Lompat ke isi

Tarsius sangirensis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Envapid (bicara | kontrib)
 
(8 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 22: Baris 22:
}}
}}
[[Berkas:Säugethiere vom Celebes- und Philippinen-Archipel (Taf. III) (5984633427).jpg|jmpl|318x318px]]
[[Berkas:Säugethiere vom Celebes- und Philippinen-Archipel (Taf. III) (5984633427).jpg|jmpl|318x318px]]
'''Krabuku sangihe''' atau '''Tarsius sangihe''' ''(Tarsius sangirensis)'' adalah hewan endemik dari Pulau Sangihe. '''Tarsius Sangirensis''' memiliki ciri fisik dengan bulu berwarna cokelat kekuningan, panjang tubuh antara 11,5-12,5 cm, panjang ekor hampir dua kali panjang tubuh dengan ukuran sekitar 22,5-24 cm di mana ujung dari ekornya tersebut ditumbuhi rambut-rambut tipis. Hewan ini memiliki berat tubuh sekitar 110-120 gram. Uniknya, ukuran telinganya lebih besar dari kepalanya.
'''Krabuku sangihe''' atau '''Tarsius sangihe''', '''Tangkasi Sangir''', '''Senggasi''', '''Higo''', '''Tenggahe'''<ref name="unikom">{{cite web | title= | url=https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/294/8/UNIKOM_Teguh%20Setia%20Anugrah_11.%20BAB%20II.pdf | access-date=2024-04-01}}</ref> adalah hewan endemik dari Pulau Sangihe. Tarsius ini memiliki ciri fisik dengan bulu berwarna cokelat kekuningan, panjang tubuh antara 11,5-12,5 cm, panjang ekor hampir dua kali panjang tubuh dengan ukuran sekitar 22,5-24 cm di mana ujung dari ekornya tersebut ditumbuhi rambut-rambut tipis. Hewan ini memiliki berat tubuh sekitar 110-120 gram. Uniknya, ukuran telinganya lebih besar dari kepalanya.


== Habitat ==
== Habitat ==
Hewan ini bisa bertahan hidup pada ketinggian yang bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.200 mdpl. Beberapa peneiliti juga menemukan '''Tarsisus Sangirensis''' di ketinggian berkisar antara 10-150 mdpl dan bahkan ada yang menemukannya di sekitar ketinggian sampai 1.220 mdpl atau sekitar 4.000 kaki.<ref>{{Cite journal|last=Shekelle|first=Myron|date=2013|title=OBSERVATIONS OF WILD SANGIHE ISLAND TARSIERS Tarsius sangirensis|url=https://www.researchgate.net/publication/269702621|journal=Asian Primates Journal|volume=3|issue=1|pages=19-21}}</ref> Umumnya '''Tarsisus Sangirensis''' mendiami hutan sekunder dan lahan perkebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl.<ref>{{Cite book|last=Řeháková|first=Milada|date=2018-05-30|url=http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.70512|title=Preliminary Observations of Infant Ontogeny in the Philippine Tarsier (Tarsius syrichta) and the First Description of Play Behaviour and Its Ontogeny in Tarsiers|publisher=InTech|isbn=978-1-78923-216-5}}</ref>
Hewan ini bisa bertahan hidup pada ketinggian yang bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.200 mdpl. Beberapa peneiliti juga menemukan ''Tarsius sangirensis'' di ketinggian berkisar antara 10-150 mdpl dan bahkan ada yang menemukannya di sekitar ketinggian sampai 1.220 mdpl atau sekitar 4.000 kaki.<ref>{{Cite journal|last=Shekelle|first=Myron|date=2013|title=OBSERVATIONS OF WILD SANGIHE ISLAND TARSIERS Tarsius sangirensis|url=https://www.researchgate.net/publication/269702621|journal=Asian Primates Journal|volume=3|issue=1|pages=19-21}}</ref> Umumnya ''Tarsius sangirensis'' mendiami hutan sekunder dan lahan perkebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl.<ref>{{Cite book|last=Řeháková|first=Milada|date=2018-05-30|url=http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.70512|title=Preliminary Observations of Infant Ontogeny in the Philippine Tarsier (Tarsius syrichta) and the First Description of Play Behaviour and Its Ontogeny in Tarsiers|publisher=InTech|isbn=978-1-78923-216-5}}</ref>


== Status Konservasi ==
== Status Konservasi ==
Predator alami Tarsius Sangirensis adalah burung, ular, dan musang. Selain itu, yang menjadi ancaman eksistensi hewan ini adalah hilangnya habitat, fragmentasi habitat, dan Gunung api Awu juga dapat dianggap sebagai ancaman bagi populasi '''Tarsius Sangirensis,''' karena merupakan gunung berapi yang aktif dan mematikan yang terletak di Pulau Sangihe Besar. Tarsius sangirensis sering juga diperdagangkan sebagai cendera mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Sangihe. IUCN (The Internationl Union for Conservasion of Nature), '''''Tarsius sangirensis''''' termasuk ke dalam kategori genting yang adalah spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan tidak mungkin dapat lestari jika sumber-sumber penyebab kepunahannya tidak dihentikkan.<ref>{{Cite web|last=Matta|first=Firda Puspita Daeng|date=2015-03-01|title=KOMUNITAS Tarsius sangirensis DI PULAU BESAR, KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/71003/1/FIRDA%20PUSPITA%20DAENG%20MATTA%20%20-%20%20FST.pdf}}</ref>
Predator alami Tarsius Sangirensis adalah burung, ular, dan musang. Selain itu, yang menjadi ancaman eksistensi hewan ini adalah hilangnya habitat, fragmentasi habitat, dan Gunung api Awu juga dapat dianggap sebagai ancaman bagi populasi ''Tarsius sangirensis,'' karena merupakan gunung berapi yang aktif dan mematikan yang terletak di Pulau Sangihe Besar. Higo sering juga diperdagangkan sebagai cendera mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Sangihe. IUCN (The Internationl Union for Conservasion of Nature), ''Tarsius sangirensis'' termasuk ke dalam kategori genting yang adalah spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan tidak mungkin dapat lestari jika sumber-sumber penyebab kepunahannya tidak dihentikkan.<ref>{{Cite web|last=Matta|first=Firda Puspita Daeng|date=2015-03-01|title=KOMUNITAS Tarsius sangirensis DI PULAU BESAR, KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/71003/1/FIRDA%20PUSPITA%20DAENG%20MATTA%20%20-%20%20FST.pdf}}</ref>


== Daftar Pustaka ==
== Referensi ==
{{reflist}}
<references responsive="" />

[[Kategori:Hewan Indonesia]]
[[Kategori:Endemik Indonesia]]
[[Kategori:Tarsius]]
[[Kategori:Hewan langka]]
[[Kategori:Satwa liar dilindungi di Indonesia]]
[[Kategori:Primata Indonesia]]

Revisi terkini sejak 8 Mei 2024 16.21

Krabuku sangihe[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Infraordo:
Tarsiiformes

Gregory, 1915
Famili:
Gray, 1825
Genus:
Spesies:
T. sangirensis
Nama binomial
Tarsius sangirensis
Meyer, 1897

Krabuku sangihe atau Tarsius sangihe, Tangkasi Sangir, Senggasi, Higo, Tenggahe[3] adalah hewan endemik dari Pulau Sangihe. Tarsius ini memiliki ciri fisik dengan bulu berwarna cokelat kekuningan, panjang tubuh antara 11,5-12,5 cm, panjang ekor hampir dua kali panjang tubuh dengan ukuran sekitar 22,5-24 cm di mana ujung dari ekornya tersebut ditumbuhi rambut-rambut tipis. Hewan ini memiliki berat tubuh sekitar 110-120 gram. Uniknya, ukuran telinganya lebih besar dari kepalanya.

Hewan ini bisa bertahan hidup pada ketinggian yang bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.200 mdpl. Beberapa peneiliti juga menemukan Tarsius sangirensis di ketinggian berkisar antara 10-150 mdpl dan bahkan ada yang menemukannya di sekitar ketinggian sampai 1.220 mdpl atau sekitar 4.000 kaki.[4] Umumnya Tarsius sangirensis mendiami hutan sekunder dan lahan perkebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl.[5]

Status Konservasi

[sunting | sunting sumber]

Predator alami Tarsius Sangirensis adalah burung, ular, dan musang. Selain itu, yang menjadi ancaman eksistensi hewan ini adalah hilangnya habitat, fragmentasi habitat, dan Gunung api Awu juga dapat dianggap sebagai ancaman bagi populasi Tarsius sangirensis, karena merupakan gunung berapi yang aktif dan mematikan yang terletak di Pulau Sangihe Besar. Higo sering juga diperdagangkan sebagai cendera mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Sangihe. IUCN (The Internationl Union for Conservasion of Nature), Tarsius sangirensis termasuk ke dalam kategori genting yang adalah spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan tidak mungkin dapat lestari jika sumber-sumber penyebab kepunahannya tidak dihentikkan.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Groves, C.P. (2005). Wilson, D.E.; Reeder, D.M., ed. Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. hlm. 12. ISBN 0-801-88221-4. OCLC 62265494. 
  2. ^ Shekelle, M (2020). "Tarsius sangirensis". 2020: e.T21493A17977351. doi:10.2305/IUCN.UK.2020-3.RLTS.T21493A17977351.en. 
  3. ^ (PDF) https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/294/8/UNIKOM_Teguh%20Setia%20Anugrah_11.%20BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 2024-04-01.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  4. ^ Shekelle, Myron (2013). "OBSERVATIONS OF WILD SANGIHE ISLAND TARSIERS Tarsius sangirensis". Asian Primates Journal. 3 (1): 19–21. 
  5. ^ Řeháková, Milada (2018-05-30). Preliminary Observations of Infant Ontogeny in the Philippine Tarsier (Tarsius syrichta) and the First Description of Play Behaviour and Its Ontogeny in Tarsiers. InTech. ISBN 978-1-78923-216-5. 
  6. ^ Matta, Firda Puspita Daeng (2015-03-01). "KOMUNITAS Tarsius sangirensis DI PULAU BESAR, KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA" (PDF).