Lompat ke isi

Pemberontakan DI/TII di Aceh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Faldi00 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(36 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{infobox military conflict
'''Pemberontakan DI/TII di [[Aceh]]''' dimulai pada tanggal [[20 September]] [[1953]]. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya [[Negara Islam Indonesia]] oleh [[Daud Beureueh]], proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan Imam Besar NII [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]].
|partof= [[Pemberontakan DI/TII]]
|place= [[Aceh]]
|date= [[20 September]] [[1953]]
|combatant1= {{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Negara Islam Indonesia]]
|combatant2= {{flag|Indonesia}}
|commander1= {{flagicon image|Flag of Islamic State of Indonesia.svg}} [[Daud Beureueh]]
|commander2= {{flagicon|Indonesia}} [[Sukarno]]}}
'''Pemberontakan DI/TII di [[Aceh]]''' dimulai pada tanggal [[20 September]] [[1953]]. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya [[Negara Islam Indonesia]] oleh [[Daud Beureueh]], proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari [[Negara Islam Indonesia]] (NII) dibawah kepemimpinan Imam Besar NII


Daud Beureueh adalah seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Peranannya sebagai seorang tokoh ulama membuat Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut. Dalam persiapan melancarkan gerakan perlawanannya Daud Beureueh telah berhasil mempengaruhi banyak pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Pada masa-masa awal setelah proklamasi NII Aceh dan pengikut-pengikutnya berhasil mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk beberapa kota.
Daud Beureueh adalah seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Peranannya sebagai seorang tokoh ulama membuat Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut.<ref>{{Cite web|url=https://ppkn.co.id/di-tii/|title=DI TII : Pengertian, Latar Belakang, Pemberontakan, Tujuan, Kepanjangan|last=ppkn|date=2020-06-13|website=PPKN.CO.ID|language=en-US|access-date=2020-06-19}}</ref>


Dalam persiapan melancarkan gerakan perlawanannya Daud Beureueh telah berhasil mempengaruhi banyak pejabat-pejabat [[Pemerintah Aceh]], khususnya di daerah Pidie. Pada masa-masa awal setelah proklamasi NII Aceh dan pengikut-pengikutnya berhasil mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk beberapa kota.
Tidak lama setelah pemberontakan pecah, Pemerintah Republik Indonesia melalui Perdana Menteri [[Ali Sastroamidjojo]] segera memberikan penjelasan secara runut tentang peristiwa tersebut di depan [[Dewan Perwakilan Rakyat]] pada tanggal [[28 Oktober]] [[1953]].

Tidak lama setelah pemberontakan pecah, Pemerintah Republik Indonesia melalui Perdana Menteri [[Ali Sastroamidjojo]] segera memberikan penjelasan secara runut tentang peristiwa tersebut di depan [[Dewan Perwakilan Rakyat]] pada tanggal [[28 Oktober]] [[1953]].<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/4066677/20-september-1953-daud-beureueh-pimpin-pemberontakan-ditii-aceh|title=20 September 1953: Daud Beureueh Pimpin Pemberontakan DI/TII Aceh|last=Liputan6.com|date=2019-09-20|website=liputan6.com|language=id|access-date=2020-06-19}}</ref>


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Alasan pertama yang menjadi latayyyyr dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi [[Sumatra Utara]] yang beribu kota di [[Medan]]. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1950).
Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya [[Aceh|provinsi Aceh]] ke dalam provinsi [[Sumatera Utara]] yang beribu kota di [[Medan]]. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1950). Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para [[Ulèëbalang|ulee balang]] yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal pada lingkup adat dan politik di Aceh.<ref name="Sastroamidjojo">Sastroamidjojo (1953) p. 18</ref><ref>{{cite web|url=http://www.acehbooks.org/pdf/ACEH_02539.pdf|title=Keterangan Pemerintah tentang peristiwa Daud Beureuh : [diutjapkan dalam rapat pleno terbuka Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia tanggal 28 Oktober 1953] ; Djawaban Pemerintah [atas pemandangan umum Dewan Perwakilan Rakjat mengenai keterangan Pemerintah] tentang peristiwa Daud Beureuh : [diutjapkan oleh Perdana Menteri dalam rapat pleno terbuka Dewan Perwakilan Rakjat tanggal 2 Nopember 1953] / [Ali Sastroamidjojo]|date=1953|format=PDF}}</ref>


Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka.<ref name="Reid341">Reid (2005), p. 341</ref>Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] [[Ali Sastroamidjojo]] yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.<ref>{{Cite journal|last=Apipudin|first=Apipudin|date=2016-01-31|title=Daud Beureu’eh and The Darul Islam Rebellion in Aceh|url=http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/7221|journal=Buletin Al-Turas|language=en|volume=22|issue=1|pages=145–167|doi=10.15408/bat.v22i1.7221|issn=2579-5848}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kelasips.com/latar-belakang-pemberontakan-di-tii/|title=Materi Pemberontakan DI/TII|date=2020-05-31|website=Kelas IPS|language=id-ID|access-date=2020-06-19|archive-date=2020-06-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20200621143546/https://kelasips.com/latar-belakang-pemberontakan-di-tii/|dead-url=yes}}</ref>
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para [[ulee balang]] yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal pada lingkup adat dan politik dittt Aceh<ref name="Sastroamidjojo">Sastroamidjojo (1953) p. 18</ref><ref>{{cite web|url=http://www.acehbooks.org/pdf/ACEH_02539.pdf|title=Keterangan Pemerintah tentang peristiwa Daud Beureuh : [diutjapkan dalam rapat pleno terbuka Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia tanggal 28 Oktober 1953] ; Djawaban Pemerintah [atas pemandangan umum Dewan Perwakilan Rakjat mengenai keterangan Pemerintah] tentang peristiwa Daud Beureuh : [diutjapkan oleh Perdana Menteri dalam rapat pleno terbuka Dewan Perwakilan Rakjat tanggal 2 Nopember 1953] / [Ali Sastroamidjojo]|date=1953|format=PDF}}</ref>.
Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka.<ref name="Reid341">Reid (2005), p. 341</ref>


== Lihat pula ==
Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.
* [[Daud Beureueh]]
* [[Pembantaian Pulot Cot Jeumpa]]
* [[Negara Islam Indonesia]]


== Rujukan ==
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pranala luar ==
=== Bacaan lanjutan ===
* Dijk, C. van (Cornelis) ''Rebellion under the banner of Islam: the Darul Islam in Indonesia'' The Hague: M. Nijhoff,1981.ISBN 90-247-6172-7
* Dijk, C. van (Cornelis) ''Rebellion under the banner of Islam: the Darul Islam in Indonesia'' The Hague: M. Nijhoff,1981.ISBN 90-247-6172-7
* {{cite book|last =Reid|first =Anthony|authorlink =|coauthors =|title =An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra|publisher =Singapore University Press|year = 2005|location = [[Singapore]]|pages =|isbn = 9971-69-298-8 }}
*{{cite book|last =Reid|first =Anthony|authorlink =|coauthors =|title =An Indonesian Frontier: Acehnese & Other Histories of Sumatra|publisher =Singapore University Press|year = 2005|location = [[Singapore]]|pages =|isbn = 9971-69-298-8 }}
* {{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_00306.pdf|title=Rahasia pemberontakan Atjeh dan kegagalan politik Mr. S.M. Amin / A.H. Gelanggang|date=1956|format=PDF}} ''Rahasia pemberontakan Atjeh dan kegagalan politik Mr. S.M. Amin'', Kutaradja.
*{{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_00306.pdf|title=Rahasia pemberontakan Atjeh dan kegagalan politik Mr. S.M. Amin / A.H. Gelanggang|date=1956|format=PDF}} ''Rahasia pemberontakan Atjeh dan kegagalan politik Mr. S.M. Amin'', Kutaradja.
* {{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_02066.pdf|title=Disekitar peristiwa berdarah di Atjeh / S.M. Amin|date=1956|format=PDF}} ''Disekitar peristiwa berdarah di Atjeh'', Jakarta.
*{{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_02066.pdf|title=Disekitar peristiwa berdarah di Atjeh / S.M. Amin|date=1956|format=PDF}} ''Disekitar peristiwa berdarah di Atjeh'', Jakarta.
* {{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_00268.pdf|title=Teungku Muhammad Daud Beureueh: peranannya dalam pergolakan di Aceh / oleh M. Nur el Ibrahimy|date=1982|format=PDF}} ''Teungku Muhammad Daud Beureueh: peranannya dalam pergolakan di Aceh'' Jakarta.
*{{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_00268.pdf|title=Teungku Muhammad Daud Beureueh: peranannya dalam pergolakan di Aceh / oleh M. Nur el Ibrahimy|date=1982|format=PDF}} ''Teungku Muhammad Daud Beureueh: peranannya dalam pergolakan di Aceh'' Jakarta.
* {{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_02508.pdf|title=Pemberontakan kaum republik: kasus Darul Islam Aceh / Nazaruddin Sjamsuddin|date=1990|format=PDF}} ''Pemberontakan kaum republik: kasus Darul Islam Aceh'', Jakarta.
*{{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_02508.pdf|title=Pemberontakan kaum republik: kasus Darul Islam Aceh / Nazaruddin Sjamsuddin|date=1990|format=PDF}} ''Pemberontakan kaum republik: kasus Darul Islam Aceh'', Jakarta.
* {{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_03055.pdf|title=Mengapa Aceh bergolak / Hasan Saleh ; [ed. Anzis Kleden ... et al.]|date=1992|format=PDF}}''Mengapa Aceh bergolak'' Jakarta.
*{{cite web|url=http://acehbooks.org/pdf/ACEH_03055.pdf|title=Mengapa Aceh bergolak / Hasan Saleh ; [ed. Anzis Kleden ... et al.]|date=1992|format=PDF}}''Mengapa Aceh bergolak'' Jakarta.
* Umar, Mawardi & Al Chaidar. 2006. [http://www.academia.edu/3557550/Darul_Islam_Aceh_Pemberontak_atau_Pahlawan Darul Islam Aceh: Pemberontak atau Pahlawan?]
* Umar, Mawardi & Al Chaidar. 2006. [http://www.academia.edu/3557550/Darul_Islam_Aceh_Pemberontak_atau_Pahlawan Darul Islam Aceh: Pemberontak atau Pahlawan?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131002235106/http://www.academia.edu/3557550/Darul_Islam_Aceh_Pemberontak_atau_Pahlawan |date=2013-10-02 }}
{{Sejarah-stub}}{{Authority control|VIAF=316150932}}{{Authority control}}

[[Kategori:Pemberontakan di Indonesia]]
[[Kategori:Pemberontakan di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi]]

Revisi terkini sejak 31 Mei 2024 07.38

Pemberontakan DI/TII di Aceh
Bagian dari Pemberontakan DI/TII
Tanggal20 September 1953
LokasiAceh
Pihak terlibat
Negara Islam Indonesia  Indonesia
Tokoh dan pemimpin
Daud Beureueh Indonesia Sukarno

Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai pada tanggal 20 September 1953. Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, proklamasi itu menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan Imam Besar NII

Daud Beureueh adalah seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Peranannya sebagai seorang tokoh ulama membuat Daud Beureuh tidak sulit memperoleh pengikut.[1]

Dalam persiapan melancarkan gerakan perlawanannya Daud Beureueh telah berhasil mempengaruhi banyak pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Pada masa-masa awal setelah proklamasi NII Aceh dan pengikut-pengikutnya berhasil mengusai sebagian besar daerah Aceh termasuk beberapa kota.

Tidak lama setelah pemberontakan pecah, Pemerintah Republik Indonesia melalui Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo segera memberikan penjelasan secara runut tentang peristiwa tersebut di depan Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 28 Oktober 1953.[2]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam provinsi Sumatera Utara yang beribu kota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1950). Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi pemimpin formal pada lingkup adat dan politik di Aceh.[3][4]

Keinginan dari masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka.[5]Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.[6][7]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]