Mbaru Niang: Perbedaan antara revisi
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(17 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{gabung|Wae Rebo}} |
|||
[[Berkas:Waerebo.jpg|thumb|270px|right|Mbaru Niang di desa [[Wae rebo]] [[Flores]]]] |
|||
[[Berkas:Rumah_Adat_Mbaru_Niang.jpg|jmpl|Rumah Adat Mbaru Niang]] |
|||
'''Mbaru Niang''' adalah rumah adat di permukiman [[suku Manggarai]] yang terletak di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai. |
|||
== Bentuk dan falsafah == |
|||
⚫ | |||
Nama Mbaru Niang terdiri dari dua [[kata]] yakni ''Mbaru'' dan ''Niang''. Kata Mbaru berarti rumah, sedangkan kata Niang berarti tinggi dan bulat. Penamaan ini mewakili bentuk Mbaru Niang yakni [[kerucut]] yang meruncing ke atas. Bentuk Mbaru Niang dimaknai sebagai suatu falsafah kehidupan suku Manggarai di Kampung Wae Rebo. Suku Manggarai memiliki bahwa keseimbangan terwakili melalui bentuk lingkaran. Sehingga bentuk rumah dan bentuk kampung buatan suku-suku Manggarai menggunakan pola [[lingkaran]].{{Sfn|Sari dan Pramesthi|2020|p=29}} |
|||
Mbaru Niang dibangun sebanyak tujuh rumah yang disusun berbentuk melingkar pada [[tanah]] yang datar. Pada bagian tengah lingkaran terdapat sebuah altar yang bernama Compang. Keberadaan Compang sebagai titik pusat dari ketujuh Mbaru Niang dan menjadi lokasi paling sakral bagi suku Manggarai di Wae Rebo. Altar Compang digunakan untuk menyembah Tuhan dan roh-roh leluhur.{{Sfn|Sari dan Pramesthi|2020|p=29}} |
|||
==Deskripsi== |
|||
Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap yang hampir menyentuh tanah. Atap yang digunakan rumah adat Mbaru Niang ini menggunakan daun lontar. Mirip rumah adat "[[honai]]" di Papua, Mbaru Niang adalah rumah dengan struktur cukup tinggi, berbentuk kerucut yang keseluruhannya ditutup ijuk. Mbaru Niang memiliki 5 tingkat dan terbuat dari kayu worok dan bambu serta dibangun tanpa paku. Tali rotan yang kuatlah yang mengikat konstruksi bangunan. Setiap mbaru niang dihuni enam sampai delapan keluarga.<ref>{{cite web |url=http://www.indonesia.travel/id/news/detail/819/unesco-top-award-of-excellence-2012-for-wae-rebo-s-mbaru-niang-traditional-houses-on-flores | title=Mbaru Niang dari Flores Raih Penghargaan Bergengsi |date=9 Juni 2013}}</ref> |
|||
== Lokasi == |
|||
Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda beda yaitu: |
|||
Mbaru Niang terletak di permukiman tradisional [[suku Manggarai]] di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai. Lokasi Kampung Wae Rebo ini berada pada titik koordinat 8°46'8.88" Lintang Selatan dan 120°17'1.81" Bujur Timur. Posisinya berada di ketinggia 1.120 meter di atas permukaan laut pada Lereng Gonto Ponto yang mencapai ketinggian 1.782 meter di atas permukaan laut.{{Sfn|Damayanti, dkk.|2020|p=92}} |
|||
* tingkat pertama disebut ''lutur'' digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga |
|||
* tingkat kedua berupa loteng atau disebut ''lobo'' berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari |
|||
* tingkat ketiga disebut ''lentar'' untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan |
|||
* tingkat keempat disebut ''lempa rae'' disediakan untuk stok pangan apabila terjadi kekeringan, |
|||
* tingkat kelima disebut ''hekang kode'' untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur.<ref>{{cite web |url=http://www.apakabardunia.com/2012/10/mbaru-niang-rumah-adat-terunik-milik.html | title=Mbaru Niang, Rumah Adat Terunik Milik Suku Wae Rebo |date=9 Juni 2013}}</ref> |
|||
== |
== Pembangunan == |
||
DI atas pegunungan berketinggian 1200 meter dpl di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, bertengger sebuah kampung kuno bernama Wae Rebo. Kampung kecil dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut, yang telah dihuni turun temurun selama 19 generasi. |
|||
=== Rancangan lama === |
|||
Wae Rebo terletak di barat daya kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Untuk menuju ke Wae Rebo, butuh perjuangan ekstra, berjalan kaki selama 4,5 jam mendaki pegunungan. |
|||
Rancangan lama dari Mbaru Niang hanya terdiri dari satu [[pintu]] tanpa [[jendela]]. Pintu terletak di bagian depan dan berfungsi sebagai jalur keluar dan jalur masuk. Kondisi di dalam rumah Mbaru Niang sangat gelap karena tidak ada jendela. Namun kondisi mengenai bagian dalam Mbaru Niang lama tidak diketahui karena tidak adanya informasi. Namun diperkirakan bahwa di dalam rancangan Mbaru Niang lama tidak terdapat kamar tidur yang memisahkan tiap keluarga di dalamnya. Hal ini karena jumlah penghuni rumah Mbaru Niang mencapai ratusan orang sehingga diduga mereka hanya tidur di lantai. Ruang kosong pada rancangan lama Mbaru Niang diperkirakan hanya satu tanpa kamar. Fungsi ruang kosong ini utamanya untuk tidur, makan dan diskusi.{{Sfn|Indarwati|2022|p=115-116}} |
|||
Proses pembangunan Mbaru Niang oleh para [[leluhur]] diawali dengan upacara adat. Setelah itu disiapkan bahan bangunan dari sekitar hutan yang mengelilingi Kampung Wae Rebo untuk membangun tujuh rumah. Bahan bangunan yang digunakan ialah kayu worok, papan dari kayu ajang, balok kayu dari kayu uwu dan atap dari daun lontar dan ijuk. Atap dibangun mulai dari puncak hingga hampir menyentuh tanah. Jumlah bangunan sebanyak tujuh yang merupakan bentuk penghormatan atas tujuh arah mata angin dari tujuh puncak gunung di sekeliling Kampung Wae Rebo.{{Sfn|Sari dan Pramesthi|2020|p=30}} |
|||
== Gambar-gambar == |
|||
<gallery> |
|||
Berkas:Perkampungan wae rebo.jpg|Perkampungan wae rebo |
|||
Berkas:Potongan mbaru niang.jpg|Potongan gambar mbaru niang |
|||
Berkas:Mbaru-niang2.jpg|Rumah kerucut mbaru niang di kampung Wae Rebo |
|||
</gallery></center> |
|||
Mbaru Niang rancangan lama dianggap sebagai bentuk asli dari Mbaru Gendang suku Manggarai. Sebelum tahun 1960-an, Mbaru Niang rancangan lama masih banyak ditemukan di Manggarai. Namun masyarakat Manggarai mulai mengganti model rumahnya setelah dekade tersebut. Mbaru Niang yang dipertahankan hanya yang terletak di Desa Todo dan di Kampung Wae Rebo. Namun Mbaru Niang di Desa Tobo telah mengalami [[Perombakan|pemugaran]] beberapa kali. Sedangkan Mbaru Niang di Kampung Wae Rebo telah roboh sebagian setelah dekade 1990-an.{{Sfn|Indarwati|2022|p=116}} |
|||
⚫ | |||
{{reflist}} |
|||
=== Rancangan baru === |
|||
⚫ | |||
Pada tahun 2008, tim [[Arsitektur Indonesia (organisasi)|Arsitektur Indonesia]] mencatat bahwa Mbaru Niang yang tersisa di Kampung Wae Rebo hanya ada empat. Sementara menurut masyarakat lokal jumlah awalnya ada tujuh rumah. Tim Arsitektur Indonesia kemudian mengadakan konservasi bangunan Mbaru Niang.<ref name=":0">{{Cite book|last=Inigopatria, S., Buyung, P., dan Nurina, F. S. P.|date=2014|title=Indonesia dalam Infografik|location=Jakarta|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-841-4|pages=16|chapter=Rumah Tradisional Wae Rebo|url-status=live}}</ref> Setelah diadakan [[konservasi]], jumlah Mbaru Niang kembali menjadi tujuh. Masing-masing diberi nama Niang Gendang, Niang Gena Mandok, Niang Gena Jekong, Niang Gena Ndorom, Niang Gena Keto, Niang Gena Jintam, dan Niang Gena Maro. Niang Gendang menjadi gudang penyimpanan gendang. Sementara Mbaru Niang lainnya merupakan milik masing-masing klan di Wae Rebo.{{Sfn|Indarwati|2022|p=54}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
Mbaru Niang kemudian dibuat menjadi enam tingkatan secara vertikal. Masing-masing lantai dari bawah ke atas dinamai Ngaung, Tenda, Lobo, Lentar, Lempe Rae dan Hekang Code. Ngaung merupakan bagian kaki bangunan Mbaru Niang. Fungsi dari Ngaung untuk kegiatan [[menenun]], menganyam dan tempat penyimpanan peralatan berkebun. Tenda merupakan lantai pertama Mbaru Niang yang merupakan tempat utama bagi penghuni untuk melakukan berbagai kegiatan. Kemudian Lobo merupakan lantai kedua dalam Mbaru Niang. Fungsinya khusus sebagai gudang penyimpanan bahan makanan. Lentar merupakan lantai ketiga di dalam Mbaru Niang. Fungsi Lentar sebagai gudang penyimpanan ketika panen mengalami kegagalan. Lantai keempat ialah Lempe Rae yang khusus digunakan untuk menyimpan benih. Sedangkan lantai tertinggi pada Mbaru Niang disebut Hekang Code. Di dalam Hekang Code hanya terdapat altar persembahan untuk leluhur. Bagian ini hanya digunakan ketika diadakan upacara pengatapan bangunan.{{Sfn|Damayanti|2020|p=96}} |
|||
== Teknologi bangunan == |
|||
Mbaru Niang menggunakan [[teknologi]] ikatan bangunan yang lebih kuno dibandingkan dengan teknologi [[paku]]. Karena tidak menggunakan paku terjadi ketidakrigidan pada bangunan Mbaru Niang. Keadaan ini menghasilkan kekokohan bangunan yang lebih lentur sehingga tahan terhadap guncangan yang diakibatkan oleh gempa bumi.<ref name=":0" /> |
|||
== Penghargaan == |
|||
⚫ | Rumah adat Mbaru Niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat [[Wae Rebo]] yang terpencil di atas pegunungan. Usaha untuk mengonservasi Mbaru Niang telah mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya dari [[UNESCO]] Asia-Pasifik tahun 2012 dan menjadi salah satu kandidat peraih [[Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur]] tahun 2013.<ref>{{cite web|author=Novani Nugrahani|date=29 Agustus 2012|title=Mbaru Niang dan Persaudaraan Wae Rebo|url=http://intisari-online.com/read/mbaru-niang-dan-persaudaraan-wae-rebo|work=Intisari-Online.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20140420152147/http://intisari-online.com/read/mbaru-niang-dan-persaudaraan-wae-rebo|archive-date=2014-04-20|dead-url=yes|accessdate=9 Juli 2013}}</ref><ref>{{Cite news|author=Hilda B Alexander|date=1 Mei 2013|editor-last=Alexander|editor-first=Hilda B|title=Indonesia Kembali Mendunia Lewat Aga Khan Award|url=http://properti.kompas.com/index.php/read/2013/05/01/18333071/Indonesia.Kembali.Mendunia|work=[[Kompas.com]]|accessdate=9 Juli 2013}}</ref> |
||
== Referensi == |
|||
⚫ | |||
{{Reflist}} |
|||
=== Daftar pustaka === |
|||
* {{Cite book|last=Damayanti, D. P., dkk.|date=2020|url=https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/traditional-houses-of-nusa-tenggara-in-sketch-87481.pdf|title=Traditional House of Nusa Tenggara in Sketch|location=Jakarta|publisher=Penerbit PT Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-1209-9|translator-last=Putri|translator-first=Pradwi Sukma Ayu|ref={{sfnref|Damayanti, dkk.|2020}}|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Indarwati|first=Lucia|date=2022|url=http://repository.unikastpaulus.ac.id/621/1/Mbaru_Gendang%2C_Rumah_Adat_Manggarai%2C_Flores_-.pdf|title=Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores|location=Sleman|publisher=Penerbti Kanisius|isbn=978-979-21-6651-4|ref={{sfnref|Indarwati|2022}}|url-status=live}} |
|||
* {{Cite book|last=Sari, T. N., dan Pramesthi, I. A.|date=2020|url=https://issuu.com/arsitekturundip2017/docs/arsitektur_hijau|title=Arsitektur Hijau : Dahulu, Kini dan Nanti|ref={{sfnref|Sari dan Pramesthi|2020}}|url-status=live}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | * [http://www.unescobkk.org/news/article/top-award-given-to-mbaru-niang-in-indonesia-for-the-2012-unesco-asia-pacific-heritage-awards/ Rilis pers penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik 2012] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131014195934/http://www.unescobkk.org/news/article/top-award-given-to-mbaru-niang-in-indonesia-for-the-2012-unesco-asia-pacific-heritage-awards/|date=2013-10-14}} |
||
⚫ | |||
* |
|||
[[Kategori:Rumah adat di Indonesia]] |
[[Kategori:Rumah adat di Indonesia]] |
||
[[Kategori:Flores]] |
[[Kategori:Flores]] |
||
[[Kategori:Minangkabau]] |
Revisi per 16 April 2024 11.33
Mbaru Niang adalah rumah adat di permukiman suku Manggarai yang terletak di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai.
Bentuk dan falsafah
Nama Mbaru Niang terdiri dari dua kata yakni Mbaru dan Niang. Kata Mbaru berarti rumah, sedangkan kata Niang berarti tinggi dan bulat. Penamaan ini mewakili bentuk Mbaru Niang yakni kerucut yang meruncing ke atas. Bentuk Mbaru Niang dimaknai sebagai suatu falsafah kehidupan suku Manggarai di Kampung Wae Rebo. Suku Manggarai memiliki bahwa keseimbangan terwakili melalui bentuk lingkaran. Sehingga bentuk rumah dan bentuk kampung buatan suku-suku Manggarai menggunakan pola lingkaran.[1]
Mbaru Niang dibangun sebanyak tujuh rumah yang disusun berbentuk melingkar pada tanah yang datar. Pada bagian tengah lingkaran terdapat sebuah altar yang bernama Compang. Keberadaan Compang sebagai titik pusat dari ketujuh Mbaru Niang dan menjadi lokasi paling sakral bagi suku Manggarai di Wae Rebo. Altar Compang digunakan untuk menyembah Tuhan dan roh-roh leluhur.[1]
Lokasi
Mbaru Niang terletak di permukiman tradisional suku Manggarai di Kampung Wae Rebo, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mesa, Kabupaten Manggarai. Lokasi Kampung Wae Rebo ini berada pada titik koordinat 8°46'8.88" Lintang Selatan dan 120°17'1.81" Bujur Timur. Posisinya berada di ketinggia 1.120 meter di atas permukaan laut pada Lereng Gonto Ponto yang mencapai ketinggian 1.782 meter di atas permukaan laut.[2]
Pembangunan
Rancangan lama
Rancangan lama dari Mbaru Niang hanya terdiri dari satu pintu tanpa jendela. Pintu terletak di bagian depan dan berfungsi sebagai jalur keluar dan jalur masuk. Kondisi di dalam rumah Mbaru Niang sangat gelap karena tidak ada jendela. Namun kondisi mengenai bagian dalam Mbaru Niang lama tidak diketahui karena tidak adanya informasi. Namun diperkirakan bahwa di dalam rancangan Mbaru Niang lama tidak terdapat kamar tidur yang memisahkan tiap keluarga di dalamnya. Hal ini karena jumlah penghuni rumah Mbaru Niang mencapai ratusan orang sehingga diduga mereka hanya tidur di lantai. Ruang kosong pada rancangan lama Mbaru Niang diperkirakan hanya satu tanpa kamar. Fungsi ruang kosong ini utamanya untuk tidur, makan dan diskusi.[3]
Proses pembangunan Mbaru Niang oleh para leluhur diawali dengan upacara adat. Setelah itu disiapkan bahan bangunan dari sekitar hutan yang mengelilingi Kampung Wae Rebo untuk membangun tujuh rumah. Bahan bangunan yang digunakan ialah kayu worok, papan dari kayu ajang, balok kayu dari kayu uwu dan atap dari daun lontar dan ijuk. Atap dibangun mulai dari puncak hingga hampir menyentuh tanah. Jumlah bangunan sebanyak tujuh yang merupakan bentuk penghormatan atas tujuh arah mata angin dari tujuh puncak gunung di sekeliling Kampung Wae Rebo.[4]
Mbaru Niang rancangan lama dianggap sebagai bentuk asli dari Mbaru Gendang suku Manggarai. Sebelum tahun 1960-an, Mbaru Niang rancangan lama masih banyak ditemukan di Manggarai. Namun masyarakat Manggarai mulai mengganti model rumahnya setelah dekade tersebut. Mbaru Niang yang dipertahankan hanya yang terletak di Desa Todo dan di Kampung Wae Rebo. Namun Mbaru Niang di Desa Tobo telah mengalami pemugaran beberapa kali. Sedangkan Mbaru Niang di Kampung Wae Rebo telah roboh sebagian setelah dekade 1990-an.[5]
Rancangan baru
Pada tahun 2008, tim Arsitektur Indonesia mencatat bahwa Mbaru Niang yang tersisa di Kampung Wae Rebo hanya ada empat. Sementara menurut masyarakat lokal jumlah awalnya ada tujuh rumah. Tim Arsitektur Indonesia kemudian mengadakan konservasi bangunan Mbaru Niang.[6] Setelah diadakan konservasi, jumlah Mbaru Niang kembali menjadi tujuh. Masing-masing diberi nama Niang Gendang, Niang Gena Mandok, Niang Gena Jekong, Niang Gena Ndorom, Niang Gena Keto, Niang Gena Jintam, dan Niang Gena Maro. Niang Gendang menjadi gudang penyimpanan gendang. Sementara Mbaru Niang lainnya merupakan milik masing-masing klan di Wae Rebo.[7]
Mbaru Niang kemudian dibuat menjadi enam tingkatan secara vertikal. Masing-masing lantai dari bawah ke atas dinamai Ngaung, Tenda, Lobo, Lentar, Lempe Rae dan Hekang Code. Ngaung merupakan bagian kaki bangunan Mbaru Niang. Fungsi dari Ngaung untuk kegiatan menenun, menganyam dan tempat penyimpanan peralatan berkebun. Tenda merupakan lantai pertama Mbaru Niang yang merupakan tempat utama bagi penghuni untuk melakukan berbagai kegiatan. Kemudian Lobo merupakan lantai kedua dalam Mbaru Niang. Fungsinya khusus sebagai gudang penyimpanan bahan makanan. Lentar merupakan lantai ketiga di dalam Mbaru Niang. Fungsi Lentar sebagai gudang penyimpanan ketika panen mengalami kegagalan. Lantai keempat ialah Lempe Rae yang khusus digunakan untuk menyimpan benih. Sedangkan lantai tertinggi pada Mbaru Niang disebut Hekang Code. Di dalam Hekang Code hanya terdapat altar persembahan untuk leluhur. Bagian ini hanya digunakan ketika diadakan upacara pengatapan bangunan.[8]
Teknologi bangunan
Mbaru Niang menggunakan teknologi ikatan bangunan yang lebih kuno dibandingkan dengan teknologi paku. Karena tidak menggunakan paku terjadi ketidakrigidan pada bangunan Mbaru Niang. Keadaan ini menghasilkan kekokohan bangunan yang lebih lentur sehingga tahan terhadap guncangan yang diakibatkan oleh gempa bumi.[6]
Penghargaan
Rumah adat Mbaru Niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan. Usaha untuk mengonservasi Mbaru Niang telah mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik tahun 2012 dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur tahun 2013.[9][10]
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b Sari dan Pramesthi 2020, hlm. 29.
- ^ Damayanti, dkk. 2020, hlm. 92.
- ^ Indarwati 2022, hlm. 115-116.
- ^ Sari dan Pramesthi 2020, hlm. 30.
- ^ Indarwati 2022, hlm. 116.
- ^ a b Inigopatria, S., Buyung, P., dan Nurina, F. S. P. (2014). "Rumah Tradisional Wae Rebo". Indonesia dalam Infografik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 16. ISBN 978-979-709-841-4.
- ^ Indarwati 2022, hlm. 54.
- ^ Damayanti 2020, hlm. 96.
- ^ Novani Nugrahani (29 Agustus 2012). "Mbaru Niang dan Persaudaraan Wae Rebo". Intisari-Online.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-20. Diakses tanggal 9 Juli 2013.
- ^ Hilda B Alexander (1 Mei 2013). Alexander, Hilda B, ed. "Indonesia Kembali Mendunia Lewat Aga Khan Award". Kompas.com. Diakses tanggal 9 Juli 2013.
Daftar pustaka
- Damayanti, D. P., dkk. (2020). Traditional House of Nusa Tenggara in Sketch (PDF). Diterjemahkan oleh Putri, Pradwi Sukma Ayu. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. ISBN 978-623-00-1209-9.
- Indarwati, Lucia (2022). Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores (PDF). Sleman: Penerbti Kanisius. ISBN 978-979-21-6651-4.
- Sari, T. N., dan Pramesthi, I. A. (2020). Arsitektur Hijau : Dahulu, Kini dan Nanti.
Pranala luar
- Rilis pers penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik 2012 Diarsipkan 2013-10-14 di Wayback Machine.
- Aga Khan Award for Architecture, Preservation of the Mbaru Niang Diarsipkan 2013-07-06 di Wayback Machine.