Muhammad Jamil Jaho: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
MarDumai (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(42 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{tanpa_referensi|date=Agustus 2013}}
{{Infobox Ulama Muslim
'''Syekh Muhammad Jamil Jaho''' (1875-1945) adalah seorang [[ulama Minangkabau]] yang terkenal. Ia termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, namun termasuk golongan ulama Kaum Tua yang bersikap menolak terhadap [[ijtihad]] yang sebebas-bebasnya dan mempertahankan [[taqlid]] pada ulama-ulama terdahulu.
|name = Muhammad Jamil Jaho
|imagesize =
|alt =
|caption =
|glr_islam_dpn = {{M-Syekh}}
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m =
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m =
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1875
|tempat_lahir =[[Jaho]], [[Nagari Tambangan]], [[Padang Panjang]]
|negara_dilahirkan =
|nama_ayah =
|nama_ibu =
|nama_lahir =
|hari_lahir =
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|other_names =Syaikh Jamil Jaho
|alma_mater =
|occupation =
|known_for = [[Ulama Minangkabau|Ulama Minangkabau pembaharu]]
|religion = [[Islam]]
|spouse =
|children =
|parents = Datuak Garang dan Umbuik
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat =
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m =
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m =
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 1940
|tempat_makam =
|hari_dimakamkan =
|negara_makam =
|relatives=[[Bachtiar Djamily]] (anak){{br}}[[Rabi'ah Jamil]] (anak){{br}}[[Abuya Muda Waly]] (menantu)<br>[[Mawardi Waly]] (cucu)|birth_name=Muhammad Jamil|other names=Inyiak Jaho|othername=Angku Jaho|title=Pakiah Bagindo Malano|alias=Buya Jaho|birth_date=1875|death_date=1940|ethnicity=[[Minangkabau]]|notability=Syeikh Muhammad Jamil Jaho|honorific_prefix=|birth_place=Nagari Jaho, [[Tambangan, X Koto, Tanah Datar]], [[Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]]|movement=[[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]|school_tradition=[[Asy'ari]]|jurisprudence=[[Syafi'i]]|denomination=[[Sunni]]|death_place=[[MTI Jaho]]}}
'''Syekh Muhammad Jamil Jaho''' (lahir di Jaho, Tambangan, [[Padang Panjang]], [[Hindia Belanda]], 1875 - meninggal 1940 pada umur 65) adalah seorang [[ulama Minangkabau]] yang ikut mendirikan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (Perti).<ref>{{Cite web|last=El-Sakandary|first=Nurkhalis Mukhtar|date=2020-07-08|title=Syekh Muhammad Jamil Jaho: Ulama, Tokoh PERTI dan Guru Syekh Muda Waly Al-Khalidy|url=https://tarbiyahislamiyah.id/syekh-muhammad-jamil-jaho-ulama-tokoh-perti-dan-guru-syekh-muda-waly-al-khalidy/|website=Ranah Pertalian Adat dan Syarak|language=id|access-date=2023-07-10}}</ref> Ia termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, tetapi termasuk golongan ulama Kaum Tua yang bersikap menolak terhadap [[ijtihad]] yang sebebas-bebasnya dan mempertahankan [[taqlid]] pada ulama-ulama terdahulu.<ref name="republika.co.id">[http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/09/05/133638-mengenal-syekh-muhammad-jamil-jaho-ulama-pembaru-dari-minang "Hujjatul Islam: Syekh Muhammad Jamil Jaho, Ulama Pembaru dari Minang"] ''[[Republika|Republika.co.id]]'', 06-09-2010. Diakses 11-01-2015.</ref><ref name="utusan.com.my">[http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2006&dt=0703&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm "Syeikh Muhammad Zain Simabur Mufti Kerajaan Perak"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150111042741/http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2006&dt=0703&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm |date=2015-01-11 }} ''[[Utusan Malaysia]]'', 03-07-2006. Diakses 11-01-2015.</ref>


== Masa muda ==
== Masa muda ==
Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875 di Jaho, Tambangan, [[Padang Panjang]]. Ayahnya ialah Datuk Garang, yang pernah menjadi Qadhi Tambangan. Sedangkan ibunya bernama Umbuik.
Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875 di Jaho, Tambangan, [[Padang Panjang]]. Ayahnya ialah Datuk Garang, suku Guci, yang pernah menjadi [[qadi]] Tambangan, sedangkan ibunya bernama Umbuik.<ref name="republika.co.id" />


Muhammad Jamil mula-mula belajar agama dari ayahnya sendiri. Ketika beranjak remaja, ia belajar pada Syekh al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih, Padang Panjang, kemudian pada Syekh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting. Ketika belajar pada Syekh al-Ayyubi ini Muhammad Jamil bertemu dengan [[Sulaiman Ar-Rasuli]], yang di kemudian hari juga menjadi ulama terkenal di Minangkabau. Keduanya kemudian melanjutkan belajar ke Biaro Kota Tuo, kemudian kepada Syekh Abdullah Halaban, yang terkenal dalam fikih dan ushul fikih. Di perguruan Syekh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk membantu sebagai pengajar dan diajak mengunjungi pengajian-pengajian di berbagai tempat oleh gurunya tersebut.
Muhammad Jamil mula-mula belajar agama dari ayahnya sendiri. Ketika beranjak remaja, ia belajar pada Syekh Al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih, Padang Panjang, kemudian pada Syekh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting.<ref name="republika.co.id" /> Ketika belajar pada Syekh Al-Ayyubi ini Muhammad Jamil bertemu dengan [[Sulaiman Ar-Rasuli]], yang di kemudian hari juga menjadi ulama terkenal di Minangkabau.<ref name="republika.co.id" /> Keduanya kemudian melanjutkan belajar ke Biaro Kota Tuo,<ref name="republika.co.id" /> kemudian kepada Syekh Abdullah Halaban, yang terkenal dalam fikih dan ushul fikih.<ref name="republika.co.id" /> Di perguruan Syekh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk membantu sebagai pengajar dan diajak mengunjungi pengajian-pengajian di berbagai tempat oleh gurunya tersebut.<ref name="republika.co.id" />


== Naik haji ==
== Naik haji ==
Pada tahun 1908, Muhammad Jamil menunaikan ibadah haji ke [[Mekkah]] sekaligus menuntut ilmu agama. Ia menikah dahulu sebelum berangkat dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, dan keduanya memiliki dua putri Samsiyyah dan Syafiah.<ref name="republika.co.id" />
Di tahun 1908, ia menunaikan ibadah haji ke [[Mekkah]] sekaligus menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ke tanah suci, Muhammad Jamil dipersuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah. Di Makkah, Muhammad Jamil berguru kepada Syekh [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], di mana ia belajar bersama-sama dengan Syekh [[Abdul Karim Amrullah]]. Keduanya oleh Syekh Ahmad Khatib diberikan kesempatan sebagai pengajar pembantu untuk membimbing dan mengajar murid-murid yang lain. Selain kepada Syekh Ahmad Khatib, ia antara lain juga belajar pada Syeikh Alwi al-Maliki dan Syeikh Mukhtar al-Affani. Setelah 10 tahun berada di Mekkah, ia kemudian kembali ke Padang Panjang. Selama di Makkah beliau menikah dengan Zulkaikha keturunan Sicincin Kab. Padang Pariaman tetapi beliau tidak mempunyai keturunan.

Syekh [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] (mazhab Syafi'i) adalah guru Muhammad Jamil saat di Mekkah, dan [[Abdul Karim Amrullah]] (ayah Hamka) juga pada saat belajar pada syekh tersebut.<ref name="republika.co.id" /> Keduanya murid tersebut selain belajar juga ditugaskan Syekh Ahmad Khatib untuk membimbing murid-murid lainnya. Muhammad Jamil di Mekkah juga belajar pada Syeikh Alwi al-Maliki (mazhab Maliki) dan Syeikh Mukhtar al-Affani (mazhab Hanbali).<ref name="republika.co.id" />

Setelah 10 tahun belajar di Mekkah, Muhammad Jamil lalu kembali ke Padang Panjang, dan kemudian menjadi ulama yang disegani di sana.<ref name="republika.co.id" /> Selama di Makkah ia menikah dengan Zulkaikha keturunan [[Sicincin, 2x11 Enam Lingkung, Padang Pariaman|Sicincin]], [[Padang Pariaman]] tetapi ia tidak mempunyai keturunan.

Kelak, ia menikah lagi dengan Maryam asal Supayang (yang melahirkan lima anak, termasuk [[Bachtiar Djamily]] dan Djamilah Djamil) dan Nondeh (yang melahirkan [[Rabi'ah Jamil]]).


== Pengajaran ==
== Pengajaran ==
Syekh Jamil Jaho kemudian mengajar di Jaho dan di beberapa daerah di Minangkabau. Ia dalam menjalankan dakwahnya menjalani sebagaimana cara Syekh [[Muhammad Jamil Jambek|Jamil Jambek]], yaitu dengan mengadakan tabligh di berbagai tempat untuk menyampaikan syiar Islam.
Syekh Muhammad Jamil Jaho kemudian mengajar di Jaho dan di beberapa daerah di Minangkabau. Ia dalam menjalankan dakwahnya menjalani sebagaimana cara Syekh [[Muhammad Jamil Jambek|Jamil Jambek]], yaitu dengan mengadakan ''tabligh'' di berbagai tempat untuk menyampaikan syiar Islam.<ref name="republika.co.id" /> Walaupun ia juga termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan atas pola pendidikan surau, tetapi ia menolak ''ijtihad'' yang sebebas-bebasnya, serta bersikap ''taqlid'' kepada ulama-ulama terdahulu.<ref name="republika.co.id" />


Syekh Jamil Jaho termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, namun bersikap menolak terhadap ijtihad yang sebebas-bebasnya dan ia bertaqlid kepada ulama-ulama terdahulu. Pada tahun 1922, Syekh Jamil Jaho bersama-sama Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim Amrullah mendirikan Persatuan Ulama Minangkabau dan perguruan Islam Thawalib. Di kampung halamannya Jaho, 1924 ia mendirikan surau dan membuka halaqah pengajian, yang kemudian menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, yang sesudahnya menjadi bagian dari organisasi [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]].
Tahun 1922, ia bersama-sama Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim Amrullah mendirikan Persatuan Ulama Minangkabau dan perguruan Islam Thawalib.<ref name="republika.co.id" /> Di Jaho, tahun 1924 ia mendirikan surau dan membuka ''halaqah'' pengajian, yang kemudian menjadi [[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho]], yang lalu menjadi bagian dari [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]].<ref name="republika.co.id" />


Syekh Muhammad Jamil Jaho juga mendukung berkembangnya organisasi [[Muhammadiyah]] di Minangkabau. Namun di kemudian hari ia mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi ini pada kongresnya yang ke-16 di Pekalongan tahun 1927, karena perbedaan pandangan tentang persoalan ijtihad dan taqlid kepada ulama.
Syekh Muhammad Jamil Jaho juga mendukung berkembangnya organisasi [[Muhammadiyah]] di Minangkabau. Namun, di kemudian hari ia mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi ini pada kongresnya yang ke-16 di Pekalongan tahun 1927, karena perbedaan mengenai peluang membuka ''ijtihad'' dan menolak ''taqlid'' kepada ulama.<ref name="republika.co.id" />


== Karya tulis ==
== Karya tulis ==
Beberapa karya Syekh Jamil Jaho antara lain:
Beberapa karya Syekh Jamil Jaho antara lain:
* ''Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah 'Allamul Ghuyub''
* ''Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah 'Allamul Ghuyub''
* ''Nujumul Hidayah''
* ''Nujumul Hidayah''
* ''As-Syamsul Lami'ah''
* ''As-Syamsul Lami'ah''
* ''Fil 'Aqidah wa Diyanah''
* ''Fil 'Aqidah wa Diyanah''
* ''Hujjatul Balighah''
* ''Hujjatul Balighah''
* ''Al-Maqalah ar-Radhiyah''
* ''Al-Maqalah ar-Radhiyah''
* ''Kasyful Awsiyah''
* ''Kasyful Awsiyah''


== Referensi ==
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]

[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh dari Padangpanjang]]

== Pranala luar ==

* [http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,13788-lang,id-c,tokoh-t,Syeikh+Inyiak+Muhammad+Jamil+Jaho-.phpx "Syeikh Inyiak Muhammad Jamil Jaho"]<small> ''Website Resmi [[Nahdlatul Ulama|NU]]'', 16-09-2008. Diakses 11-01-2015.</small>

{{Portal bar|Islam|Biografi}}
{{Navbox Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i}}
<!--anda dapat berkontribusi dalam pelacakan artikel biografi tokoh muslim di wikipedia dengan menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam kategori pelacakan --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort = {{PAGENAME}}
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m =
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m =
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1875
|tempat_lahir = Padang Panjang
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat =
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m =
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m =
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 1945
|tempat_makam =
}}

[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Muhammad Jamil Jaho]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Muhammad Jamil Jaho]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang|Muhammad Jamil Jaho]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Pimpinan pesantren Indonesia]]
[[Kategori:Pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Jamil Jaho]]

Revisi terkini sejak 7 Mei 2024 17.27

Muhammad Jamil Jaho
Syeikh Muhammad Jamil Jaho
GelarPakiah Bagindo Malano
NamaMuhammad Jamil Jaho
LahirMuhammad Jamil
1875
Nagari Jaho, Tambangan, X Koto, Tanah Datar, Tanah Datar, Sumatera Barat
Meninggal1940
MTI Jaho
Nama lainInyiak Jaho
KebangsaanIndonesia Indonesia
EtnisMinangkabau
FirkahSunni
Mazhab FikihSyafi'i
Mazhab AkidahAsy'ari
OrganisasiPersatuan Tarbiyah Islamiyah
Orang tuaDatuak Garang dan Umbuik
KeluargaBachtiar Djamily (anak)
Rabi'ah Jamil (anak)
Abuya Muda Waly (menantu)
Mawardi Waly (cucu)

Syekh Muhammad Jamil Jaho (lahir di Jaho, Tambangan, Padang Panjang, Hindia Belanda, 1875 - meninggal 1940 pada umur 65) adalah seorang ulama Minangkabau yang ikut mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).[1] Ia termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan pendidikan surau, tetapi termasuk golongan ulama Kaum Tua yang bersikap menolak terhadap ijtihad yang sebebas-bebasnya dan mempertahankan taqlid pada ulama-ulama terdahulu.[2][3]

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875 di Jaho, Tambangan, Padang Panjang. Ayahnya ialah Datuk Garang, suku Guci, yang pernah menjadi qadi Tambangan, sedangkan ibunya bernama Umbuik.[2]

Muhammad Jamil mula-mula belajar agama dari ayahnya sendiri. Ketika beranjak remaja, ia belajar pada Syekh Al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih, Padang Panjang, kemudian pada Syekh al-Ayyubi di Tanjung Bungo, Padang Ganting.[2] Ketika belajar pada Syekh Al-Ayyubi ini Muhammad Jamil bertemu dengan Sulaiman Ar-Rasuli, yang di kemudian hari juga menjadi ulama terkenal di Minangkabau.[2] Keduanya kemudian melanjutkan belajar ke Biaro Kota Tuo,[2] kemudian kepada Syekh Abdullah Halaban, yang terkenal dalam fikih dan ushul fikih.[2] Di perguruan Syekh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk membantu sebagai pengajar dan diajak mengunjungi pengajian-pengajian di berbagai tempat oleh gurunya tersebut.[2]

Naik haji[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1908, Muhammad Jamil menunaikan ibadah haji ke Mekkah sekaligus menuntut ilmu agama. Ia menikah dahulu sebelum berangkat dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, dan keduanya memiliki dua putri Samsiyyah dan Syafiah.[2]

Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (mazhab Syafi'i) adalah guru Muhammad Jamil saat di Mekkah, dan Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka) juga pada saat belajar pada syekh tersebut.[2] Keduanya murid tersebut selain belajar juga ditugaskan Syekh Ahmad Khatib untuk membimbing murid-murid lainnya. Muhammad Jamil di Mekkah juga belajar pada Syeikh Alwi al-Maliki (mazhab Maliki) dan Syeikh Mukhtar al-Affani (mazhab Hanbali).[2]

Setelah 10 tahun belajar di Mekkah, Muhammad Jamil lalu kembali ke Padang Panjang, dan kemudian menjadi ulama yang disegani di sana.[2] Selama di Makkah ia menikah dengan Zulkaikha keturunan Sicincin, Padang Pariaman tetapi ia tidak mempunyai keturunan.

Kelak, ia menikah lagi dengan Maryam asal Supayang (yang melahirkan lima anak, termasuk Bachtiar Djamily dan Djamilah Djamil) dan Nondeh (yang melahirkan Rabi'ah Jamil).

Pengajaran[sunting | sunting sumber]

Syekh Muhammad Jamil Jaho kemudian mengajar di Jaho dan di beberapa daerah di Minangkabau. Ia dalam menjalankan dakwahnya menjalani sebagaimana cara Syekh Jamil Jambek, yaitu dengan mengadakan tabligh di berbagai tempat untuk menyampaikan syiar Islam.[2] Walaupun ia juga termasuk ulama yang mengadakan pembaharuan atas pola pendidikan surau, tetapi ia menolak ijtihad yang sebebas-bebasnya, serta bersikap taqlid kepada ulama-ulama terdahulu.[2]

Tahun 1922, ia bersama-sama Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim Amrullah mendirikan Persatuan Ulama Minangkabau dan perguruan Islam Thawalib.[2] Di Jaho, tahun 1924 ia mendirikan surau dan membuka halaqah pengajian, yang kemudian menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho, yang lalu menjadi bagian dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah.[2]

Syekh Muhammad Jamil Jaho juga mendukung berkembangnya organisasi Muhammadiyah di Minangkabau. Namun, di kemudian hari ia mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi ini pada kongresnya yang ke-16 di Pekalongan tahun 1927, karena perbedaan mengenai peluang membuka ijtihad dan menolak taqlid kepada ulama.[2]

Karya tulis[sunting | sunting sumber]

Beberapa karya Syekh Jamil Jaho antara lain:

  • Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah 'Allamul Ghuyub
  • Nujumul Hidayah
  • As-Syamsul Lami'ah
  • Fil 'Aqidah wa Diyanah
  • Hujjatul Balighah
  • Al-Maqalah ar-Radhiyah
  • Kasyful Awsiyah

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ El-Sakandary, Nurkhalis Mukhtar (2020-07-08). "Syekh Muhammad Jamil Jaho: Ulama, Tokoh PERTI dan Guru Syekh Muda Waly Al-Khalidy". Ranah Pertalian Adat dan Syarak. Diakses tanggal 2023-07-10. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p "Hujjatul Islam: Syekh Muhammad Jamil Jaho, Ulama Pembaru dari Minang" Republika.co.id, 06-09-2010. Diakses 11-01-2015.
  3. ^ "Syeikh Muhammad Zain Simabur Mufti Kerajaan Perak" Diarsipkan 2015-01-11 di Wayback Machine. Utusan Malaysia, 03-07-2006. Diakses 11-01-2015.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]