Raja Sitempang: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Boangmanalu dan bancin termasuk keturunan dari Sigalingging, Ompu Bada Sigalingging Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(88 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Raja Sitempang''' atau Raja Natanggang adalah seorang tokoh dalam [[Daftar marga Suku Batak|marga Batak]] [[Suku Toba|Toba]] leluhur dari dari marga [[Sitanggang]], [[Sigalingging]], [[Simanihuruk]], [[Sidauruk]] dan keturunannya. Anak dari Raja Sitempang inilah yang dikenal sebagai Ompu Raja Pangururan atau Raja Sitanggang. |
|||
{{wikify}} |
|||
'''Raja Sitempang''' adalah seorang tokoh dalam [[Daftar marga Suku Batak|marga Batak]] [[Suku Toba|Toba]] leluhur dari dari marga [[Sitanggang]], [[Sigalingging]], [[Manihuruk]] , [[Sidauruk]] dan keturunannya. Anak dari Raja Sitempang inilah yang dikenal sebagai Ompu Raja Pangururan atau Raja Natanggang |
|||
== Etimologi == |
|||
Nama Raja Sitempang dalam [[Bahasa Batak Toba]] secara harfiah merujuk kepada kata '' |
Nama Raja Sitempang dalam [[Bahasa Batak Toba]] secara harfiah merujuk kepada kata ''tempang'' yang memiliki arti cacat secara fisik (pincang), yang akhirnya oleh orangtua nya (Raja Naiambaton), diasingkan ke tala-tala di Pusuk Buhit. {{Infobox Marga Batak |
||
| nama = Pomparan Raja Sitempang |
| nama = Pomparan Raja Sitempang |
||
<!-- Foto dan Keterangan --> |
<!-- Foto dan Keterangan --> |
||
| gambar = |
| gambar = |
||
| keterangan = |
| keterangan = |
||
| gambar2 = |
| gambar2 = |
||
| keterangan2 = |
| keterangan2 = |
||
<!-- Identitas --> |
<!-- Identitas --> |
||
Baris 24: | Baris 23: | ||
| label2 = 2 | data2 = {{{gen2 | Raja Isumbaon}}} |
| label2 = 2 | data2 = {{{gen2 | Raja Isumbaon}}} |
||
| label3 = 3 | data3 = {{{gen3 | Tuan Sori Mangaraja}}} |
| label3 = 3 | data3 = {{{gen3 | Tuan Sori Mangaraja}}} |
||
| label4 = 4 | data4 = {{{gen4 | |
| label4 = 4 | data4 = {{{gen4 | (Nai Ambaton)Tuan Sorba Dijulu }}} |
||
| label5 = 5 | data5 = {{{gen5 | |
| label5 = 5 | data5 = {{{gen5 | Raja Sitempang}}} |
||
| label6 = 6 | data6 = {{{gen6 | Ompu raja Pangururan |
| label6 = 6 | data6 = {{{gen6 | Ompu raja Pangururan (Raja Sitanggang)}}} |
||
| label7 = 7 | data7 = {{{gen7 |''' |
| label7 = 7 | data7 = {{{gen7 |'''R.Panukkunan R.Pangadatan R. Panguluoloan=''' '''[[Sigalingging]]'''}}} |
||
}} |
}} |
||
| nama lengkap = Raja Sitempang |
| nama lengkap = Raja Natanggang (Sitempang) |
||
| nama istri = |
| nama istri = Siboru Porti Mataniari |
||
| nama anak = |
| nama anak = Raja Sitanggang/Ompu Raja Pangururan |
||
<!-- Kekerabatan --> |
<!-- Kekerabatan --> |
||
| induk = Raja '''Naiambaton''' |
| induk = Raja '''Naiambaton''' |
||
| persatuan = ''Pomparan ni si Raja Naiambaton'' (disingkat '''PARNA''') |
| persatuan = ''Pomparan ni si Raja Naiambaton'' (disingkat '''[[PARNA]]'''). ''Sisada anak, sisada boru''. |
||
| kerabat = |
| kerabat = |
||
| sub-marga = |
| sub-marga = Raja Sitempang |
||
| turunan = Sitanggang Bau, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Sitanggang Gusar, [[Sigalingging]] |
| turunan = Sitanggang Bau, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Sitanggang Gusar, [[Sigalingging]], [[Manihuruk]] , [[Sidauruk]], Tendang, Banurea, Manik, Beringin, Gajah, Berasa, Garingging, BoangManalu, Bancin |
||
Garingging |
|||
| mataniaribinsar = |
| mataniaribinsar = |
||
| padan = |
| padan = |
||
Baris 49: | Baris 47: | ||
}} |
}} |
||
== Sejarah == |
|||
''Raja Sitempang adalah anak Raja Nai Ambaton. Atau dengan kata lain mereka adalah Keturunan Si Raja Batak dari garis keturunan Isumbaon yang sering disebut garis Mataniari, berbeda dengan garis keturunan Guru Tatea Bulan yang disebut garis Bulan.'' |
''Raja Sitempang/Raja Natanggang adalah anak Raja Nai Ambaton. Atau dengan kata lain mereka adalah Keturunan Si Raja Batak dari garis keturunan Isumbaon yang sering disebut garis Mataniari, berbeda dengan garis keturunan Guru Tatea Bulan yang disebut garis Bulan.'' |
||
Raja Sitempang menikah dengan Siboru Portimataniari |
Raja Sitempang menikah dengan Siboru Portimataniari <ref>Buku: '''Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton''' Oleh: Bachtiar Sitanggang, SH dan Brigjen Polisi (Purn) Drs. Antonius Sitanggang, SH, MH, Jakarta, 16 Agustus 2020.</ref> yang melahirkan Raja Natanggang yang terkenal dengan sebutan Raja Pangururan. Selanjutnya Raja Pangururan menikah dengan boru dari Baho Raja dan mempunyai 3 Orang anak yaitu, Raja Tanjabau dikenal sebagai Raja Panungkunan, Raja Pangadatan dan Raja [[Sigalingging]] dikenal Raja Pangulu oloan. Kemudian Tanjabau melahirkan anak bernama Sitanggang Bau, dan mempunyai dua anaknya yang diberi nama Raja Sitempang 1 dan Raja Tinita. Selanjutnya Raja Sitempang 1 melahirkan Sitempang 2. Keturunan Sitempang 2 pada generasi ke enam dari Raja Tanjabau, mengangkat Anak Sitanggang Gusar yang datang dari marga [[Sijabat]] dan kini dikenal menggunakan Sitanggang Gusar. Anak Kedua dari Raja Sitanggang, Raja Pangadatan mempunyai 3 orang anak yaitu, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar dan Sitanggang Silo. Sedangkan Raja [[Sigalingging]] (Pangulu oloan) mempunyai 3 anak yaitu Guru Mangarissan, Raja Tinatea, Namora Pangujian menggunakan marga [[Sigalingging]] dan anak sulungnya Guru Mangarissan hijerah ke Humbang dan melahirkan 3 anak yakni Op Limbong, Op Bonar, Op Bada (Mpu Bada), anak bungsu Mpu Bada hijerah ke Barus Manduamas memiliki anak bernama: Tendang, Banurea, Manik, Beringin, Gaja, Barasa, sebagian keturunannya hijerah ke Dairi dan ada juga keturunan Banurea menggunakan marga: Boangmanalu, Bancin. Keturunan lain Sigalingging anak dari Op Harinuan yang hijerah ke Raya Simalungun memakai marga Garingging. |
||
Dari Sitanggang Silo yang merupakan anak ketiga dari Raja Pangadatan, mempunyai tiga anak yaitu |
Dari Sitanggang Silo yang merupakan anak ketiga dari Raja Pangadatan, mempunyai tiga anak yaitu Manggilang Bosi (Silo), |
||
Sitabi Dalan ([[Manihuruk]]) dan Silapsap Bosi ([[Sidauruk]]) |
Sitabi Dalan ([[Manihuruk]]) dan Silapsap Bosi ([[Sidauruk]]). Sitanggang Silo tetap menggunakan Sitanggang tetapi Manihuruk dan Sidauruk sudah menggunakan namanya menjadi marga sampai saat ini. |
||
== Sitanggang, pomparan Raja Sitempang penguasa di Pangururan == |
|||
Tateabulan dan Isumbaon adalah dua dari tiga putra Si Raja Batak, "orang Batak pertama". Dari kelompok Isumbaon inilah dipercaya Raja Isumbaon sebagai pendiri Pangururan yang merupakan pusat penyebaran keturunan Raja Naiambaton dan dari keturunan Raja Naiambaton, hanya Sitanggang lah yang mewarisi golat/tanah [[Pangururan]]. |
Tateabulan dan Isumbaon adalah dua dari tiga putra Si Raja Batak, "orang Batak pertama". Dari kelompok Isumbaon inilah dipercaya Raja Isumbaon sebagai pendiri Pangururan yang merupakan pusat penyebaran keturunan Raja Naiambaton dan dari keturunan Raja Naiambaton, hanya Sitanggang lah yang mewarisi golat/tanah [[Pangururan]]. |
||
Hal ini ditunjukkan dengan dominannya marga Sitanggang di bius Pangururan.<ref> |
Hal ini ditunjukkan dengan dominannya marga Sitanggang di bius Pangururan.<ref>Buku: '''BIJDRAGE |
||
tot de kennis van de stamverwantschap, de inheemsche rechtsgemeenschappen en het grondenrecht der Toba- en Dairibataks''' Oleh: W. K. H. YPES. 1932.</ref> |
tot de kennis van de stamverwantschap, de inheemsche rechtsgemeenschappen en het grondenrecht der Toba- en Dairibataks''' Oleh: W. K. H. YPES. 1932.</ref> |
||
Seperti diketahui bius merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa horja, sedangkan horja adalah terdiri dari beberapa huta. |
Seperti diketahui bius merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa horja, sedangkan horja adalah terdiri dari beberapa huta. |
||
[[Berkas:Peta bius |
[[Berkas:Peta bius samosir (2).png|nir|jmpl|635x635px]] |
||
[[Berkas:Bius samosir.jpg|nir|jmpl|545x545px|Marga Sitanggang di dalam daftar bius di Samosir]] |
|||
== Turi turian Raja Sitempang == |
|||
Raja Sitempang <ref> |
Raja Sitempang <ref>Buku: '''Raja Sitempang''' Oleh: Kosmen Sitanggang SPd, Medan, 28 April 2007.</ref> adalah salah satu anak Tuan Sorba Dijulu atau Raja Naiambaton atau Ompu Sindar Mataniari. Si Tempang berasal dari kata ''tempang'' yang artinya timpang atau pincang. Awalan Si berarti menyatakan sifat menjadi gelar tulut yang arti nama itu Si Pincang. Mengapa nama itu demikian sebab dia memang lahir cacat kakinya hanya satu dempet tetapi jarinya 7 (tujuh). Inilah Silsilahnya: Raja Odap-odap kawin dengan Si Boru Parujar anaknya adalah Raja Ihat Manisia. Raja Ihat Manisia kawin dengan Si Boru Ihat Manisia anaknya adalah Si Raja Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 anak yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Raja Isumbaon kawin dengan Si Boru Biding Laut I anaknya bernama Tuan Sorimangaraja. Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 orang anak yaitu Tuan Sorba Dijulu (Naiambaton), Tuan Sorbadijae (Nairasaon) dan Tuan Sorba dibanua (Naisuanon). Tuan Sorba di Julu kawin dengan Si Boru Biding Laut ke II anaknya adalah Ompu Sindar Mataniari Raja Nai Ambaton mempunyai 2 isteri. Istri I adalah Si Boru Biding Laut III, dari istri I ini mereka mempunyai 1 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Yang perempuan bernama Si Boru Pinta Haumason. Yang laki-laki pertama bergelar Guru So Dundangon (kembar dengan Si Boru Pinta Haumason). |
||
Menurut legenda Guru So Dundangon terlahir dengan kesaktian, sehingga wujudnya tidak serupa dengan manusia biasa, ia berwujud seperti Ular Naga yang besar saat siang, dan malam berubah menjadi lelaki dengan wajah yang teramat tampan. Legenda tentang Guru So Dungdangon tak hanya tersohor di Pangururan tetapi sampai ke desa-desa tempat marga-marga lain, dan Guru So Dundangon dikenal sebagai ‘manusia setengah dewa’ dan disembah oleh sebagian orang. Selanjutnya dalam suatu kisah lain Guru So Dundangon karena kesaktiannya harus pergi meninggalkan keluarganya terutama saudara kembarnya Si Boru Pinta Haumason ke negeri yang jauh untuk mengamalkan kesaktiannya itu, tak diketahui dimana ia tinggal dan siapa keturunannya. Lalu putra kedua dari istri Si Boru Biding Laut III adalah Raja Sitempang. Kelak dialah yang meneruskan kerajaan Isumbaon di Pangururan Samosir, dan keturunannya bergelar Raja Pangururan. Istri II Raja Nai Ambaton adalah Si Boru Anting-anting. Si Boru Anting -anting mempunyai 1 orang anak laki-laki yaitu Raja Nabolon. Tidak diketahui siapa yang lebih dulu lahir apakah Raja Sitempang atau Raja Nabolon, tetapi Raja Sitempang adalah putra dari istri yang pertama. |
Menurut legenda Guru So Dundangon terlahir dengan kesaktian, sehingga wujudnya tidak serupa dengan manusia biasa, ia berwujud seperti Ular Naga yang besar saat siang, dan malam berubah menjadi lelaki dengan wajah yang teramat tampan. Legenda tentang Guru So Dungdangon tak hanya tersohor di Pangururan tetapi sampai ke desa-desa tempat marga-marga lain, dan Guru So Dundangon dikenal sebagai ‘manusia setengah dewa’ dan disembah oleh sebagian orang. Selanjutnya dalam suatu kisah lain Guru So Dundangon karena kesaktiannya harus pergi meninggalkan keluarganya terutama saudara kembarnya Si Boru Pinta Haumason ke negeri yang jauh untuk mengamalkan kesaktiannya itu, tak diketahui dimana ia tinggal dan siapa keturunannya. Lalu putra kedua dari istri Si Boru Biding Laut III adalah Raja Sitempang. Kelak dialah yang meneruskan kerajaan Isumbaon di Pangururan Samosir, dan keturunannya bergelar Raja Pangururan. Istri II Raja Nai Ambaton adalah Si Boru Anting-anting. Si Boru Anting -anting mempunyai 1 orang anak laki-laki yaitu Raja Nabolon. Tidak diketahui siapa yang lebih dulu lahir apakah Raja Sitempang atau Raja Nabolon, tetapi Raja Sitempang adalah putra dari istri yang pertama. |
||
Dia adalah salah satu perwaris kerajaan Raja Nai Ambatan bersama dengan saudaranya Raja Nabolon yang saat itu sudah sempat dipandang oleh masyarakat sebagai pewaris tahta kerajaan. Raja Nai Ambaton bertekat bahwa mereka harus tetap satu. Raja Nai Ambaton sebagai Raja yang bijaksana . Dia tidak ngin kedua anak laki-lakinya yang tersisa itu berselisih paham tentang kerajaan dan harta. Kerajaan yang selalu mendapat serangan dari raja- raja yang lain untuk merebut keajaan itu harus tetap satu dalam kekuatan dan satu dalam perjuangan. Maka Raja Nai Ambaton membuat ikatan janji mereka aga tetap satu yang disebut dengan Padan. Padan itu berbunyi “ {{cquote|'''D'''i hamu anakhu nadua, Raja Sitempang dohot Raja Nabolon nasada harajaon sian pomparan ni Raja Isumbaon, tonahononhu ma tu hamu rodi tu pinomar mu dohot tupinompar ni pinompar mu . Ingkon sisada anak , sisada boru , sisada lulu dianak, sisada lulu di boru. Pinompar Raja Nai Ambata tung naso jadi masiolian. Manang ise namanompas padan, manjakit tu hau sitabaon, marlange tu aek sinongnongon}} |
|||
Di dekat tala-tala, di sekitar Pusuk Buhit, di situlah Sitempang yang berusia masih sekitar 10 tahun berjuang mempertahankan hidupnya sendiri. Dia hidup sendirian di sana tanpa teman dan tanpa bekal untuk hidup. Maka untuk menyelamatkan hidupnya Sitempang mancari nafkah dengan mencari ikan di tala-tala itu setiap hari. Ia pun tumbuh besar dan menjadi dewasa. Kira-kira 15 tahun kemudian Si Boru Pinta Haumason (Kakak kandung Sitempang) juga membuang putrinya dari pernikahan dengan Raja Silahisabungan ke tala-tala Buhit yang bernama Si Boru Marihan, juga karena alasan yang sama, dimana pada masa itu anak yang lahir cacat di Keluarga Kerajaan dianggap sebagai pembawa malapetaka. Si Boru Marihan tubuhnya separuh berbentuk manusia dan separuh berbentuk ikan. Bagian kakinya bersisik seperti ikan dan tidak mempunyai telapak kaki untuk berjalan melainkan mirip seperti ikan. Sekitar 12 tahun kemudian Si Boru Marihan sudah bertambah dewasa, meskipun cacat tetapi paras wajahnya sangatlah cantik. Dia semakin merasakan betapa sedihnya hidup kesepian sendiri di tala-tala Buhit. Dia sering menangis meratapi nasibnya . Mengapa dia harus hidup demikian . Hidup yang penuh tekateki itu belum terjawab . |
|||
Dan Raja Sitempang di usianya yang tidak lagi muda, dipertemukan oleh Mulajadi Nabolon dengan jodoh Si Boru Porti Mataniari, putri Si Raja Oloan yang usianya terpaut jauh. Mereka membangun kerajaan baru meneruskan kerajaan kakeknya Raja Isumbaon dan ayahnya Raja Nai Ambaton. Raja Sitempang dan Boru Porti Mataniari mempunyai 1 orang anak yang bernama Raja Sitanggang. |
|||
Nama Sitanggang diberikan berdasarkan sejarah ayahnya Raja Sitempang yang akhirnya sembuh dari cacat, dimana kakinya Tanggang atau Ganggang yang berarti lepas atau sembuh. Raja Si-Tanggang inilah yang kemudian membesarkan kerajaan ayahnya hingga diberi gelar Raja Pangururan dan mempunyai tiga anak yaitu Raja Tanjabau (Panungkunan) yang kemudian menjadi pewaris kerajaannya, Raja Pangadatan dan bungsu Raja Sigalingging dijuluki gelar Pangulu Oloan akhirnya keturunannya mengabadikan marga Sigalingging. Usia Raja Sitanggang terpaut jauh dari usia saudara sepupunya, putra-putra Raja Nabolon yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua yang semuanya sudah berumur jauh di atas Raja Sitanggang karena ayahnya sudah masuk usia tua saat Raja Sitanggang lahir. Bahkan usia Raja Sitanggang diperkirakan hampir sama dengan Tuan Suri Raja anak dari Simbolon Tua yang dalam hal ini adalah keponakannya, dan mereka berdua tumbuh bersama. |
|||
Pada suatu malam Sitempang bermimpi didatangi seorang ibu. Ibu itu berpesan kepadanya agar dia membuat perangkap ikan yang sangat besar dan akan dia pasang di tala-tala buhit itu agar mendapat ikan besar. Dia menuruti perintah sang ibu yang hadir dalam mimpi itu. Setelah dia buat perangkap itu dia duduk termenung, ikan apa gerangan yang masuk ke perangkap sebesar itu? Maka dia sempat berniat merombak bubu atau perangkap itu agar tidak sia-sia karena dirasa terlalu besar. Tetapi karena sudah lelah dan dia tidak sempat merombak bubu itu dan dengan rasa lelah dia pun tertidur. Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi perempuan itu lagi dan berkata agar perangkap ikan itu tidak dirombak serta segera dipasang di tala-tala Buhit karena ikan yang akan didapatnya nanti sangatlah besar dan bisa dinikmati seumur hidupnya. Dia pun mematuhi perintah sang ibu dalam mimpinya itu . Setelah memasang perangkap itu, dia pun pulang ke rumah. Karena sudah lelah, sesudah makan malam, dia langsung tertidur lelap. Dalam tidurnya ia bermimpi lagi, bahwa dia akan sembuh dari cacatnya dan akan menjadi manusia sempurna tidak cacat lagi. Dia disembuhkan oleh Mulajadi (Sang Maha Pencipta) menjadi lelaki normal, lelaki sejati asalkan ia mau menari/menerser di samo-samo (semak-semak) di atas bukit untuk mengungkapkan pujian bagi Mulajadi. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ia terbangun dan segera bergerak ke atas bukit dan menari sambil menyembah kepada Mulajadi Na Bolon. Setelah menari dengan penuh syukur, gerakan Sitempang semakin cepat bahkan seperti sedang berputar-putar bersama angin, hingga akhirnya ia terebah dan jatuh di tanah. Tak sadar ternyata ia sudah pingsan selama beberapa hari setelah melakukan tari (tor-tor) somba tu Mulajadi. Saat terbangun dan sadar, ia mencoba meraba kakinya yang dempet itu. Dia terkejut dan bertanya dalam dirinya apakah itu mimpi atau kenyataan . Dia bangkit melihat dan memegang kedua kakinya . Ternyata mimpi itu telah menjadi kenyataan, ia sembuh dan normal, tidak cacat lagi. Dia bersyukur kepada Mulajadi dan berjanji akan setia kepada-Nya . |
|||
Inilah sebabnya banyak versi mengatakan bahwa Raja Sitanggang satu generasi di bawah Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua. Setelah Raja Sitempang wafat maka anaknya Raja Sitanggang yang kemudian bergelar Raja Pangururan melanjutkan kerajaannya sampai pada puncak kejayaannya. Raja Pangururan dan Tuan Suri Raja putra dari Simbolon Tua kawin dengan kakak beradik putri dari Baho Raja cucu Si Raja Oloan. Raja Pengururan dan Tuan Suri Raja sebagai putra sulung dari Raja Simbolon Tua disebut marpariban. Tetapi mereka adalah sama-sama keturunan dari Raja Nai Ambaton meskipun berbeda generasi (<u>Raja Sitanggang adalah satu generasi dengan Simbolon Tua ayah dari Tuan Suri Raja</u>), namun karena sudah menikahi putri Baho Raja maka mereka menjadi marhahamaranggi. Maka makin erat dan menyatulah keturunan Raja Sitempang dengan Raja Nabolon, demikian pula Raja Sitanggang dan Raja Simbolon Tua dalam hal ini diwakili oleh putra sulungnya Tuan Suri Raja. |
|||
Kembali dari atas bukit ia melihat perangkap buatannya itu. Dengan tubuh baru dan sehat ia begitu gembira serta penasaran, apa gerangan yang akan terperangkap oleh bubu ikan besar itu? Ternyata benar dia mendapat ikan yang sangat besar yang besarnya sebesar manusia. Dia terkejut melihat ikan itu dan ingin meninggalkan ikan itu karena rasa takut. Dia bahkan menyangka bahwa ikan itu adalah hantu atau siluman. Namun akhirnya dia teringat akan mimpinya dimana seorang ibu yang menyuruhnya membuat perangkap itu berkata bahwa ia akan mendapat ikan yang besar yang bisa dinikmati seumur hidupnya. Maka dia mengangkat perangkap yang sangat besar itu. Setelah perangkap yang berisi ikan besar itu diangkat keluar dari air, ikan itu berbicara kepadanya,” Janga bawa aku ke rumahmu.” Betapa terkejut dan takutnya Sitempang melihat ikan yang bisa berbicara itu. Tapi ikan itu berkata lagi “Antarlah aku ke gubuk diatas sana. Barulah setelah 7 hari kamu boleh datang lagi melihat aku.“ Di dekat Tala-tala itu kearah puncak ada sebuah gubuk kecil kira-kira 2 kilometer jauhnya dari Tala-tala itu. Akhirnya Sitempang mengantar perangkap berisi ikan besar itu ke gubuk tua yang diperintahkannya. Setelah itu dia pulang ke rumahnya dengan seribu pertanyaan. Siapakah ikan yang dapat berbicara itu? Dia tidak dapat menjawabnya sampai setiap malam ia terus berpikir dan sulit untuk tidur. Tujuh hari setelah peritiwa itu, pagi-pagi benar, dia berangkat ke gubuk tua itu. Dia sampai ditempat itu masih agak gelap. Setelah dia sampai ditempat itu , dia terkejut karena melihat seorang gadis yang sangat cantik. Dia merasa takut dan ingin meninggalkan wanita itu. Ketika dia merasa ragu, gadis itu berkata , “ Jangan kamu ragu, sebab akulah ikan yang engkau dapatkan di perangkapmu itu. Sudah beginilah jalan hidupku, karena jika ada seorang lelaki yang menangkapku, maka aku akan kembali menjadi manusia biasa. Bawa lah aku ke rumahmu.” Dengan hati berdebar-debar Sitempang melanjutkan perkenalan. Dia bertanya kepada gadis cantik itu, “ Siapakah engkau, dan kenapa engkau bersedia kubawa kerumahku? Apakah engkau bersedia menemani aku yang sendirian ini ?“ Gadis itu menjawab,” Namaku Si Boru Marihan. Ya, … aku mau menemani engkau dan mau menjadi istrimu.” Ternyata pernyataan sang Ibu dalam mimpi Sitempang bahwa ikan itu dapat dinikmati seumur hidupnya adalah dijadikan sebagai istrinya. |
|||
Untuk memperkuat kerajaan di sekitar tanah Isumbaon maka mereka bergabung dengan kerajaan Marga Naibaho seluruhnya ada di sekitar Pangururan. Pemilik tanah harajaon itu disebut '''Sitoluhae Horbo''' yaitu Marga Naibaho dan Marga Sitanggang dan Marga Simbolon. Keturunan Raja Sitempang yang bermarga Sitanggang dan keturunan Simbolon Tua yang bermarga Simbolon semakin menyatu dalam hati dan cinta, maka muncullah sebutan sehar-hari {{cquote|'''S'''itanggang do Simbolon dan Simbolon do Sitanggang}}. Hal itu diteguhkan dengan janji yang diwariskan oleh kakek mereka yaitu padan ni Nai Ambaton. Maka timbullah perkataan: {{cquote|'''S'''anggar tolong baringin jabi-jabi, Sitanggang Simbolon sisada urdot sisada tahi}}. Yang artinya Sitanggang dan Simbolon senantiasa bersatu seiya sekata, sebagai saudara menghadapi segala permasalahan. |
|||
Pada awalnya Sitempang tidak tahu asal usul Si Boru Marihan, dan ia tidak tahu bahwa sebenarnya wanita yang akan dinikahinya itu adalah berenya (keponakannya sendiri), putri dari saudari kandungnya Si Boru Pinta Haumason. Lalu Sitempang dan Si Boru Marihan pergi ke atas bukit, disana mereka memuji Mulajadi Nabolon dan mengucapkan janji menjadi suami istri. Lalu si Boru Marihan berkata: “Biarlah hanya kita berdua yang tahu tentang asal usulku, tidak boleh engkau berkata pada siapa pun termasuk keturunan kita kelak bahwa aku adalah ikan” Dan Sitempang pun bersumpah akan menaati hal itu. |
|||
== Tarombo Raja Sitempang == |
|||
Pada suatu malam ketika mereka tertidur, mereka berdua bermimpi yang sama bahwa seorang ibu menyuruh mereka pergi ke rumah orang tua mereka si Raja Nai Ambaton untuk mempekenalkan diri mereka. Mereka pun pergi ke kampung mereka, pada awalnya orang-orang tidak mengenal Sitempang karena ia dibuang waktu masih kecil. Setelah ia memperkenalkan dirinya maka semua keluarga kerajaan begitu terkejut dengan rasa haru bercampur gembira, sebab kemuliaan besar Mulajadi terjadi pada Sitempang, siapa yang menyangka ia masih hidup dan kembali dalam keadaan normal. Tetapi sesuai janjinya, Sitempang tidak menceritakan asal usul istrinya, ia hanya menyebutkan bahwa istrinya adalah pemberian Mulajadi Nabolon sebagai pasangan hidupnya. Dari sinilah keluarga kerajaan akhirnya menerima Sitempang dan isterinya dengan ikhlas. Dan pada saat itu nama Sitempang berubah menjadi Raja Sitempang. |
|||
Dia adalah salah satu perwaris kerajaan Raja Nai Ambatan bersama dengan saudaranya Raja Nabolon yang saat itu sudah sempat dipandang oleh masyarakat sebagai pewaris tahta kerajaan. Raja Nai Ambaton bertekat bahwa mereka harus tetap satu. Raja Nai Ambaton sebagai Raja yang bijaksana . Dia tidak ngin kedua anak laki-lakinya yang tersisa itu berselisih paham tentang kerajaan dan harta. Kerajaan yang selalu mendapat serangan dari raja- raja yang lain untuk merebut keajaan itu harus tetap satu dalam kekuatan dan satu dalam perjuangan. Maka Raja Nai Ambaton membagi kerajaan itu menjadi dua kerajaan yaitu, Kerajaan raja Sitempang dan Kerajaan Raja Nabolon. Raja Nai Ambaton membuat ikatan janji mereka aga tetap satu yang disebut dengan Padan. Padan itu berbunyi “ {{cquote|'''D'''i hamu anakhu nadua, Raja Sitempang dohot Raja Nabolon nasada harajaon sian pomparan ni Raja Isumbaon, tonahononhu ma tu hamu rodi tu pinomar mu dohot tupinompar ni pinompar mu . Ingkon sisada anak , sisada boru , sisada lulu dianak, sisada lulu di boru. Pinompar Raja Nai Ambata tung naso jadi masiolian . Manang ise namanompas padan , manjakit tu hau sitabaon, marlange tu aek sinongnongon}} |
|||
Mereka berdua menerima janji itu . Akhirnya Raja Sitempang dan Si Boru Marihan dikaruniai Mulajadi Nabolon seorang putra. Nama Anak itu adalah Si Hatorusan. Anak itu berkembang tetapi mempunyai sikap yang aneh . Dia Selalu mandi berlama-lama setiap hari. Dia kembali kerumah hanya untuk makan dan minum . Bagaikan ikan dia suka sekali berenang dan hidup di air. Sikap itu sangat bertentangan kepada Raja Sitempang. Dia berharap kelak anak itu menjadi pewaris kerajaan dan harus menjadi anak yang bijaksana .Namun sikap itu tidak dapat berubah . Tubuhnya berkembang menjadi dewasa namun sikapnya masik belum berubah berlama-lama tinggal di air. Pada suatu hari Raja Sitempang ingin melihat Gubuk Tua tala-tala . Dia ingin memuat tempat itu menjadi tempat bersejarah baginya . Dia memberitahukan niat itu kepada Si Boru Marihan . Dan Si Boru Marihan setuju untu membuat tempat itu menjadi tempat kenangan bagi mereka. Sebelum berangkat Dia berpesan agar Si Hatorusan menyusul dan membawa makanan mereka. Setelah Raja Sitempang pergi, Si Boru Marihan mempersiapkan segalanya untuk dibawa Si hatorusan . Dia menyediakan makan siang Raja Sitempang .untuk dibawa Si Hatorusan. Hari sudah sore, raja Sitempeng telah capek, dan penat membersihkan gubuk tua itu. Rasa Lapar dan haus tersa menyayat perut dan tenggorokannya . Si Hatorusan terlambat datang karena bersenang-senang di pemandian menikmati sejuknya air dan lupa tugas yang diberikan ibunya kepadanya. Setelah sore hari setelah lewat waktu makan siang, si Hatorusan muncul dihadapan ayahnya membawa makanan itu. Dengan merasa kesal dan emosi Raja Sitempang membuang makanan itu, memarahi anaknya denga amarah besar. Raja Si Tempang tidak mengendalikan emosinya, lalu terucaplah perkataannya mengatakan , “Betul-betullah engkau ini anak ikan yang hanya suka hidup di air!“ Perkatan itu sudah lepas dari mulut dan tidak dapat dicabut kembali . Lalu sedihlah Si Hatorusan dan pergi pulang menemui ibunya. Setibanya di rumah anaknya itu menangis dengan sangat sedih . Ibunya bertanya apa yang terjadi . Kemudian Si Hatorusan bertanya kepada ibunya katanya , “ Mak, apa benar aku anak ikan? “. Ibunya tidak berkata panjang lebar. Dia langsung menyuruh anaknya untuk pergi jauh sambil menangis dan menerangkan bahwa nanti akan datang badai, gempa bumi dan angin puting beliung sebab ayahnya telah ingkar janji. Hatorusan pergi jauh mengitari bukit, ia meninggalkan ayah dan ibunya dengan sedih. Mereka yang saling mencintai harus berpisah. |
|||
Hatorusan menyesali sikapnya , namun tidak ada lagi artinya. Hatorusan pergi dari daerah Samosir, terus berjalan dan akhirnya tinggal jauh dari tanah Batak, diperkirakan ia pergi hingga ke daerah kekuasaan Kerajaan Aceh. Raja Sitempang putus asa sebab dia lupa akan janjinya kepada lstrinya Si Boru Marihan. Karena emosi yang tidak terkontrol sirnalah sudah segalanya . Kehilangan kerajaan , Istri tercint , anak yang disayang dan segala yang ada. Dia hendak bunuh diri , namun ibunya Boru Biding Laut mohon restu kepada Mulajadi Nabolon untuk meyelamatkan anaknya. Mulajadi memberikan kuasa kepada Biding Laut dengan kesaktiannya untuk menyelamatkan anaknya Raja Sitempang. Mulajadi ingin agar manusia sadar bahwa kesetiaan akan cinta adalah kunci untuk mewujutkan tujuan hidup, Mulajadi juga ingin manusia sadar betepa betepa celakanya manusia itu bila tida setia akan janja cinta . Dengan restu Mulajadi Na Bolon si Boru Biding Laut menerbangkan Raja Sitempang dar Tala-tala Buhit ke daerah Tele ke atas sebuah gunung sehingga tidak terkena bencana itu .Tak lama sesudah mereka menyingkir, datanglah kabut gelap, hujan asam turun, angin puting beliung datang, badai mengamuk, tubuh Si Boru Marihan kembali ke air, daerah itu porak poranda. Dan sesudahnya hari berganti menjadi kering tanpa hujan, terjadilah musim paceklik, tanah menjadi gersang. Kira-kira 7 tahun lamanya masyarakat sekitar Samosir mengalami kekeringan, kesulitan makanan. Semua orang bertanya, siapakah yang membuat Mulajadi murka hingga Mulajadi menurunkan bencana itu. Siapakah yang ingkar janji akan hukum Mulajadi dan ingkar aka janji setianya? |
|||
Maka berkumpullah semua keluarga kerajaan. Raja Nai Ambaton memanggil kembali Raja Sitempang dan Raja Nabolon. Mereka mengadakan sebuah upacara untuk memohon belas kasih dari Mulajadi Nabolon. Dan kembali lagi Raja Nai Ambaton mengingatkan Tona yang telah diberikan, serta mengingatkan kedua putranya bahwa ingkar janji adalah suatu dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan Sang Maha Pencipta, Mulajadi Nabolon. Namun Mulajadi tidak ngin manusia itu tetap dalam penderitaannya. Mulajadi memberikan kehidupan baru bagi manusia itu. Akhirnya Dia pun kembali memberikan kesuburan tanah didaerah itu menjadi tempat yang nyaman bagi manusia, tempat pemeliharaan ternak dan usaha lain. Tetapi hendaklah ini menjadi peringatan, bahwa barangsiapa tidak menepati janji, dan melawan Tona yang telah dicetuskan oleh nenek moyang akan mengalami kesusahan berkepanjangan. Hari berganti hari Mulajadi memelihara manusia itu. |
|||
Dan Raja Sitempang di usianya yang tidak lagi muda, dipertemukan oleh Mulajadi Nabolon dengan jodoh terakhirnya Si Boru Porti Mataniari, putri Si Raja Oloan yang usianya terpaut jauh. Usia Raja Sitempang saat dibuang ke pusuk buhit sekitar 10 tahun. Lalu 15 tahun kemudian Si Boru Marihan dibuang juga ke tala-tala sekitar pusuk buhit. Si Boru Marihan tumbuh dewasa, lalu 12 tahun kemudian Raja Sitempang memperistri si Boru Marihan, kira-kira usia Raja Sitempang saat itu adalah 37 tahun, setelah itu mereka hidup bersama hingga anaknya tumbuh remaja, setelah itu mereka terpisah dan Raja Sitempang hidup sendiri. Maka waktu Raja Sitempang memperistri Si Boru Porti Mataniari usianya kira-kira sudah 51 tahun. Mereka membangun kerajaan baru meneruskan kerajaan kakeknya Raja Isumbaon dan ayahnya Raja Nai Ambaton. Raja Sitempang dan Boru Porti Mataniari mempunyai 1 orang anak yang bernama Raja Na Tanggang. |
|||
Nama Na Tanggang diberikan berdasarkan sejarah ayahnya Raja Sitempang yang akhirnya sembuh dari cacat, dimana kakinya Tanggang atau Ganggang yang berarti lepas atau sembuh. Raja Na Tanggang inilah yang kemudian membesarkan kerajaan ayahnya hingga diberi gelar Raja Pangururan. Raja Sitempang melalui hidupnya dengan berbagai rintangan, ia lahir cacat, namun karena Mulajadi adalah penolong, dia dapat sembuh dah hidup normal. Lalu pelanggarannya yang tidak setia pada janj membuatnya terpisah dengan anak istrinya, dan kerajaan mereka menderita kemarau panjang. Tapi Mulajadi Nabolon yang adalah Maha Pengampun memberikan pengampunan dan Mulajadi Nabolon berkaraya menyelamatkan dan menolong mereka, maka akhirnya raja Sitempang dapat memulihkan kerajaannya. Bahkan ia dipertemukan dengan jodoh terakhirnya hingga mempunyai anak lagi yaitu Raja Na Tanggang yang kemudian menjadi pewaris kerajaannya. Usia Raja Na Tanggang terpaut jauh dari usia saudara sepupunya, putra-putra Raja Nabolon yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua yang semuanya sudah berumur jauh di atas Raja Na Tanggang karena ayahnya sudah masuk usia tua saat Raja Na Tanggang lahir. Bahkan usia Raja Na Tanggang diperkirakan hampir sama dengan Tuan Suri Raja anak dari Simbolon Tua yang dalam hal ini adalah keponakannya, dan mereka berdua tumbuh bersama. |
|||
Inilah sebabnya banyak versi mengatakan bahwa Raja Na Tanggang satu generasi di bawah Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua. Setelah Raja Sitempang wafat maka anaknya Raja Na Tanggang yang kemudian bergelar Raja Pangururan melanjutkan kerajaannya sampai pada puncak kejayaannya. Raja Pangururan dan Tuan Suri Raja putra dari Simbolon Tua kawin dengan kakak beradik putri dari Raja Nai Baho cucu Si Raja Oloan. Raja Pengururan dan Tuan Suri Raja sebagai putra sulung dari Raja Simbolon Tua disebut marpariban. Tetapi mereka adalah sama-sama keturunan dari Raja Nai Ambaton meskipun berbeda generasi (<u>Raja Na Tanggang adalah satu generasi dengan Simbolon Tua ayah dari Tuan Suri Raja</u>), namun karena sudah menikahi putri Raja Naibaho maka mereka menjadi marhahamaranggi. Maka makin erat dan menyatulah keturunan Raja Sitempang dengan Raja Nabolon, demikian pula Raja Na Tanggang dan Raja Simbolon Tua dalam hal ini diwakili oleh putra sulungnya Tuan Suri Raja. |
|||
Untuk memperkuat kerajaan di sekitar tanah Isumbaon maka mereka bergabung dengan kerajaan Nai Baho seluruhnya ada di sekitar Pangururan. Pemilik tanah harajaon itu disebut '''Sitolunghae Horbo''' yaitu Raja Na Tanggang, Raja Nai Baho dan Raja Simbolon Tua. Keturunan Raja Na Tanggang yang bermarga Sitanggang dan keturunan Simbolon Tua yang bermarga Simbolon semakin menyatu dalam hati dan cinta, maka muncullah sebutan sehar-hari {{cquote|'''S'''itanggang do Simbolon dan Simbolon do Sitanggang}}. Hal itu diteguhkan dengan janji yang diwariskan oleh kakek mereka yaitu padan ni Nai Ambaton. Maka timbullah perkataan : {{cquote|'''S'''anggar tolong, baringin jabi-jabi Sitanggang Simbolon, hot namar hahamaranggi hot sisada tahi}}. Yang artinya Sitanggang dan Simbolon senantiasa bersatu seiya sekata, sebagai saudara menghadapi segala permasalahan. |
|||
=== Tarombo Raja Sitempang === |
|||
{{main|Tarombo Batak}} |
{{main|Tarombo Batak}} |
||
[[Berkas:Tarombo raja batak sigalingging.png|705x705px|al=]] |
[[Berkas:Tarombo raja batak sigalingging.png|705x705px|al=]] |
||
<br />CATATAN TAROMBO RAJA SITEMPANG <ref> |
<br />CATATAN TAROMBO RAJA SITEMPANG <ref>Hasil Seminar Sehari: Tarombo '''Raja Sitanggang''', Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna (Purasitabor) Kota Medan, 2007.</ref> |
||
TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAIAMBATON |
TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAIAMBATON |
||
I. RAJA BATAK, anakna |
I. RAJA BATAK, anakna tiga: |
||
# Guru Tatea |
# Guru Tatea Bulan |
||
# Raja Isumbaon |
# Raja Isumbaon |
||
# Toga Laut / Br. Simoingoing |
|||
II.2. RAJA ISUMBAON, anakna tolu: |
II.2. RAJA ISUMBAON, anakna tolu: |
||
# Raja Sorimangaraja menikah dengan Siboru Anting Malela , Siboru Biding Laut , Siboru Sanggul Haumason |
|||
# Raja Sorimangaraja |
|||
# |
|||
# Raja Asi-asi |
# Raja Asi-asi |
||
# Sangkar |
# Sangkar Somalindang |
||
III.1. RAJA SORIMANGARAJA, anakna tolu: |
III.1. RAJA SORIMANGARAJA, anakna tolu: |
||
# Sorba Dijulu/Naiambaton menikah dengan Siboru Biding Laut Boru Limbong |
|||
# Sorba Dijulu |
|||
# Sorba Dijae |
# Sorba Dijae/Nairasaon menikah dengan Siboru Tantan Debata |
||
# Sorba Dibanua/Naisuanon / Nai Anting Malela Boru Borbor , Boru Sibasopaet |
|||
# Sorba Dibanua |
|||
IV.1. SORBA DIJULU, anakna |
IV.1. SORBA DIJULU, anakna |
||
# Raja Sitempang / Raja Natanggang |
|||
# Datu Sindar Mataniari (Nai Ambaton) |
|||
V.1. DATU SINDAR MATANIARI (NAI AMBATON) , anakna dua: |
|||
# Raja Sitempang |
|||
# Raja Nabolon |
# Raja Nabolon |
||
V.1. RAJA SITEMPANG menikah dengan Siboru Portimataniari Boru Ni Raja Oloan , anakna |
|||
# Raja Sitanggang (Raja Pangururan) |
|||
# Raja Hatorusan |
|||
# Raja Natanggang (Raja Pangururan) |
|||
V.2. Raja Nabolon menikah dengan Boru Limbong anakna: |
|||
# Simbolon Tua |
# Simbolon Tua menikah dengan Boru Limbong |
||
# Tamba Tua |
# Tamba Tua menikah dengan Boru Malau |
||
# Saragi Tua |
# Saragi Tua menikah dengan Boru Malau |
||
# Munte Tua |
# Munte Tua menikah dengan Boru Nainggolan |
||
# Nahampun Tua |
|||
VI.2. RAJA SITANGGANG (RAJA PANGURURAN) menikah dengan Siboru Marhite Ombun Br Naibaho, anakna tolu: |
|||
# Raja |
# Raja Tanjabau (Panungkunan) |
||
VIII.1. RAJA SITANGGANG, anakna tolu: |
|||
# Raja Panukkunan (Tanjabau) |
|||
# Raja Pangadatan |
# Raja Pangadatan |
||
# Raja Pangulu Oloan |
# Raja Sigalingging (Pangulu Oloan) |
||
# Siboru Hata Oloan Boru Sitanggang Menikah dengan Namora Jollung Parhusip |
|||
# Boru Tatap Nauli boru Sitanggang menikah dengan Malau raja |
|||
VII.1. RAJA PANUKKUNAN / (TANJABAU) / Br. Naibaho, anakna dua: |
|||
# Raja Sitempang I |
# Raja Sitempang I |
||
# Raja Tinita |
# Raja Tinita |
||
VII.2. RAJA PANGADATAN / Br. Nainggolan, anakna tolu: |
|||
# Raja Lipan |
# Raja Lipan menikah dengan boru Nainggolan (Parhusip) |
||
# Raja Upar menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Huta) |
|||
# Raja Upar |
|||
# Raja Silo menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Ari) |
|||
# Raja Silo |
|||
# |
|||
VII.3. RAJA SIGALINGGING / (PANGULU OLOAN) menikah dengan Martualan Br. Naibaho Sitangkaraen , Rona Tio Br. Malau anakna tolu: |
|||
# Mangarissan/Sigorak |
|||
# Sigora |
|||
# Tinatea/Tambolang |
|||
# Sitambolang |
|||
# Parhaliang |
# Namora Pangujian/Parhaliang |
||
VIII.1. RAJA SITEMPANG I / Br. Parhusip, anakna satu: |
|||
# Raja Sitempang II (Sitanggang Gusar lahir setelah generasi ke 4 dari Sitempang II) menikah dengan Boru Lumban Siantar , boru Ambarita |
|||
# Raja Sitempang II |
|||
# VII. 2. RAJA TINITA / Br. Sinaga, anakna Tolu : |
|||
# RAJA SITANGGANG GUSAR |
|||
# 1. Raja Hobaon menikah dengan Siulatahi boru rumapea |
|||
# 2. Raja Niapul / menikah dengan Boru sinaga |
|||
# Ompu Maridom menikah dengan boru Sinaga Uruk |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
# |
|||
VIII.2. RAJA LIPAN (SITANGGANG LIPAN) / Br. Nainggolan (Parhusip), anakna tolu: |
|||
# Ompu Marigom |
# Ompu Marigom menikah dengan boru Pandiangan |
||
# Ompu Raja Buhit |
# Ompu Raja Buhit menikah dengan boru Parhusip |
||
# Raja Pangadatan |
# Raja Pangadatan menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta) |
||
VIII.3. RAJA UPAR (SITANGGANG UPAR) / br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu: |
|||
# Sungkun Barita menikah dengan boru Parhusip |
|||
# Ompu Lindi |
|||
# |
|||
# Ompu Harungguan |
|||
# Raja Manarsir menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta) |
|||
# Ompu Dihuta |
|||
# Guru Mangarerak menikah dengan boruni Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta) |
|||
VIII.4. RAJA SILO (SITANGGANG SILO) / Br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu: |
|||
# Panggilang Bosi |
# Panggilang Bosi menikah dengan boru Pandiangan , Boru Lumban Siantar |
||
# Sitabi Dalan (RAJA SIMANIHURUK) |
# Sitabi Dalan (RAJA SIMANIHURUK) menikah dengan boru Sihaloho |
||
# Salassap Bosi (RAJA SIDAURUK) |
# Salassap Bosi (RAJA SIDAURUK) menikah dengan boru Sinaga , Boru Purba Sigulang batu |
||
VIII.5.MANGARISSAN (SIGORAK) / br. Naibaho cucunya dari Mpu Bada onom : |
|||
=== Tona ni Raja Naiambaton === |
|||
# Tendang menikah dengan Boru Naibaho Siahaan |
|||
{{cquote|'''D'''i ho ale pinomparhu Raja Natanggang namanean huta ni daompung si Raja Isumbaon dohot ho ale Raja Nabolon namanean goarhu Raja Bolon sian Tano Sumba, asa tonahonon muna ma tonakon tu saluhut pinomparhu rodi marsundut-sundut di desa na ualu di Tano Batak. Asa rap sihahaan ma hamu rap sianggian, rap di jolo rap si Raja Baung di Pomparan ni si Raja Naiambaton. Asa tonahononhu ma tu saluhut Raja Adat, Raja Bius, suang songoni tu angka Raja Parbaringin, Datu Bolon dohot si Baso Bolon di Tano Sumba, asa rap siahaan ma hamu nadua diparadaton, dipartuturan siapari, ditarombo, dihorja adat, diparjambaran ni horbo bius dohot adat, diparjambaran adat Dalihan Natolu, asa sahali manjou ma goarmu nadua, dua hali manggora dohot tangan na dua namartaripar, Natanggang-Nabolon, Nabolon-Natanggang. |
|||
# Banurea menikah dengan BoruNaibaho |
|||
# Manik Kecupak menikah dengan Br. Naibaho Sitangkaraen |
|||
# Beringin menikah dengan boru Simamora |
|||
# Gajah menikah dengan boru Manalu |
|||
# Barasa menikah dengan Boru sinaga |
|||
VIII.6.TINATEA menikah dengan Boru Naibaho (TAMBOLANG) anaknya Guru Sinalsal menikah dengan Boru Sinaga cucu sada : |
|||
Asa ruhut ni panjouon di ulaon adat, ipar-ipar ni partubu nami Raja Nabolon, songoni ma nang Raja Nabolon manjou ipar-ipar ni partubu nami Raja Natanggang. Asa ruhut dipartuturon siapari, na parjolo tubuma siahaan, parpudi tubu sianggian. |
|||
# Garingging menikah dengan Boru Sinaga |
|||
== Referensi == |
|||
Molo so diingot ho hata nidok ima namangose, molo lupa ditona ima namanguba. Asa ho ale Raja Natanggang-Raja Nabolon, asa tonahononmuna ma tupinomparmu asa unang adong namangose namanguba tonangki }} |
|||
{{reflist}} |
|||
{{cquote|'''D'''i hamu sude pinomparhu na mamungka huta di desa na ualu di Tano Sumba, di namanjujung baringin ni Raja Isumbaon, partomuan ni aek partomuan ni hosa, mula ni jolma sorang. Asa tonahonma tonangkon tu ganup pinomparmu ro di marsundut-sundut, asa sisada anak, sisada boru ma hamu sisada lungun sisada siriaon. Naunang natongka, naso jadi marsibuatan hamu dipinompar muna namanjujung goarhu si Raja Naimbaton Tuan Sorba Dijulu Raja Bolon. Asa ise hamu di pomparanhu namangalaosi tonangkon, tu hau ma i sitabaon, tu tao ma i sinongnongon, tu harangan mai situtungon. Sai horas-horas ma hamu sude pinomparhu dinamangoloi podangki}} |
|||
<br />Referensi{{reflist}} |
|||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://rajasitempang.com/ Situs resmi Raja Sitempang] |
* [http://rajasitempang.com/ Situs resmi Raja Sitempang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200731185252/https://rajasitempang.com/ |date=2020-07-31 }} |
||
{{Suku Batak Toba}} |
|||
[Tarombo Parna: Tulisan Nahum Sidabutar 1976] |
|||
{{Suku Batak Toba}} |
|||
[[Kategori:Raja Sitempang |
[[Kategori:Raja Sitempang]] |
||
[[Kategori:Marga Batak Toba]] |
Revisi per 19 April 2024 04.55
Raja Sitempang atau Raja Natanggang adalah seorang tokoh dalam marga Batak Toba leluhur dari dari marga Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk, Sidauruk dan keturunannya. Anak dari Raja Sitempang inilah yang dikenal sebagai Ompu Raja Pangururan atau Raja Sitanggang.
Etimologi
Nama Raja Sitempang dalam Bahasa Batak Toba secara harfiah merujuk kepada kata tempang yang memiliki arti cacat secara fisik (pincang), yang akhirnya oleh orangtua nya (Raja Naiambaton), diasingkan ke tala-tala di Pusuk Buhit.
Pomparan Raja Sitempang | |||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama marga | Sitanggang Sigalingging Manihuruk Sidauruk | ||||||||||||||
Silsilah | |||||||||||||||
Jarak generasi dengan Siraja Batak |
| ||||||||||||||
Nama lengkap tokoh | Raja Natanggang (Sitempang) | ||||||||||||||
Nama istri | Siboru Porti Mataniari | ||||||||||||||
Nama anak | Raja Sitanggang/Ompu Raja Pangururan | ||||||||||||||
Kekerabatan | |||||||||||||||
Induk marga | Raja Naiambaton | ||||||||||||||
Persatuan marga | Pomparan ni si Raja Naiambaton (disingkat PARNA). Sisada anak, sisada boru. | ||||||||||||||
Turunan | Sitanggang Bau, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Sitanggang Gusar, Sigalingging, Manihuruk , Sidauruk, Tendang, Banurea, Manik, Beringin, Gajah, Berasa, Garingging, BoangManalu, Bancin | ||||||||||||||
Asal | |||||||||||||||
Suku | Batak | ||||||||||||||
Daerah asal | Pangururan, Samosir |
Sejarah
Raja Sitempang/Raja Natanggang adalah anak Raja Nai Ambaton. Atau dengan kata lain mereka adalah Keturunan Si Raja Batak dari garis keturunan Isumbaon yang sering disebut garis Mataniari, berbeda dengan garis keturunan Guru Tatea Bulan yang disebut garis Bulan.
Raja Sitempang menikah dengan Siboru Portimataniari [1] yang melahirkan Raja Natanggang yang terkenal dengan sebutan Raja Pangururan. Selanjutnya Raja Pangururan menikah dengan boru dari Baho Raja dan mempunyai 3 Orang anak yaitu, Raja Tanjabau dikenal sebagai Raja Panungkunan, Raja Pangadatan dan Raja Sigalingging dikenal Raja Pangulu oloan. Kemudian Tanjabau melahirkan anak bernama Sitanggang Bau, dan mempunyai dua anaknya yang diberi nama Raja Sitempang 1 dan Raja Tinita. Selanjutnya Raja Sitempang 1 melahirkan Sitempang 2. Keturunan Sitempang 2 pada generasi ke enam dari Raja Tanjabau, mengangkat Anak Sitanggang Gusar yang datang dari marga Sijabat dan kini dikenal menggunakan Sitanggang Gusar. Anak Kedua dari Raja Sitanggang, Raja Pangadatan mempunyai 3 orang anak yaitu, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar dan Sitanggang Silo. Sedangkan Raja Sigalingging (Pangulu oloan) mempunyai 3 anak yaitu Guru Mangarissan, Raja Tinatea, Namora Pangujian menggunakan marga Sigalingging dan anak sulungnya Guru Mangarissan hijerah ke Humbang dan melahirkan 3 anak yakni Op Limbong, Op Bonar, Op Bada (Mpu Bada), anak bungsu Mpu Bada hijerah ke Barus Manduamas memiliki anak bernama: Tendang, Banurea, Manik, Beringin, Gaja, Barasa, sebagian keturunannya hijerah ke Dairi dan ada juga keturunan Banurea menggunakan marga: Boangmanalu, Bancin. Keturunan lain Sigalingging anak dari Op Harinuan yang hijerah ke Raya Simalungun memakai marga Garingging.
Dari Sitanggang Silo yang merupakan anak ketiga dari Raja Pangadatan, mempunyai tiga anak yaitu Manggilang Bosi (Silo), Sitabi Dalan (Manihuruk) dan Silapsap Bosi (Sidauruk). Sitanggang Silo tetap menggunakan Sitanggang tetapi Manihuruk dan Sidauruk sudah menggunakan namanya menjadi marga sampai saat ini.
Sitanggang, pomparan Raja Sitempang penguasa di Pangururan
Tateabulan dan Isumbaon adalah dua dari tiga putra Si Raja Batak, "orang Batak pertama". Dari kelompok Isumbaon inilah dipercaya Raja Isumbaon sebagai pendiri Pangururan yang merupakan pusat penyebaran keturunan Raja Naiambaton dan dari keturunan Raja Naiambaton, hanya Sitanggang lah yang mewarisi golat/tanah Pangururan.
Hal ini ditunjukkan dengan dominannya marga Sitanggang di bius Pangururan.[2]
Seperti diketahui bius merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa horja, sedangkan horja adalah terdiri dari beberapa huta.
Turi turian Raja Sitempang
Raja Sitempang [3] adalah salah satu anak Tuan Sorba Dijulu atau Raja Naiambaton atau Ompu Sindar Mataniari. Si Tempang berasal dari kata tempang yang artinya timpang atau pincang. Awalan Si berarti menyatakan sifat menjadi gelar tulut yang arti nama itu Si Pincang. Mengapa nama itu demikian sebab dia memang lahir cacat kakinya hanya satu dempet tetapi jarinya 7 (tujuh). Inilah Silsilahnya: Raja Odap-odap kawin dengan Si Boru Parujar anaknya adalah Raja Ihat Manisia. Raja Ihat Manisia kawin dengan Si Boru Ihat Manisia anaknya adalah Si Raja Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 anak yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Raja Isumbaon kawin dengan Si Boru Biding Laut I anaknya bernama Tuan Sorimangaraja. Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 orang anak yaitu Tuan Sorba Dijulu (Naiambaton), Tuan Sorbadijae (Nairasaon) dan Tuan Sorba dibanua (Naisuanon). Tuan Sorba di Julu kawin dengan Si Boru Biding Laut ke II anaknya adalah Ompu Sindar Mataniari Raja Nai Ambaton mempunyai 2 isteri. Istri I adalah Si Boru Biding Laut III, dari istri I ini mereka mempunyai 1 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Yang perempuan bernama Si Boru Pinta Haumason. Yang laki-laki pertama bergelar Guru So Dundangon (kembar dengan Si Boru Pinta Haumason).
Menurut legenda Guru So Dundangon terlahir dengan kesaktian, sehingga wujudnya tidak serupa dengan manusia biasa, ia berwujud seperti Ular Naga yang besar saat siang, dan malam berubah menjadi lelaki dengan wajah yang teramat tampan. Legenda tentang Guru So Dungdangon tak hanya tersohor di Pangururan tetapi sampai ke desa-desa tempat marga-marga lain, dan Guru So Dundangon dikenal sebagai ‘manusia setengah dewa’ dan disembah oleh sebagian orang. Selanjutnya dalam suatu kisah lain Guru So Dundangon karena kesaktiannya harus pergi meninggalkan keluarganya terutama saudara kembarnya Si Boru Pinta Haumason ke negeri yang jauh untuk mengamalkan kesaktiannya itu, tak diketahui dimana ia tinggal dan siapa keturunannya. Lalu putra kedua dari istri Si Boru Biding Laut III adalah Raja Sitempang. Kelak dialah yang meneruskan kerajaan Isumbaon di Pangururan Samosir, dan keturunannya bergelar Raja Pangururan. Istri II Raja Nai Ambaton adalah Si Boru Anting-anting. Si Boru Anting -anting mempunyai 1 orang anak laki-laki yaitu Raja Nabolon. Tidak diketahui siapa yang lebih dulu lahir apakah Raja Sitempang atau Raja Nabolon, tetapi Raja Sitempang adalah putra dari istri yang pertama.
Dia adalah salah satu perwaris kerajaan Raja Nai Ambatan bersama dengan saudaranya Raja Nabolon yang saat itu sudah sempat dipandang oleh masyarakat sebagai pewaris tahta kerajaan. Raja Nai Ambaton bertekat bahwa mereka harus tetap satu. Raja Nai Ambaton sebagai Raja yang bijaksana . Dia tidak ngin kedua anak laki-lakinya yang tersisa itu berselisih paham tentang kerajaan dan harta. Kerajaan yang selalu mendapat serangan dari raja- raja yang lain untuk merebut keajaan itu harus tetap satu dalam kekuatan dan satu dalam perjuangan. Maka Raja Nai Ambaton membuat ikatan janji mereka aga tetap satu yang disebut dengan Padan. Padan itu berbunyi “
Di hamu anakhu nadua, Raja Sitempang dohot Raja Nabolon nasada harajaon sian pomparan ni Raja Isumbaon, tonahononhu ma tu hamu rodi tu pinomar mu dohot tupinompar ni pinompar mu . Ingkon sisada anak , sisada boru , sisada lulu dianak, sisada lulu di boru. Pinompar Raja Nai Ambata tung naso jadi masiolian. Manang ise namanompas padan, manjakit tu hau sitabaon, marlange tu aek sinongnongon
Dan Raja Sitempang di usianya yang tidak lagi muda, dipertemukan oleh Mulajadi Nabolon dengan jodoh Si Boru Porti Mataniari, putri Si Raja Oloan yang usianya terpaut jauh. Mereka membangun kerajaan baru meneruskan kerajaan kakeknya Raja Isumbaon dan ayahnya Raja Nai Ambaton. Raja Sitempang dan Boru Porti Mataniari mempunyai 1 orang anak yang bernama Raja Sitanggang.
Nama Sitanggang diberikan berdasarkan sejarah ayahnya Raja Sitempang yang akhirnya sembuh dari cacat, dimana kakinya Tanggang atau Ganggang yang berarti lepas atau sembuh. Raja Si-Tanggang inilah yang kemudian membesarkan kerajaan ayahnya hingga diberi gelar Raja Pangururan dan mempunyai tiga anak yaitu Raja Tanjabau (Panungkunan) yang kemudian menjadi pewaris kerajaannya, Raja Pangadatan dan bungsu Raja Sigalingging dijuluki gelar Pangulu Oloan akhirnya keturunannya mengabadikan marga Sigalingging. Usia Raja Sitanggang terpaut jauh dari usia saudara sepupunya, putra-putra Raja Nabolon yaitu Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua yang semuanya sudah berumur jauh di atas Raja Sitanggang karena ayahnya sudah masuk usia tua saat Raja Sitanggang lahir. Bahkan usia Raja Sitanggang diperkirakan hampir sama dengan Tuan Suri Raja anak dari Simbolon Tua yang dalam hal ini adalah keponakannya, dan mereka berdua tumbuh bersama.
Inilah sebabnya banyak versi mengatakan bahwa Raja Sitanggang satu generasi di bawah Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua. Setelah Raja Sitempang wafat maka anaknya Raja Sitanggang yang kemudian bergelar Raja Pangururan melanjutkan kerajaannya sampai pada puncak kejayaannya. Raja Pangururan dan Tuan Suri Raja putra dari Simbolon Tua kawin dengan kakak beradik putri dari Baho Raja cucu Si Raja Oloan. Raja Pengururan dan Tuan Suri Raja sebagai putra sulung dari Raja Simbolon Tua disebut marpariban. Tetapi mereka adalah sama-sama keturunan dari Raja Nai Ambaton meskipun berbeda generasi (Raja Sitanggang adalah satu generasi dengan Simbolon Tua ayah dari Tuan Suri Raja), namun karena sudah menikahi putri Baho Raja maka mereka menjadi marhahamaranggi. Maka makin erat dan menyatulah keturunan Raja Sitempang dengan Raja Nabolon, demikian pula Raja Sitanggang dan Raja Simbolon Tua dalam hal ini diwakili oleh putra sulungnya Tuan Suri Raja.
Untuk memperkuat kerajaan di sekitar tanah Isumbaon maka mereka bergabung dengan kerajaan Marga Naibaho seluruhnya ada di sekitar Pangururan. Pemilik tanah harajaon itu disebut Sitoluhae Horbo yaitu Marga Naibaho dan Marga Sitanggang dan Marga Simbolon. Keturunan Raja Sitempang yang bermarga Sitanggang dan keturunan Simbolon Tua yang bermarga Simbolon semakin menyatu dalam hati dan cinta, maka muncullah sebutan sehar-hari
Sitanggang do Simbolon dan Simbolon do Sitanggang
. Hal itu diteguhkan dengan janji yang diwariskan oleh kakek mereka yaitu padan ni Nai Ambaton. Maka timbullah perkataan:
Sanggar tolong baringin jabi-jabi, Sitanggang Simbolon sisada urdot sisada tahi
. Yang artinya Sitanggang dan Simbolon senantiasa bersatu seiya sekata, sebagai saudara menghadapi segala permasalahan.
Tarombo Raja Sitempang
CATATAN TAROMBO RAJA SITEMPANG [4]
TAROMBO RAJA SITEMPANG ANAK NI RAJA NAIAMBATON
I. RAJA BATAK, anakna tiga:
- Guru Tatea Bulan
- Raja Isumbaon
- Toga Laut / Br. Simoingoing
II.2. RAJA ISUMBAON, anakna tolu:
- Raja Sorimangaraja menikah dengan Siboru Anting Malela , Siboru Biding Laut , Siboru Sanggul Haumason
- Raja Asi-asi
- Sangkar Somalindang
III.1. RAJA SORIMANGARAJA, anakna tolu:
- Sorba Dijulu/Naiambaton menikah dengan Siboru Biding Laut Boru Limbong
- Sorba Dijae/Nairasaon menikah dengan Siboru Tantan Debata
- Sorba Dibanua/Naisuanon / Nai Anting Malela Boru Borbor , Boru Sibasopaet
IV.1. SORBA DIJULU, anakna
- Raja Sitempang / Raja Natanggang
- Raja Nabolon
V.1. RAJA SITEMPANG menikah dengan Siboru Portimataniari Boru Ni Raja Oloan , anakna
- Raja Sitanggang (Raja Pangururan)
V.2. Raja Nabolon menikah dengan Boru Limbong anakna:
- Simbolon Tua menikah dengan Boru Limbong
- Tamba Tua menikah dengan Boru Malau
- Saragi Tua menikah dengan Boru Malau
- Munte Tua menikah dengan Boru Nainggolan
VI.2. RAJA SITANGGANG (RAJA PANGURURAN) menikah dengan Siboru Marhite Ombun Br Naibaho, anakna tolu:
- Raja Tanjabau (Panungkunan)
- Raja Pangadatan
- Raja Sigalingging (Pangulu Oloan)
- Siboru Hata Oloan Boru Sitanggang Menikah dengan Namora Jollung Parhusip
- Boru Tatap Nauli boru Sitanggang menikah dengan Malau raja
VII.1. RAJA PANUKKUNAN / (TANJABAU) / Br. Naibaho, anakna dua:
- Raja Sitempang I
- Raja Tinita
VII.2. RAJA PANGADATAN / Br. Nainggolan, anakna tolu:
- Raja Lipan menikah dengan boru Nainggolan (Parhusip)
- Raja Upar menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Huta)
- Raja Silo menikah dengan Boru Nainggolan (Raja Sindar Di Ari)
VII.3. RAJA SIGALINGGING / (PANGULU OLOAN) menikah dengan Martualan Br. Naibaho Sitangkaraen , Rona Tio Br. Malau anakna tolu:
- Mangarissan/Sigorak
- Tinatea/Tambolang
- Namora Pangujian/Parhaliang
VIII.1. RAJA SITEMPANG I / Br. Parhusip, anakna satu:
- Raja Sitempang II (Sitanggang Gusar lahir setelah generasi ke 4 dari Sitempang II) menikah dengan Boru Lumban Siantar , boru Ambarita
- VII. 2. RAJA TINITA / Br. Sinaga, anakna Tolu :
- 1. Raja Hobaon menikah dengan Siulatahi boru rumapea
- 2. Raja Niapul / menikah dengan Boru sinaga
- Ompu Maridom menikah dengan boru Sinaga Uruk
VIII.2. RAJA LIPAN (SITANGGANG LIPAN) / Br. Nainggolan (Parhusip), anakna tolu:
- Ompu Marigom menikah dengan boru Pandiangan
- Ompu Raja Buhit menikah dengan boru Parhusip
- Raja Pangadatan menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)
VIII.3. RAJA UPAR (SITANGGANG UPAR) / br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu:
- Sungkun Barita menikah dengan boru Parhusip
- Raja Manarsir menikah dengan boru Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)
- Guru Mangarerak menikah dengan boruni Nainggolan (Raja Sindar Ni Huta)
VIII.4. RAJA SILO (SITANGGANG SILO) / Br. Nainggolan (Raja Sindar Di Huta), anakna tolu:
- Panggilang Bosi menikah dengan boru Pandiangan , Boru Lumban Siantar
- Sitabi Dalan (RAJA SIMANIHURUK) menikah dengan boru Sihaloho
- Salassap Bosi (RAJA SIDAURUK) menikah dengan boru Sinaga , Boru Purba Sigulang batu
VIII.5.MANGARISSAN (SIGORAK) / br. Naibaho cucunya dari Mpu Bada onom :
- Tendang menikah dengan Boru Naibaho Siahaan
- Banurea menikah dengan BoruNaibaho
- Manik Kecupak menikah dengan Br. Naibaho Sitangkaraen
- Beringin menikah dengan boru Simamora
- Gajah menikah dengan boru Manalu
- Barasa menikah dengan Boru sinaga
VIII.6.TINATEA menikah dengan Boru Naibaho (TAMBOLANG) anaknya Guru Sinalsal menikah dengan Boru Sinaga cucu sada :
- Garingging menikah dengan Boru Sinaga
Referensi
- ^ Buku: Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton Oleh: Bachtiar Sitanggang, SH dan Brigjen Polisi (Purn) Drs. Antonius Sitanggang, SH, MH, Jakarta, 16 Agustus 2020.
- ^ Buku: BIJDRAGE tot de kennis van de stamverwantschap, de inheemsche rechtsgemeenschappen en het grondenrecht der Toba- en Dairibataks Oleh: W. K. H. YPES. 1932.
- ^ Buku: Raja Sitempang Oleh: Kosmen Sitanggang SPd, Medan, 28 April 2007.
- ^ Hasil Seminar Sehari: Tarombo Raja Sitanggang, Punguan Raja Sitanggang Dohot Boruna (Purasitabor) Kota Medan, 2007.
Pranala luar
- Situs resmi Raja Sitempang Diarsipkan 2020-07-31 di Wayback Machine.
[Tarombo Parna: Tulisan Nahum Sidabutar 1976]