Lompat ke isi

Musso: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dikembalikan ke revisi 25644680 oleh Gaung Tebono (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|name = {{PAGENAME}}
| name = {{PAGENAME}}
|image = Musso.jpg
| image = Musso.jpg
|imagesize =
| imagesize =
|caption = Musso
| caption = Musso {{circa|1948}}
| office = [[Daftar Ketua Umum Partai Komunis Indonesia|Ketua Umum PKI Moeda]]
|office =
|order =
| order =
|primeminister =
| primeminister =
|term_start =
| term_start = Juli 1935
|term_end =
| term_end = 1936
|succeeding =
| succeeding =
|president =
| president =
|predecessor =
| predecessor = Jabatan dibentuk
|successor =
| successor = [[Pamoedji]]
|birth_name =
| birth_name =
|birth_date = {{Birth date|1897|8|12}}
| birth_date = {{Birth date|1897|8|12}}
|birth_place = [[Kediri]], [[Jawa Timur]]
| birth_place = [[Kediri]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1948|10|31|1897|8|12}}
| death_date = {{Death date and age|1948|10|31|1897|8|12}}
|death_place = [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]
| death_place = [[Ponorogo]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
| nationality = [[Indonesia]]
|party =
| party = [[Partai Komunis Indonesia]]
|spouse =
| spouse =
|relations =
| relations =
| alma_mater =
|children = Azam Nabil Prasetyo
| occupation = Sekretaris Jenderal [[Partai Komunis Indonesia]]<br>[[Politikus]]
|alma_mater =
| profession =
|occupation = {{unbulleted list|[[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging]] (ISDV)|[[Partai Komunis Indonesia]]}}
|profession =
| signature =
|signature =
| footnotes =
| education = [[Hoogere Burgerschool]]
|footnotes =
}}
}}


'''Musso''' atau '''Paul Mussotte'''<ref>Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945</ref> bernama lengkap '''Muso Manowar'''<ref>Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2</ref> atau '''Munawar Muso''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|12|8|1897|[[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]|31|10|1948}}) adalah seorang tokoh komunis [[Indonesia]] yang memimpin [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada [[Pemberontakan PKI 1948|pemberontakan PKI di Madiun]] pada 31 Maret 1948.
'''Musso''' atau '''Paul Mussotte'''<ref>Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945</ref> bernama lengkap '''Muso Manowar'''<ref>Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2</ref> atau '''Munawar Muso''' ({{lahirmati|[[Kediri]]|12|8|1897|[[Ponorogo]]|31|10|1948}}) adalah seorang pemimpin [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan salah satu tokoh kunci dalam [[Pemberontakan PKI 1948|pemberontakan Madiun]] 1948.


== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==


=== Masa Kecil dan Pendidikan ===
=== Masa Kecil dan Pendidikan ===
Musso lahir dengan nama Munawar Musso pada tahun 1897 di Pagu, [[Kota Kediri|Kediri]].{{sfn|Swift|2010|p=91}}{{sfn|McVey|2006|p=169}}{{sfn|Dhyatmika|2011|p=2}} Ayahnya adalah seorang pegawai bank di Wates, Mas Martoredjo.{{sfn|Dhyatmika|2011|p=2}}
Musso berasal dari keluarga berada dan hidupnya berkecukupan. Ayahnya, Mas Martoredjo adalah pegawai bank di [[Wates, Kediri|Kecamatan Wates]]. Ibunya mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Sedari kecil Musso rajin mengaji di mushala di desanya.


Di [[Batavia]], Musso dilatih sebagai guru. Ia bertemu dengan [[Alimin]], murid G.A.J. Hazeu dan D. van Hinloopen Labberton.{{sfn|McVey|2006|p=169}} Menurut Soemarsono, salah satu pemimpin PKI dalam [[Pemberontakan PKI 1948|peristiwa Madiun]], Musso melanjutkan ke Hogere Burger School pada tahun 1913. Ia tinggal di asrama [[Oemar Said Tjokroaminoto|Tjokroaminoto]] bersama Alimin dan [[Soekarno]].{{sfn|Dhyatmika|2011|pp=8, 10}} Menurut Arnold C. Brackman, saat itu Musso bekerja sebagai kasir di kantor pos [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Di Surabaya, Musso juga bertemu dengan [[Henk Sneevliet]].{{sfn|Dhyatmika|2011|p=10}}
Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga bertemu [[Alimin|Alimin Prawirodirdjo]] yang nantinya menjadi pentolan PKI. Setamatnya sekolah guru, Musso kuliah di kampus pertanian di [[Buitenzorg]] (Bogor
). Versi lain menyebut Musso bersekolah di [[Hogereburgerschool|Hogere Burger School]].


=== Awal Karier di PKI ===
Sewaktu berada di Surabaya, Musso kos di rumah [[Oemar Said Tjokroaminoto|Tjokroaminoto]] dan bertemu dengan [[Henk Sneevliet|H.J.F.M. Sneevliet]]. Musso muda juga satu kos bersama [[Soekarno]] dan [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo|Kartosuwiryo]] muda yang kelak mereka akan berbeda haluan [[ideologi]] dalam pemikiran.
Musso dan Alimin memiliki tugas yang lebih penting dalam menyusup ke dalam [[Sarekat Islam]] daripada [[Soerjopranoto]]. Mereka adalah anggota [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan SI sebelum mereka ditangkap karena kasus Afdeling B.{{sfn|McVey|2006|p=168}} Musso terlibat dalam pemberontakan petani di Cimareme, Garut yang didukung oleh Sarekat Islam Afdeling B.{{sfn|Dhyatmika|2011|pp=10-11}} Dalam persidangan, ketika Alimin mengaku membuat pernyataan palsu untuk membantu Tjokroaminoto, Musso menolak untuk membuat pengakuan. Di dalam penjara, pemerintah Belanda memperlakukannya dengan kasar. [[Agus Salim]] mengadukan perlakuan tersebut kepada [[Volksraad|Voolksraad]] (Dewan Perwakilan Rakyat). Menurut McVey, Musso menyimpan dendam kepada pemerintah Belanda setelah perlakuan ini. Setelah Musso dan Alimin dibebaskan pada tahun 1923,{{sfn|Triyana|2011|p=137}} Musso dan Alimin menerima tawaran untuk mengajar [[bahasa Indonesia]] dengan menggunakan [[bahasa Inggris]] sebagai bahasa pengantar di [[Jepang]] dari van Hinloopen Labberton.{{sfn|McVey|2006|p=169}} Namun pemerintah Jepang menolak penjelasan Musso bahwa ia tidak memiliki ijazah akademis yang memadai, meskipun McVey percaya bahwa alasan utamanya adalah pengalamannya di penjara dan pandangan politiknya.{{sfn|McVey|2006|pp=169-170}} Musso kemudian mengorganisir ulang cabang PKI Batavia dan memimpin organisasi baru ini.{{sfn|McVey|2006|p=170}}


Pada bulan Januari 1925, sebuah komite Kongres Nasional Hindia mengadakan pertemuan yang menghasilkan pembentukan asosiasi Indonesian Study Club yang netral secara politik dan berbasis di Surabaya. Musso hadir dalam konvensi pertama klub ini pada bulan Februari, mendukung agenda klub dan berharap agar klub ini lebih dekat dengan masyarakat bawah.{{sfn|McVey|2006|p=283}} Pada awal 1925, Musso dan Alimin berpidato dalam sebuah rapat umum yang diselenggarakan oleh VTSP di [[Banten]] yang meningkatkan pengaruh komunis di wilayah tersebut.{{sfn|McVey|2006|p=303}} Setelah kegagalan [[Mogok kerja|pemogokan]] para masinis pada tanggal 5 Oktober, Musso menyimpulkan bahwa aksi tersebut terlalu dini.{{sfn|McVey|2006|p=310}}
Ketika Tjokroaminoto mendirikan [[Sarekat Islam]] pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|ISDV]] bentukan [[Sneevliet]] yang menjadi cikal bakal [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.</ref>


Pada bulan Desember 1925, para pemimpin PKI berencana untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah mengetahui hal ini dan menangkap sebagian besar pemimpinnya pada Januari 1926. Musso adalah salah satu dari sedikit orang yang berhasil melarikan diri.{{sfn|Ricklefs|2001|p=225}} Ia bersama Budisutjitro dan Sugono melarikan diri ke [[Singapura]] dan bertemu dengan agen PKI Subakat dan Alimin yang sebelumnya tinggal bersama [[Tan Malaka]] di [[Manila]].{{sfn|McVey|2006|p=316}} Kelimanya, bersama dengan Sardjono, Mohammad Sanusi, dan Winanta melakukan diskusi selama tiga hari sebelum memutuskan untuk melakukan pemberontakan pada pertengahan tahun 1926. Pertemuan tersebut juga menghasilkan pengiriman Alimin ke Manila untuk meminta Tan Malaka menggalang dukungan bagi pemberontakan, namun rencana ini ditolak oleh Tan Malaka.{{sfn|McVey|2006|p=316}}{{sfn|Dhyatmika|2011|p=13}} Pada bulan Februari, pertemuan kembali diadakan, namun Alimin tidak menyebutkan adanya penolakan dari Tan Malaka.{{sfn|Dhyatmika|2011|pp=17-18}}
=== Peran di PKI ===
Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut [[Stalin]] dan anggota dari Internasional Komunis di [[Moskwa]]. Pada tahun [[1925]] beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun [[1926]], meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti [[Tan Malaka]]. Pada tahun 1926 Musso menuju [[Singapura]] dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis [[Belanda]]. Musso dan pemimpin PKI lainnya, [[Alimin]], kemudian berkunjung ke [[Moskwa]], bertemu dengan [[Stalin]], dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk [[Agitprop|agitasi dan propaganda]] dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk [[Batavia]] (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun [[1935]] untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota [[Kongres Komitern Sedunia VII|Kongres Komintern]]. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke [[Uni Soviet]] pada tahun [[1936]].


=== Pemberontakan Madiun dan Kematian ===
Pada [[11 Agustus]] [[1948]] Musso kembali ke Indonesia lewat [[Yogyakarta]]. Pada tanggal [[5 September]] [[1948]] dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada [[Uni Soviet]]. Pemberontakan terjadi di [[Madiun]], [[Jawa Timur]] ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal [[18 September]] [[1948]] dan mengangkat Musso sebagai presiden dan [[Amir Sjarifuddin]] sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal [[30 September]] [[1948]], Madiun direbut oleh [[TNI]] dari [[Divisi Siliwangi]]. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal [[31 Oktober]], ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.
Pada pertengahan bulan, sebuah insiden antara pasukan bersenjata yang dipengaruhi PKI dan pasukan bersenjata loyalis pemerintah terjadi di [[Kota Surakarta|Solo]].{{sfn|Ricklefs|2001|p=280}} Setelah kejadian ini, menurut ''Bintang Merah'', pada tanggal 16 September di [[Cepu, Blora|Cepu]], Musso memerintahkan anak buahnya di Solo untuk menghentikan insiden tersebut agar tidak meluas.{{sfn|Swift|2010|p=121}} Pada tanggal 18 September, baku tembak pecah di Madiun. Seorang simpatisan PKI menyatakan bahwa pemerintahan baru, yang disebut Front Nasional, dibentuk setelah membunuh para perwira loyalis pemerintah dan mengambil alih tempat-tempat strategis. Mendengar hal ini, Musso, Amir, dan yang lainnya pergi ke Madiun untuk mengendalikan pemberontakan.{{sfn|Ricklefs|2001|p=280}} Menurut pemimpin milisi yang dipengaruhi PKI, Soemarsono, tindakannya telah disetujui oleh Musso ketika Soemarsono mengunjungi Musso dan [[Amir Sjarifoeddin|Amir]] dua hari sebelumnya. Namun, menurut Ann Swift dan Himawan Soetanto, Musso tidak mengetahui hal ini.{{sfn|Dhyatmika|2011|pp=77, 95}}


Pada malam hari tanggal 19 September, [[Soekarno]] memerintahkan rakyat Indonesia untuk memilih dirinya dan [[Mohammad Hatta|Hatta]], atau Musso. Menurut [[Merle Calvin Ricklefs|M.C. Ricklefs]], Musso tidak memiliki pengalaman di Indonesia sehingga ia tidak memiliki basis kekuatan politik atas mayoritas rakyat Indonesia dibandingkan Soekarno. Bahkan milisi lokal yang dipengaruhi oleh pihak anti-pemerintah tidak akan mendukung Musso.{{sfn|Ricklefs|2001|p=281}} Menanggapi hal ini, Musso membentuk Front Nasional Daerah Madiun, dan menunjuk Soemarsono sebagai gubernur militer dan Djoko Soedjono sebagai komandan milisi. Hatta tidak puas dengan tanggapan tersebut, dan menyatakan bahwa Musso ingin mengambil alih pemerintahan dan "mendirikan pemerintahan Soviet."{{sfn|Dhyatmika|2011|p=98}}
=== Akhir Hidup ===
Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir Sjarifoeddin dan pentolan PKI lain melarikan diri ke [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan ke [[Kabupaten Pacitan|Pacitan]]. Musso dan pengawalnya kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum kemudian dibakar secara diam-diam.<ref>Nafi, M., 2010. Perlawanan Terakhir di Semanding. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 102-103.</ref>


Para pemberontak terdesak setelah [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Divisi Siliwangi]] diperintahkan untuk menyerang pasukan PKI di Madiun.{{sfn|Ricklefs|2001|p=281}} Musso dan Amir yang mengetahui bahwa mereka tidak akan berhasil melawan serangan yang dipimpin oleh [[Gatot Soebroto]], menginstruksikan pasukan PKI untuk melarikan diri dan bersembunyi di pegunungan.{{sfn|Swift|2010|p=130}} Pada tanggal 28 September, Musso, Amir, dan Soemarsono meninggalkan Madiun menuju Ngebel dan Dungus, [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]].{{sfn|Dhyatmika|2011|pp=99, 103}} Ketika berada di Balong, Ponorogo, Musso dan Amir berselisih paham mengenai rencana taktis. Sementara Musso ingin bergerak ke selatan, Amir lebih suka bergerak ke utara.{{sfn|Dhyatmika|2011|p=104}}
=== Galeri ===

Pada tanggal 31 Oktober, di pegunungan dekat Ponorogo, Musso dibunuh oleh pasukan pemerintah ketika mencoba melarikan diri.{{sfn|Ricklefs|2001|p=281}}{{sfn|Dhyatmika|2011|p=105}}

== Galeri ==
<gallery>
<gallery>
Muso.png|Foto polisi. Mayat Musso di rumah sakit di Ponorogo
Muso.png|Foto polisi. Mayat Musso di rumah sakit di Ponorogo
Baris 70: Baris 73:
{{DEFAULTSORT:Musso, Musso}}
{{DEFAULTSORT:Musso, Musso}}
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Kediri]]
[[Kategori:Tokoh Kediri]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]

Revisi terkini sejak 29 Mei 2024 10.01

Musso
Musso ca 1948
Ketua Umum PKI Moeda
Masa jabatan
Juli 1935 – 1936
Sebelum
Pendahulu
Jabatan dibentuk
Pengganti
Pamoedji
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1897-08-12)12 Agustus 1897
Kediri, Hindia Belanda
Meninggal31 Oktober 1948(1948-10-31) (umur 51)
Ponorogo, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Komunis Indonesia
PendidikanHoogere Burgerschool
PekerjaanSekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia
Politikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Musso atau Paul Mussotte[1] bernama lengkap Muso Manowar[2] atau Munawar Muso (12 Agustus 1897 – 31 Oktober 1948) adalah seorang pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dan salah satu tokoh kunci dalam pemberontakan Madiun 1948.

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Masa Kecil dan Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Musso lahir dengan nama Munawar Musso pada tahun 1897 di Pagu, Kediri.[3][4][5] Ayahnya adalah seorang pegawai bank di Wates, Mas Martoredjo.[5]

Di Batavia, Musso dilatih sebagai guru. Ia bertemu dengan Alimin, murid G.A.J. Hazeu dan D. van Hinloopen Labberton.[4] Menurut Soemarsono, salah satu pemimpin PKI dalam peristiwa Madiun, Musso melanjutkan ke Hogere Burger School pada tahun 1913. Ia tinggal di asrama Tjokroaminoto bersama Alimin dan Soekarno.[6] Menurut Arnold C. Brackman, saat itu Musso bekerja sebagai kasir di kantor pos Surabaya. Di Surabaya, Musso juga bertemu dengan Henk Sneevliet.[7]

Awal Karier di PKI[sunting | sunting sumber]

Musso dan Alimin memiliki tugas yang lebih penting dalam menyusup ke dalam Sarekat Islam daripada Soerjopranoto. Mereka adalah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan SI sebelum mereka ditangkap karena kasus Afdeling B.[8] Musso terlibat dalam pemberontakan petani di Cimareme, Garut yang didukung oleh Sarekat Islam Afdeling B.[9] Dalam persidangan, ketika Alimin mengaku membuat pernyataan palsu untuk membantu Tjokroaminoto, Musso menolak untuk membuat pengakuan. Di dalam penjara, pemerintah Belanda memperlakukannya dengan kasar. Agus Salim mengadukan perlakuan tersebut kepada Voolksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Menurut McVey, Musso menyimpan dendam kepada pemerintah Belanda setelah perlakuan ini. Setelah Musso dan Alimin dibebaskan pada tahun 1923,[10] Musso dan Alimin menerima tawaran untuk mengajar bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di Jepang dari van Hinloopen Labberton.[4] Namun pemerintah Jepang menolak penjelasan Musso bahwa ia tidak memiliki ijazah akademis yang memadai, meskipun McVey percaya bahwa alasan utamanya adalah pengalamannya di penjara dan pandangan politiknya.[11] Musso kemudian mengorganisir ulang cabang PKI Batavia dan memimpin organisasi baru ini.[12]

Pada bulan Januari 1925, sebuah komite Kongres Nasional Hindia mengadakan pertemuan yang menghasilkan pembentukan asosiasi Indonesian Study Club yang netral secara politik dan berbasis di Surabaya. Musso hadir dalam konvensi pertama klub ini pada bulan Februari, mendukung agenda klub dan berharap agar klub ini lebih dekat dengan masyarakat bawah.[13] Pada awal 1925, Musso dan Alimin berpidato dalam sebuah rapat umum yang diselenggarakan oleh VTSP di Banten yang meningkatkan pengaruh komunis di wilayah tersebut.[14] Setelah kegagalan pemogokan para masinis pada tanggal 5 Oktober, Musso menyimpulkan bahwa aksi tersebut terlalu dini.[15]

Pada bulan Desember 1925, para pemimpin PKI berencana untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah mengetahui hal ini dan menangkap sebagian besar pemimpinnya pada Januari 1926. Musso adalah salah satu dari sedikit orang yang berhasil melarikan diri.[16] Ia bersama Budisutjitro dan Sugono melarikan diri ke Singapura dan bertemu dengan agen PKI Subakat dan Alimin yang sebelumnya tinggal bersama Tan Malaka di Manila.[17] Kelimanya, bersama dengan Sardjono, Mohammad Sanusi, dan Winanta melakukan diskusi selama tiga hari sebelum memutuskan untuk melakukan pemberontakan pada pertengahan tahun 1926. Pertemuan tersebut juga menghasilkan pengiriman Alimin ke Manila untuk meminta Tan Malaka menggalang dukungan bagi pemberontakan, namun rencana ini ditolak oleh Tan Malaka.[17][18] Pada bulan Februari, pertemuan kembali diadakan, namun Alimin tidak menyebutkan adanya penolakan dari Tan Malaka.[19]

Pemberontakan Madiun dan Kematian[sunting | sunting sumber]

Pada pertengahan bulan, sebuah insiden antara pasukan bersenjata yang dipengaruhi PKI dan pasukan bersenjata loyalis pemerintah terjadi di Solo.[20] Setelah kejadian ini, menurut Bintang Merah, pada tanggal 16 September di Cepu, Musso memerintahkan anak buahnya di Solo untuk menghentikan insiden tersebut agar tidak meluas.[21] Pada tanggal 18 September, baku tembak pecah di Madiun. Seorang simpatisan PKI menyatakan bahwa pemerintahan baru, yang disebut Front Nasional, dibentuk setelah membunuh para perwira loyalis pemerintah dan mengambil alih tempat-tempat strategis. Mendengar hal ini, Musso, Amir, dan yang lainnya pergi ke Madiun untuk mengendalikan pemberontakan.[20] Menurut pemimpin milisi yang dipengaruhi PKI, Soemarsono, tindakannya telah disetujui oleh Musso ketika Soemarsono mengunjungi Musso dan Amir dua hari sebelumnya. Namun, menurut Ann Swift dan Himawan Soetanto, Musso tidak mengetahui hal ini.[22]

Pada malam hari tanggal 19 September, Soekarno memerintahkan rakyat Indonesia untuk memilih dirinya dan Hatta, atau Musso. Menurut M.C. Ricklefs, Musso tidak memiliki pengalaman di Indonesia sehingga ia tidak memiliki basis kekuatan politik atas mayoritas rakyat Indonesia dibandingkan Soekarno. Bahkan milisi lokal yang dipengaruhi oleh pihak anti-pemerintah tidak akan mendukung Musso.[23] Menanggapi hal ini, Musso membentuk Front Nasional Daerah Madiun, dan menunjuk Soemarsono sebagai gubernur militer dan Djoko Soedjono sebagai komandan milisi. Hatta tidak puas dengan tanggapan tersebut, dan menyatakan bahwa Musso ingin mengambil alih pemerintahan dan "mendirikan pemerintahan Soviet."[24]

Para pemberontak terdesak setelah Divisi Siliwangi diperintahkan untuk menyerang pasukan PKI di Madiun.[23] Musso dan Amir yang mengetahui bahwa mereka tidak akan berhasil melawan serangan yang dipimpin oleh Gatot Soebroto, menginstruksikan pasukan PKI untuk melarikan diri dan bersembunyi di pegunungan.[25] Pada tanggal 28 September, Musso, Amir, dan Soemarsono meninggalkan Madiun menuju Ngebel dan Dungus, Ponorogo.[26] Ketika berada di Balong, Ponorogo, Musso dan Amir berselisih paham mengenai rencana taktis. Sementara Musso ingin bergerak ke selatan, Amir lebih suka bergerak ke utara.[27]

Pada tanggal 31 Oktober, di pegunungan dekat Ponorogo, Musso dibunuh oleh pasukan pemerintah ketika mencoba melarikan diri.[23][28]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945
  2. ^ Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2
  3. ^ Swift 2010, hlm. 91.
  4. ^ a b c McVey 2006, hlm. 169.
  5. ^ a b Dhyatmika 2011, hlm. 2.
  6. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 8, 10.
  7. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 10.
  8. ^ McVey 2006, hlm. 168.
  9. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 10-11.
  10. ^ Triyana 2011, hlm. 137.
  11. ^ McVey 2006, hlm. 169-170.
  12. ^ McVey 2006, hlm. 170.
  13. ^ McVey 2006, hlm. 283.
  14. ^ McVey 2006, hlm. 303.
  15. ^ McVey 2006, hlm. 310.
  16. ^ Ricklefs 2001, hlm. 225.
  17. ^ a b McVey 2006, hlm. 316.
  18. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 13.
  19. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 17-18.
  20. ^ a b Ricklefs 2001, hlm. 280.
  21. ^ Swift 2010, hlm. 121.
  22. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 77, 95.
  23. ^ a b c Ricklefs 2001, hlm. 281.
  24. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 98.
  25. ^ Swift 2010, hlm. 130.
  26. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 99, 103.
  27. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 104.
  28. ^ Dhyatmika 2011, hlm. 105.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]