditimbulkan oleh pukulan lidi aren kemudian dioleskan minyak yang telah dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an. Beberapa saat kemudian ternyata luka-luka tersebut mengering dan sembuh. 
Tradisi baku pukul manyapu merupakan perayaan yang ditunggu-tunggu masyarakat dan wisatawan setiap tahunnya. Negeri Mamala dan Morella akan dipadati bahkan pada pagi hari hingga sore hari atraksi akan dimulai.<ref>{{Id}} [http://yptravel.com/wisata/upacara-pukul-sapu Tradisi Pukul Manyapu]</ref> Dalam persiapan atraksi ini juga dapat dilihat proses pembuatan ''lidi enau'' dan juga pengolahan [[minyak kelapa]] untuk pengobatan selepas atraksi ini. Selain itu, tradisi ini juga diramaikan dengan permainan [[rebana]], karnaval budaya, dan pertunjukan tari tradisional seperti tari putri, tari mahina, dan [[tari perang]].<ref>{{Id}} [http://www.oocities.org/latoehalat/masariku031203.htm Prosesi Pukul Manyapu]</ref>


== Referensi ==
Dari sinilah atas musyawarah bersama masyarakat negeri. Mamala maka ditetapkan pada tahun 1545 M., digelarkan acara ukuwala mahiate yang pertama kali sebagai percobaan terhadap manusia dengan menggunakan ukuwala / lidi aren dan dijadikan sebagai senjata dalam tarian adat ukuwala mahiate.
{{Reflist}}


[[Kategori:Kabupaten Maluku Tengah]]
Upacara ritual ukuwala mahiate dilaksanakan setiap tahun tepatnva pada tanggal 7 Syawal di negeri Mamala, setelah mereka melaksanakan puasa Ramadhan dan dilanjutkan dengan puasa sunnah Syawal. Upacara ritual ini dilatarbelakangi oleh adanya pembanguan Masjid di negeri Mamala. Oleh karena itu, keberadaan Masjid inilah yang melahirkan adanya upacara ukuwala mahiate. Dalam pelaksanaan upacara ini terdapat makna-makna simbol yang diuraikan di atas yakni masjid, nyuwelain matehu (Minyak Mamala). dan ukuwala mahiate tidak bisa dipisahkan atau merupakan satu rangkain yang utuh dalam pelaksanaan upacara ritual ini. 

Upacara ritual ukuwala mahiate / pukul sapu yang mengandung nilai-nilai budaya yang sangat tinggi merupakan upacara adat negeri Mamala yang sangat terkenal sehingga mampu menarik perhatian masyarakat dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pementasannya tidak hanya ditujukan untuk disaksikan oleh masyarakat setempat tetapi terbuka bagi semua komunitas tanpa membedakan suku, agama, ras maupun golongan. Kata ukuwala terambil dan bahasa negeri Mamala yang artinya sapu lidi sedangkan Mahiate artinya baku pukul. Jadi arti dari ukuwala mahiate adalah baku pukul manyapu.  

'''Pukul Manyapu''' atau '''Baku Pukul Manyapu''' merupakan atraksi unik dari Maluku Tengah yang biasanya dipentaskan di Desa [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]] dan Desa [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]], Kecamatan [[Leihitu, Maluku Tengah|Leihitu]], [[Maluku Tengah]]. Berlangsung setiap 7 syawal (penanggalan Islam) dimana telah berlangsung dari abad XVII yang diciptakan seorang tokoh agama [[Islam]] dari [[Maluku]] bernama [[Imam]] Tuni. Tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibagun pada 7 syawal setelah [[Idul Fitri]].
[[Berkas:Kirab Budaya.jpg|300px|thumb|Kirab Budaya Pembukaan Perayaan 7 Syawal Di Desa Mamala]]

Tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah masyarakat setempat yaitu perjuangan Kapiten Tulukabessy beserta pasukannya pada masa penjajahan [[Portugis]] dan [[VOC]] pada abad ke-16 di tanah Maluku. Pasukan Tulukabessy bertempur untuk mempertahankan [[Benteng]] Kapapaha dari serbuan penjajah meskipun perjuangan mereka gagal dan Benteng Kapapaha tetap jatuh juga. Untuk menandai kekalahan tersebut, pasukan Tulukabessy mengambil lidi enau dan saling mencambuk hingga ber[[darah]].
[[Berkas:Pukul Manyapu.jpg|300px|thumb|left| Cambuk Lidi Yang Di Pakai Dalam Tradisi Pukul Manyapu]]

Tradisi Pukul Manyapu dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di Desa [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]] dan Desa [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]]. Dipertunjukan oleh pemuda yang dibagi dalam dua kelompok dimana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok dengan seragam berbeda itu akan bertarung satu sama lain. Kelompok satu menggunakan celana berwarna merah sedangkan kelompok lainnya menggunakan celana berwarna hijau. Pesertanya juga diwajibkan menggunakan ikat kepala untuk menutupi telinga agar terhindar dari sabetan lidi. Alat pukul dalam tarian ini adalah sapu lidi dari pohon enau dengan panjang 1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul adalah dari dada hingga perut.

== Jalannya Atraksi ==
Ketika atraksi dimulai, kedua kelompok akan saling berhadapan dengan memegang sapu lidi di kedua tangan. Ketika suara suling mulai ditiup sebagai aba-aba pertandingan dimulai kemudian kedua kelompok ini secara bergantian saling pukul menggunakan sapu lidi. Dimulai dengan kelompok bercelana merah memukul kelompok bercelana hijau atau sebaliknya. Ketika dimulai maka suara cambukan lidi di badan peserta akan terdengar dan darah pun keluar akibat sabetan lidi. Suasana ini akan membuat tubuh Anda bergidik.
Kehebatan dari tradisi pukul manyapu ini adalah bagaimana pesertanya seakan tidak merasa kesakitan walaupun tubuh mereka mengelurkan darah akibat dari sabetan lidi. Akan tetapi, jangan kaitkan itu dengan kekuatan mistis atau gaib, karena para peserta sebenarnya sudah melebur dalam semangat yang telah membenamkan rasa sakit.

[[Berkas:Mamala.jpg|300px|left|thumb|Badan Orang Yang Di Pukul Dalam Tradisi Pukul Manyapu]]
Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut menggobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak. Ada juga yang mengoleskan minyak nyualaing matetu (minyak tasala) dimana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar.
== Potensi Wisata ==
Tradisi pukul manyapu merupakan perayaan yang ditunggu-tunggu warga dan wisatawan setiap tahunnya. Anda dapat melihat proses pembuatan pohon enau menjadi sebuah lidi dan juga pengolahan minyak kelapa untuk pengobatan selepas tradisi ini. Selain itu, tradisi ini juga diramaikan dengan permainan rebana, karnaval budaya, dan pertunjukan tari lokal seperti tari putri, tari mahina, dan tari perang. Dikabarkan, desa [[Mamala, Leihitu, Maluku Tengah|Mamala]] dan desa [[Morella, Leihitu, Maluku Tengah|Morella]] meraup untung dari kedatangan wisatawan baik lokal, regional maupun internasional terutama dari [[Belanda]].
[[Berkas:Tari Mahina.jpg|300px|right|thumb|Tarian Yang Ikut Meramaikan Pesta Tradisi Pukul Manyapu, Yaitu Tarian Mahina]]

== Referensii ==
* (Indonesia) http://mamala-amalatu.blogspot.co.id/2015/08/selayang-pandang-sejarah-negeri-mamala.html
* {{id}} [http://travel.okezone.com/read/2011/12/11/408/540885/upacara-unik-pukul-sapu-di-maluku Baku Pukul Manyapu, "Katorsng Pung Adat"]
* {{id}} [http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151192304638562.460736.182929368561&type=3 Foto-Foto Tradisi Pukul Manyapu Di Desa Mamala dan Morella]
* {{id}} [http://lantamal9.koarmatim.tnial.mil.id/BERITA/tabid/63/articleType/ArticleView/articleId/79/Default.aspx Menghadiri Tradisi Pukul Manyapu]
* {{id}} [http://www.oocities.org/latoehalat/masariku031203.htm Prosesi Pukul Manyapu]
* {{id}} [http://pelangimaluku.blogspot.com/2008/10/baku-pukul-manyapu-tahun-2008-di-desa.html Pukul Manyapu 2008]
* {{id}} [http://groups.yahoo.com/group/ambon/message/29008 Tradisi Baku Pukul Manyapu]
* {{id}} [http://yptravel.com/wisata/upacara-pukul-sapu Tradisi Pukul Manyapu]

[[Kategori:Budaya]]
[[Kategori:Maluku]]
[[Kategori:Maluku Tengah]]
[[Kategori:Olahraga tradisional Indonesia]]
[[Kategori:Olahraga tradisional Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Maluku]]
[[Kategori:Budaya Maluku]]
[[Kategori:Adat]]
[[Kategori:Tradisi Adat]]

Revisi terkini sejak 13 April 2024 16.41

Kirab budaya pembukaan acara baku pukul manyapu (perayaan 7 Syawal) di Negeri Morella, 2018.

Baku pukul manyapu adalah tradisi atau atraksi budaya yang berasal dari dua negeri bertetangga di Jazirah Leihitu, Pulau Ambon bagian utara, yakni Mamala dan Morella, yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Atraksi budaya ini berlangsung setiap tanggal 7 Syawal (dalam kalender Islam) dan telah berlangsung dari abad ke-17.[1]

Asal-usul

[sunting | sunting sumber]

Baku pukul manyapu menurut sejarahnya diciptakan oleh seorang tokoh Islam dari Maluku yang bernama Imam Tuni. Tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan atas keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibangun pada 7 Syawal, tepatnya setelah hari raya Idul Fitri.[2]

Tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah perjuangan Kapitan Telukabessy dengan pasukannya pada masa penjajahan Portugis dan VOC pada abad ke-16 di Kerajaan Tanah Hitu.[3] Pasukan pimpinan Kapitan Telukabessy ini bertempur untuk mempertahankan Benteng Kapahaha dari serbuan VOC, meskipun pada akhirnya harus mengalami kekalahan dan Benteng Kapahaha berhasil ditaklukkan. Untuk menggambarkan kekalahan tersebut, pasukan Telukabessy mengambil lidi enau dan saling mencambuk diri hingga berdarah.[2]

Pelaksanaan

[sunting | sunting sumber]

Tradisi ini dipandang sebagai alat untuk mempererat tali persaudaraan masyarakat di negeri Morella dan Mamala. Baku pukul manyapu dilakukan oleh para pemuda yang dibagi dalam dua kelompok, di mana setiap kelompoknya berjumlah 20 orang. Kedua kelompok dengan seragam yang berbeda itu akan saling bertarung satu sama lain. Kelompok satu menggunakan celana berwarna merah sedangkan kelompok lainnya menggunakan celana berwarna hijau. Pesertanya juga diwajibkan menggunakan ikat kepala untuk menutupi telinga agar terhindar dari sabetan lidi. Alat pukul dalam tarian ini adalah lidi dari pohon enau dengan panjang sekitar 1,5 meter. Bagian tubuh yang boleh dipukul dalam tradisi ini adalah dari dada hingga perut.[4]

Ketika atraksi dimulai, kedua kelompok akan saling berhadapan dengan memegang lidi enau di kedua tangan. Ketika suara peluit mulai ditiup sebagai tanda pertandingan dimulai, kemudian kedua kelompok ini secara bergantian saling pukul menggunakan lidi tersebut.[2] Dalam tradisi baku pukul manyapu, terdapat sebuah keunikan dimana pesertanya seakan-akan tidak merasa kesakitan walaupun tubuh mereka telah berdarah akibat dari sabetan lidi.[5]

Ketika atraksi selesai, para pemuda tersebut kemudian mengobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak atau juga mengoleskan minyak nyualaing matetu yang dikenal masyarakat lokal ampuh untuk mengobati patah tulang dan luka memar.[6]

Tujuan wisata

[sunting | sunting sumber]

Tradisi baku pukul manyapu merupakan perayaan yang ditunggu-tunggu masyarakat dan wisatawan setiap tahunnya. Negeri Mamala dan Morella akan dipadati bahkan pada pagi hari hingga sore hari atraksi akan dimulai.[7] Dalam persiapan atraksi ini juga dapat dilihat proses pembuatan lidi enau dan juga pengolahan minyak kelapa untuk pengobatan selepas atraksi ini. Selain itu, tradisi ini juga diramaikan dengan permainan rebana, karnaval budaya, dan pertunjukan tari tradisional seperti tari putri, tari mahina, dan tari perang.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]