Lompat ke isi

Erosi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Alicya- (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(36 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Badlands SD Erosion.jpg|thumb|right|Erosi di Amerika Serikat.]]
[[Berkas:Badlands SD Erosion.jpg|jmpl|ka|Erosi di [[Amerika Serikat]].]]
[[Berkas:NegevWadi2009.JPG|thumb|Erosi di [[Israel]].]]
[[Berkas:NegevWadi2009.JPG|jmpl|Erosi di [[Israel]].]]
'''Erosi''' adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, [[tanah]], batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi [[angin]], [[air]] atau [[es]], karakteristik [[hujan]], [[creep]] pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut [[bio-erosi]]. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
'''Erosi''' atau '''pengikisan'''<ref>{{kamus|pengikisan}}</ref> (dari bahasa [[Bahasa Latin|Latin]] ''erosionem'' "menggerogoti") adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan padatan (endapan, [[tanah]], batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh [[angin]], tanah dan material lain di bawah pengaruh [[gravitasi]]<ref name=":0">{{Cite news|last=Putri|first=Arum Sutrisni|title=Pengertian Erosi dan Akibatnya|url=https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/22/120000269/pengertian-erosi-dan-akibatnya|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-12-30|editor-last=Nailufar|editor-first=Nibras Nada|date=2019-12-22}}</ref> atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang mengakibatkan retakan tanah yang dalam hal ini disebut bioerosi.<ref>{{Cite web|last=Society|first=National Geographic|date=2018-03-20|title=erosion|url=http://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/erosion/|website=National Geographic Society|language=en|access-date=2021-01-18}}</ref> Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Secara umum erosi melibatkan tiga proses yaitu pelepasan (''detachment''), transformasi (''transformation''), dan [[Sedimentasi|pengendapan]] (''sedimentation'').<ref>{{Cite web|title=Erosion {{!}} Soils 4 Teachers|url=https://www.soils4teachers.org/erosion|website=www.soils4teachers.org|access-date=2021-01-18}}</ref>


Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas [[manusia]] dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan [[hutan]], kegiatan [[pertambangan]], [[perkebunan]] dan [[perladangan]], kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan [[jalan]]. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan [[vegetasi]] alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal [[terrace]]-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Erosi yang terjadi dapat membentuk banyak penampakan alam menarik seperti puncak [[gunung]], [[lembah]] dan [[garis pantai]].<ref name=":0" /> Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas [[manusia]] dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan [[hutan]], kegiatan [[pertambangan]], [[perkebunan]] dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan [[jalan]]. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan [[vegetasi]] alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.


== Dampak ==
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan [[tanah]] bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan [[air]] ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan [[banjir]] di [[sungai]]. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan [[tanah]] bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan ([[degradasi lahan]]).<ref>{{Cite web|last=Government|first=Queensland|title=Impacts of erosion {{!}} Erosion|url=https://www.qld.gov.au/environment/land/management/soil/erosion/impacts|website=www.qld.gov.au|language=en|access-date=2021-01-18}}</ref> Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air ([[infiltrasi]]). Penurunan kemampuan lahan meresapkan [[air]] ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan [[Limpasan permukaan|limpasan]] air permukaan yang akan mengakibatkan [[banjir]] di [[sungai]]. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai ([[sedimentasi]]) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.<ref>{{Cite book|last=Azmeri|first=Azmeri|date=2020|url=https://books.google.co.id/books/about/Erosi_Sedimentasi_dan_Pengelolaannya.html?id=Edj9DwAAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y|title=Erosi, Sedimentasi, dan Pengelolaannya|location=Banda Aceh|publisher=Syiah Kuala University Press|isbn=9786232641006|pages=15|url-status=live}}</ref>


Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk [[ekosistem]]. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk [[ekosistem]]. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.


== Faktor Penyebab ==
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhinya meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi.<ref>{{Cite book|last=Lihawa|first=Fitriyane|date=2017|url=https://books.google.co.id/books?id=23ZLDwAAQBAJ&dq=erosi&hl=id&source=gbs_navlinks_s|title=Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi, dan Longsor|location=Yogyakarta|publisher=Deepublish|isbn=9786024537197|pages=47|url-status=live}}</ref> Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.


Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Umumnya dengan kosistem dengan vegetasi serupa, area yang sering terpapar curah hujan tinggi atau angin kencang biasanya mengalami erosi yang lebih tinggi. Faktor-faktor seperti kemiringan lereng dan jenis batuan juga memengaruhi tingkat erosi. Porositas dan permeabilitas tanah turut mempengaruhi kecepatan erosi dengan memengaruhi kemampuan tanah menyerap air. Adanya aliran air di bawah permukaan tanah dapat mengurangi erosi permukaan. Sedimen dengan kandungan lempung yang tinggi cenderung lebih rentan terhadap erosi dibandingkan dengan pasir atau silt. Pengaruh sodium dalam atmosfer juga perlu diperhitungkan terhadap tingkat erodibilitas tanah lempung.


Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
Faktor yang paling sering berubah adalah jumlah dan jenis tutupan lahan. Di hutan yang belum tersentuh, mineral tanah terlindungi oleh lapisan humus dan organik, yang meredam dampak hujan. Lapisan-lapisan ini, bersama dengan serasah di dasar hutan, memiliki sifat poros dan mampu menyerap air dengan baik. Biasanya, hanya hujan lebat yang dapat menyebabkan limpasan permukaan tanah di hutan, terutama jika disertai angin ribut. Namun, ketika pepohonan hilang karena kebakaran atau penebangan, tingkat penyerapan air meningkat, dan erosi menjadi lebih rendah. Kebakaran yang parah bisa meningkatkan erosi secara signifikan, terutama jika diikuti oleh hujan deras. Dalam konteks konstruksi atau pembangunan jalan, penghilangan atau pemadatan lapisan sampah atau humus dapat meningkatkan kerentanan tanah terhadap erosi. Secara khusus pembangunan jalan memiliki potensi besar untuk meningkatkan tingkat erosi, karena tidak hanya menghapus tutupan lahan, tetapi juga dapat mengubah pola drainase secara signifikan. Hal ini terutama berlaku jika pembangunan jalan melibatkan pembuatan embankmen. Jalan yang memiliki banyak batu dan mampu menangkap air secepat mungkin, meniru pola drainase alami, memiliki potensi lebih rendah untuk meningkatkan erosi.

jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 21: Baris 21:
* [[Sedimentasi]]
* [[Sedimentasi]]


== Referensi ==
{{lingkungan-stub}}
{{Authority control}}
{{fact|date=2010}}


[[Kategori:Agronomi]]
[[Kategori:Agronomi]]
Baris 28: Baris 28:
[[Kategori:Lingkungan]]
[[Kategori:Lingkungan]]
[[Kategori:Tanah]]
[[Kategori:Tanah]]

{{Link GA|tr}}

[[Kategori:Tenaga eksogen]]
[[Kategori:Tenaga eksogen]]
[[Kategori:Desertifikasi]]

Revisi terkini sejak 23 Mei 2024 10.46

Erosi di Amerika Serikat.
Erosi di Israel.

Erosi atau pengikisan[1] (dari bahasa Latin erosionem "menggerogoti") adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan padatan (endapan, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh angin, tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi[2] atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang mengakibatkan retakan tanah yang dalam hal ini disebut bioerosi.[3] Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Secara umum erosi melibatkan tiga proses yaitu pelepasan (detachment), transformasi (transformation), dan pengendapan (sedimentation).[4]

Erosi yang terjadi dapat membentuk banyak penampakan alam menarik seperti puncak gunung, lembah dan garis pantai.[2] Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan).[5] Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.[6]

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Faktor Penyebab

[sunting | sunting sumber]

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhinya meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi.[7] Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.

Umumnya dengan kosistem dengan vegetasi serupa, area yang sering terpapar curah hujan tinggi atau angin kencang biasanya mengalami erosi yang lebih tinggi. Faktor-faktor seperti kemiringan lereng dan jenis batuan juga memengaruhi tingkat erosi. Porositas dan permeabilitas tanah turut mempengaruhi kecepatan erosi dengan memengaruhi kemampuan tanah menyerap air. Adanya aliran air di bawah permukaan tanah dapat mengurangi erosi permukaan. Sedimen dengan kandungan lempung yang tinggi cenderung lebih rentan terhadap erosi dibandingkan dengan pasir atau silt. Pengaruh sodium dalam atmosfer juga perlu diperhitungkan terhadap tingkat erodibilitas tanah lempung.

Faktor yang paling sering berubah adalah jumlah dan jenis tutupan lahan. Di hutan yang belum tersentuh, mineral tanah terlindungi oleh lapisan humus dan organik, yang meredam dampak hujan. Lapisan-lapisan ini, bersama dengan serasah di dasar hutan, memiliki sifat poros dan mampu menyerap air dengan baik. Biasanya, hanya hujan lebat yang dapat menyebabkan limpasan permukaan tanah di hutan, terutama jika disertai angin ribut. Namun, ketika pepohonan hilang karena kebakaran atau penebangan, tingkat penyerapan air meningkat, dan erosi menjadi lebih rendah. Kebakaran yang parah bisa meningkatkan erosi secara signifikan, terutama jika diikuti oleh hujan deras. Dalam konteks konstruksi atau pembangunan jalan, penghilangan atau pemadatan lapisan sampah atau humus dapat meningkatkan kerentanan tanah terhadap erosi. Secara khusus pembangunan jalan memiliki potensi besar untuk meningkatkan tingkat erosi, karena tidak hanya menghapus tutupan lahan, tetapi juga dapat mengubah pola drainase secara signifikan. Hal ini terutama berlaku jika pembangunan jalan melibatkan pembuatan embankmen. Jalan yang memiliki banyak batu dan mampu menangkap air secepat mungkin, meniru pola drainase alami, memiliki potensi lebih rendah untuk meningkatkan erosi.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) Arti kata pengikisan dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ a b Putri, Arum Sutrisni (2019-12-22). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Pengertian Erosi dan Akibatnya". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-12-30. 
  3. ^ Society, National Geographic (2018-03-20). "erosion". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-18. 
  4. ^ "Erosion | Soils 4 Teachers". www.soils4teachers.org. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  5. ^ Government, Queensland. "Impacts of erosion | Erosion". www.qld.gov.au (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-18. 
  6. ^ Azmeri, Azmeri (2020). Erosi, Sedimentasi, dan Pengelolaannya. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 15. ISBN 9786232641006. 
  7. ^ Lihawa, Fitriyane (2017). Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi, dan Longsor. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 47. ISBN 9786024537197.