Lompat ke isi

Pulau Weh: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 5°49′N 95°17′E / 5.82°N 95.28°E / 5.82; 95.28
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Esther Rossini (bicara | kontrib)
Image suggestions feature: 1 image added.
 
(24 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Mountain
{{Infobox mountain
| name = Pulau Weh
| name = Pulau Weh
| photo = Weh Island.png
| photo = Weh Island.png
Baris 16: Baris 16:
| first ascent =
| first ascent =
| easiest route =
| easiest route =
|map=Indonesia Sumatra#Indonesia}}

{{Infobox islands
| name = Pulau Weh
| native_name = {{lang|ace|Pulo Wèh}}
| location = [[Laut Andaman]]
| coordinates =
| archipelago = [[Kepulauan Melayu]]
| area_km2 = 120.67<ref>{{Cite web|last=Sabang|first=Pemerintah Kota|title=Geografis|url=http://www.sabangkota.go.id/halaman/geografis|access-date=2020-07-03|website=www.sabangkota.go.id|language=en}}</ref>
| highest_mount = Mount Cot Kulam <ref>{{Cite web|title=Pulau Weh - Cot Kulam {{!}} Gunung Bagging|url=https://www.gunungbagging.com/pulau-weh/|access-date=2020-07-03|language=en-US}}</ref>
| elevation_m = 630
| Country_heading =
| country = {{flag|Indonesia}}
| country_admin_divisions_title = Wilayah
| country_admin_divisions = [[Sumatra]]
| country_admin_divisions_title_1 = Provinsi
| country_admin_divisions_1 = {{flag|Aceh}}
| country_admin_divisions_title_2 = Kota
| country_admin_divisions_2 = [[Kota Sabang]]
| population = 32.191
| population_as_of = 2010
| density_km2 = 264
| ethnic_groups = [[Suku Aceh|Aceh]]
}}
}}


'''Pulau Weh''' '''([[Abjad Jawi|Aksara Jawoë]] : ڤولاو ويه)''' adalah [[pulau]] [[gunung api|vulkanik]] kecil yang terletak di barat laut Pulau [[Sumatra]]. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman [[Pleistosen]]. Pulau ini terletak di [[Laut Andaman]]. Kota terbesar di Pulau Weh, [[Sabang]], adalah kota yang terletak paling barat di [[Indonesia]].
'''Pulau Weh''' (atau '''We''') atau dikenal juga dengan '''Pulau Sabang''' adalah [[pulau]] [[gunung api|vulkanik]] kecil yang terletak di barat laut Pulau [[Sumatra]]. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman [[Pleistosen]]. Pulau ini terletak di [[Laut Andaman]]. Kota terbesar di Pulau Weh, [[Sabang]], adalah kota yang terletak paling barat di [[Indonesia]].


Pulau ini terkenal dengan ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60&nbsp;km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. [[Hiu bermulut besar]] dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, ''[[Bufo valhallae]]'' (genus ''[[Bufo]]''). [[Terumbu karang]] di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan.
Pulau ini terkenal dengan ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60&nbsp;km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. [[Hiu bermulut besar]] dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, ''[[Bufo valhallae]]'' (genus ''[[Bufo]]''). [[Terumbu karang]] di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan.
Baris 28: Baris 51:
Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling utara dari Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 120,7&nbsp;km², tetapi memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah [[gunung berapi]] [[fumarol]]ik dengan tinggi 617 meter (2024 kaki). Letusan terakhir gunung ini diperkirakan terjadi pada zaman [[Pleistosen]]. Sebagai akibat dari letusan ini, sebagian dari gunung ini hancur, terisi dengan laut dan terbentuklah pulau yang terpisah.
Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling utara dari Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 120,7&nbsp;km², tetapi memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah [[gunung berapi]] [[fumarol]]ik dengan tinggi 617 meter (2024 kaki). Letusan terakhir gunung ini diperkirakan terjadi pada zaman [[Pleistosen]]. Sebagai akibat dari letusan ini, sebagian dari gunung ini hancur, terisi dengan laut dan terbentuklah pulau yang terpisah.


Di kedalaman sembilan meter (29,5 kaki) dekat dari kota Sabang, fumarol bawah laut muncul dari dasar laut.<ref>{{cite web|title=Pulau Weh Volcano, Indonesia|publisher=John Seach, an Australian volcanologist|url=http://www.volcano.com.au/pulauweh.htm|accessdate=2006-11-23}}</ref> [[Kerucut vulkanik]] dapat ditemui di hutan. Terdapat 3 daerah [[solfatara]]: satu terletak 750 meter bagian tenggara dari puncak dan yang lainnya terletak 5&nbsp;km dan 11,5&nbsp;km bagian barat laut dari puncak di pantai barat teluk Lhok Perialakot.
Di kedalaman sembilan meter (29,5 kaki) dekat dari kota Sabang, fumarol bawah laut muncul dari dasar laut.<ref>{{cite web|title=Pulau Weh Volcano, Indonesia|publisher=John Seach, an Australian volcanologist|url=http://www.volcano.com.au/pulauweh.htm|accessdate=2006-11-23|archive-date=2006-08-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20060820155158/http://www.volcano.com.au/pulauweh.htm|dead-url=yes}}</ref> [[Kerucut vulkanik]] dapat ditemui di hutan. Terdapat 3 daerah [[solfatara]]: satu terletak 750 meter bagian tenggara dari puncak dan yang lainnya terletak 5&nbsp;km dan 11,5&nbsp;km bagian barat laut dari puncak di pantai barat teluk Lhok Perialakot.


Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: [[Pulau Klah|Klah]], [[Pulau Rubiah|Rubiah]], [[Pulau Seulako|Seulako]], dan [[Pulau Rondo|Rondo]]. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena [[terumbu karang]]nya. Rubiah menjadi tempat persinggahan warga [[Muslim]] [[Indonesia]] yang melaksanakan [[haji|haji laut]] untuk sebelum dan setelah ke [[Mekkah]].<ref>{{cite web|title=Weh Island, a piece of land from heaven|url=http://kepulauan.inet.web.id/sabang/|accessdate=2006-11-30|publisher=Kantor Pariwisata Aceh}}</ref>
Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: [[Pulau Klah|Klah]], [[Pulau Rubiah|Rubiah]], [[Pulau Seulako|Seulako]], dan [[Pulau Rondo|Rondo]]. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena [[terumbu karang]]nya. Rubiah menjadi tempat persinggahan warga [[Muslim]] [[Indonesia]] yang melaksanakan [[haji|haji laut]] untuk sebelum dan setelah ke [[Mekkah]].<ref>{{cite web|title=Weh Island, a piece of land from heaven|url=http://kepulauan.inet.web.id/sabang/|accessdate=2006-11-30|publisher=Kantor Pariwisata Aceh|archive-date=2013-01-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20130113111542/http://kepulauan.inet.web.id/sabang/|dead-url=yes}}</ref>


== Penduduk ==
== Penduduk ==
[[Berkas:Balohan Sea Port from the hill of east side of Weh Island, Sabang. Aceh.jpg|jmpl|Pelabuhan Laut Balohan dari perbukitan sisi timur Pulau Weh,]]
Pulau Weh merupakan bagian dari provinsi [[Aceh]]. Sensus tahun 1993 menunjukan terdapat 24.700 penduduk di pulau ini.<ref name="Allen2002">{{cite journal|title=Coral Reef Fish Assessment in the 'Coral Triangle' of Southeastern Asia|journal= Environmental Biology of Fishes| last=G.R.| coauthors=Werner,T.B.| volume=65|issue=2|date=2002|pages=209–214|doi=10.1023/A:1020093012502}}</ref> Mayoritas dari populasi tersebut adalah [[suku Aceh]] dan sisanya [[Minangkabau]], [[Orang Jawa|Jawa]], [[Batak]], dan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]].<ref name="WehEconomy">{{cite web|title=The people of Weh Island|publisher=Kantor Pariwisata Aceh|url=http://kepulauan.inet.web.id/sabang/theyare.html|accessdate=2006-11-30}}</ref> Tidak diketahui kapan pulau ini pertama kali dihuni. [[Islam]] adalah agama utama, karena Aceh adalah provinsi khusus yang menetapkan hukum [[Syariah]]. Namun, terdapat beberapa orang [[Kristen]] dan [[Buddha]] di pulau ini. Mereka kebanyakan bersuku Jawa, Batak, dan Tionghoa.
Pulau Weh merupakan bagian dari provinsi [[Aceh]]. Sensus tahun 1993 menunjukan terdapat 24.700 penduduk di pulau ini.<ref name="Allen2002">{{cite journal|title=Coral Reef Fish Assessment in the 'Coral Triangle' of Southeastern Asia|url=https://archive.org/details/sim_environmental-biology-of-fishes_2002-10_65_2/page/209|journal= Environmental Biology of Fishes| last=G.R.| coauthors=Werner,T.B.| volume=65|issue=2|date=2002|pages=209–214|doi=10.1023/A:1020093012502}}</ref> Mayoritas dari populasi tersebut adalah [[suku Aceh]] dan sisanya [[Minangkabau]], [[Orang Jawa|Jawa]], [[Batak]], dan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]].<ref name="WehEconomy">{{cite web|title=The people of Weh Island|publisher=Kantor Pariwisata Aceh|url=http://kepulauan.inet.web.id/sabang/theyare.html|accessdate=2006-11-30|archive-date=2006-11-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20061128163824/http://kepulauan.inet.web.id/sabang/theyare.html|dead-url=yes}}</ref> Tidak diketahui kapan pulau ini pertama kali dihuni. [[Islam]] adalah agama utama, karena Aceh adalah provinsi khusus yang menetapkan hukum [[Syariah]]. Namun, terdapat beberapa orang [[Kristen]] dan [[Buddha]] di pulau ini. Mereka kebanyakan bersuku Jawa, Batak, dan Tionghoa.


Pada tanggal [[26 Desember]] [[2004]] gempa bawah laut yang besar (9 [[skala Richter]]) terjadi di Laut Andaman. [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|Gempa ini]] memicu terjadinya serangkaian [[tsunami]] yang menewaskan sedikitnya 130.000 orang di Indonesia.<ref>{{cite press release|url=http://www.tsunamispecialenvoy.org/country/humantoll.asp|publisher=UN Office of the Special Envoy for Tsunami Recovery|accessdate=2006-11-23|title=The Human Toll}}</ref> Pengaruh terhadap pulau Weh relatif kecil,<ref>{{cite news|publisher=Indonesia Relief|title=Waves of Mercy Says Goodbye to Pulau Weh|accessdate=2006-11-23|date=11 June 2005|url=http://www.indonesia-relief.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=23&artid=1132}}</ref> tetapi tidak diketahui berapa banyak penduduk dari pulau itu yang tewas akibat gempa tersebut.
Pada tanggal [[26 Desember]] [[2004]] gempa bawah laut yang besar (9 [[skala Richter]]) terjadi di Laut Andaman. [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|Gempa ini]] memicu terjadinya serangkaian [[tsunami]] yang menewaskan sedikitnya 130.000 orang di Indonesia.<ref>{{cite press release|url=http://www.tsunamispecialenvoy.org/country/humantoll.asp|publisher=UN Office of the Special Envoy for Tsunami Recovery|accessdate=2006-11-23|title=The Human Toll}}</ref> Pengaruh terhadap pulau Weh relatif kecil,<ref>{{cite news|publisher=Indonesia Relief|title=Waves of Mercy Says Goodbye to Pulau Weh|accessdate=2006-11-23|date=11 June 2005|url=http://www.indonesia-relief.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=23&artid=1132|archive-date=2006-10-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20061004202144/http://www.indonesia-relief.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=23&artid=1132|dead-url=yes}}</ref> tetapi tidak diketahui berapa banyak penduduk dari pulau itu yang tewas akibat gempa tersebut.


== Ekonomi ==
== Ekonomi ==
Baris 46: Baris 70:
Sebelum [[terusan Suez]] dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dicapai melalui [[Selat Sunda]] dari [[Afrika]]. Dari terusan Suez, jalur ke Indonesia lebih pendek melalui Selat Malaka. Karena kealamian pelabuhan dengan air yang dalam dan dilindungi dengan baik, pemerintah [[Hindia Belanda]] memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga.
Sebelum [[terusan Suez]] dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dicapai melalui [[Selat Sunda]] dari [[Afrika]]. Dari terusan Suez, jalur ke Indonesia lebih pendek melalui Selat Malaka. Karena kealamian pelabuhan dengan air yang dalam dan dilindungi dengan baik, pemerintah [[Hindia Belanda]] memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga.


Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh.<ref name="ABN">{{cite web|title=Sabang|publisher=[[ABN AMRO]]|work=ABN AMRO History|url=http://www.abnamro.com/com/about/history/themes/history/sabang.jsp|accessdate=2006-11-30}}</ref> Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan [[batubara]] untuk [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]], tetapi kemudian juga mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor dari Sumatra utara.
Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh.<ref name="ABN">{{cite web|title=Sabang|publisher=[[ABN AMRO]]|work=ABN AMRO History|url=http://www.abnamro.com/com/about/history/themes/history/sabang.jsp|accessdate=2006-11-30}}</ref> Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan [[batubara]] untuk [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]], tetapi kemudian juga mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor dari Sumatera Utara.


Setiap tahunnya, 50.000 kapal melewati Selat Malaka.<ref>{{cite news|publisher=[[International Maritime Organization]]|url=http://www.imo.org/Circulars/mainframe.asp?topic_id=848&doc_id=4466|accessdate=2006-11-24|title=IMO to take Straits initiative}}</ref> Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyatakan Sabang sebagai Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk mendapatkan keuntungan dengan mendirikan pelabuhan tersebut sebagai pusat logistik untuk kapal luar negeri yang melewati selat itu.<ref>{{cite press release|url=http://www.dprin.go.id/regulasi/english/2000/09/pp2-0109.htm|title=Free Trade Zone and Free Port of Sabang|publisher=Government of Indonesia|date=1 September 2000|accessdate=2006-11-30}}</ref> Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang dan fasilitas untuk mengisi bahan bakar sedang dikembangkan.
Setiap tahunnya, 50.000 kapal melewati Selat Malaka.<ref>{{cite news|publisher=[[International Maritime Organization]]|url=http://www.imo.org/Circulars/mainframe.asp?topic_id=848&doc_id=4466|accessdate=2006-11-24|title=IMO to take Straits initiative|archive-date=2007-09-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20070926233729/http://www.imo.org/Circulars/mainframe.asp?topic_id=848&doc_id=4466|dead-url=yes}}</ref> Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyatakan Sabang sebagai Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk mendapatkan keuntungan dengan mendirikan pelabuhan tersebut sebagai pusat logistik untuk kapal luar negeri yang melewati selat itu.<ref>{{cite press release|url=http://www.dprin.go.id/regulasi/english/2000/09/pp2-0109.htm|title=Free Trade Zone and Free Port of Sabang|publisher=Government of Indonesia|date=1 September 2000|accessdate=2006-11-30}} {{Cite web |url=http://www.dprin.go.id/regulasi/english/2000/09/pp2-0109.htm |title=Salinan arsip |access-date=2008-06-17 |archive-date=2006-01-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060125084812/http://www.dprin.go.id/regulasi/english/2000/09/pp2-0109.htm |dead-url=yes }}</ref> Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang dan fasilitas untuk mengisi bahan bakar sedang dikembangkan.


Pulau Weh juga terkenal dengan [[ekoturisme]]nya. Menyelam, mendaki gunung berapi dan resor pantai adalah daya tarik utama dari pulau ini. Desa kecil Iboih, dikenal sebagai lokasi untuk berenang di bawah laut. Beberapa meter dari Iboih adalah Rubiah, yang dikenal dengan terumbu karangnya.<ref>{{cite web|url=http://www.asiadivesite.com/indonesia-dive-sites/sumatra/pulau-weh.php|title=Pulau Weh|publisher=Asia Dive Site|accessdate=2006-11-21}}</ref>
Pulau Weh juga terkenal dengan [[ekoturisme]]nya. Menyelam, mendaki gunung berapi dan resor pantai adalah daya tarik utama dari pulau ini. Desa kecil Iboih, dikenal sebagai lokasi untuk berenang di bawah laut. Beberapa meter dari Iboih adalah Rubiah, yang dikenal dengan terumbu karangnya.<ref>{{cite web|url=http://www.asiadivesite.com/indonesia-dive-sites/sumatra/pulau-weh.php|title=Pulau Weh|publisher=Asia Dive Site|accessdate=2006-11-21|archive-date=2017-10-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20171010031230/http://www.asiadivesite.com/indonesia-dive-sites/sumatra/pulau-weh.php|dead-url=yes}}</ref>


== Ekosistem ==
== Ekosistem ==
Baris 56: Baris 80:


[[Berkas:2004_indian_ocean_earthquake_details.png|jmpl|ka|200px|Gempa bumi di sekitar Aceh dan Laut Andaman tahun 2004]]
[[Berkas:2004_indian_ocean_earthquake_details.png|jmpl|ka|200px|Gempa bumi di sekitar Aceh dan Laut Andaman tahun 2004]]
Pada 13 Maret 2004, spesimen langka dan tidak biasa dari spesies [[hiu bermulut besar]], terdampar di pantai Gapang.<ref name="White2004">{{cite journal|title=A Juvenile Megamouth Shark ''Megachasma Pelagios'' (Lamniformes: Megachasmidae) From Northern Sumatra, Indonesia|last=White|first=W.T.|coauthors=Fahmi,M.A., Sumadhiharga,K.|journal=The Raffles Bulletin of Zoology| date=2004| url=http://rmbr.nus.edu.sg/rbz/biblio/52/52rbz603-607.pdf| volume=52| issue=2|pages=603–607}}</ref> Hiu bermulut besar memiliki mulut besar yang khas, hidung yang sangat pendek dan lebar. Spesimen tersebut merupakan penemuan yang ke-21<ref name="White2004"/> (beberapa mengatakan ke-23<ref name="FLMNH">{{cite news|url=http://www.flmnh.ufl.edu/fish/sharks/megamouth/Mega21.html|title=Megamouth Shark #23 Washes Up in Sumatra, Indonesia|date=13 March 2004|accessdate=2006-11-21|publisher=[[Museum Sejarah Alam Florida]]}}</ref>) dari spesiesnya sejak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berukuran panjang 1,7 meter (5,58 kaki) dan memiliki berat 13,82&nbsp;kg (30,5 pon) yang membeku dikirim ke [[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]] (LIPI) untuk penelitian lebih lanjut. Sampai tahun 2006, hanya terdapat 36 penemuan hiu bermulut besar di [[Samudra Pasifik]], [[Samudra Hindia|Hindia]], dan [[Samudra Atlantik|Atlantik]].<ref>{{cite web|url=http://www.flmnh.ufl.edu/fish/Sharks/Megamouth/tablemega.htm|title=Distribution Table of Confirmed Megamouth Shark Sightings|accessdate=2006-11-21|publisher=[[Museum Sejarah Alam Florida]]}}</ref>
Pada 13 Maret 2004, spesimen langka dan tidak biasa dari spesies [[hiu bermulut besar]], terdampar di pantai Gapang.<ref name="White2004">{{cite journal|title=A Juvenile Megamouth Shark ''Megachasma Pelagios'' (Lamniformes: Megachasmidae) From Northern Sumatra, Indonesia|last=White|first=W.T.|coauthors=Fahmi,M.A., Sumadhiharga,K.|journal=The Raffles Bulletin of Zoology|date=2004|url=http://rmbr.nus.edu.sg/rbz/biblio/52/52rbz603-607.pdf|volume=52|issue=2|pages=603–607|access-date=2008-06-17|archive-date=2007-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20070618013457/http://rmbr.nus.edu.sg/rbz/biblio/52/52rbz603-607.pdf|dead-url=yes}}</ref> Hiu bermulut besar memiliki mulut besar yang khas, hidung yang sangat pendek dan lebar. Spesimen tersebut merupakan penemuan yang ke-21<ref name="White2004"/> (beberapa mengatakan ke-23<ref name="FLMNH">{{cite news|url=http://www.flmnh.ufl.edu/fish/sharks/megamouth/Mega21.html|title=Megamouth Shark #23 Washes Up in Sumatra, Indonesia|date=13 March 2004|accessdate=2006-11-21|publisher=[[Museum Sejarah Alam Florida]]}}</ref>) dari spesiesnya sejak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berukuran panjang 1,7 meter (5,58 kaki) dan memiliki berat 13,82&nbsp;kg (30,5 pon) yang membeku dikirim ke [[Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]] (LIPI) untuk penelitian lebih lanjut. Sampai tahun 2006, hanya terdapat 36 penemuan hiu bermulut besar di [[Samudra Pasifik]], [[Samudra Hindia|Hindia]], dan [[Samudra Atlantik|Atlantik]].<ref>{{cite web|url=http://www.flmnh.ufl.edu/fish/Sharks/Megamouth/tablemega.htm|title=Distribution Table of Confirmed Megamouth Shark Sightings|accessdate=2006-11-21|publisher=[[Museum Sejarah Alam Florida]]}}</ref>


Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 memengaruhi ekosistem di pulau tersebut.<ref>{{cite news|publisher=[[USGS]]|accessdate=2006-11-23|url=http://walrus.wr.usgs.gov/news/reports.html|title=USGS Scientists in Sumatra Studying Recent Tsunamis: Leg 2 Reports, 12 April to 30 April 2005}}</ref> Di desa Iboih, petak tanaman [[bakau]] yang besar hancur. Puing dari daratan ditumpuk di karang-karang sekitarnya sebagai akibat tsunami. Pada tahun 2005, sekitar 14.400 bibit bakau ditanam kembali untuk menyelamatkan hutan bakau tersebut.<ref>{{cite news|publisher=[[Seacology]]|date=9 July 2005|accessdate=2006-11-23|title=Seacology News|url=http://www.seacology.org/news/display.cfm?id=167}}</ref>
Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 memengaruhi ekosistem di pulau tersebut.<ref>{{cite news|publisher=[[USGS]]|accessdate=2006-11-23|url=http://walrus.wr.usgs.gov/news/reports.html|title=USGS Scientists in Sumatra Studying Recent Tsunamis: Leg 2 Reports, 12 April to 30 April 2005}}</ref> Di desa Iboih, petak tanaman [[bakau]] yang besar hancur. Puing dari daratan ditumpuk di karang-karang sekitarnya sebagai akibat tsunami. Pada tahun 2005, sekitar 14.400 bibit bakau ditanam kembali untuk menyelamatkan hutan bakau tersebut.<ref>{{cite news|publisher=[[Seacology]]|date=9 July 2005|accessdate=2006-11-23|title=Seacology News|url=http://www.seacology.org/news/display.cfm?id=167|archive-date=2007-10-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20071006130536/http://www.seacology.org/news/display.cfm?id=167|dead-url=yes}}</ref>


Selain daripada ekosistem bawah laut, pulau Weh merupakan satu-satunya habitat dari spesies katak yang terancam, bernama ''[[Bufo valhallae]]'' (genus "[[Bufo]]").<ref>{{cite web|publisher=[[IUCN]]|title=Bufo Valhallae|accessdate=2006-11-23|url=http://www.iucnredlist.org/search/details.php/54788/all|work=[[IUCN Red List|IUCN Red List of Threatened Species]]}}</ref> Spesies ini hanya dapat diketahui dari ilustrasi dari pulau ini. Karena [[penggundulan]] hutan di pulau Weh, jumlah populasi dari spesies tersebut tidak dapat dipastikan.
Selain daripada ekosistem bawah laut, pulau Weh merupakan satu-satunya habitat dari spesies katak yang terancam, bernama ''[[Bufo valhallae]]'' (genus "[[Bufo]]").<ref>{{cite web|publisher=[[IUCN]]|title=Bufo Valhallae|accessdate=2006-11-23|url=http://www.iucnredlist.org/search/details.php/54788/all|work=[[IUCN Red List|IUCN Red List of Threatened Species]]}}{{Pranala mati|date=Oktober 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Spesies ini hanya dapat diketahui dari ilustrasi dari pulau ini. Karena [[penggundulan]] hutan di pulau Weh, jumlah populasi dari spesies tersebut tidak dapat dipastikan.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 72: Baris 96:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://sabangkota.go.id/ Situs resmi pemerintah Kota Sabang]
* {{id}} [http://sabangkota.go.id/ Situs resmi pemerintah Kota Sabang]
* {{id}} [http://kepulauan.inet.web.id/sabang/ Situs informasi kepulauan]
* {{id}} [http://kepulauan.inet.web.id/sabang/ Situs informasi kepulauan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130113111542/http://kepulauan.inet.web.id/sabang/ |date=2013-01-13 }}
* {{en}} [http://pulauwehsabang.com/ Informasi pariwisata di Pulau Weh]
* {{en}} [http://pulauwehsabang.com/ Informasi pariwisata di Pulau Weh] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080908045324/http://www.pulauwehsabang.com/ |date=2008-09-08 }}
* {{en}} [http://pulauweh.org/ A traveler's guide to Pulau Weh]
* {{en}} [http://pulauweh.org/ A traveler's guide to Pulau Weh] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141218010147/http://pulauweh.org/ |date=2014-12-18 }}
* {{en}} [http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=060101=A/ situs vulkanik dunia]
* {{en}} [http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=060101=A/ situs vulkanik dunia]


Baris 82: Baris 106:
[[Kategori:Lokasi selam di Indonesia]]
[[Kategori:Lokasi selam di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung berapi kerucut]]
[[Kategori:Gunung berapi kerucut]]
[[Kategori:Gunung berapi di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung berapi di Aceh]]
[[Kategori:Gunung berapi di Aceh]]
[[Kategori:Gunung di Indonesia]]
[[Kategori:Bukit Barisan]]
[[Kategori:Bukit Barisan]]
{{Pulau di Aceh}}

Revisi terkini sejak 24 April 2024 06.38

Pulau Weh
Peta Pulau Weh
Titik tertinggi
Ketinggian617 m (2.024 ft)[1]
Masuk dalam daftarSpesial Ribu
Koordinat5°49′N 95°17′E / 5.82°N 95.28°E / 5.82; 95.28
Geografi
Pulau Weh di Sumatra
Pulau Weh
Pulau Weh
Barat daya pulau Sumatra, Indonesia
Pulau Weh di Indonesia
Pulau Weh
Pulau Weh
Pulau Weh (Indonesia)
Geologi
Jenis gunungStratovolcano
Letusan terakhirPleistosen
Pulau Weh
Nama lokal:
Pulo Wèh
Geografi
LokasiLaut Andaman
KepulauanKepulauan Melayu
Luas120.67[2] km2
Titik tertinggiMount Cot Kulam [3] (630 m)
Pemerintahan
Negara Indonesia
WilayahSumatra
Provinsi Aceh
KotaKota Sabang
Kependudukan
Penduduk32.191 jiwa (2010)
Kepadatan264 jiwa/km2
Kelompok etnikAceh
Peta

Pulau Weh (atau We) atau dikenal juga dengan Pulau Sabang adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat laut Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Laut Andaman. Kota terbesar di Pulau Weh, Sabang, adalah kota yang terletak paling barat di Indonesia.

Pulau ini terkenal dengan ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60 km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. Hiu bermulut besar dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, Bufo valhallae (genus Bufo). Terumbu karang di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan.

Pemandangan ke arah Danau Aneuklaot di atas Sabang, Pulau Weh. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.

Pulau Weh terletak di Laut Andaman, tempat 2 kelompok kepulauan, yaitu Kepulauan Nikobar dan Kepulauan Andaman, tersebar dalam satu garis dari Sumatra sampai lempeng Burma. Laut Andaman terletak di lempeng tektonik kecil yang aktif. Sistem sesar yang kompleks dan kepulauan busur vulkanik telah terbentuk di sepanjang laut oleh pergerakan lempeng tektonik.[4]

Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling utara dari Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 120,7 km², tetapi memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah gunung berapi fumarolik dengan tinggi 617 meter (2024 kaki). Letusan terakhir gunung ini diperkirakan terjadi pada zaman Pleistosen. Sebagai akibat dari letusan ini, sebagian dari gunung ini hancur, terisi dengan laut dan terbentuklah pulau yang terpisah.

Di kedalaman sembilan meter (29,5 kaki) dekat dari kota Sabang, fumarol bawah laut muncul dari dasar laut.[5] Kerucut vulkanik dapat ditemui di hutan. Terdapat 3 daerah solfatara: satu terletak 750 meter bagian tenggara dari puncak dan yang lainnya terletak 5 km dan 11,5 km bagian barat laut dari puncak di pantai barat teluk Lhok Perialakot.

Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: Klah, Rubiah, Seulako, dan Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena terumbu karangnya. Rubiah menjadi tempat persinggahan warga Muslim Indonesia yang melaksanakan haji laut untuk sebelum dan setelah ke Mekkah.[6]

Pelabuhan Laut Balohan dari perbukitan sisi timur Pulau Weh,

Pulau Weh merupakan bagian dari provinsi Aceh. Sensus tahun 1993 menunjukan terdapat 24.700 penduduk di pulau ini.[7] Mayoritas dari populasi tersebut adalah suku Aceh dan sisanya Minangkabau, Jawa, Batak, dan Tionghoa.[8] Tidak diketahui kapan pulau ini pertama kali dihuni. Islam adalah agama utama, karena Aceh adalah provinsi khusus yang menetapkan hukum Syariah. Namun, terdapat beberapa orang Kristen dan Buddha di pulau ini. Mereka kebanyakan bersuku Jawa, Batak, dan Tionghoa.

Pada tanggal 26 Desember 2004 gempa bawah laut yang besar (9 skala Richter) terjadi di Laut Andaman. Gempa ini memicu terjadinya serangkaian tsunami yang menewaskan sedikitnya 130.000 orang di Indonesia.[9] Pengaruh terhadap pulau Weh relatif kecil,[10] tetapi tidak diketahui berapa banyak penduduk dari pulau itu yang tewas akibat gempa tersebut.

Lukisan pelabuhan Sabang tahun 1910.

Perekonomian Pulau Weh sebagian besar didominasi oleh agrikultur. Hasil utamanya adalah cengkih dan kelapa.[8] Tempat pembiakan ikan berskala kecil berada di wilayah tersebut, dan nelayan secara besar-besaran menggunakan peledak dan sianida dalam memancing. Oleh sebab itu, semenjak tahun 1982, suaka alam dibentuk oleh pemerintah Indonesia yang termasuk 34 km² di daratan dan 26 km² di sekitar lautan.[7]

Dua kota utama di pulau ini adalah Sabang dan Balohan. Balohan adalah pelabuhan kapal feri yang bertugas sebagai penghubung antara pulau Weh dan Banda Aceh di daratan Sumatra. Sabang merupakan dermaga penting semenjak akhir abad ke-19, karena kota ini merupakan pintu masuk ke selat Malaka.

SS Sumatra berlabuh di Sabang tahun 1895

Sebelum terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dicapai melalui Selat Sunda dari Afrika. Dari terusan Suez, jalur ke Indonesia lebih pendek melalui Selat Malaka. Karena kealamian pelabuhan dengan air yang dalam dan dilindungi dengan baik, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga.

Pada tahun 1883, dermaga Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh.[11] Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, tetapi kemudian juga mengikutsertakan kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor dari Sumatera Utara.

Setiap tahunnya, 50.000 kapal melewati Selat Malaka.[12] Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyatakan Sabang sebagai Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk mendapatkan keuntungan dengan mendirikan pelabuhan tersebut sebagai pusat logistik untuk kapal luar negeri yang melewati selat itu.[13] Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang dan fasilitas untuk mengisi bahan bakar sedang dikembangkan.

Pulau Weh juga terkenal dengan ekoturismenya. Menyelam, mendaki gunung berapi dan resor pantai adalah daya tarik utama dari pulau ini. Desa kecil Iboih, dikenal sebagai lokasi untuk berenang di bawah laut. Beberapa meter dari Iboih adalah Rubiah, yang dikenal dengan terumbu karangnya.[14]

Ekosistem

[sunting | sunting sumber]

Selama tahun 1997-1999, Conservation International melakukan survei terhadap terumbu karang di wilayah tersebut.[7] Menurut survei, keanekaragaman terumbu relatif sedikit, tetapi keanekaragaman spesies ikan sangat besar. Beberapa spesies ditemukan selama survey termasuk di antaranya Pogonoperca ocellata, Chaetodon gardneri, Chaetodon xanthocephalus, Centropyge flavipectoralis, Genicanthus caudovittatus, Halichoeres cosmetus, Stethojulis albovittatus, Scarus enneacanthus, Scarus scaber dan Zebrasoma desjardinii.[7]

Gempa bumi di sekitar Aceh dan Laut Andaman tahun 2004

Pada 13 Maret 2004, spesimen langka dan tidak biasa dari spesies hiu bermulut besar, terdampar di pantai Gapang.[15] Hiu bermulut besar memiliki mulut besar yang khas, hidung yang sangat pendek dan lebar. Spesimen tersebut merupakan penemuan yang ke-21[15] (beberapa mengatakan ke-23[16]) dari spesiesnya sejak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berukuran panjang 1,7 meter (5,58 kaki) dan memiliki berat 13,82 kg (30,5 pon) yang membeku dikirim ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk penelitian lebih lanjut. Sampai tahun 2006, hanya terdapat 36 penemuan hiu bermulut besar di Samudra Pasifik, Hindia, dan Atlantik.[17]

Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 memengaruhi ekosistem di pulau tersebut.[18] Di desa Iboih, petak tanaman bakau yang besar hancur. Puing dari daratan ditumpuk di karang-karang sekitarnya sebagai akibat tsunami. Pada tahun 2005, sekitar 14.400 bibit bakau ditanam kembali untuk menyelamatkan hutan bakau tersebut.[19]

Selain daripada ekosistem bawah laut, pulau Weh merupakan satu-satunya habitat dari spesies katak yang terancam, bernama Bufo valhallae (genus "Bufo").[20] Spesies ini hanya dapat diketahui dari ilustrasi dari pulau ini. Karena penggundulan hutan di pulau Weh, jumlah populasi dari spesies tersebut tidak dapat dipastikan.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pulau Weh". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-11-16. 
  2. ^ Sabang, Pemerintah Kota. "Geografis". www.sabangkota.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-03. 
  3. ^ "Pulau Weh - Cot Kulam | Gunung Bagging" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-03. 
  4. ^ Curray, J.R. (2005). "Tectonics and history of the Andaman Sea region". Journal of Asian Earth Sciences. 25 (1): 187–232. doi:10.1016/j.jseaes.2004.09.001. 
  5. ^ "Pulau Weh Volcano, Indonesia". John Seach, an Australian volcanologist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-20. Diakses tanggal 2006-11-23. 
  6. ^ "Weh Island, a piece of land from heaven". Kantor Pariwisata Aceh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-13. Diakses tanggal 2006-11-30. 
  7. ^ a b c d G.R. (2002). "Coral Reef Fish Assessment in the 'Coral Triangle' of Southeastern Asia". Environmental Biology of Fishes. 65 (2): 209–214. doi:10.1023/A:1020093012502. 
  8. ^ a b "The people of Weh Island". Kantor Pariwisata Aceh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-28. Diakses tanggal 2006-11-30. 
  9. ^ "The Human Toll" (Siaran pers). UN Office of the Special Envoy for Tsunami Recovery. Diakses tanggal 2006-11-23. 
  10. ^ "Waves of Mercy Says Goodbye to Pulau Weh". Indonesia Relief. 11 June 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-04. Diakses tanggal 2006-11-23. 
  11. ^ "Sabang". ABN AMRO History. ABN AMRO. Diakses tanggal 2006-11-30. 
  12. ^ "IMO to take Straits initiative". International Maritime Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 2006-11-24. 
  13. ^ "Free Trade Zone and Free Port of Sabang" (Siaran pers). Government of Indonesia. 1 September 2000. Diakses tanggal 2006-11-30.  "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-01-25. Diakses tanggal 2008-06-17. 
  14. ^ "Pulau Weh". Asia Dive Site. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-10. Diakses tanggal 2006-11-21. 
  15. ^ a b White, W.T. (2004). "A Juvenile Megamouth Shark Megachasma Pelagios (Lamniformes: Megachasmidae) From Northern Sumatra, Indonesia" (PDF). The Raffles Bulletin of Zoology. 52 (2): 603–607. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-06-18. Diakses tanggal 2008-06-17. 
  16. ^ "Megamouth Shark #23 Washes Up in Sumatra, Indonesia". Museum Sejarah Alam Florida. 13 March 2004. Diakses tanggal 2006-11-21. 
  17. ^ "Distribution Table of Confirmed Megamouth Shark Sightings". Museum Sejarah Alam Florida. Diakses tanggal 2006-11-21. 
  18. ^ "USGS Scientists in Sumatra Studying Recent Tsunamis: Leg 2 Reports, 12 April to 30 April 2005". USGS. Diakses tanggal 2006-11-23. 
  19. ^ "Seacology News". Seacology. 9 July 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-06. Diakses tanggal 2006-11-23. 
  20. ^ "Bufo Valhallae". IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. Diakses tanggal 2006-11-23. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]