Lompat ke isi

Muhammad Nafis al-Banjari: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menambah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 36: Baris 36:
|name = Muhammad Nafis
|name = Muhammad Nafis
|nama_arabic =
|nama_arabic =
|nisbah = Al-Banjari
|nisbah = Al-Banjari
|nama_lainnya =
|nama_lainnya =
<!-- ---------------- -->
<!-- ---------------- -->
Baris 64: Baris 64:


{{multiple image
{{multiple image
|align = right
| align = right
|direction = vertical
| direction = vertical
|header =
| header =
|width = 210
| width = 210


|alt2 = Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari
| image1 = Kubah Syekh Muhammad Nafis al-Banjari (2).jpg
| alt1 =
|caption2 = Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari
| caption1 =

| image2 = Makam Syekh Muhammad Nafis al-Banjari.jpg
| alt2 = Makam Syekh Muhammad Nafis al-Banjari
| caption2 = Makam Syekh Muhammad Nafis al-Banjari
}}
}}
'''Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari''' (lahir di [[Martapura, Banjar|Martapura]], [[Kesultanan Banjar]], [[1735]] - meninggal di [[Kelua, Tabalong|Kelua]], [[1812]]<ref>Sebenarnya tidak ada keterangan tahun wafat yang pasti dari Muhammad Nafis Al-Banjari. Namun, berdasarkan riwayat hidupnya, Muhammad Nafis hidup pada periode yang sama dengan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M</ref>) adalah salah seorang [[Ulama Banjar]] yang cukup dikenal sebagai tokoh sufi yang tegas dalam melawan segala bentuk penindasan.
'''Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari''' (lahir di [[Martapura, Banjar|Martapura]], [[Kesultanan Banjar]], [[1735]] - meninggal di [[Kelua, Tabalong|Kelua]], [[1812]]<ref>Sebenarnya tidak ada keterangan tahun wafat yang pasti dari Muhammad Nafis Al-Banjari. Namun, berdasarkan riwayat hidupnya, Muhammad Nafis hidup pada periode yang sama dengan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M</ref>) adalah salah seorang [[Ulama Banjar]] yang cukup dikenal sebagai tokoh sufi yang tegas dalam melawan segala bentuk penindasan.
Baris 76: Baris 81:
Di samping dikenal sebagai ulama yang ahli di bidang fikih, juga ahli dalam bidang tasawuf. Ia telah menulis sebuah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf dengan judul Ad-Durrun Nafis. Kitab ini banyak didiskusikan dan diperdebatkan, karena materi-materinya yang dianggap kontroversi oleh para ulama fiqih, beliau adalah keturunan Kesultanan Banjar dan nasabnya bersambung sampai ke Sultan Pangeran Suriansyah. Sultan pertama kerajaan banjar yang berdakwah agama islam dan terus bersambung sampai kerajaan Daha Pertama Kalimantan Selatan yaitu Maharaja Pangeran Suryanata suami dari Puteri Junjung Buih.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=lBWsPc8y22wC&lpg=PA64&dq=ad%20durun%20nafis&pg=PA64#v=onepage&q=ad%20durun%20nafis&f=false Tangklukan, abangan, dan tarekat: kebangkitan agama di Jawa oleh Ahmad Syafii Mufid]</ref>
Di samping dikenal sebagai ulama yang ahli di bidang fikih, juga ahli dalam bidang tasawuf. Ia telah menulis sebuah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf dengan judul Ad-Durrun Nafis. Kitab ini banyak didiskusikan dan diperdebatkan, karena materi-materinya yang dianggap kontroversi oleh para ulama fiqih, beliau adalah keturunan Kesultanan Banjar dan nasabnya bersambung sampai ke Sultan Pangeran Suriansyah. Sultan pertama kerajaan banjar yang berdakwah agama islam dan terus bersambung sampai kerajaan Daha Pertama Kalimantan Selatan yaitu Maharaja Pangeran Suryanata suami dari Puteri Junjung Buih.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=lBWsPc8y22wC&lpg=PA64&dq=ad%20durun%20nafis&pg=PA64#v=onepage&q=ad%20durun%20nafis&f=false Tangklukan, abangan, dan tarekat: kebangkitan agama di Jawa oleh Ahmad Syafii Mufid]</ref>


'''Silsilah :'''
1. Maharaja Pangeran Suryanata Raja Banjar Pertama

1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

2. Husein Asy-Syahid

3. Ali Zainal Abidin

4. Muhammad Al-Baqir

6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Musa Al-Kadzim

8. Ali Ar-Ridha

9. Muhammad Al-Jawad

10. Ali Al-Hadi

11. Ja'far Az-Zaki

12. Ali Al-Asykar

13. Abdullah At-Taqi

14. Ahmad

15. Mahmud

16. Muhammad

17. Ja'far

18. Ali Al-Mu'ayyid

19. Sayyid Hasan Jalaluddin Al-Bukhari

20. Ahmad Al-Kabir

21. Makhdum Husein Jalaluddin An-Naqwi

22. Mahmud Nasiruddin

23. Husein Jamaluddin Al-Akbar

24. Syaikh Ibrahim As-Samarqandi

25. Raden Ahmad Ali Rahmatullah Sunan Ampel

26. Ali Zainal Abidin

27. Sunan Serabut


2. Pangeran Raden Suryawangsa
28. Pangeran Mantri Jaya


3. Maharaja Pangeran Carang Lalean
29. Pangeran Suriansyah Sultan Banjar Pertama


30. Sultan Rahmatullah
4. Maharaja Raden Sakar Sungsang


31. Sultan Hidayatullah
5. Raden Bangawan


32. Sultan Mustainbillah
6. Raden Mantri Alu


33. Sultan Inayatullah
7. Pangeran Suriansyah Sultan Banjar Pertama


8. Sultan Rahmatullah
34. Sultan Saidullah


9. Sultan Hidayatullah
35. Sultan Tahlilullah


36. Pangeran Dipati
10. Sultan Mustainbillah


37. Pangeran Kesuma Negara
11. Sultan Inayatullah


38. Ratu Anum Kasuma Yuda
12. Sultan Saidullah


39. Gusti Husein
13. Sultan Tahlilullah


40. Idris
14. Pangeran Dipati


41. Syaikh Muhammad Nafis Al-Banjari
15. Pangeran Kesuma Negara


16. Ratu Anum Kasuma Yuda


17. Gusti Husein


18. Idris


19. Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari Al-Hasani


== Riwayat ==
== Riwayat ==
Nama lengkap dari ulama ini adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Husein. Ia lahir sekitar tahun 1148 Hijriah atau bertepatan dengan tahun [[1735]] Masehi, di Martapura, sekarang ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M). [[Sultan Suriansyah]] merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera.
Nama lengkap dari ulama ini adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Husein. Ia lahir sekitar tahun 1148 Hijriah atau bertepatan dengan tahun [[1735]] Masehi, di Martapura, sekarang ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M). [[Sultan Suriansyah]] merupakan Raja Banjar pertama yang dari lahir sudah memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera.


Sejak kecil, Syekh Muhammad Nafis memang sudah menunjukkan bakat dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan teman-teman sebayanya. Bakat dan kecerdasan yang dimilikinya ini membuat Sultan Banjar tertarik. Sehingga, pada akhirnya Muhammad Nafis pun dikirim ke Makkah untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama. Salah satu dari ilmu agama yang digelutinya, bahkan menjadikan ia populer adalah bidang tasawuf. Sebagaimana halnya ulama Jawi (Indonesia) abad ke-17 dan ke-18 yang belajar di Makkah, Syekh Muhammad Nafis juga belajar pada para ulama terkenal, baik yang menetap maupun yang sewaktu-waktu berziarah dan mengajar di [[Haramain]] ([[Makkah]] dan [[Madinah]]) dalam berbagai cabang ilmu keislaman, seperti [[tafsir]], fikih, [[hadits]], ''ushuluddin'' (teologi), dan tasawuf.
Sejak kecil, Syekh Muhammad Nafis memang sudah menunjukkan bakat dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan teman-teman sebayanya. Bakat dan kecerdasan yang dimilikinya ini membuat Sultan Banjar tertarik. Sehingga, pada akhirnya Muhammad Nafis pun dikirim ke Makkah untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama. Salah satu dari ilmu agama yang digelutinya, bahkan menjadikan ia populer adalah bidang tasawuf. Sebagaimana halnya ulama Jawi (Indonesia) abad ke-17 dan ke-18 yang belajar di Makkah, Syekh Muhammad Nafis juga belajar pada para ulama terkenal, baik yang menetap maupun yang sewaktu-waktu berziarah dan mengajar di [[Haramain]] ([[Makkah]] dan [[Madinah]]) dalam berbagai cabang ilmu keislaman, seperti [[tafsir]], fikih, [[hadits]], ''ushuluddin'' (teologi), dan tasawuf.
Baris 121: Baris 174:
Di antara gurunya dalam bidang ilmu tasawuf di Makkah adalah Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi al-Azhari (1150-1227 H/1737-1812 M), ulama tasawuf yang kemudian menduduki jabatan Syekh al-Islam dan Syekh al-Azhar sejak 1207 H/1794 M. Dalam mempelajari tasawuf, Syekh Muhammad Nafis berhasil mencapai gelar 'Syekh al-Mursyid', gelar yang menunjukkan bahwa ia diperkenankan mengajar ilmu tasawuf dan tarekatnya kepada orang lain. Setelah itu, ia pulang ke kampung halamannya, [[Martapura, Banjar|Martapura]], pada 1210 H/[[1795]] M.
Di antara gurunya dalam bidang ilmu tasawuf di Makkah adalah Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi al-Azhari (1150-1227 H/1737-1812 M), ulama tasawuf yang kemudian menduduki jabatan Syekh al-Islam dan Syekh al-Azhar sejak 1207 H/1794 M. Dalam mempelajari tasawuf, Syekh Muhammad Nafis berhasil mencapai gelar 'Syekh al-Mursyid', gelar yang menunjukkan bahwa ia diperkenankan mengajar ilmu tasawuf dan tarekatnya kepada orang lain. Setelah itu, ia pulang ke kampung halamannya, [[Martapura, Banjar|Martapura]], pada 1210 H/[[1795]] M.


== Karya tulis ==
== Karya Tulis ==
Karena seringnya melakukan dakwah ke pedalaman, ia hanya sempat mengarang sedikit kitab. Sampai sekarang yang terlacak hanya dua buah kitab saja yaitu:
Karena seringnya melakukan dakwah ke pedalaman, ia hanya sempat mengarang sedikit kitab. Sampai sekarang yang terlacak hanya dua buah kitab saja yaitu:
* ''Kanzus Sa’adah'', Yaitu kitab yang berisi tentang istilah-istilah ilmu tasawuf. Kitab ini belum pernah dicetak masih berupa manuskrip.
* ''Kanzus Sa’adah'', Yaitu kitab yang berisi tentang istilah-istilah ilmu tasawuf. Kitab ini belum pernah dicetak masih berupa manuskrip.
Baris 139: Baris 192:
{{refend}}
{{refend}}


== Pranala luar ==
== Pranala Luar ==


* [http://suryanasudrajat.wordpress.com/2008/01/07/muhammad-nafis-al-banjari-penyebar-islam-di-pedalaman-kalimantan/ Muhammad Nafis al-Banjari, Penyebar Islam di Pedalaman Kalimantan]
* [http://suryanasudrajat.wordpress.com/2008/01/07/muhammad-nafis-al-banjari-penyebar-islam-di-pedalaman-kalimantan/ Muhammad Nafis al-Banjari, Penyebar Islam di Pedalaman Kalimantan]

Revisi terkini sejak 27 Mei 2024 00.00

Muhammad Nafis
NamaMuhammad Nafis
NisbahAl-Banjari
Makam Syekh Muhammad Nafis al-Banjari
Makam Syekh Muhammad Nafis al-Banjari

Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari (lahir di Martapura, Kesultanan Banjar, 1735 - meninggal di Kelua, 1812[1]) adalah salah seorang Ulama Banjar yang cukup dikenal sebagai tokoh sufi yang tegas dalam melawan segala bentuk penindasan.

Di samping dikenal sebagai ulama yang ahli di bidang fikih, juga ahli dalam bidang tasawuf. Ia telah menulis sebuah kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf dengan judul Ad-Durrun Nafis. Kitab ini banyak didiskusikan dan diperdebatkan, karena materi-materinya yang dianggap kontroversi oleh para ulama fiqih, beliau adalah keturunan Kesultanan Banjar dan nasabnya bersambung sampai ke Sultan Pangeran Suriansyah. Sultan pertama kerajaan banjar yang berdakwah agama islam dan terus bersambung sampai kerajaan Daha Pertama Kalimantan Selatan yaitu Maharaja Pangeran Suryanata suami dari Puteri Junjung Buih.[2]

Silsilah :

1. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

2. Husein Asy-Syahid

3. Ali Zainal Abidin

4. Muhammad Al-Baqir

6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Musa Al-Kadzim

8. Ali Ar-Ridha

9. Muhammad Al-Jawad

10. Ali Al-Hadi

11. Ja'far Az-Zaki

12. Ali Al-Asykar

13. Abdullah At-Taqi

14. Ahmad

15. Mahmud

16. Muhammad

17. Ja'far

18. Ali Al-Mu'ayyid

19. Sayyid Hasan Jalaluddin Al-Bukhari

20. Ahmad Al-Kabir

21. Makhdum Husein Jalaluddin An-Naqwi

22. Mahmud Nasiruddin

23. Husein Jamaluddin Al-Akbar

24. Syaikh Ibrahim As-Samarqandi

25. Raden Ahmad Ali Rahmatullah Sunan Ampel

26. Ali Zainal Abidin

27. Sunan Serabut

28. Pangeran Mantri Jaya

29. Pangeran Suriansyah Sultan Banjar Pertama

30. Sultan Rahmatullah

31. Sultan Hidayatullah

32. Sultan Mustainbillah

33. Sultan Inayatullah

34. Sultan Saidullah

35. Sultan Tahlilullah

36. Pangeran Dipati

37. Pangeran Kesuma Negara

38. Ratu Anum Kasuma Yuda

39. Gusti Husein

40. Idris

41. Syaikh Muhammad Nafis Al-Banjari



Nama lengkap dari ulama ini adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Husein. Ia lahir sekitar tahun 1148 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1735 Masehi, di Martapura, sekarang ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M). Sultan Suriansyah merupakan Raja Banjar pertama yang dari lahir sudah memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera.

Sejak kecil, Syekh Muhammad Nafis memang sudah menunjukkan bakat dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan teman-teman sebayanya. Bakat dan kecerdasan yang dimilikinya ini membuat Sultan Banjar tertarik. Sehingga, pada akhirnya Muhammad Nafis pun dikirim ke Makkah untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama. Salah satu dari ilmu agama yang digelutinya, bahkan menjadikan ia populer adalah bidang tasawuf. Sebagaimana halnya ulama Jawi (Indonesia) abad ke-17 dan ke-18 yang belajar di Makkah, Syekh Muhammad Nafis juga belajar pada para ulama terkenal, baik yang menetap maupun yang sewaktu-waktu berziarah dan mengajar di Haramain (Makkah dan Madinah) dalam berbagai cabang ilmu keislaman, seperti tafsir, fikih, hadits, ushuluddin (teologi), dan tasawuf.

Di antara gurunya dalam bidang ilmu tasawuf di Makkah adalah Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawi al-Azhari (1150-1227 H/1737-1812 M), ulama tasawuf yang kemudian menduduki jabatan Syekh al-Islam dan Syekh al-Azhar sejak 1207 H/1794 M. Dalam mempelajari tasawuf, Syekh Muhammad Nafis berhasil mencapai gelar 'Syekh al-Mursyid', gelar yang menunjukkan bahwa ia diperkenankan mengajar ilmu tasawuf dan tarekatnya kepada orang lain. Setelah itu, ia pulang ke kampung halamannya, Martapura, pada 1210 H/1795 M.

Karya Tulis

[sunting | sunting sumber]

Karena seringnya melakukan dakwah ke pedalaman, ia hanya sempat mengarang sedikit kitab. Sampai sekarang yang terlacak hanya dua buah kitab saja yaitu:

  • Kanzus Sa’adah, Yaitu kitab yang berisi tentang istilah-istilah ilmu tasawuf. Kitab ini belum pernah dicetak masih berupa manuskrip.
  • Ad-Durrun Nafis, Yaitu kitab yang berisi tentang pengesaan perbuatan, nama, sifat dan zat Tuhan.

Muhammad Nafis hidup pada periode yang sama dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M. dan dimakamkan di Mahar Kuning, Desa Binturu, sekarang menjadi bagian desa dari Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong. Dan sekarang makam tersebut menjadi salah satu objek wisata relijius di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sebenarnya tidak ada keterangan tahun wafat yang pasti dari Muhammad Nafis Al-Banjari. Namun, berdasarkan riwayat hidupnya, Muhammad Nafis hidup pada periode yang sama dengan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan diperkirakan wafat sekitar tahun 1812 M
  2. ^ Tangklukan, abangan, dan tarekat: kebangkitan agama di Jawa oleh Ahmad Syafii Mufid

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala Luar

[sunting | sunting sumber]