Lompat ke isi

Ardini Pangastuti: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adel puput (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(21 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Ardini Pangastuti''' yang bernama lengkap Suciati Ardini Pangastuti merupakan pengarang [[Sastra Jawa|sastra jawa]] periode kemerdekaan yang lahir di Kacangan, Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 16 November 1960. Kini ia menetap di Sribitan, Bangunjiwo,Kasihan, Bantul, Yogyakarta, dan menikah dengan [[Banuarli Ambardi]], seoarang ilustrator dan pelukis dari Yogyakarta. Ayah beliau bernama Moesrin (alm.), seorang mantan guru, sedangkan ibunya bernama Kamilah.
'''Ardini Pangastuti''' yang bernama lengkap Suciati Ardini Pangastuti ({{lahirmati|Kacangan, Tulungagung, Jawa Timur|16|11|1960}}) merupakan pengarang [[Sastra Jawa|sastra jawa]] periode kemerdekaan yang lahir di Kacangan, Tulungagung, Jawa Timur. Kini ia menetap di Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, dan menikah dengan [[Banuarli Ambardi]], seoarang ilustrator dan pelukis dari Yogyakarta. Ayah beliau bernama Moesrin (alm.), seorang mantan guru, sedangkan ibunya bernama Kamilah.


== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
Baris 7: Baris 8:


=== Karier Kepengarangan ===
=== Karier Kepengarangan ===
Karier kepengarangannya tumbuh sejak SMP.Ketika itu, ia memulai dengan menulis puisi. Waktu SMEA (1978-1979) menulis cerpen untuk media di Jakarta, di koran " Shimponi" dan Swadesi. Dua koran itu menyediakan rublik khusus untuk remaja. Ardini sering menulis di koran tersebut.. Namun,ia mengakui bahwa dirinya baru menekuni dunia karang-mengarang secara intens sejak tahun 1986. Pada awalnya, ia secara iseng mengirimkan cerkaknya ke Jaya Baya, dan ternyata cerkaknya yang berjudul "Diary Biru" tersebut dimuat. Sehingga, ia terus mencoba dan mencoba lagi menulis.. Kegiatan mengarangnya semakin berkembang sekitar tahun 1992-1994 ketika ia menjadi redaktur majalah ''Jawa Anyar'' di Solo. Sejak tahun 1995, ia menjadi penulis lepas. Karya-karyanya cukup beragam, yaitu berupa cerpen anak-anak, cerpen remaja, [[geguritan]], dan cerita bersambung (novel). Cerbung pertamanya berjudul ''"Isih Ana Dina Esuk"'' yang dimuat dalam ''Djaka Lodang (1988).'' Terkadang ia menggunakan nama samaran Eva rahmawati untuk karya-karyanya. Suatu ketika, sanggar triwida di Tulungagung mengadakan sarasehan dengan mengundang seluruh pengarang se-Jawa dalam rangka ulang tahunnya. Ardini hadir pada sarasehan tersebut sehingga ia dapat bertemu dengan banyak pengarang sastra Jawa, seperti [[Suparto Brata]] dan lainnya. Stelah sarasehan, Tiwiek S.A dan Tamsir A.S mengajaknya bergabung menjadi anggota sanggar. Ardini mengiyakan ajakan tersebut. Setelah menjadi anggota sanggar, ia lebih bersemangat dalam menulis.
Karier kepengarangannya tumbuh sejak SMP.Ketika itu, ia memulai dengan menulis puisi. Waktu SMEA (1978-1979) menulis cerpen untuk media di Jakarta, di koran " Shimponi" dan Swadesi.<ref>{{Cite journal|last=Hidayah|first=Sa'adatun Nuril|date=2020|title=Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Utama Perempuan Dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini Pangastti Bn Dan Relevansinya Sebagai Materi Bahan Ajar Memahami Teks Novel Berbahasa Jawa Di SMA|url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/71242/|journal=Tesis Magister, Univeritas Sebelas Maret|pages=195-205|access-date=2024-03-13|archive-date=2024-03-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20240313182840/https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/71242/|dead-url=no}}</ref> Dua koran itu menyediakan rublik khusus untuk remaja. Ardini sering menulis di koran tersebut.. Namun,ia mengakui bahwa dirinya baru menekuni dunia karang-mengarang secara intens sejak tahun 1986. Pada awalnya, ia secara iseng mengirimkan cerkaknya ke Jaya Baya, dan ternyata cerkaknya yang berjudul "Diary Biru" tersebut dimuat. Sehingga, ia terus mencoba dan mencoba lagi menulis.. Kegiatan mengarangnya semakin berkembang sekitar tahun 1992-1994 ketika ia menjadi redaktur majalah ''Jawa Anyar'' di Solo. Sejak tahun 1995, ia menjadi penulis lepas. Karya-karyanya cukup beragam, yaitu berupa cerpen anak-anak, cerpen remaja, [[geguritan]], dan cerita bersambung (novel). Cerbung pertamanya berjudul ''"Isih Ana Dina Esuk"'' yang dimuat dalam ''Djaka Lodang (1988).'' Terkadang ia menggunakan nama samaran Eva rahmawati untuk karya-karyanya. Suatu ketika, sanggar triwida di Tulungagung mengadakan sarasehan dengan mengundang seluruh pengarang se-Jawa dalam rangka ulang tahunnya. Ardini hadir pada sarasehan tersebut sehingga ia dapat bertemu dengan banyak pengarang sastra Jawa, seperti [[Suparto Brata]] dan lainnya. Stelah sarasehan, Tiwiek S.A dan Tamsir A.S mengajaknya bergabung menjadi anggota sanggar.<ref>{{Cite journal|last=Mulia|first=Permata Aji Bagiananda|date=2015|title=Sosok Tokoh Sulimah Dalam Cerita Bersambung Tangis Biru Karya Ardini Pangastuti Bn (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)|url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/47180|journal=Skripsi Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta|pages=228-236|access-date=2024-03-13|archive-date=2024-03-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20240314062300/https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/47180|dead-url=no}}</ref> Ardini mengiyakan ajakan tersebut. Setelah menjadi anggota sanggar, ia lebih bersemangat dalam menulis.


Pada tahun 1989, ia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Suparto Brata, Tamsir A.S, dan [[J.F.X. Hoery|J.F.X Hoery]] untuk menerbitkan majalah ''Praba'' dengan format baru. Disini ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan belajar banyak hal, mulai dari belajar menulis berita, mengedit, menulis artikel, sampai tajuk. Dan bersamaan dengan itu, majalah Djaka Lodang yang berkantor pusat di Yogyakarta menawarinya untuk ikut bergabung. Namun, ia lebih memilih untuk mengikuti suaminya yang pindah kerja di Semarang. Ketika di Semarang, ia merasa asing karena tidak ada komunitas penulis sastra Jawa sehingga ia harus mondar-mandir Semarang-Jogja untuk bergabung dengan sanggar sastra Jawa di Jogja.
Pada tahun 1989, ia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Suparto Brata, Tamsir A.S, dan [[J.F.X. Hoery|J.F.X Hoery]] untuk menerbitkan majalah ''Praba'' dengan format baru. Disini ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan belajar banyak hal, mulai dari belajar menulis berita, mengedit, menulis artikel, sampai tajuk. Dan bersamaan dengan itu, majalah Djaka Lodang yang berkantor pusat di Yogyakarta menawarinya untuk ikut bergabung. Namun, ia lebih memilih untuk mengikuti suaminya yang pindah kerja di Semarang. Ketika di Semarang, ia merasa asing karena tidak ada komunitas penulis sastra Jawa sehingga ia harus mondar-mandir Semarang-Jogja untuk bergabung dengan sanggar sastra Jawa di Jogja.


Tahun 2005, Ardini bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas ''Djawa Gandrung'' antara lain Sulebar M. Soekarman, Bondan Nusantara, Suryanto Sastroatmojo, Purwatmadi Admadipurwa, dll mendirikan majalah ''Djawa Nilakandhi '' dan Ardini ditunjuk sebagai pemimpin redaksi.. sayang, majalah itu hanya bisa bertahan dua tahun.
Tahun 2005, Ardini bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas ''Djawa Gandrung'' antara lain [[Sulebar M. Soekarman|Sulebar M. Soekarman]], Bondan Nusantara, Suryanto Sastroatmojo, Purwatmadi Admadipurwa, dll mendirikan majalah ''Djawa Nilakandhi '' dan Ardini ditunjuk sebagai pemimpin redaksi<ref>{{Cite journal|date=2005|title=Djawa Nilakandhi|journal=Djawa Nilakandhi|volume=Vol 1|issue=2|pages=1-64|issn=1858-4632}}</ref>.. Namun, majalah itu hanya bisa bertahan dua tahun.


Pada tahun 2009-2013 Ardini bergabung dengan majalah Djaka Lodang sebagai redaksi di sana. Tahun 2018 masuk dalam tim redaksi Majalah Sempulur,sebuah majalah budaya yang diterbitkan oleh Kunda Kabudayan DIY. Tahun 2020 vakum dari keredaksian dan tahun 2021 masuk lagi sebagai tim redaksi sampai sekarang..
Pada tahun 2009-2013 Ardini bergabung dengan majalah Djaka Lodang sebagai redaksi di sana. Tahun 2018 masuk dalam tim redaksi Majalah Sempulur,sebuah majalah budaya yang diterbitkan oleh Kunda Kabudayan DIY. Tahun 2020 vakum dari keredaksian dan tahun 2021 masuk lagi sebagai tim redaksi sampai sekarang<ref>{{Cite journal|date=2023|title=Sempulur|journal=Sempulur|volume=II- 2023|issue=No.45|issn=2085--2673}}</ref>..


== Karya ==
== Karya ==
Baris 23: Baris 24:
* Nalika Prau Gonjing, (novel, Sinar Wijaya, 1993)
* Nalika Prau Gonjing, (novel, Sinar Wijaya, 1993)
* Garising Papesthen (cerbung, Mekar Sari, 1997)
* Garising Papesthen (cerbung, Mekar Sari, 1997)
* Nalika Srengenge Durung Angslup (antologi cerpen, Adhigama, 1997)
* Nalika Srengenge Durung Angslup (antologi cerpen, Adhigama, 1997)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=1996|title=Nalika Srengege Durung Angslup|location=Semarang|publisher=Yayasan Adhigama|edition=Cet 1|url-status=live}}</ref>
* Lintang (novel, Adhigama, 1998)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=1997|title=Lintang|location=Semarang|publisher=Yayasan Adhigama|url-status=live}}</ref>
* Lintang (novel, Adhigama, 1998)
* Kidung Jaman (antologi guritan, Adhigama, 1999)<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref>
* Kidung Jaman (antologi guritan, Adhigama, 1999)<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref>


* Pralambang (kumpulan cerkak 2016)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=2015|title=Pralambang|location=Yogyakarta|publisher=Surya Samudra|isbn=9786021062746|url-status=live}}</ref>
== Rujukan ==
* Joged (kumpulan Esai 2016)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=2015|title=Joged|location=Yogyakarta|publisher=Surya Samudra|isbn=9786021062784|url-status=live}}</ref>
<references />
* Alun Samudra Rasa (novel, 2016 dan mendapat penghargaan sastra [[Hadiah Sastra Rancagé|Hadiah Sastra Rancagé]] ditahun yang sama).
*Hadiah Paling Endah (wacan bocah 2017)
* Lakon (novel, 2020)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=2020|title=Lakon|location=Yogyakarta|publisher=interlude|isbn=9786237676584|edition=cet.1|others=ilustrated by Banuali Ambardi|url-status=live}}</ref>
* kidung Sukma Larasing Jiwa (novel 2021)<ref>{{Cite book|last=Pangastuti Bn|first=Ardini|date=2015|title=Alun Samudra Rasa|location=Yogyakarta|publisher=Surya Samudra|isbn=9786021062364|edition=Cet 1|url-status=live}}</ref>
* Ngambah Alam Liya (kumpulan cerita misteri, 2023)

== Referensi ==
{{reflist}}


[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Tulungagung]]
[[Kategori:Tokoh dari Bantul]]

Revisi terkini sejak 20 Mei 2024 11.50

Ardini Pangastuti yang bernama lengkap Suciati Ardini Pangastuti (lahir 16 November 1960) merupakan pengarang sastra jawa periode kemerdekaan yang lahir di Kacangan, Tulungagung, Jawa Timur. Kini ia menetap di Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, dan menikah dengan Banuarli Ambardi, seoarang ilustrator dan pelukis dari Yogyakarta. Ayah beliau bernama Moesrin (alm.), seorang mantan guru, sedangkan ibunya bernama Kamilah.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Masa Kecil

[sunting | sunting sumber]

Pendidikan formal Adini secara berturut-turut adalah SD, lulus tahun 1973 di Kacangan. SMP, lulus tahun 1976 di Ngunut. Dan SMEA, lulus tahun 1979 di Tulungagung, Jawa Timur..Meskipun ketika kecil Ardini tinggal di desa, ia senang membaca. Kegemarannya tersebut mendapat dukungan dari keluarga, terlebih karena ayahnya seorang guru. Beliau sering membawa buku cerita dan beberapa bacaan. Selain itu, di rumah neneknya juga banyak koleksi buku bacaan milik paman dan bibinya yang sekolah di kota. Bila hari Minggu atau hari libur, Ardini sering menginap di rumah neneknya. Kesempatan itu ia gunakan untuk membaca buku-buku tersebut meskipun denan cara mencuri-curi. Selain itu, ia juga senang mendengarkan cerita atau dongeng. Kalau sedang luang, ayahnya suka mendongeng untuknya saat akan tidur. Tetapi itu semua dijalaninya sampai ia kelas 3 SD. Karena setelah ia lancar membaca, ayahnya tidak pernah lagi mendongeng.. Namun, ia mempunyai kakak sepupu yang pandai mendongeng, sehingga ia sering menginap di rumah kakak sepupunya untuk mendengarkan dongeng. Hal itu berlangsung sampai ia lulus SD. Sejak SMP, Ardini mulai mengenal dunia luar karena ia sekolah di kota, sebab di desanya belum ada SMP. Oleh sebab itu, ia harus tinggal di rumah bibinya. Saat itu, ia mulai menulis puisi di buku hariannya. Ia diharapkan oleh orang tuanya menjadi seorang guru. Namun menjadi guru bukanlah bakat dan keinginannya. Ia pun dkeberatan ketika dipaksa orang tuanya untuk sekolah di SPG, sehingga ia akhirnya masuk sekolah kejuruan (SMEA) karena ayahnya tidak mengizinkan masuk SMA. Setelah beberapa lama belajar di SMEA, ia merasa salah pilih. Namun, ia sadar bahwa semua itu sudah telanjur dan tidak perlu disesali.

Karier Kepengarangan

[sunting | sunting sumber]

Karier kepengarangannya tumbuh sejak SMP.Ketika itu, ia memulai dengan menulis puisi. Waktu SMEA (1978-1979) menulis cerpen untuk media di Jakarta, di koran " Shimponi" dan Swadesi.[1] Dua koran itu menyediakan rublik khusus untuk remaja. Ardini sering menulis di koran tersebut.. Namun,ia mengakui bahwa dirinya baru menekuni dunia karang-mengarang secara intens sejak tahun 1986. Pada awalnya, ia secara iseng mengirimkan cerkaknya ke Jaya Baya, dan ternyata cerkaknya yang berjudul "Diary Biru" tersebut dimuat. Sehingga, ia terus mencoba dan mencoba lagi menulis.. Kegiatan mengarangnya semakin berkembang sekitar tahun 1992-1994 ketika ia menjadi redaktur majalah Jawa Anyar di Solo. Sejak tahun 1995, ia menjadi penulis lepas. Karya-karyanya cukup beragam, yaitu berupa cerpen anak-anak, cerpen remaja, geguritan, dan cerita bersambung (novel). Cerbung pertamanya berjudul "Isih Ana Dina Esuk" yang dimuat dalam Djaka Lodang (1988). Terkadang ia menggunakan nama samaran Eva rahmawati untuk karya-karyanya. Suatu ketika, sanggar triwida di Tulungagung mengadakan sarasehan dengan mengundang seluruh pengarang se-Jawa dalam rangka ulang tahunnya. Ardini hadir pada sarasehan tersebut sehingga ia dapat bertemu dengan banyak pengarang sastra Jawa, seperti Suparto Brata dan lainnya. Stelah sarasehan, Tiwiek S.A dan Tamsir A.S mengajaknya bergabung menjadi anggota sanggar.[2] Ardini mengiyakan ajakan tersebut. Setelah menjadi anggota sanggar, ia lebih bersemangat dalam menulis.

Pada tahun 1989, ia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Suparto Brata, Tamsir A.S, dan J.F.X Hoery untuk menerbitkan majalah Praba dengan format baru. Disini ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan belajar banyak hal, mulai dari belajar menulis berita, mengedit, menulis artikel, sampai tajuk. Dan bersamaan dengan itu, majalah Djaka Lodang yang berkantor pusat di Yogyakarta menawarinya untuk ikut bergabung. Namun, ia lebih memilih untuk mengikuti suaminya yang pindah kerja di Semarang. Ketika di Semarang, ia merasa asing karena tidak ada komunitas penulis sastra Jawa sehingga ia harus mondar-mandir Semarang-Jogja untuk bergabung dengan sanggar sastra Jawa di Jogja.

Tahun 2005, Ardini bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas Djawa Gandrung antara lain Sulebar M. Soekarman, Bondan Nusantara, Suryanto Sastroatmojo, Purwatmadi Admadipurwa, dll mendirikan majalah Djawa Nilakandhi dan Ardini ditunjuk sebagai pemimpin redaksi[3].. Namun, majalah itu hanya bisa bertahan dua tahun.

Pada tahun 2009-2013 Ardini bergabung dengan majalah Djaka Lodang sebagai redaksi di sana. Tahun 2018 masuk dalam tim redaksi Majalah Sempulur,sebuah majalah budaya yang diterbitkan oleh Kunda Kabudayan DIY. Tahun 2020 vakum dari keredaksian dan tahun 2021 masuk lagi sebagai tim redaksi sampai sekarang[4]..

  • Isih Ana Dina Esuk (cerbung, Djaka Lodang, 1988)
  • Langit Perak ing Ndhuwur Nusa Dua (cerbung Djaka Lodang, 1990)
  • Bumerang (novel, Bina Ilmu, 1991)
  • Anggraini (cerbung, Mekar Sari, 1990)
  • Nalika Prau Gonjing, (novel, Sinar Wijaya, 1993)
  • Garising Papesthen (cerbung, Mekar Sari, 1997)
  • Nalika Srengenge Durung Angslup (antologi cerpen, Adhigama, 1997)[5]
  • Lintang (novel, Adhigama, 1998)[6]
  • Kidung Jaman (antologi guritan, Adhigama, 1999)[7]
  • Pralambang (kumpulan cerkak 2016)[8]
  • Joged (kumpulan Esai 2016)[9]
  • Alun Samudra Rasa (novel, 2016 dan mendapat penghargaan sastra Hadiah Sastra Rancagé ditahun yang sama).
  • Hadiah Paling Endah (wacan bocah 2017)
  • Lakon (novel, 2020)[10]
  • kidung Sukma Larasing Jiwa (novel 2021)[11]
  • Ngambah Alam Liya (kumpulan cerita misteri, 2023)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hidayah, Sa'adatun Nuril (2020). "Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Utama Perempuan Dalam Novel Alun Samudra Rasa Karya Ardini Pangastti Bn Dan Relevansinya Sebagai Materi Bahan Ajar Memahami Teks Novel Berbahasa Jawa Di SMA". Tesis Magister, Univeritas Sebelas Maret: 195–205. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-13. Diakses tanggal 2024-03-13. 
  2. ^ Mulia, Permata Aji Bagiananda (2015). "Sosok Tokoh Sulimah Dalam Cerita Bersambung Tangis Biru Karya Ardini Pangastuti Bn (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)". Skripsi Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta: 228–236. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-14. Diakses tanggal 2024-03-13. 
  3. ^ "Djawa Nilakandhi". Djawa Nilakandhi. Vol 1 (2): 1–64. 2005. ISSN 1858-4632. 
  4. ^ "Sempulur". Sempulur. II- 2023 (No.45). 2023. ISSN 2085-2673. 
  5. ^ Pangastuti Bn, Ardini (1996). Nalika Srengege Durung Angslup (edisi ke-Cet 1). Semarang: Yayasan Adhigama. 
  6. ^ Pangastuti Bn, Ardini (1997). Lintang. Semarang: Yayasan Adhigama. 
  7. ^ Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern. Suwondo, Tirto. (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Adiwacana. 2006. ISBN 9799960487. OCLC 224862919. 
  8. ^ Pangastuti Bn, Ardini (2015). Pralambang. Yogyakarta: Surya Samudra. ISBN 9786021062746. 
  9. ^ Pangastuti Bn, Ardini (2015). Joged. Yogyakarta: Surya Samudra. ISBN 9786021062784. 
  10. ^ Pangastuti Bn, Ardini (2020). Lakon. ilustrated by Banuali Ambardi (edisi ke-cet.1). Yogyakarta: interlude. ISBN 9786237676584. 
  11. ^ Pangastuti Bn, Ardini (2015). Alun Samudra Rasa (edisi ke-Cet 1). Yogyakarta: Surya Samudra. ISBN 9786021062364.