Rumah kebaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan

Sebaris

Revisi terkini sejak 20 Mei 2024 05.39

Rumah kebaya adalah sebuah nama rumah adat suku Betawi.^[1] Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.^[1]^[2]

Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya, seperti Rumah Gudang, Rumah Joglo, dan Rumah Panggung.

Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.^[3] Pada zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.^[2]^[4]^[5] Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.^[1]^[3]^[3]

Rumah ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya, yakni bagian depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut.^[2]^[6] Dan yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat pribadi.^[2]^[6] Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah.^[2]^[6]

Material

Material Atap

Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan kayu gowok (Syzygium Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4 cm x 6 cm atau 5 cm x 7 cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2 cm x 3 cm atau 3 cm x 4 cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali.^[2] Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter ± 4 cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah.^[2]

Material Dinding

Material yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau.^[2] Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya.^[2] Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi adalah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, seperti pada kamar mandi) pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.^[2]

Material Struktur

Bahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.^[2]

Ragam Hias

Rumah Betawi umumnya memiliki ragam hias yang sangat spesifik.^[2] Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama digunakan untuk menutup lubang ventilasi pada dinding depan.^[2]

Ruang-ruang

Setiap rumah pasti memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat pribadi atau untuk umum.^[4] Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya:

Teras depan tempat kursi untuk tetamu serta bale-bale (kursi yang terbuat dari kayu jati) untuk bersantai dikenal juga dengan nama Amben.^[4] Ruang ini banyak digunakan oleh anggota keluarga.^[4]
Lantai pada teras depan ini diberi nama Gejogan.^[3]^[6] Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu.^[3]^[6] Gejogan atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh masyarakat Betawi sebab berhubungan langsung dengan tangga bernama balaksuji, penghubung rumah dengan area luar.^[3]^[6]
Ruangan selanjutnya adalah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama Paseban.^[3]^[4]^[6] Tepi paseban dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.^[3]^[4]^[6] Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80 cm. Sedangkan tepi atapnya diberi renda seperti kebaya.^[3]^[4]^[6] Paseban berfungsi pula sebagai tempat ibadah.^[3]^[4]^[6]
Bagian selanjutnya dari rumah adat Betawi ini adalah Pangkeng. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar.^[4]
Selanjutnya adalah ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.^[4]
Terakir adalah dapur yang letaknya paling belakang. Dapur bagi orang Betawi dikenal dengan nama Srondoyan.^[4]

Lihat pula

Rumah panggung Betawi

Referensi

^ ^a ^b ^c (Indonesia) salah. "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.
^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j ^k ^l ^m (Indonesia) Tjandra Kania. "Arsitektur Rumah Tradisional Betawi "Keturunan"" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2016-09-09. Diakses tanggal 29 April 2014.
^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j (Indonesia) "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.
^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j ^k (Indonesia) "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.
^ (Indonesia) "Rumah Kebaya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 29 April 2014.
^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j (Indonesia) "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.

[x-1] (Indonesia) salah. "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.

[i-2] ^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j ^k ^l ^m (Indonesia) Tjandra Kania. "Arsitektur Rumah Tradisional Betawi "Keturunan"" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2016-09-09. Diakses tanggal 29 April 2014.

[e-3] ^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j (Indonesia) "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.

[w-4] ^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j ^k (Indonesia) "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.

[c-5] (Indonesia) "Rumah Kebaya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 29 April 2014.

[o-6] ^ ^a ^b ^c ^d ^e ^f ^g ^h ⁱ ^j (Indonesia) "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014.

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

@@ Baris 1: / Baris 1: @@
-[[Berkas:Rumah Kebaya.jpg|jmpl|ka|240px|Rumah Kebaya.]]
+[[Berkas:Rumah Adat Kebaya dari Jakarta.jpg|jmpl|Rumah adat suku Betawi]]
+'''Rumah kebaya''' adalah sebuah nama rumah adat [[suku Betawi]].<ref name="x"/> Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai [[pelana]] yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan [[kebaya]].<ref name="x">{{id}} {{cite journal
+ | author =  salah
-'''Rumah kebaya''' merupakan sebuah nama rumah adat [[suku Betawi]].<ref name="x"/> Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai [[pelana]] yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan [[kebaya]].<ref name="x">{{id}} {{cite journal
- | author =
  | year =
  | month =
@@ Baris 16: / Baris 15: @@
  | accessdate = 29 April 2014
  }}
-</ref> <ref name="i">{{id}} {{cite journal
+</ref><ref name="i">{{id}} {{cite journal
- | author =  Tjandra Kania
+ | author = Tjandra Kania
  | year =
  | month =
@@ Baris 25: / Baris 24: @@
  | issue =
  | pages =
  | doi =
  | id =
  | url = http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1155/2/jia-03-01-2006-arsitektur_rumah_tradisional_betawi1.pdf
  | format = pdf
  | accessdate = 29 April 2014
+ | archive-date = 2016-09-09
- }}
+ | archive-url = https://web.archive.org/web/20160909181005/http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/1155/2/jia-03-01-2006-arsitektur_rumah_tradisional_betawi1.pdf
-</ref>
+ | dead-url = yes
+ }}</ref>
 Selain Rumah Kebaya, [[suku Betawi]] juga memiliki rumah adat lainnya, seperti [[Rumah Gudang]], [[Rumah Joglo]], dan [[Rumah Panggung Betawi|Rumah Panggung]].
-Ciri khas dari [[rumah]] ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.<ref name="e"/> Pada zaman dahulu, masyarakat [[betawi]] membuat [[sumur]] di depan rumahnya dan [[pemakaman]] yang berada disamping [[rumah]].<ref name="w">{{id}} {{cite journal
+Ciri khas dari [[rumah]] ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.<ref name="e"/> Pada zaman dahulu, masyarakat [[betawi]] membuat [[sumur]] di depan rumahnya dan [[pemakaman]] yang berada disamping [[rumah]].<ref name="i"/><ref name="w">{{id}} {{cite journal
  | author =
  | year =
@@ Baris 50: / Baris 51: @@
  | accessdate = 29 April 2014
  }}
-</ref> <ref name="c">{{id}} {{cite journal
+</ref><ref name="c">{{id}} {{cite journal
  | author =
  | year =
@@ Baris 59: / Baris 60: @@
  | issue =
  | pages =
  | doi =
  | id =
  | url = http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3796/Rumah-Kebaya
  | format =
  | accessdate = 29 April 2014
+ | archive-date = 2014-05-02
- }}
+ | archive-url = https://web.archive.org/web/20140502032932/http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3796/Rumah-Kebaya
-</ref> <ref name="i"/> Dan, dinding [[rumah]]nya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.<ref name="e"/> <ref name="x"/> <ref name="e">{{id}} {{cite journal
+ | dead-url = yes
+ }}</ref> Dan, dinding [[rumah]]nya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.<ref name="x"/><ref name="e"/><ref name="e">{{id}} {{cite journal
  | author =
  | year =
@@ Baris 82: / Baris 85: @@
 </ref>
-[[Rumah]] ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya, yakni bagian depan bersifat [[publik|semi publik]], sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut.<ref name="i"/> <ref name="o">{{id}} {{cite journal
+[[Rumah]] ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya, yakni bagian depan bersifat [[publik|semi publik]], sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut.<ref name="i"/><ref name="o">{{id}} {{cite journal
  | author =
  | year =
@@ Baris 97: / Baris 100: @@
  | accessdate = 29 April 2014
  }}
-</ref> Dan yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat [[pribadi]].<ref name="i"/> <ref name="o"/> Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik [[rumah]].<ref name="i"/> <ref name="o"/>
+</ref> Dan yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat [[pribadi]].<ref name="i"/><ref name="o"/> Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik [[rumah]].<ref name="i"/><ref name="o"/>
 == Material ==
 === Material Atap ===
-[[Berkas:Pondasi Umpak.jpg|jmpl|ka|240px|Pondasi Umpak.]]
-Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah [[genteng]] atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan [[gowok|kayu gowok (Syzygium Polycephalum)]] atau [[kecapi (buah)|kayu kecapi (Sandoricum Koetjape)]], balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan [[nangka|kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk]] yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni [[bambu]] yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali.<ref name="i"/> [[Bambu]] yang digunakan sebagai kaso adalah [[bambu]] utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah [[bambu]] yang dibelah.<ref name="i"/>
+Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah [[genteng]] atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan [[gowok|kayu gowok (Syzygium Polycephalum)]] atau [[kecapi (buah)|kayu kecapi (Sandoricum Koetjape)]], balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan [[nangka|kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk]] yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4&nbsp;cm x 6&nbsp;cm atau 5&nbsp;cm x 7&nbsp;cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2&nbsp;cm x 3&nbsp;cm atau 3&nbsp;cm x 4&nbsp;cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni [[bambu]] yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan tali.<ref name="i"/> [[Bambu]] yang digunakan sebagai kaso adalah [[bambu]] utuh dengan diameter ± 4&nbsp;cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah [[bambu]] yang dibelah.<ref name="i"/>
 === Material Dinding ===
-[[Berkas:Jalusi.jpg|jmpl|ka|200px|Pintu Jalusi.]]
 Material yang digunakan untuk dinding depan adalah [[gowok|kayu gowok]]/[[nangka|kayu nangka]] yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau.<ref name="i"/> Dinding rumah lainnya menggunakan bahan [[anyaman|anyaman bambu]] dengan atau tanpa pasangan [[batu bata|bata]] dibagian bawahnya.<ref name="i"/> Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi adalah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, seperti pada kamar mandi) pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.<ref name="i"/>
@@ Baris 120: / Baris 122: @@
 == Ruang-ruang ==
-Setiap rumah pasti memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat [[pribadi]] atau untuk [[umum]].<ref name="w"/> Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya:
+Setiap rumah pasti memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat [[pribadi]] atau untuk umum.<ref name="w"/> Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya:
 # Teras depan tempat kursi untuk tetamu serta bale-bale (kursi yang terbuat dari kayu jati) untuk bersantai dikenal juga dengan nama ''Amben''.<ref name="w"/> Ruang ini banyak digunakan oleh anggota keluarga.<ref name="w"/>
-# Lantai pada teras depan ini diberi nama ''Gejogan''.<ref name="o"/> <ref name="e"/> Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu.<ref name="o"/> <ref name="e"/> ''Gejogan'' atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh [[betawi|masyarakat Betawi]] sebab berhubungan langsung dengan tangga bernama ''balaksuji'', penghubung rumah dengan area luar.<ref name="o"/> <ref name="e"/>
+# Lantai pada teras depan ini diberi nama ''Gejogan''.<ref name="e"/><ref name="o"/> Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu.<ref name="e"/><ref name="o"/> ''Gejogan'' atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh [[betawi|masyarakat Betawi]] sebab berhubungan langsung dengan tangga bernama ''balaksuji'', penghubung rumah dengan area luar.<ref name="e"/><ref name="o"/>
-# Ruangan selanjutnya adalah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama ''Paseban''.<ref name="o"/> <ref name="e"/> <ref name="w"/> Tepi ''paseban'' dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.<ref name="o"/> <ref name="e"/> <ref name="w"/> Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80 cm. Sedangkan tepi atapnya diberi [[renda]] seperti [[kebaya]].<ref name="o"/> <ref name="e"/> <ref name="w"/> ''Paseban'' berfungsi pula sebagai tempat ibadah.<ref name="o"/> <ref name="e"/> <ref name="w"/>
+# Ruangan selanjutnya adalah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama ''Paseban''.<ref name="e"/><ref name="w"/><ref name="o"/> Tepi ''paseban'' dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.<ref name="e"/><ref name="w"/><ref name="o"/> Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80&nbsp;cm. Sedangkan tepi atapnya diberi [[renda]] seperti [[kebaya]].<ref name="e"/><ref name="w"/><ref name="o"/> ''Paseban'' berfungsi pula sebagai tempat ibadah.<ref name="e"/><ref name="w"/><ref name="o"/>
 # Bagian selanjutnya dari rumah adat [[Betawi]] ini adalah ''Pangkeng''. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar.<ref name="w"/>
 # Selanjutnya adalah ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.<ref name="w"/>