Lompat ke isi

Badan Penyehatan Perbankan Nasional: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
-iNu- (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sfriu (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(25 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox lembaga nonstruktural Indonesia
'''Badan Penyehatan Perbankan Nasional''' (disingkat: '''BPPN''') adalah sebuah lembaga yang dibentuk pemerintah berdasarkan [[Keputusan Presiden]] Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pembentukan BPPN. Lembaga ini dibentuk dengan tugas pokok untuk penyehatan [[perbankan]], penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.
|nama = Badan Penyehatan<br>Perbankan Nasional
|singkatan = BPPN
|gambar = <!--[[Berkas: |180px]]-->
|didirikan = {{Start date and age|1998|01|26}}
|pendiri =
|dasar = Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998
|dibubarkan = 27 Februari 2004
|dasar_pembubaran = Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004
|sifat = <!--sifat lembaga (mandiri, bertanggung jawab langsung kepada presiden atau menteri-->
|pegawai = <!--diisi jumlah pegawai pada tahun berjalan beserta referensinya -->
|anggaran = <!--diisi jumlah anggaran pada tahun berjalan beserta referensinya -->
|lembaga_pengganti = <!--diisi nama lembaga pengganti -->
|K/L_terkait = <!--diisi nama Kementerian/Lembaga yang terkait dengan LNS ini-->
|pimpinan1 = <!--nama jabatan pimpinan (kepala/ketua/wakil ketua/anggota/kepala sektariat/dsb)--> |nama_pimpinan1 = <!--nama pejabat--> |pimpinan2 = |nama_pimpinan2 = |pimpinan3 = |nama_pimpinan3 = |pimpinan4 = |nama_pimpinan4 = |pimpinan5 = |nama_pimpinan5 = |pimpinan6 = |nama_pimpinan6 = |pimpinan7 = |nama_pimpinan7 = |pimpinan8 = |nama_pimpinan8 = |pimpinan9 = |nama_pimpinan9 = |pimpinan10 = |nama_pimpinan10 = |pimpinan11 = |nama_pimpinan11 = |pimpinan12 = |nama_pimpinan12 =
|alamat = <!--alamat kantor pusat-->
|situs web = http://www.bppn.go.id
|catatan = }}

'''Badan Penyehatan Perbankan Nasional''' (disingkat '''BPPN''') adalah sebuah lembaga pemerintah yang dibentuk pada akhir masa [[Orde Baru]] berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pembentukan BPPN. Lembaga ini dibentuk dengan tugas pokok untuk penyehatan [[perbankan]], penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.


Karena kinerjanya yang dinilai kurang memuaskan, pada masa pemerintahan [[Presiden]] [[Megawati Soekarnoputri]], lembaga ini dibubarkan pada [[27 Februari]] [[2004]] berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.
Karena kinerjanya yang dinilai kurang memuaskan, pada masa pemerintahan [[Presiden]] [[Megawati Soekarnoputri]], lembaga ini dibubarkan pada [[27 Februari]] [[2004]] berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.


Tak hanya itu, Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] juga menunjuk [[Menteri Keuangan]] [[Boediono]] sebagai Ketua Tim Pemberesan Badan Penyehatan Perbankan Nasional melalui Keppres Nomor 16/2004 tentang Pembentukan Tim Pemberesan BPPN. Keppress ini merupakan satu dari sejumlah landasan hukum yang dikeluarkan [[presiden]] berkaitan dengan pembubaran BPPN. Dengan dikeluarkannya Keppres tersebut, maka secara resmi BPPN dibubarkan.
Tak hanya itu, Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] juga menunjuk [[Daftar Menteri Keuangan Republik Indonesia|Menteri Keuangan]] [[Boediono]] sebagai Ketua Tim Pemberesan Badan Penyehatan Perbankan Nasional melalui Keppres Nomor 16/2004 tentang Pembentukan Tim Pemberesan BPPN. Keppress ini merupakan satu dari sejumlah landasan hukum yang dikeluarkan [[presiden]] berkaitan dengan pembubaran BPPN. Dengan dikeluarkannya Keppres tersebut, maka secara resmi BPPN dibubarkan.


==Perjalanan BPPN==
== Perjalanan BPPN ==
===Februari 1998===
=== Februari 1998 ===
Pemerintah melalui [[Keputusan Presiden]] Nomor 27 Tahun 1998 membentuk BPPN. Tugas pokoknya: penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.
Pemerintah [[Orde Baru]] melalui [[Keputusan Presiden]] Nomor 27 Tahun 1998 membentuk BPPN. Tugas pokoknya: penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.


Agar dapat melakukan misinya, BPPN dibekali seperangkat kewenangan yang tertuang dalam Keppres No. 34 Tahun 1998 tentang Tugas dan Kewenangan Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai landasan hukum operasional.
Agar dapat melakukan misinya, BPPN dibekali seperangkat kewenangan yang tertuang dalam Keppres No. 34 Tahun 1998 tentang Tugas dan Kewenangan Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai landasan hukum operasional.
Baris 13: Baris 32:
Di zaman kepemimpinan [[Glenn Yusuf]], BPPN melengkapi organisasinya dengan divisi Asset Management Credit (AMC) dan Asset Management Investment (AMI). AMC menangani kredit bermasalah dari bank-bank yang ditutup atau diambil pemerintah. Sementara AMI menangani aset bank atau pemilik bank. Nilai seluruh aset yang berada di tangan AMC dan AMI berjumlah Rp. 640 triliun.
Di zaman kepemimpinan [[Glenn Yusuf]], BPPN melengkapi organisasinya dengan divisi Asset Management Credit (AMC) dan Asset Management Investment (AMI). AMC menangani kredit bermasalah dari bank-bank yang ditutup atau diambil pemerintah. Sementara AMI menangani aset bank atau pemilik bank. Nilai seluruh aset yang berada di tangan AMC dan AMI berjumlah Rp. 640 triliun.


===September 1998 – Juni 1999===
=== September 1998 – Juni 1999 ===
Lima konglomerat pemilik bank mengikat diri dalam Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA). Masing-masing [[Sjamsul Nursalim]], [[Mohamad Hasan]], [[Sudwikatmono]], [[Soedono Salim]], dan [[Ibrahim Risjad]]. Kemudian empat pemilik bank: [[Kaharudin Ongko]], [[Samadikun Hartono]], [[Usman Admadjaja]], dan [[Hokiarto]], menyepakati Master Refinancing and Notes Issues Agreement (MRA). Total nilai aset sembilan konglomerat yang diserahkan ke BPPN berjumlah Rp. 111,643 triliun.
Lima konglomerat pemilik bank mengikat diri dalam Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA). Masing-masing [[Sjamsul Nursalim]], [[Mohamad Hasan]], [[Sudwikatmono]], [[Soedono Salim]], dan [[Ibrahim Risjad]]. Kemudian empat pemilik bank: [[Kaharudin Ongko]], [[Samadikun Hartono]], [[Usman Admadjaja]], dan [[Hokiarto]], menyepakati Master Refinancing and Notes Issues Agreement (MRA). Total nilai aset sembilan konglomerat yang diserahkan ke BPPN berjumlah Rp. 111,643 triliun.


Bersamaan dengan kesepakatan itu, BPPN bersama pemilik bank membentuk perusahaan induk untuk mengelola penjualan aset, misalnya saja [[PT. Holdiko Perkasa]] untuk aset [[Soedono Salim]] atau [[PT. Tunas Sepadan Investama]] bagi [[Sjamsul Nursalim]].
Bersamaan dengan kesepakatan itu, BPPN bersama pemilik bank membentuk perusahaan induk untuk mengelola penjualan aset, misalnya saja [[PT Holdiko Perkasa]] untuk aset [[Soedono Salim]] atau [[PT Tunas Sepadan Investama]] bagi [[Sjamsul Nursalim]].


Selain MSAA dan MRA, BPPN juga menawarkan skema Akta Pengakuan Utang (APU) bagi para pengusaha.
Selain MSAA dan MRA, BPPN juga menawarkan skema Akta Pengakuan Utang (APU) bagi para pengusaha.
Sebagai peraturan pelaksanaan dari UU Perbankan, ditetapkanlah [[Peraturan Pemerintah]] No. 17 Tahun 1999 tentang BPPN (PP 17/1999) yang secara lebih rinci mengatur landasan hukum operasional BPPN. Berbagai kewenangan BPPN yang telah ditetapkan dalam UU Perbankan dijabarkan agar diapat dioperasionalkan secara jelas, baik menyangkut persyaratan maupun tatacaranya.
Sebagai peraturan pelaksanaan dari UU Perbankan, ditetapkanlah [[Peraturan Pemerintah]] No. 17 Tahun 1999 tentang BPPN (PP 17/1999) yang secara lebih rinci mengatur landasan hukum operasional BPPN. Berbagai kewenangan BPPN yang telah ditetapkan dalam UU Perbankan dijabarkan agar diapat dioperasionalkan secara jelas, baik menyangkut persyaratan maupun tatacaranya.


===Mei 1999 – Desember 2000===
=== Mei 1999 – Desember 2000 ===
Seharusnya seluruh aset sudah berada di tangan BPPN dan dijual. Kenyataannya, hal itu tak terjadi dengan banyak sebab. Ada yang karena dokumen tidak lengkap, saham pemilik sudah diserahkan kepada kreditur lain, atau –yang paling parah—perbedaan valuasi atas aset yang diserahkan ke BPPN.
Seharusnya seluruh aset sudah berada di tangan BPPN dan dijual. Kenyataannya, hal itu tak terjadi dengan banyak sebab. Ada yang karena dokumen tidak lengkap, saham pemilik sudah diserahkan kepada kreditur lain, atau –yang paling parah—perbedaan valuasi atas aset yang diserahkan ke BPPN.


Kelompok Salim, misalnya, berdasar [[valuasi]] [[auditor]] yang mereka tunjuk, mengaku punya aset senilai Rp. 52,667 triliun. Namun ketika dilakukan [[due dilligent]] oleh [[Holdiko]], nilainya maksimal cuma sekitar Rp. 20 triliun.
Kelompok Salim, misalnya, berdasar [[valuasi]] [[auditor]] yang mereka tunjuk, mengaku punya aset senilai Rp. 52,667 triliun. Namun ketika dilakukan [[due dilligent]] oleh [[Holdiko]], nilainya maksimal cuma sekitar Rp. 20 triliun.


===Mei-Juli 2002===
=== Mei-Juli 2002 ===
BPPN melaksanakan kebijakan baru dalam upaya percepatan serta optimalisasi tingkat pengembalian meliputi bidang: penyelesaian Asset Transfer Kit (ATK), Restrukturisasi Utang, dan Penjualan Hak Tagih. Cara yang ditempuh adalah menjual langsung dan tender.
BPPN melaksanakan kebijakan baru dalam upaya percepatan serta optimalisasi tingkat pengembalian meliputi bidang: penyelesaian Asset Transfer Kit (ATK), Restrukturisasi Utang, dan Penjualan Hak Tagih. Cara yang ditempuh adalah menjual langsung dan tender.


===Juni 2002===
=== Juni 2002 ===
Kepala BPPN [[Syafruddin A. Temenggung]] menyatakan akan melakukan percepatan pembubaran lembaga yang dipimpinnya pada 2003, dari jadwal semula pada 2004.
Kepala BPPN [[Syafruddin A. Temenggung]] menyatakan akan melakukan percepatan pembubaran lembaga yang dipimpinnya pada 2003, dari jadwal semula pada 2004.


Percepatan penutupan yang disebutnya (soft landing) BPPN pada 2003 diikuti dengan program penjualan 2.500 aset senilai Rp 158 triliun atau sekitar US$ 15 miliar secara sekaligus.
Percepatan penutupan yang disebutnya (soft landing) BPPN pada 2003 diikuti dengan program penjualan 2.500 aset senilai Rp 158 triliun atau sekitar US$ 15 miliar secara sekaligus.
Baris 36: Baris 55:
Terhadap aset yang tidak laku, menurut dia, akan dikelola oleh joint venture, holding company, dan clearing house yang akan menangani penukaran aset dengan obligasi.
Terhadap aset yang tidak laku, menurut dia, akan dikelola oleh joint venture, holding company, dan clearing house yang akan menangani penukaran aset dengan obligasi.


===Februari 2003===
=== Februari 2003 ===
Dalam rapat konsultasi dengan Komisi Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara (Komisi V) DPR, Ketua BPPN [[Syafruddin A. Temenggung]] mengeluhkan tidak maksimalnya dukungan institusi pemerintah lain terhadap pihaknya dalam menjalankan tugas.
Dalam rapat konsultasi dengan Komisi Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara (Komisi V) DPR, Ketua BPPN [[Syafruddin A. Temenggung]] mengeluhkan tidak maksimalnya dukungan institusi pemerintah lain terhadap pihaknya dalam menjalankan tugas.


Ia mengeluhkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 17 yang memberinya kewenangan dengan hukum khusus (“lex specialist”) untuk menjalankan tugas, ternyata tak banyak berarti di lapangan. Dari 76 surat sita yang dikeluarkannya atas aset-aset para pengutang, hanya tiga buah yang berhasil dimenangkan dan dijalankan-penyitaannnya. Menurut [[Syafruddin A. Temenggung]], selebihnya batal oleh putusan pengadilan yang menentangnya.
Ia mengeluhkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 17 yang memberinya kewenangan dengan hukum khusus (“lex specialist”) untuk menjalankan tugas, ternyata tak banyak berarti di lapangan. Dari 76 surat sita yang dikeluarkannya atas aset-aset para pengutang, hanya tiga buah yang berhasil dimenangkan dan dijalankan-penyitaannnya. Menurut [[Syafruddin A. Temenggung]], selebihnya batal oleh putusan pengadilan yang menentangnya.


===Maret 2003===
=== Maret 2003 ===
BPPN mulai mempresentasikan skenario pengakhiran lembaganya di hadapan para pejabat [[Departemen Keuangan]].
BPPN mulai mempresentasikan skenario pengakhiran lembaganya di hadapan para pejabat [[Departemen Keuangan]].


===27 Februari 2004===
=== 27 Februari 2004 ===
Ketika BPPN dibubarkan, uang [[negara]] yang telah dikucurkan kepada [[perbankan]] senilai Rp 699,9 triliun menyusut menjadi menjadi Rp 449,03 triliun, karena sebagian asset merupakan aset busuk yang nilainya digelembungkan para pemiliknya (debitor). Dari semua ini BPPN berhasil mengembalikan kepada negara Rp 172,4 triliun, sisanya menguap begitu saja.
Ketika BPPN dibubarkan, uang [[negara]] yang telah dikucurkan kepada [[perbankan]] senilai Rp 699,9 triliun menyusut menjadi Rp 449,03 triliun, karena sebagian asset merupakan aset busuk yang nilainya digelembungkan para pemiliknya (debitor). Dari semua ini BPPN berhasil mengembalikan kepada negara Rp 172,4 triliun, sisanya menguap begitu saja.


Penutupan BPPN sekaligus peresmian lembaga baru, sebagai lembaga yang mengelola aset-aset BPPN terdahulu yang belumselesai dijual. Nilai asset tersebut sekitar Rp 10,817 triliun.
Penutupan BPPN sekaligus peresmian lembaga baru, sebagai lembaga yang mengelola aset-aset BPPN terdahulu yang belumselesai dijual. Nilai asset tersebut sekitar Rp 10,817 triliun.


Total nilai aset ini diperoleh dari unit restrukturisasi bank (BRU) dengan nilai dasar Rp 4,858 triliun; aset manajemen kredit (AMK) Rp 2,00 triliun; serta aset manajemen investasi (AMI) Rp 3,958 triliun.
Total nilai aset ini diperoleh dari unit restrukturisasi bank (BRU) dengan nilai dasar Rp 4,858 triliun; aset manajemen kredit (AMK) Rp 2,00 triliun; serta aset manajemen investasi (AMI) Rp 3,958 triliun.


Selain itu, BPPN juga menyerahkan aset yang akan ditangani tim pemberesan dengan total Rp 4,346 triliun. Jumlah ini diperoleh dari AMK senilai Rp 2,416 triliun serta AMI Rp 1,929 triliun.
Selain itu, BPPN juga menyerahkan aset yang akan ditangani tim pemberesan dengan total Rp 4,346 triliun. Jumlah ini diperoleh dari AMK senilai Rp 2,416 triliun serta AMI Rp 1,929 triliun.


==Ketua BPPN==
== Ketua BPPN ==
{| class="wikitable sortable"
# [[Bambang Subianto]] (awal 1998 s/d Maret 1998)
|-
# [[Iwan Prawiranata]] (Maret 1998 s/d 22 Juni 1998)
! No
# [[Glenn MS Yusuf]] (22 Juni 1998 s/d 12 Januari 2000)
! Nama
# [[Cacuk Sudarijanto]] (12 Januari 2000 s/d 6 November 2000)
! Awal Jabatan
# [[Edwin Gerungan]] (6 November 2000 s/d 25 Juni 2001)
! Akhir Jabatan
# [[I Putu Gede Ary Suta]] (25 Juni 2001 s/d 19 April 2002)
|-
# [[Syafruddin Arsjad Temenggung]] (19 April 2002 s/d 27 Februari 2004)
| 1
| [[Bambang Subianto]]
| Januari 1998
| Maret 1998
|-
| 2
| [[Iwan Prawiranata]]
| Maret 1998
| 22 Juni 1998
|-
| 3
| [[Glenn MS Yusuf]]
| 22 Juni 1998
| 12 Januari 2000
|-
| 4
| [[Cacuk Sudarijanto]]
| 12 Januari 2000
| 6 November 2000
|-
| 5
| [[Edwin Gerungan]]
| 6 November 2000
| 25 Juni 2001
|-
| 6
| [[I Putu Gede Ary Suta]]
| 25 Juni 2001
| 19 April 2002
|-
| 7
| [[Syafruddin Arsjad Temenggung]]
| 19 April 2002
| 27 Februari 2004
|}


==Referensi==
== Referensi ==
* {{id}} [http://www.dprin.go.id/regulasi/1998/01/kp2798.htm Keppres No 27/1998 tentang Pembentukan BPPN]
* {{id}} [http://www.dprin.go.id/regulasi/1998/01/kp2798.htm Keppres No 27/1998 tentang Pembentukan BPPN] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050420025804/http://www.dprin.go.id/regulasi/1998/01/kp2798.htm |date=2005-04-20 }}
* {{id}} [http://www.ri.go.id/produk_uu/produk2004/kp2004/kp15'04.htm Keppres No 15/2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN]
* {{id}} [http://www.ri.go.id/produk_uu/produk2004/kp2004/kp15'04.htm Keppres No 15/2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051104213949/http://www.ri.go.id/produk_uu/produk2004/kp2004/kp15%2704.htm |date=2005-11-04 }}
* {{id}} [http://www.tempointeraktif.com/hg/timeline/2004/05/04/tml,20040504-02,id.html Perjalanan BPPN dari Waktu ke Waktu - (Tempo Interaktif)]
* {{id}} [http://www.tempointeraktif.com/hg/timeline/2004/05/04/tml,20040504-02,id.html Perjalanan BPPN dari Waktu ke Waktu - (Tempo Interaktif)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060215121023/http://www.tempointeraktif.com/hg/timeline/2004/05/04/tml,20040504-02,id.html |date=2006-02-15 }}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Daftar Badan dan Komisi di Indonesia]]
* [[Daftar Badan dan Komisi di Indonesia]]


==Pranala luar==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.liputan6.com/view/0,73084,1,0,1140802168.html BPPN Resmi Dibubarkan - (Liputan6.com)]
* {{id}} [http://www.liputan6.com/view/0,73084,1,0,1140802168.html BPPN Resmi Dibubarkan - (Liputan6.com)]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}


[[Kategori:Ekonomi Indonesia]]
[[Kategori:Ekonomi Indonesia]]
[[Kategori:Lembaga ekstra struktural/independen Indonesia]]
[[Kategori:Bekas lembaga pemerintahan Indonesia]]

Revisi terkini sejak 25 Mei 2024 01.04

Badan Penyehatan
Perbankan Nasional
BPPN
Gambaran umum
SingkatanBPPN
Didirikan26 Januari 1998; 26 tahun lalu (1998-01-26)
Dasar hukum pendirianKeputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998
Dibubarkan27 Februari 2004
Dasar hukum pembubaranKeputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004
Situs web
http://www.bppn.go.id
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (disingkat BPPN) adalah sebuah lembaga pemerintah yang dibentuk pada akhir masa Orde Baru berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pembentukan BPPN. Lembaga ini dibentuk dengan tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.

Karena kinerjanya yang dinilai kurang memuaskan, pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, lembaga ini dibubarkan pada 27 Februari 2004 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengakhiran Tugas dan Pembubaran BPPN.

Tak hanya itu, Presiden Megawati Soekarnoputri juga menunjuk Menteri Keuangan Boediono sebagai Ketua Tim Pemberesan Badan Penyehatan Perbankan Nasional melalui Keppres Nomor 16/2004 tentang Pembentukan Tim Pemberesan BPPN. Keppress ini merupakan satu dari sejumlah landasan hukum yang dikeluarkan presiden berkaitan dengan pembubaran BPPN. Dengan dikeluarkannya Keppres tersebut, maka secara resmi BPPN dibubarkan.

Perjalanan BPPN

[sunting | sunting sumber]

Februari 1998

[sunting | sunting sumber]

Pemerintah Orde Baru melalui Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 membentuk BPPN. Tugas pokoknya: penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.

Agar dapat melakukan misinya, BPPN dibekali seperangkat kewenangan yang tertuang dalam Keppres No. 34 Tahun 1998 tentang Tugas dan Kewenangan Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai landasan hukum operasional.

Di zaman kepemimpinan Glenn Yusuf, BPPN melengkapi organisasinya dengan divisi Asset Management Credit (AMC) dan Asset Management Investment (AMI). AMC menangani kredit bermasalah dari bank-bank yang ditutup atau diambil pemerintah. Sementara AMI menangani aset bank atau pemilik bank. Nilai seluruh aset yang berada di tangan AMC dan AMI berjumlah Rp. 640 triliun.

September 1998 – Juni 1999

[sunting | sunting sumber]

Lima konglomerat pemilik bank mengikat diri dalam Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA). Masing-masing Sjamsul Nursalim, Mohamad Hasan, Sudwikatmono, Soedono Salim, dan Ibrahim Risjad. Kemudian empat pemilik bank: Kaharudin Ongko, Samadikun Hartono, Usman Admadjaja, dan Hokiarto, menyepakati Master Refinancing and Notes Issues Agreement (MRA). Total nilai aset sembilan konglomerat yang diserahkan ke BPPN berjumlah Rp. 111,643 triliun.

Bersamaan dengan kesepakatan itu, BPPN bersama pemilik bank membentuk perusahaan induk untuk mengelola penjualan aset, misalnya saja PT Holdiko Perkasa untuk aset Soedono Salim atau PT Tunas Sepadan Investama bagi Sjamsul Nursalim.

Selain MSAA dan MRA, BPPN juga menawarkan skema Akta Pengakuan Utang (APU) bagi para pengusaha. Sebagai peraturan pelaksanaan dari UU Perbankan, ditetapkanlah Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1999 tentang BPPN (PP 17/1999) yang secara lebih rinci mengatur landasan hukum operasional BPPN. Berbagai kewenangan BPPN yang telah ditetapkan dalam UU Perbankan dijabarkan agar diapat dioperasionalkan secara jelas, baik menyangkut persyaratan maupun tatacaranya.

Mei 1999 – Desember 2000

[sunting | sunting sumber]

Seharusnya seluruh aset sudah berada di tangan BPPN dan dijual. Kenyataannya, hal itu tak terjadi dengan banyak sebab. Ada yang karena dokumen tidak lengkap, saham pemilik sudah diserahkan kepada kreditur lain, atau –yang paling parah—perbedaan valuasi atas aset yang diserahkan ke BPPN.

Kelompok Salim, misalnya, berdasar valuasi auditor yang mereka tunjuk, mengaku punya aset senilai Rp. 52,667 triliun. Namun ketika dilakukan due dilligent oleh Holdiko, nilainya maksimal cuma sekitar Rp. 20 triliun.

Mei-Juli 2002

[sunting | sunting sumber]

BPPN melaksanakan kebijakan baru dalam upaya percepatan serta optimalisasi tingkat pengembalian meliputi bidang: penyelesaian Asset Transfer Kit (ATK), Restrukturisasi Utang, dan Penjualan Hak Tagih. Cara yang ditempuh adalah menjual langsung dan tender.

Juni 2002

[sunting | sunting sumber]

Kepala BPPN Syafruddin A. Temenggung menyatakan akan melakukan percepatan pembubaran lembaga yang dipimpinnya pada 2003, dari jadwal semula pada 2004.

Percepatan penutupan yang disebutnya (soft landing) BPPN pada 2003 diikuti dengan program penjualan 2.500 aset senilai Rp 158 triliun atau sekitar US$ 15 miliar secara sekaligus.

Terhadap aset yang tidak laku, menurut dia, akan dikelola oleh joint venture, holding company, dan clearing house yang akan menangani penukaran aset dengan obligasi.

Februari 2003

[sunting | sunting sumber]

Dalam rapat konsultasi dengan Komisi Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara (Komisi V) DPR, Ketua BPPN Syafruddin A. Temenggung mengeluhkan tidak maksimalnya dukungan institusi pemerintah lain terhadap pihaknya dalam menjalankan tugas.

Ia mengeluhkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 17 yang memberinya kewenangan dengan hukum khusus (“lex specialist”) untuk menjalankan tugas, ternyata tak banyak berarti di lapangan. Dari 76 surat sita yang dikeluarkannya atas aset-aset para pengutang, hanya tiga buah yang berhasil dimenangkan dan dijalankan-penyitaannnya. Menurut Syafruddin A. Temenggung, selebihnya batal oleh putusan pengadilan yang menentangnya.

Maret 2003

[sunting | sunting sumber]

BPPN mulai mempresentasikan skenario pengakhiran lembaganya di hadapan para pejabat Departemen Keuangan.

27 Februari 2004

[sunting | sunting sumber]

Ketika BPPN dibubarkan, uang negara yang telah dikucurkan kepada perbankan senilai Rp 699,9 triliun menyusut menjadi Rp 449,03 triliun, karena sebagian asset merupakan aset busuk yang nilainya digelembungkan para pemiliknya (debitor). Dari semua ini BPPN berhasil mengembalikan kepada negara Rp 172,4 triliun, sisanya menguap begitu saja.

Penutupan BPPN sekaligus peresmian lembaga baru, sebagai lembaga yang mengelola aset-aset BPPN terdahulu yang belumselesai dijual. Nilai asset tersebut sekitar Rp 10,817 triliun.

Total nilai aset ini diperoleh dari unit restrukturisasi bank (BRU) dengan nilai dasar Rp 4,858 triliun; aset manajemen kredit (AMK) Rp 2,00 triliun; serta aset manajemen investasi (AMI) Rp 3,958 triliun.

Selain itu, BPPN juga menyerahkan aset yang akan ditangani tim pemberesan dengan total Rp 4,346 triliun. Jumlah ini diperoleh dari AMK senilai Rp 2,416 triliun serta AMI Rp 1,929 triliun.

Ketua BPPN

[sunting | sunting sumber]
No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan
1 Bambang Subianto Januari 1998 Maret 1998
2 Iwan Prawiranata Maret 1998 22 Juni 1998
3 Glenn MS Yusuf 22 Juni 1998 12 Januari 2000
4 Cacuk Sudarijanto 12 Januari 2000 6 November 2000
5 Edwin Gerungan 6 November 2000 25 Juni 2001
6 I Putu Gede Ary Suta 25 Juni 2001 19 April 2002
7 Syafruddin Arsjad Temenggung 19 April 2002 27 Februari 2004

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]