Lompat ke isi

Nak Nusé: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aseli Nosa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Bukan Kaos Kaki (2) (bicara) ke revisi terakhir oleh Dreeaammer
Tag: Pengembalian
 
(47 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{tambah rujukan}}
{{uncat}}{{noref|Kebanyakan dari isi artikel}}
{{Hoax}}
'''Suku Nusa Penida'''/'''Orang Nusa Penida''' ([[Aksara Bali]]:ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ) atau secara lokal dikenal dengan '''Nak Nusé''' adalah [[Kelompok etnis]] asli di pulau [[Nusa Penida]]. Nak Nusé Dalam [[Bahasa Bali]] Sebenarnya adalah Kata Plesetan dari kata ''Anak'' yang memiliki arti "Orang" dan ''Nusé'' yang berarti "Pulau" atau "Kepulauan" dengan begitu secara harfiah ''Nak Nusé'' berarti "Orang yang mendiami Pulau" Atau "Orang Kepulauan"/"Orang Pulau" namun juga dapat diartikan sebagai "Orang Nusa Penida" Karena masyarakat Nusa Penida sudah terbiasa memangil diri mereka "Nak Nusé" atau dalam kehidupan sosial mereka.
{{ethnic group
{{ethnic group
|group=Suku Nusa Penida
|group=Nusa Penida
|native_name=''Nak Nusé''<br>''Kola Nak Nusé''<br>ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ
|native_name=''Nak Nusé''<br>ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲ<br>ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ
|image=Gede Putu Agus Sunantara Tari Baris Denpasar Bali.jpg
|image=Penida-island-beach.jpg
|image_caption=Sekelompok Pemuda di Nusa Penida terlihat di tepi pantai.
|image_caption=[[Tari Baris|Tari baris jangkang]], tarian khas suku Bali Nusa Penida.
|population=59.900 (2022)<ref name="BPS 2020">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2020.pdf |title= Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka 2020 |publisher= Badan Pusat Statistik |year=2020 |page=1379 |language=id |access-date= 4 Juli 2022}}</ref>
|population=59.900 (2022)<ref name="BPS 2020">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2020.pdf |title= Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka 2020 |publisher= Badan Pusat Statistik |year=2020 |page= |language=id |access-date=4 Juli 2022}}</ref>
|popplace=[[Nusa Penida]]<br>([[Nusa Penida, Klungkung|Kecamatan Nusa Penida]])
|popplace=[[Nusa Penida]]
|langs= [[Bahasa Bali Nusa Penida|Basa Nosa]] dan [[Bahasa Indonesia]]
|langs=[[Bahasa Bali|Bali]] ([[Bahasa Bali Nusa Penida|dialek Nusa Penida]]) dan [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|religions=Kebanyakan [[Hindu]]<br>dengan Minoritas kecil [[Muslim]]<ref name="Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida">{{cite web|url=https://arkenas.kemdikbud.go.id/contents/read/article/gjor4l_1490234494/jejak-islam-di-pulau-nusa-penida |title= Jejak Islam di Pulau Nusa Penida |publisher= Badan Pusat Statistik |title= Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida |publisher= Badan Pusat Statistik |year=2020 |page=1379 |language=id |access-date= 4 Juli 2022}}</ref> <small>(Khususnya di [[Kampung Toyapakeh, Nusa Penida, Klungkung|Toyapakeh]]).
|religions=[[Hinduisme Bali]] (mayoritas) dan [[Islam]] (minoritas)<ref name="Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida">{{cite web|url=https://arkenas.kemdikbud.go.id/contents/read/article/gjor4l_1490234494/jejak-islam-di-pulau-nusa-penida |title=Jejak Islam di Pulau Nusa Penida |publisher= Badan Pusat Statistik |title= Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida |publisher= Badan Pusat Statistik |year=2020 |page=1379 |language=id |access-date= 4 Juli 2022}}</ref>
|related=[[Suku Bali|Bali]], [[Suku Bali Aga|Bali Aga]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sasak|Sasak]], [[Orang Madura|Madura]] dan [[Orang Austronesia|Orang Orang Austronesia]] lainnya
|related=[[Suku Bali|Bali]] ([[Suku Bali Aga|Bali Aga]]{{•}}[[Suku Bali Majapahit|Bali Majapahit]]){{•}}[[Suku Jawa|Jawa]]{{•}}[[Suku Sasak|Sasak]]
}}
}}
{{Italic title}}

'''Orang Nusa Penida''' ({{Lang-ban|ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ|Bali Nusa Penida}}; dikenal juga dengan sebutan '''''Nak Nusé''''') adalah sub-[[suku Bali]] yang mendiami pulau [[Nusa Penida]]. Nama ''Nak Nusé'' berasal dari [[bahasa Bali]] ''nak'' 'anak' atau 'orang' dan ''nusé'' 'pulau'. Secara harfiah, ''Nak Nusé'' berarti "orang yang mendiami pulau".
== Persebaran ==
dengan jumlah mencapai 59.900 jiwa pada pertengahan tahun 2022. Untuk saat ini Suku Nusa Penida hanya terkonsen di [[Nusa Penida, Klungkung|Kecamatan Nusa Penida]], [[Kabupaten Klungkung]] [[Bali]], namun karena kecilnya wilayah pulau tersebut ditambah lagi pernah terjadinya letusan [[Gunung agung]] pada tahun 1963 sebagian dari mereka mengikuti program [[Transmigrasi]] dan tersebar ke seluruh [[Provinsi]] di [[Provinsi Indonesia|Indonesia]] khususnya [[Provinsi Lampung|Lampung]], [[Palembang]],[[Sumatera Selatan]] dan [[Medan]], [[Sumatera Barat]].

== Budaya & Tradisi ==
[[File:Ngaben di Nusa Penida.jpg|left|thumb|[[Ngaben]] di Nusa Penida]]

Karena Pulau ini telah lama menjadi bagian dari [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan di Bali]] khususnya [[Kerajaan Klungkung]] selama Ribuan tahun, Maka budaya dan agama di Bali juga Diadopsi dan dianut oleh masyarakat Nusa Penidan. masyarakat Nusa Penida mengadopsi agama, budaya dan Tradisi yang sama dengan [[Orang Bali|Orang Bali Daratan]] pada umunya seperti [[Melasti]], [[Ngaben]], [[Galungan]], [[Kuningan]] [[Nyepi]].

[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten beeld voorstellende een ruiter te paard TMnr 200-1.jpg|left|thumb|Ukiran patung khas Bali di Nusa Penida]]


== Asal-usul ==
== Asal-usul ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten beeld voorstellende een ruiter te paard TMnr 200-1.jpg|left|thumb|Ukiran patung khas Bali di Nusa Penida.]]
Tidak diketahui pasti mengenai asal muasal masyarakat Nusa Penida, namun ada pula yang meyakini bahwa masyarakat pertama yang mendiami pulau ini adalah masyarakat [[Bali Aga]] mereka merupakan suku asli yang tinggal di Pulau Bali dan mungkin pernah tinggal di Pulau tersebut. setelah runtuhnya [[Kerajaan Majapahit]] banyak orang dari Pulau Jawa yang berimigrasi ke Bali dan Nusa Penida Sehingga terjadi asimilasi dan percampuran budaya dengan masyarakat [[Bali Aga]], sehingga terciptalah suku bangsa baru di pulau tersebut dengan pengaruh [[Hindu Jawa|Orang Jawa Hindu]] dan [[Bahasa Jawa]] masuk ke pulau tersebut. Dan terjadilah asimilasi bahasa dan budaya Jawa dan Bali di Pulau itu, hal ini dibuktikan dengan beberapa dialek Nusa Penida yang mirip dengan bahasa Jawa seperti kata 'Kola' yang berarti "Aku", walaupun sebagian besar tetap dipengaruhi oleh Bahasa dan budaya masyarakat Bali khususnya dari suku [[Bali Aga]].
Tidak diketahui dengan pasti mengenai asal muasal terbentuknya masyarakat Nusa Penida. Namun ada yang meyakini bahwa penghuni pertama pulau ini adalah masyarakat [[Bali Aga]]. Mereka merupakan kelompok etnis yang mendiami pulau Bali dan diduga pernah tinggal di pulau Nusa Penida. Setelah runtuhnya [[Kerajaan Majapahit]], banyak orang dari pulau [[Jawa]] yang berimigrasi ke Bali dan Nusa Penida sehingga terjadi asimilasi dan percampuran budaya dengan masyarakat [[Bali Aga]]. Hal ini menciptakan sebuah kebudayaan baru di pulau Nusa Penida dengan pengaruh [[Hindu Jawa|orang Jawa Hindu]] dan [[bahasa Jawa]] masuk ke pulau tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kosa kata dalam [[Bahasa Bali Nusa Penida|dialek Nusa Penida]] yang mirip dengan bahasa Jawa. Meski dipengaruhi oleh budaya dan bahasa Jawa, sebagian besar budaya dan bahasa di Nusa Penida tetap dipengaruhi oleh masyarakat Bali daratan, khususnya dari Bali Aga.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[File:Kaart van het eiland Bali.jpg|jmpl|250px|Peta kerajaan-kerajaan di Bali, sekitar tahun 1900an.]]
Masyarakat Nusa Penida telah lama mampu melawan raja-raja Bali yang banyak mengadakan ekspedisi militer lainnya. Namun pada paruh kedua abad ke-17, Pulau Nusa Penida berhasil ditaklukkan oleh ekspedisi [[Kerajaan Gelgel]] Bali. Raja terakhir Nusa Penida, [[Dalem Bungkut]], tewas dalam pertempuran.
Masyarakat Nusa Penida telah sejak lama menentang [[Kerajaan Bali|raja-raja Bali]] yang banyak melakukan [[ekspedisi militer]] ke Nusa Penida. Namun pada abad ke-17, Nusa Penida berhasil ditaklukkan oleh ekspedisi [[Kerajaan Gelgel]] di Bali. Raja terakhir Nusa Penida, Dalem Bungkut tewas dalam pertempuran.


Kemudian [[Kerajaan Klungkung]] yang merupakan penerus Kerajaan Gelgel menguasai pulau tersebut dan menjadikannya sebagai wilayah bawahan. Masyarakat Nusa Penida diharuskan membayar upeti dan bekerja untuk kerajaan Klungkung dan mengirimkan hasil panennya ke ibu kota Klungkung sebagai tanda penghormatan dan pengakuan atas kekuasaan Kerajaan Klungkung. Masyarakat Nusa Penida juga banyak berperan dalam peperangan untuk Kerajaan Klungkung. Karena kondisi geografis Nusa Penida yang tandus dan [[musim kemarau]] yang relatif panjang, kemudian dengan stereotip bahwa Nusa Penida pada saat itu adalah pusat [[ilmu hitam]] sehingga cocok dijadikan sebagai [[koloni tahanan]]. Peta Belanda yang dibuat pada tahun 1900an menyebut Nusa Penida sebagai ''Bandieten eiland'' 'pulau bandit'. Nama tersebut diberikan karena pulau ini dipandang sebagai daerah pengasingan yang potensial, yakni tempat pembuangan orang-orang yang dianggap bermasalah dari [[Kabupaten Klungkung|Klungkung]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]], dan [[Kabupaten Bangli|Bangli]] (Sedimen, 1984). Nusa Penida juga dinilai punya kelebihan lainnya, karena letaknya yang jauh dari daratan Bali, arus lautnya kencang dan ombaknya tinggi sehingga membuat para tahanan sulit untuk melarikan diri.<ref name="Budaya dan Sejarah Nusa Penida dan Bali">{{cite web|url=https://nusapenida.org/id/budaya-sejarah-nusa-penida-dan-bali/ |title=Budaya dan Sejarah Nusa Penida dan Bali |website= nusapenida.org |date= |page= |language=id |access-date=27 Maret 2024}}</ref>
[[File:Kaart van het eiland Bali.jpg|jmpl|ka|Peta sembilan kerajaan di Bali (1900)]]

Kemudian [[Kerajaan Klungkung]] yang merupakan penerus kerajaan Gelgel menguasai pulau tersebut Dan menjadikannya sebagai pulau upeti, Masyarakat Nusa Penida harus membayar upeti dan bekerja untuk kerajaan Klungkung dan mengirimkan hasil panennya ke Klungkung sebagai Sebagai penghormatan, masyarakat Nusa Penida juga banyak berperan dalam peperangan dengan kerajaan Klungkung. Dalam peperangan di Bali, mereka direkrut oleh kerajaan Klungkung sebagai tentara bayaran. Karena kondisi geografis kepulauan Nusa Penida yang tandus dan musim kemarau yang relatif panjang. Ditambah lagi dengan stereotip bahwa Nusa Penida pada saat itu adalah pusat ilmu hitam sehingga cocok sebagai [[koloni tahanan]] Peta Belanda yang dibuat pada tahun 1900 menyebut Nusa Penida sebagai 'Bandieten eiland (Pulau Bandit)' yang mempunyai arti “Pulau Penjahat” karena Pulau ini dipandang sebagai daerah pengasingan yang potensial, yaitu tempat pembuangan orang-orang bermasalah dari [[Klungkung]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]] dan [[Kabupaten Bangli|Bangli]] (Sedimen, 1984). Kepulauan Nusa Penida dinilai punya kelebihan karena jauh dari daratan Bali, arus lautnya kencang dan ombaknya tinggi sehingga membuat para narapidana sulit melarikan diri.


== Kepercayaan ==
== Kepercayaan ==
[[File:Goa-giri-putri.jpg|left|thumb|Pura Goa Giri Putri]]
[[File:Goa-giri-putri.jpg|left|thumb|Pura Goa Giri Putri di Nusa Penida.]]
Masyarakat Nusa Penida kebanyakan menganut [[Hinduisme Bali]]. Meskipun begitu, masyarakat Nusa Penida dikenal sangat toleran terhadap penganut agama lain di pulau itu. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkampungan Muslim di Nusa Penida, yakni [[Kampung Toyapakeh, Nusa Penida, Klungkung|Kampung Toyapakeh]].<ref name="Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida"/>


== Persebaran ==
Masyarakat Nusa Penida mayoritas beragama Hindu meskipun begitu masyarakat nusa Penida sangat toleran terhadap agama lain selain Non-Hindu di pulau itu terbukti dengan adanya kampung khusus untuk umat [[Muslim]] di Nusa Nenida sebagai bentuk toleransi antar umat beragama yaitu kampung desa [[Kampung Toyapakeh, Nusa Penida, Klungkung|Toyapakeh]].
Populasi ''Nak Nusé'' berjumlah 59.900 jiwa pada pertengahan tahun 2022. Suku ini sebagian besar terkonsentrasi di [[Nusa Penida]], [[Kabupaten Klungkung]], [[Bali]]. Namun, karena kecilnya wilayah pulau tersebut ditambah lagi pernah terjadinya letusan [[Gunung Agung]] pada tahun 1963, sebagian dari mereka kemudian mengikuti program [[transmigrasi]] dan tersebar ke seluruh [[Provinsi Indonesia|Indonesia]] khususnya [[Lampung|Lampung]] dan [[Sumatera Selatan]].


== Budaya ==
[[File:Mercusuar di Toya Pakeh, Nusa Penida.jpg|Left|thumb|Suasana Kampung Desa Toyapakeh Kampung umat Muslim di Nusa Penida]]
[[File:Ngaben di Nusa Penida.jpg|jmpl|250px|Pelaksanaan tradisi [[ngaben]] di Nusa Penida.]]
Karena Nusa Penida telah lama menjadi bagian dari [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan di Bali]] khususnya [[Kerajaan Klungkung]] selama ribuan tahun, maka budaya dan agama di dataran utama Bali juga dianut oleh masyarakat Nusa Penida. masyarakat Nusa Penida mengadopsi agama, budaya, dan tradisi yang sama dengan [[Orang Bali|orang Bali daratan]] pada umunya, seperti pada tradisi [[melasti]], [[ngaben]], [[galungan]], [[kuningan]], dan [[nyepi]].<ref name="Budaya dan Sejarah Nusa Penida dan Bali"/>


== Bahasa ==
== Bahasa ==
{{Utama|Bahasa Bali Nusa Penida}}
Masyarakat Nusa Penida mengunakan [[Bahasa Bali Nusa Penida]] atau dalam masyarakat lokal disebut ''Basa Nosa'' bahasa ini digunakan sebagai bahasa [[Lingua Franca]] di daerah mereka, Bahasa ini merupakan salah satu dialek dari [[bahasa Bali]], dialek ini paling mirip dengan dialek bahasa [[Bali Aga]] yang juga merupakan dialek dari bahasa Bali. Sama seperti suku lainnya di Indonesia Masyarakat Nusa penida juga belajar dan mengunakan [[Bahasa Indonesia]] sebagai bahasa komunikasi anar etnis. Mereka Juga bisa menuturkan [[Bahasa Inggris]] untuk berkomunikasi dengan turis asing karena Nusa Penida telah lama menjadi tujuan wisata di mancanegara
Masyarakat Nusa Penida pada umumnya mengunakan [[bahasa Bali Nusa Penida|bahasa Bali dialek Nusa Penida]] (''basa Nosa''). Selain itu, sama seperti kelompok etnis lainnya di Indonesia, masyarakat Nusa Penida juga mengunakan [[bahasa Indonesia]] sebagai bahasa penghubung antar etnis. Diantara mereka juga banyak yang bisa bertutur menggunakan [[bahasa Inggris]]. Hal ini dikarenakan Nusa Penida merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi Bali.


== Sejarah ==
== Lihat juga ==
* [[Suku Bali]]
Masyarakat Nusa Penida telah lama mampu melawan raja-raja Bali yang banyak mengadakan ekspedisi militer lainnya. Namun pada paruh kedua abad ke-17, Pulau Nusa Penida berhasil ditaklukkan oleh ekspedisi [[Kerajaan Gelgel]] Bali, Raja terakhir Nusa Penida yaitu [[Dalem Bungkut]], tewas dalam pertempuran.
* [[Muslim Bali]]

Kemudian [[Kerajaan Klungkung]] yang merupakan penerus dari [[Kerajaan Gelgel]] menguasai pulau tersebut Dan menjadikannya sebagai pulau upeti, Masyarakat Nusa Penida harus membayar upeti dan bekerja untuk kerajaan Klungkung dan mengirimkan hasil panennya ke Klungkung Sebagai penghormatan, masyarakat Nusa Penida juga banyak berperan dalam peperangan peperangan yang ada di bali bersama kerajaan Klungkung, mereka direkrut oleh kerajaan Klungkung sebagai tentara bayaran.

[[File:Kaart van het eiland Bali.jpg|jmpl|ka|Peta sembilan kerajaan di Bali (1900)]]

Karena kondisi geografis kepulauan Nusa Penida yang tandus dan musim kemarau yang relatif panjang. Ditambah lagi dengan stereotip bahwa Nusa Penida pada saat itu adalah pusat ilmu hitam sehingga cocok sebagai [[koloni tahanan]] karena Pulau ini dipandang sebagai daerah pengasingan yang potensial, yaitu tempat pembuangan orang-orang bermasalah dari [[Kabupaten Klungkung|Klungkung]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]] dan [[Kabupaten Bangli|Bangli]] (Sedimen, 1984). Kepulauan Nusa Penida dinilai punya kelebihan karena jauh dari daratan Bali, arus lautnya kencang dan ombaknya tinggi sehingga membuat para narapidana sulit melarikan diri. Peta Belanda yang dibuat pada tahun 1900 menyebut Nusa Penida sebagai 'Bandieten eiland (Pulau Bandit)' yang mempunyai arti “Pulau Penjahat”<ref name="Budaya dan Sejarah Nusa Penida dsn Bali">{{cite web|url=https://nusapenida.org/id/budaya-sejarah-nusa-penida-dan-bali/ |Budaya dan Sejarah Nusa Penida dan Bali |publisher= Badan Pusat Statistik |year=2020 |page=1379 |language=id |access-date= 4 Juli 2022}}</ref>

== Lihat Juga ==
* [[Nusa Penida]]
* [[Nusa Penida]]
* [[Bahasa Bali Nusa Penida]]

== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}


[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Nak Nusé]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Nak Nusé]]
[[Kategori:Suku bangsa di Provinsi Bali|Nak Nusé]]
[[Kategori:Suku bangsa di Bali|Nak Nusé]]
[[Kategori:Kabupaten Klungkung]]
[[Kategori:Kabupaten Klungkung]]
[[Kategori:Nusa Penida, Klungkung|Kecamatan Nusa Penida]]
[[Kategori:Nusa Penida, Klungkung]]


{{Suku-stub}}

Revisi terkini sejak 9 Mei 2024 07.59

Nusa Penida
Nak Nusé
ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲ
ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ
Tari baris jangkang, tarian khas suku Bali Nusa Penida.
Jumlah populasi
59.900 (2022)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Nusa Penida
Bahasa
Bali (dialek Nusa Penida) dan Indonesia
Agama
Hinduisme Bali (mayoritas) dan Islam (minoritas)[2]
Kelompok etnik terkait
Bali (Bali Aga • Bali Majapahit) • Jawa • Sasak

Orang Nusa Penida (Bali: ᬳᬦᬓ᭄‌ᬦᬸᬲᬧᭂᬦᬶᬤ, translit. Bali Nusa Penida; dikenal juga dengan sebutan Nak Nusé) adalah sub-suku Bali yang mendiami pulau Nusa Penida. Nama Nak Nusé berasal dari bahasa Bali nak 'anak' atau 'orang' dan nusé 'pulau'. Secara harfiah, Nak Nusé berarti "orang yang mendiami pulau".

Asal-usul[sunting | sunting sumber]

Ukiran patung khas Bali di Nusa Penida.

Tidak diketahui dengan pasti mengenai asal muasal terbentuknya masyarakat Nusa Penida. Namun ada yang meyakini bahwa penghuni pertama pulau ini adalah masyarakat Bali Aga. Mereka merupakan kelompok etnis yang mendiami pulau Bali dan diduga pernah tinggal di pulau Nusa Penida. Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, banyak orang dari pulau Jawa yang berimigrasi ke Bali dan Nusa Penida sehingga terjadi asimilasi dan percampuran budaya dengan masyarakat Bali Aga. Hal ini menciptakan sebuah kebudayaan baru di pulau Nusa Penida dengan pengaruh orang Jawa Hindu dan bahasa Jawa masuk ke pulau tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kosa kata dalam dialek Nusa Penida yang mirip dengan bahasa Jawa. Meski dipengaruhi oleh budaya dan bahasa Jawa, sebagian besar budaya dan bahasa di Nusa Penida tetap dipengaruhi oleh masyarakat Bali daratan, khususnya dari Bali Aga.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Peta kerajaan-kerajaan di Bali, sekitar tahun 1900an.

Masyarakat Nusa Penida telah sejak lama menentang raja-raja Bali yang banyak melakukan ekspedisi militer ke Nusa Penida. Namun pada abad ke-17, Nusa Penida berhasil ditaklukkan oleh ekspedisi Kerajaan Gelgel di Bali. Raja terakhir Nusa Penida, Dalem Bungkut tewas dalam pertempuran.

Kemudian Kerajaan Klungkung yang merupakan penerus Kerajaan Gelgel menguasai pulau tersebut dan menjadikannya sebagai wilayah bawahan. Masyarakat Nusa Penida diharuskan membayar upeti dan bekerja untuk kerajaan Klungkung dan mengirimkan hasil panennya ke ibu kota Klungkung sebagai tanda penghormatan dan pengakuan atas kekuasaan Kerajaan Klungkung. Masyarakat Nusa Penida juga banyak berperan dalam peperangan untuk Kerajaan Klungkung. Karena kondisi geografis Nusa Penida yang tandus dan musim kemarau yang relatif panjang, kemudian dengan stereotip bahwa Nusa Penida pada saat itu adalah pusat ilmu hitam sehingga cocok dijadikan sebagai koloni tahanan. Peta Belanda yang dibuat pada tahun 1900an menyebut Nusa Penida sebagai Bandieten eiland 'pulau bandit'. Nama tersebut diberikan karena pulau ini dipandang sebagai daerah pengasingan yang potensial, yakni tempat pembuangan orang-orang yang dianggap bermasalah dari Klungkung, Gianyar, dan Bangli (Sedimen, 1984). Nusa Penida juga dinilai punya kelebihan lainnya, karena letaknya yang jauh dari daratan Bali, arus lautnya kencang dan ombaknya tinggi sehingga membuat para tahanan sulit untuk melarikan diri.[3]

Kepercayaan[sunting | sunting sumber]

Pura Goa Giri Putri di Nusa Penida.

Masyarakat Nusa Penida kebanyakan menganut Hinduisme Bali. Meskipun begitu, masyarakat Nusa Penida dikenal sangat toleran terhadap penganut agama lain di pulau itu. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkampungan Muslim di Nusa Penida, yakni Kampung Toyapakeh.[2]

Persebaran[sunting | sunting sumber]

Populasi Nak Nusé berjumlah 59.900 jiwa pada pertengahan tahun 2022. Suku ini sebagian besar terkonsentrasi di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Namun, karena kecilnya wilayah pulau tersebut ditambah lagi pernah terjadinya letusan Gunung Agung pada tahun 1963, sebagian dari mereka kemudian mengikuti program transmigrasi dan tersebar ke seluruh Indonesia khususnya Lampung dan Sumatera Selatan.

Budaya[sunting | sunting sumber]

Pelaksanaan tradisi ngaben di Nusa Penida.

Karena Nusa Penida telah lama menjadi bagian dari kerajaan-kerajaan di Bali khususnya Kerajaan Klungkung selama ribuan tahun, maka budaya dan agama di dataran utama Bali juga dianut oleh masyarakat Nusa Penida. masyarakat Nusa Penida mengadopsi agama, budaya, dan tradisi yang sama dengan orang Bali daratan pada umunya, seperti pada tradisi melasti, ngaben, galungan, kuningan, dan nyepi.[3]

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Nusa Penida pada umumnya mengunakan bahasa Bali dialek Nusa Penida (basa Nosa). Selain itu, sama seperti kelompok etnis lainnya di Indonesia, masyarakat Nusa Penida juga mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung antar etnis. Diantara mereka juga banyak yang bisa bertutur menggunakan bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan Nusa Penida merupakan salah satu tujuan wisata di Provinsi Bali.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka 2020" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2020. Diakses tanggal 4 Juli 2022. 
  2. ^ a b "Sejarah Islam di Pulau Nusa Penida". Badan Pusat Statistik. 2020. hlm. 1379. Diakses tanggal 4 Juli 2022. 
  3. ^ a b "Budaya dan Sejarah Nusa Penida dan Bali". nusapenida.org. Diakses tanggal 27 Maret 2024.