Cabai: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Membatalkan suntingan berniat baik oleh I Dewa Made Agung Kertha Nugraha (bicara): Sumbernya? (TW) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{other uses|Cabai (disambiguasi)|}} |
{{other uses|Cabai (disambiguasi)|}} |
||
{{taxobox |
{{taxobox |
||
|name = Cabai |
|||
|name = Cabai (Tumbuhan Nya Warna Merah Kata Jojo Orang Terpintar seisi bumi) |
|||
|image = Chilipeber.jpg |
|image = Chilipeber.jpg |
||
|image_caption = Cabai merah |
|image_caption = Cabai merah |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
Cabai merah besar (''Capsicum annuum'' L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.<ref name="Geografi">Sayuti A. 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.</ref> |
Cabai merah besar (''Capsicum annuum'' L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.<ref name="Geografi">Sayuti A. 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.</ref> |
||
Cabai (''Capsicum annum'' L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi<ref name=" |
Cabai (''Capsicum annum'' L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi<ref name="Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi">Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.</ref> dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu, terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, tetapi harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung. |
||
== Cara penanaman == |
== Cara penanaman == |
||
Baris 28: | Baris 28: | ||
== Permasalahan produksi == |
== Permasalahan produksi == |
||
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah dengan adanya serangan [[lalat buah]] pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal [[panen]].<ref name=" |
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah dengan adanya serangan [[lalat buah]] pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal [[panen]].<ref name="The Pest of Crops in Indonesia">Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.</ref> Laporan [[Departemen Pertanian Republik Indonesia]] tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia akibat hama dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung [[larva]] lalat. Penyebabnya utamanya adalah lalat buah ''[[Bactrocera carambolae]]''. Karena gejala awalnya yang tidak tampak jelas, sementara [[hama]] ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama [[karantina]] yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai. |
||
Selain lalat buah, kutu daun ''Myzus persicae'' ([[Hemiptera]]: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budi daya cabai, karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektisida nabati ekstrak ''Tephrosia vogelii'' dan ''Alpinia galanga''.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58836 Toksisitas Ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga terhadap Myzus persicae pada Tanaman Cabai]</ref> |
Selain lalat buah, kutu daun ''Myzus persicae'' ([[Hemiptera]]: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budi daya cabai, karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektisida nabati ekstrak ''Tephrosia vogelii'' dan ''Alpinia galanga''.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58836 Toksisitas Ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga terhadap Myzus persicae pada Tanaman Cabai]</ref> |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
=== Upaya penanggulangan hama === |
=== Upaya penanggulangan hama === |
||
Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis dan efektif untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga sangat berbahaya bagi [[konsumen]]. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi ''Tephrosia vogelii'', jeruk purut ''[[Citrus × hystrix|Citrus]]'' [[Citrus × hystrix|x ''hystrix'']], serai wangi ''Cymbopogon citratus'' efektif sebagai penolak lalat buah.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.]</ref> |
Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis dan efektif untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga sangat berbahaya bagi [[konsumen]]. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi ''Tephrosia vogelii'', jeruk purut ''[[Citrus × hystrix|Citrus]]'' [[Citrus × hystrix|x ''hystrix'']], serai wangi ''Cymbopogon citratus'' efektif sebagai penolak lalat buah.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.]</ref> |
||
[[Berkas:1. Tanaman Cabai Besar Hijau.jpg|jmpl|tanaman cabai]] |
|||
Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan [[residu]] yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Di samping harga [[insektisida]] sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan [[ekspor]] oleh banyak negara, tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu [[fungisida]] dan [[pestisida]] lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3—5%, dan Agrothion (Pracaya 1991). |
Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan [[residu]] yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Di samping harga [[insektisida]] sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan [[ekspor]] oleh banyak negara, tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu [[fungisida]] dan [[pestisida]] lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3—5%, dan Agrothion (Pracaya 1991). |
Revisi per 22 April 2024 11.57
Cabai | |
---|---|
Cabai merah | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Ordo: | Solanales
|
Famili: | Solanaceae
|
Genus: | Capsicum
|
Cabai adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana pemanfaatannya. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa untuk makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih kesembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.
Manfaat cabai
Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.[1]
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi[2] dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu, terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, tetapi harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.
Cara penanaman
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam pada dataran rendah ataupun dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak asiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.
Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5—6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret—April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun kemungkinan memiliki risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya. Untuk areal satu hektare dibutuhkan sekitar dua sampai tiga kg buah cabai (300—500 gr biji).
Permasalahan produksi
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah dengan adanya serangan lalat buah pada buah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen.[3] Laporan Departemen Pertanian Republik Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia akibat hama dapat mencapai 35%. Buah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya utamanya adalah lalat buah Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tidak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan maupun pada produksi cabai.
Selain lalat buah, kutu daun Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budi daya cabai, karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektisida nabati ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga.[4]
Upaya penanggulangan hama
Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis dan efektif untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi Tephrosia vogelii, jeruk purut Citrus x hystrix, serai wangi Cymbopogon citratus efektif sebagai penolak lalat buah.[5]
Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Di samping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara, tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3—5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).
Kegunaan
Cabai adalah buah pokok di Bhutan. Orang Bhutan menyebut tanaman ini ema (dalam Dzongkha) atau solo (dalam Sharchop). Ema datshi seluruhnya terbuat dari cabai yang dicampur dengan keju lokal.
Referensi
- ^ Sayuti A. 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- ^ Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
- ^ Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
- ^ Toksisitas Ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga terhadap Myzus persicae pada Tanaman Cabai
- ^ Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.
Lihat pula
Pranala luar
- (Inggris) Petunjuk bercocok tanam cabai Diarsipkan 2009-02-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Sejarah dan manfaat cabai Diarsipkan 2005-02-20 di Wayback Machine.
- (Inggris) Tentang cabai di situs web New Mexico State University Diarsipkan 2016-11-20 di Wayback Machine.
- (Inggris) Basis data varietas cabai Diarsipkan 2007-04-15 di Wayback Machine.